dengan internet. Mereka yang menggunakan internet kurang dari satu jam dalam seminggu, juga ditemukan kurang kompeten dalam menggunakan
internet. Jadi, kompetensi dapat diketahui dengan melihat frekuensi penggunaan internet oleh pengguna.
d. Tingkat dukungan sosial:
Hal ini terdiri dari bantuan dari orang yang sudah ahli di bidang internet, bantuan teknis dari teman-teman dan keluarga, bantuan emosional dari
keluarga, teman-teman, dan lingkungan sekitar. e.
Tujuan atau motivasi:
Hal ini berhubungan dengan tujuan pengguna mengakses internet.
H. Pemanfaatan internet dalam pembelajaran
Guru sekarang ini dapat mengajarkan bahan atau materi pelajaran dengan bantuan internet. Siswa diberi tugas untuk mencari bahan dari internet dan juga
simulasi yang ada di internet. Dengan model ini, siswa lebih aktif, belajar mengerti bahan yang ada di internet, dan menjelaskannya di depan kelas. Tentu
model ini hanya dapat dilakukan bila di sekolah ada jaringan internet, atau siswa di rumah mempunyai jaringan internet juga Suparno, 2013: 120-121. Menurut
Suparno 2013:121 keuntungan penggunaan internet dalam pembelajaran antara lain:
a. Siswa dapat mempelajari dari manapun, termasuk di rumahnya. Tidak terbatas
pada waktu dan tempat. Maka dari itu, siswa akan cepat menguasai bahan. b.
Pelajaran guru dapat juga diakses orang atau siswa lain tidak terbatas pada siswanya sendiri. Bahan yang disiapkan guru dapat berdampak luas.
c. Bahan-bahan dari internet sering lebih lengkap dan lebih menarik dengan
berbagai ilustrasi. d.
Siswa aktif dan sungguh mencari.
Pemanfaatan internet dalam pembelajaran salah satunya adalah melalui program e-learning. Menurut Martin Jenkins, Janet Hason, dan Generic Center
dalam Munir 2009:168, e-learning merupakan proses belajar yang difasilitasi dan didukung melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam
tulisan ini e-learning dibatasi pada penggunaan internet sebagai fasilitis penunjang pembelajaran, seperti penyedia sumber belajar bagi siswa.
Lalu apa saja yang perlu dipersiapkan untuk menjalankan e-learning? Untuk mengetahui kesiapan sebuah organisasi untuk menjalankan e-lerning, Sarantos
Psycharis 2005, menjelaskan tiga kategori kesiapan e-learning E-learning Readiness secara umum yaitu sumber Resources, pendidikan Education, dan
lingkungan Environment. Secara khusus Schreurs, dkk. 2008 memperkenalkan model pengukuran
kesiapan e-learning. Dalam model tersebut, dijelaskan karakteristik pelajar, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ketersediaan dan kualitas fasilitas teknologi untuk e-learning, organisasi dan menejement e-learnig, dan proses e-learning. Karena fokus dalam tulisan ini
adalah pelajar, maka yang akan dibahas adalah kesiapan pelajar untuk menjalani e-learning. Schreurs, dkk 2008 menjelaskan kriteria kesiapan e-learning pada
pelajar dapat dilihat dari: a.
Keterampilan teknologi informasi dan komunikasi pelajar, yang dalam tulisan ini berkaitan dengan penggunaan internet
b. Pengalaman berinternet peserta didik
c. Motivasi dalam menggunakan e-learning atau dalam tulisan ini berkaitan
dengan motivasi penggunaan internet untuk kepentinngan pembelajaran d.
Gaya belajar yang lebih disukai siswa, dalam tulisan ini berkaitan dengan sumber belajar yang lebih disukai siswa.
Jadi, kesiapan penggunaan internet untuk pembelajaran oleh siswa dapat dilihat dari pengalaman siswa yang berkaitan dengan:
a. Penggunaan internet secara umum: bagian ini berhubungan dengan apakah
siswa telah menggunakan internet, otonomi penggunaan, frekuensi pengunaan, biaya yang dikeluarkan, tempat dan perangkat yang sering digunakan untuk
mengakses internet, tujuan menggunakan internet, serta situs yang paling sering diakses.
b. Penggunaan internet untuk pembelajaran: bagian ini berhubungan dengan
sumber belajar yang lebih disukai siswa, frekuensi penggunaan internet untuk pembelajaran, dan tujuan penggunaan internet untuk pembelajaran.
14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN