Polimer Polivinyl pyrrolidone TINJAUAN PUSTAKA

28 d. Sifat kimia hydrocolloid matrix: parameter kualitas kimia sediaan yang meliputi pH dan keseragaman kandungan obat dalam sediaan e. Stabilitas fisika kimia hydrocolloid matrix: parameter kestabilan hydrocolloid matrix meliputi, perubahan sifat fisik dan kimia sediaan setelah diberi perlakuan suhu yang berbeda selama penyimpanan. f. Sterilitas matrix: uji mikrobiologi yang menunjukkan bahwa sediaan hydrocolloid matrix yang telah dibuat steril. g. Organoleptis: uji penampakan fisik hydrocolloid matrix terkait warna, kejernihan dan kehalusan dengan warna yang seragam, keruh, dan halus. h. Keseragaman bobot matrix: uji keseragaman variasi bobot yang dimiliki hydrocolloid matrix. Hasil bobot yang seragam dilihat dari nilai koefisien variasi CV tidak lebih dari 10 rata-rata bobot masing-masing sediaan. i. Ketebalan matrix: uji terkait variasi ketebalan hydrocolloid matrix yang menunjukkan hasil homogen, dengan nilai ketebalan matrix yang ideal 0,7mm. j. pH larutan matrix : uji terkait pH larutan matrix yang berada pada range pH 4-7. k. Persentase moisture content matrix: uji untuk mengetahui kandungan kelembaban yang dimiliki oleh hydrocolloid matrix, ditunjukan dengan nilai persentase moisture content. l. Persentase moisture absorption matrix: uji terkait kemampuan penyerapan kelembaban hydrocolloid matrix setelah dikondisikan pada RH 80-90. Kemampuan penyerapan ditentukan saat sediaan tidak mengalami perubahan bobot dikarenakan sediaan sudah tidak mampu menyerap lembab atau mencapai titik jenuhnya. m. Folding endurance sediaan: uji untuk mengetahui fleksibilitas hydrocolloid matrix, ditunjukkan dengan jumlah kemampuan ketahanan pelipatan ideal hingga 300 kali pelipatan. n. Keseragaman kandungan obat dalam hydrocolloid matrix: uji untuk mengetahui keseragaman obat dalam hydrocolloid matrix, ditunjukan dengan nilai recovery yang masuk dalam range 80-115. 29 o. Kurva baku ibuprofen: merupakan penetapan kurva baku ibuprofen yang digunakan dalam validasi metode serta untuk penetapan kadar dari absorbansi yang didapat dari setiap uji. p. Pelepasan obat dari hydrocolloid matrix: uji untuk mengetahui pelepasan obat dari hydrocolloid matrix secara in-vitro, ditunjukkan dengan plot nilai pelepasan obat terhadap waktu. Formula optimal dipilih berdasarkan nilai pelepasan obat mendekati 100, DE, serta slope dari plot. q. Kemampuan Iritabilitas hydrocolloid matrix: uji untuk mengetahui kemampuan iritabilitas dari sediaan, ditandai dengan tidak terdapatnya eritemaedema pada kulit untuk sediaan yang tidak mengiritasi. r. Formula hydrocolloid matrix optimum: formula yang memenuhi kriteria dari setiap uji sifat maupun stabilitas fisika kimia hydrocolloid matrix. s. Tikus putih galur Wistar jantan terinduksi aloksan: merupakan tikus putih jantan galur Wistar dengan kondisi diabetes kadar glukosa darah 250 mgdL akibat induksi menggunakan aloksan dosis 120 mgkgBB. t. Uji aktivitas hydrocolloid matrix ibuprofen: uji untuk menunjukkan aktivitas diabetic wound healing pada hydrocolloid matrix, dilihat dari kecepatan penyembuhan luka dengan nilai wound closure 100. Lama waktu penyembuhan luka eksisi tikus, setelah diaplikasikan sediaan hydrocolloid matrix ditetapkan. Setiap luka pada tikus diabetes yang terinduksi aloksan dibandingkan dengan tiap luka pada tikus normal yang tidak diinduksi aloksan. u. Uji histopatologi: pengamatan kondisi kulit tikus yang diabetes karena penginduksian aloksan dibandingkan dengan kulit tikus normal yang tidak diinduksi aloksan secara mikroskopik menggunakan mikroskop cahaya dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin. 3.3 Bahan Penelitian 3.3.1. Subjek Penelitian 1. Populasi: tikus putih galur Wistar jantan dari Laboratorium Imono Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, serta kelinci albino jantan dari Peternakan Kelinci Rabbit Food SHR. 30 2. Sampel: 6 ekor tikus putih galur Wistar jantan, terdiri dari 3 tikus diinduksi aloksan dan 3 tikus tidak diinduksi aloksan normal yang memiliki berat badan 150-180 g. 3 ekor kelinci albino jantan yang berusia 8-9 bulan dengan berat badan 1,8-2,2 kg. 3.3.2. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan yaitu ibuprofen Kalbe Farma, baku standart ibuprofen , PVP Erela, propilen glikol, etanol, gliserol Aldrich, akuades, metanol Aldrich, PBS pH 6,4 NaCl, KH 2 PO 4 , Na 2 HPO 4 , krim Veet ® , kapas Medisoft Cotton Ball, aloksan Sigma, ketamin, Nutrient Agar Oxoid, formalin 10 Aldrich, reagen Glucose GOD FS Diasys, Germany, larutan Harris Hematoxylin, larutan acid alkohol, larutan ammonium, larutan stok Eosin alkohol 1, larutan working Eosin

3.4 Alat Penelitian

Alat yang digunakan yaitu Spektrofotometer UV-Vis double beam Shimadzu, franz difussion cell, microLab-200 Merck, mikroskop cahaya Olympus Corp., Jepang, sentrifugator, sonifikator, kabinet Laminar Air Flow LAF, autoklaf, oven, timbangan analitik Ohaus, vortex Wilten, hotplate magnetic stirrer, stirrer, biopsy punch, mikropipet Socorex serta yellow tip dan blue tip, jangka sorong, tabung reaksi, spuit injeksi, jarum suntik, jarum ose, pinset, gelas beker, tube eppendorf, gelas ukur, cawan petri, kaca preparat, kaca penutup preparat, plastic warp, dan alumunium foil.