Perumusan Masalah Tujuan Peneitian Batasan Penelitian Primary space adalah suatu area yang dimiliki, digunakan secara Secondary space adalah suatu area yang tidak terlalu digunakan secara Public space adalah suatu area yang digunakan

2 Persamaan arsitektur dan musik dapat ditelaah dari unsur-unsur pembentuk pada masing-masing, dimana arsitektur memiliki irama, tema serta komposisi yang sesuai dengan unsur pada musik yang memiliki ritme, tema serta dinamika. Musik dan arsitektur tidak dapat terlepas dari peran unsur-unsur tersebut. Pembentukan hasil karya pada kedua cabang seni ini juga harus memiliki keseimbangan dalam memberikan kualitas guna memberi daya tarik visual. Elizabeth Martin dalam bukunya yang berjudul Architecture as Translation of Music, menggambarkan pemikirannya tentang hubungan musik dan arsitektur dengan berangkat dari anggapan dalam setiap penerjemahan displin ilmu ke ilmu yang lain, terdapat nilaimakna tertentu yang dipindahkan melalui membran yang definitif. Louis Khan pernah menyatakan arsitektur yang besar merupakan arsitektur yang tidak terukur immeasurable, melewati proses yang terukur measurable dan kembali pada hasil yang tak terukur. Dalam kasus ini, Louis Khan memulai dengan yang tak terukur dengan mengeksplorasi y-condition, kondisi-y dari musik dan arsitektur. Beliau mengeksplorasi dua bentuk seni tersebut dengan cara membandingkannya sampai batasan-batasan tertentu, seperti: - Sifat-sifat fisik cahaya dan optik pada arsitektur, dibandingkan dengan sifat suara dan pandangan pada musik. - Media ekspresi berupa garis, geometri, warna pada arsitektur , dibandingkan dengan media ekspresi berupa not nada-nada dan ritme pada musik . Eksplorasi tersebut bertujuan untuk melihat hasil dari kualitas karya arsitektur dengan penekanan pada kajian teori musik. Melihat dari hasil-hasil observasi diatas, sangat relevan bagi penulis untuk menyimpulkan sejauh mana hotel Santika Dyandra Medan dapat dieksplorasi melalui penekanan teori musik guna mengetahui seberapa besar nilai arsitektur yang terkandung baik dari segi estetika maupun fungsi.

1.2. Perumusan Masalah

Universitas Sumatera Utara 3 Hotel sebagai objek penelitian daripada studi yang akan dilakukan untuk mengkaji seberapa besar nilai arsitektur pada objek tersebut dengan melihatnya dari sisi unsur pada musik. Bagaimana “membaca” desain suatu bangunan yaitu Hotel Santika Dyandra dengan menggunakan pendekatan pada musik?

1.3. Tujuan Peneitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini yaitu, mengindentifikasi nilai arsitektur yang terkandung pada hotel Santika Dyandara dengan melalui penekanan unsur musik. Sehingga dapat terlihat jelas apa yg menjadi identitas gedung tersebut dengan melihat dari unsur-unsur ataupun elemen-elemen pembentuk musik.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapaun manfaat penelitian ini akan diuraikan menjadi manfaat penelitian bagi akademik dan manfaat penelitian bagi praktis.

1.4.1. Manfaat Akademik

Penelitian ini merupakan kesempatan untuk menganalisismenguji teori- teori pada musik, yang berkaitan dengan arsitektur guna mengetahui identitas pada kawasan penelitian , sehingga dapat dicarikan pemecahannya, ditemukan rekomendasi dan juga diharapkan menjadi salah satu metode analisis dalam melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan sejenis serta menjadi referensi akademis.

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi para perancang arsitek dalam merencanakan atau merancang suatu bangunan dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan arsitektur, salah satunya kaitannya dengan musik. Universitas Sumatera Utara 4

1.5. Batasan Penelitian

Guna menghindari penelitian yang terlalu luas dan guna memberikan arahan yang lebih baik serta memberikan kemudahan dalam penyelesaian masalah sesuai dengan tujuan yang dicapai, maka perlu adanya pembatasan masalah. Batasan yang dipergunakan dalam variable penelitian ini adalah sebagai berikut: • Variabel dari arsitektur yang terdiri atas komposisi dan ritme akan dieksplorasi dengan unsur pada musik berupa Irama, dan harmoni • Objek yang diteliti adalah Hotel Santika Dyandra Medan.

