Ibuprofen Sediaan Penyembuh Luka Hydrocolloid

26

2.9.2. Peningkatan konsentrasi polimer PVP memberikan pengaruh terhadap

sifat dan stabilitas fisika kimia hydrocolloid matrix diabetic wound healing ibuprofen. 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

P enelitian dengan judul “Optimasi Konsentrasi Polyvinyl Pyrrolidone PVP sebagai Polimer Hydrocolloid Matrix Diabetic Wound Healing dengan Bahan Aktif Ibuprofen” merupakan penelitian eksperimental murni. 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas: konsentrasi Polyvinyl Pyrrolidone PVP sebagai polimer hydrocolloid matrix diabetic wound healing. 2. Variabel Tergantung: Sifat fisika kimia serta stabilitas dari hydrocolloid matrix diabetic wound healing. 3. Variabel Pengacau: 1. Variabel Pengacau Terkendali: produsen obat dan seluruh bahan kimia untuk formula hydrocolloid matrix, produsen bahan kimia aloksan dan ketamin, prosedur pembuatan dan pengujian sediaan, kondisi penyimpanan sediaan, serta wadah penyimpanan sediaan. 2. Variabel Pengacau Tak Terkendali: kondisi ruangan saat proses pembuatan, dan kondisi patofisiologis hewan uji tikus. 3.1.2. Definisi Operasional a. Hydrocolloid matrix ibuprofen: sediaan yang mengandung polimer PVP, HPMC, etanol, propilen glikol, dan akuades sebagai basis yang kemudian ditambahkan zat aktif ibuprofen dibentuk dalam hydrocolloid matrix. b. Polyvinyl pyrrolidone PVP: merupakan bahan pembantuk polimer yang digunakan pada hydrocolloid matrix ibuprofen dengan tiga konsentrasi berbeda yaitu 1,5; 2 dan 2,5. c. Sifat fisik hydrocolloid matrix: parameter kualitas fisik sediaan yang meliputi organoleptis, keseragaman bobot sediaan, ketebalan sediaan, persentase moisture content dan moisture absorption, ketahanan pelipatan folding endurance, dan kemampuan iritabilitas sediaan. 28 d. Sifat kimia hydrocolloid matrix: parameter kualitas kimia sediaan yang meliputi pH dan keseragaman kandungan obat dalam sediaan e. Stabilitas fisika kimia hydrocolloid matrix: parameter kestabilan hydrocolloid matrix meliputi, perubahan sifat fisik dan kimia sediaan setelah diberi perlakuan suhu yang berbeda selama penyimpanan. f. Sterilitas matrix: uji mikrobiologi yang menunjukkan bahwa sediaan hydrocolloid matrix yang telah dibuat steril. g. Organoleptis: uji penampakan fisik hydrocolloid matrix terkait warna, kejernihan dan kehalusan dengan warna yang seragam, keruh, dan halus. h. Keseragaman bobot matrix: uji keseragaman variasi bobot yang dimiliki hydrocolloid matrix. Hasil bobot yang seragam dilihat dari nilai koefisien variasi CV tidak lebih dari 10 rata-rata bobot masing-masing sediaan. i. Ketebalan matrix: uji terkait variasi ketebalan hydrocolloid matrix yang menunjukkan hasil homogen, dengan nilai ketebalan matrix yang ideal 0,7mm. j. pH larutan matrix : uji terkait pH larutan matrix yang berada pada range pH 4-7. k. Persentase moisture content matrix: uji untuk mengetahui kandungan kelembaban yang dimiliki oleh hydrocolloid matrix, ditunjukan dengan nilai persentase moisture content. l. Persentase moisture absorption matrix: uji terkait kemampuan penyerapan kelembaban hydrocolloid matrix setelah dikondisikan pada RH 80-90. Kemampuan penyerapan ditentukan saat sediaan tidak mengalami perubahan bobot dikarenakan sediaan sudah tidak mampu menyerap lembab atau mencapai titik jenuhnya. m. Folding endurance sediaan: uji untuk mengetahui fleksibilitas hydrocolloid matrix, ditunjukkan dengan jumlah kemampuan ketahanan pelipatan ideal hingga 300 kali pelipatan. n. Keseragaman kandungan obat dalam hydrocolloid matrix: uji untuk mengetahui keseragaman obat dalam hydrocolloid matrix, ditunjukan dengan nilai recovery yang masuk dalam range 80-115.