1.6. Kerangka Berpikir

Dalam membuat penelitian tentang eksplorasi musik pada hotel Santika Dyandra Medan maka, peneliti membuat rangkaian pendahuluan yang dapat menjadi acuan berfikir bagi peneliti dalam mencari dan mengolah data antara lain dengan menetukan judul yakni, “Membaca Karya Arsitektur Sebagai Sebuah Komposisi Musik, Studi Kasus Hotel Santika Dyandra Medan” lalu melakukan observasi melalui denah dan tampak pada gambar kerja sehingga untuk mengetahui unsur-unsur musik yang terkandung dalam gedung tersebut menjadi perumusan masalahnya yang dapat menjadi tujuan penelitian yaitu, Mengedintifikasi unsur-unsur arsitektur pada Hotel Santika Dyandra Medan, sehingga peneliti dapat memilih dan menentukan teknik pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara pendekatan melalui observasi terhadap gambar kerja pada denah dan tampak hotel Santika Dyandra. Setelah mengumpulkan data pada gedung tersebut, peneliti akan melakukan pendekatan melalui studi literatur tentang unsur-unsur arsitektur ataupun landasan teori yang dijadikan sebagai pendekatan pada desain gedung tersebut. Setelah menentukan metode pengumpulan data, peneliti melakukan penelitian dengan berlandaskan teori musik yang dipilih sehingga dapat menjadi acuan dalam melakukan penelitian ini. Dengan menggunakan teori tersebut, peneliti akan membandingkan unsur-unsur pada musik dengan unsur-unsur arsitektur yang terkandung pada hotel Santika Dyandra tersebut sehingga peneliti Universitas Sumatera Utara 5 akan mendapatkan kesimpulan seberapa besar nilai arsitektur yang terkandung didalam gedung tersebut jika dieksplorasikan dengan memakai teori pada musik. Universitas Sumatera Utara 6 Diagram 1.1 . Diagram Kerangka Berfikir LATAR BELAKANG • Musik memiliki persamaan dengan Arsitektur • Pentingnya musik sebagai landasan teori perancangan. • Musik dapat dijadikan indikator dalam menilai arsitektur pada bangunan. “MEMBACA KARYA ARSITEKTUR SEBAGAI KOMPOSISI MUSIK” Studi Kasus : Hotel Santika Dyandra Medan TUJUAN Mengindentifikasi nilai arsitektur yang terkandung pada hotel Santika Dyandara dengan melihatnya melalui penekanan unsur musik. PERMASALAHAN Bagaimana “membaca” desain hotel Santika Dyandra dengan menggunakan pendekatan terhadap musik? HASIL PENELITIAN TEORI MUSIK DAN ARSITEKTUR PENGUMPULAN DATA - Observasi Gambar Kerja - Dokumentasi - Kajian Pustaka KESIMPULAN AKHIR ANALISA Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 10 • Transisi Merupakan penyusunan elemen desain dengan mengatur tingkatan perubahan pada salah satu aspek komposisi. • Dominasi Emphasis Merupakan penekanan dengan menerapkan elemen unsur ataupun objek yang berbeda dengan elemen lainnya sehingga menjadi pusat perhatian utama dalam keseluruhan komposisi tersebut. c Proporsi Proporsi adalah sesuatu yang berhubungan dengan ukuran dengan ukuran dari segala aspek pekerjaan dan bagian tertentu yang dijadikan standard Vitruvius, 1486. Proporsi merupakan hubungan antar bagian dengan keseluruhan. Oleh karena itu, diperlukan suatu perbandingan ratio yang menjadi patokan suatu benda berproporsi. Menurut DK Ching 2000:278, Proporsi lebih menekankan pada hubungan yang sebenarnya atau harmonis dari suatu bagian dengan bagian yang lain atau secara menyeluruh. Sebuah ruangan akan menjadi proporsi yang bersemangat jika ukuran tubuh manusia sesuai dengan kebutuhan. Proporsi ditentukan oleh rasio dasar yang bersifat permanen dan digunakan sebagai penentu rasio berikutnya dalam sebuah obyek. Menurut Euclid Ching 1966;132 seorang ahli matematika Yunani Kuno menyatakan bahwa rasio merujuk pada sebuah perbandingan kuantitatif dari dua benda yang serupa, sedangkan pada proporsi kepada kesetaraan masing-masing rasio tersebut. Sistem pada proporsi membentuk satu kesatuan hubungan visual yang konsisten. Sistem Golden Section yang juga sering diistilahkan dengan dengan Golden Ratio yang dijabarkan dalam bentuk bilangan 1.618033988749895 .., yang akrab disebut dengan ‘Phi’ Φ . M. Borissavlievitch mengemukakan bahwa proporsi Golden Section menghadirkan kesetimbangan antara dua bagian yang asimetri dan tidak sebangun Padovan,1999. Keterkaitan Golden Section dengan deret angka Fibonacci adalah sama-sama memiliki besaran angka 1.618. Deret angka Fibonacci merupakan susunan angka- angka yang dimulai dari 0 dan 1 dan bisa ditulis seperti berikutt: 0,1,2, Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 20 Lokasi yang dipilih relatif berada di pusat kota, berdekatan dengan area perkantoran dan perdagangan dan mudah dicapai. Sesuai dengan fungsinya, maka fasilitas yang disediakan akan berkaitan dan mendukung kegiatan bisnis. Fasilitas yang disediakan antara lain ballroom, banquet room dan business centre.

2.2.3. Hirarki Fasilitas Hotel

Fasilitas dalam hotel tentu sangat beragam, agar memudahkan dalam menentukan mana yang lebih perlu dipenuhi terlebih dahulu maka fasilitas- fasilitas tersebut disusun berdasarkan hirarki seperti dibawah ini. Jenis Fasilitas Hirarki Fasilitas Uraian Keterangan Akomodasi dan restoran Fasilitas Utama • Kamar tidur • Restoran dan Bar • Function Room : Banquet, convention room Standar Rekreasi Fasilitas Sekunder • Kolam Renang • Sauna dan pusat kebugaran • Souvenir Shop • Business Centre StandarNon Standar Pelengkap Fasilitas Tambahan • Guest Laundry • Mini Shop • Car rental Non Standar Sumber: Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata, 1998 Tabel 2.1. Tingkatan Fasilitas Hotel

2.2.4. Hotel Sebagai Ruang Publik

Menurut Urban Land Institute, ruang publik yaitu ruang-ruang yang beriorentasi terhadap manusia people oriented space. Ruang publik adalah tempat atau ruang yang terbentuk karena adanya kebutuhan akan tempat untuk Universitas Sumatera Utara 21 bertemu ataupun berkomunikasi. Pada dasarnya, ruang publik merupakan suatu wadah dalam menampung aktifitas tertentu dari manusia, baik secara individu maupun kelompok Hakim Rustam, 2003. Secara garis besar, Brian Pauling dalam bukunya yang berjudul The ‘Enclosing’ Public Space 2007 mengklasifikasikan ruang publik menjadi 2 bagian berdasarkan sifatnya, yakni: a. Ruang publik tertutup, yaitu ruang publik yang terdapat di dalam bangunan yang memiliki pengertian bahwa terdapat ruang publik yang dapat diakses semua orang namun juga memiliki ruang privasi yang memiliki beberapa peraturan ataupun larangan guna membatasi kelompok- kelompok tertentu. Contoh ruang publik tertutup antara lain: perkantoran, apartemen, hotel dan lain-lain. b. Ruang publik terbuka, yaitu ruang publik yang terdapat di luar bangunan yang dapat dimanfaatkan oleh semua orang tanpa batas tertentu. Contoh ruang publik terbuka antara lain: jalan, jalur pedestrian, taman, lingkungan, plaza, lapangan olahraga, dan lain-lain. Berdasarkan pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa hotel sebagai ruang publik yang bersifat tertutup yang memiliki ruang publik yang dapat diakses serta memiliki ruang privasi untuk kelompok-kelompok tertentu. Irwin Altman 1975 membagi ruang publik menjadi 3 bagian berdasarkan fungsi serta pendekatan individualis, yakni:

a. Primary space adalah suatu area yang dimiliki, digunakan secara

eksklusif, disadari orang lain dan dikendalikan secara permanen serta menjadi bagian utama dalam kegiatan sehari-harinya.

b. Secondary space adalah suatu area yang tidak terlalu digunakan secara

eksklusif, mempunyai area yang cukup luas serta menjadi ruang yang berfungsi sebagai ruang pengantar dalam memberikan kejelasan terhadap fungsi bangunan.

c. Public space adalah suatu area yang digunakan dan dapat dimasuki oleh

siapapun akan tetapi harus mematuhi aturan-aturan serta norma-norma yang berlaku di area tersebut. Universitas Sumatera Utara 22

2.3. Musik