Membaca Karya Arsitektur Sebagai Komposisi Musik

(1)

MEMBACA KARYA ARSITEKTUR SEBAGAI KOMPOSISI MUSIK

SKRIPSI

OLEH

GARRY NIXSON PAULUS SIHOMBING 100406062

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

MEMBACA KARYA ARSITEKTUR SEBAGAI KOMPOSISI MUSIK

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH

GARRY NIXSON PAULUS SIHOMBING 100406062

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015


(3)

PERNYATAAN

MEMBACA KARYA ARSITEKTUR SEBAGAI KOMPOSISI MUSIK

SKRIPSI

Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2015

Penulis,


(4)

Judul Skripsi : Membaca Karya Arsitektur Sebagai Komposisi Musik Nama Mahasiswa : Garry Nixson Paulus Sihombing

Nomor Pokok : 100406062 Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing

(Salmina Wati Ginting, S.T,M.T)

Koordinator Skripsi,

(Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc., Ph.D.)

Ketua Program Studi,

(Ir. N. Vinky Rahman, M.T)

Tanggal Lulus: 13 Januari 2015


(5)

Telah diuji pada

Tanggal : 13 Januari 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Dr. Ir. Nelson M. Siahaan, Dipl. T.P., M. Arch. Anggota Komisi Penguji : 1. Hajar Suwantoro, S.T, M.T.


(6)

i KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur pada Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Salmina Wati Ginting, S.T, M.T. selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Nelson M. Siahaan, Dipl. T.P., M, Arch. dan Bapak Hajar Suwantoro, S.T., M.T. selaku penguji yang telah memberikan komentar serta kritik yang membangun kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

3. Kedua orangtua serta saudara-saudara penulis yang tercinta, yang telah memberikan semnagat, dorongan dan bantuan untuk menyelesaikan studi dan skripsi ini.

4. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan motivasi serta dorongan hingga selesainya skripsi ini.


(7)

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak.

Medan, 17 Januari 2015

Penulis


(8)

iii

ABSTRAK

Arsitektur dan musik merupakan dua cabang seni dimana kreatifitas bisa diekspresikan. Arsitektur dibentuk melalui unsur-unsur berupa material, ritme dan komposisi. Sama halnya dengan musik yang dibentuk melalui unsur melodi, irama dan harmoni. Musik akan menghasilkan rangkaian alunan nada yang ditampilkan melalui wujud berupa lagu yang memilikiintrosebagai pembuka lagu sertacodasebagai penutup lagu. Begitu juga dengan karya arsitektur yang menghasilkan ruang-ruang yang memiliki entrance sebagai jalur masuk serta exit sebagai jalur keluar. Pembentukan hasil pada kedua karya seni ini harus memiliki aturan-aturan guna memberikan keseimbangan bagi daya tarik visual. Hotel Santika Dyandra yang terletak di Jl. Kapten Maulana Lubis No. 7 Medan merupakan salah satu hasil dari karya arsitektur yang akan dibaca melalui pendekatan pada unsur musik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi nilai arsitektur yang terkandung pada Hotel Santika Dyandra melalui penekanan unsur musik.

Keywords: Arsitektur; Membaca; Musik; Unsur.

ABSTRACT

Architecture and music are the two branches of art in which creativity can be expressed. Architecture formed by elements of the form of the material, rhythm and composition. Similarly, the music formed by elements of melody, rhythm and harmony. Music will produce a series of tunes displayed through such a form that has the intro song as the opening song and coda as a cover song. So is the work of architecture that produce spaces that have entrance as the entrance and exit as an exit point. Formation of the second work of art should have rules in order to provide balance to the visual appeal. Hotel Santika Dyandra located at Jl. Kapten Maulana Lubis No. 7 Medan is one of the results of the work of architecture that will be read by the approach on musical elements. The purpose of this study was to identify architectural value contained in the Hotel Santika Dyandra through suppression musical elements.

Keywords: Architecture; Reading; Music; Element.


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR...v

DAFTAR TABEL ...x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Batasan Penelitian ... 4

1.6 KerangkaBerpikir... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Arsitektur ... 7

2.1.1 Defenisi Arsitektur ... 7

2.1.2 Elemen Dasar Arsitektur ... 7

2.1.3 Komponen Dasar dalam Bangunan Arsitektur... 12

2.2 Hotel... 19

2.2.1 Pengertian Hotel ... 19

2.2.2 Pengertian Hotel Bisnis ... 19

2.2.3 Hirarki Fasilitas Hotel ... 20

2.2.4 Hotel Sebagai Ruang Publik... 20

2.3. Musik ... 22

2.3.1 Definisi Musik... 22

2.3.2 Elemen Dasar Musik ... 22

2.3.3 Komponen Penyusun Lagu dalam Musik... 27

2.3.4 Jenis-jenis aliran Musik... 29


(10)

iii 2.4.1 Aziza Melati & Bambang Soemardjono (2013), Canon sebuah Teori Musik sebagai Tema Objek Rancang Sekolah Tinggi Seni Pertunjukan Indonesia,

Jurnal Sains dan Seni Pomits,Vol. 2, No.2 ... 35

2.4.2 Agrawala Vibha (2011), Music + Architecture: The Spatial Translation of Schenkerian Analysis,Journal of Undergraduate Research, 13, pp 1-10 ... 38

2.4.3 Elisabaletta Mapelli & Alberto Alessi (2003), Museum Architecture, Industria delle Costruzioni no.371 ,p.30-35 ... 42

2.5. Keterkaitan antara Musik dan Arsitektur ... 45

2.5.1 Denah ... 45

2.5.2 Tampak... 47

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 49

3.1 Jenis Penelitian... 49

3.2 Variabel Penelitian ... 49

3.3 Sampel... 50

3.4 Metoda Pengumpulan Data ... 51

3.5 Kawasan Penelitian ... 52

3.6 Metoda Analisa Data... 53

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1 Deskripsi Kawasan Penelitian... 54

4.2 Hotel Santika Dyandra ... 55

4.3 Karya Arsitektur Sebagai Komposisi Musik... 57

4.3.1 Denah ... 57

4.3.2 Tampak... 75

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

5.1 Kesimpulan ... 97

5.2 Saran... 98

DAFTAR PUSTAKA... 99


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Komposisi Tinggi Rendah Paku Membentuk Karya 3 Dimensi ... 8

Gambar 2.2 Aplikasi ritme pada pengulangan kolom... 9

Gambar 2.3 Penerapan golden section pada tubuh manusia ... 11

Gambar 2.4 Penerapan golden section pada bangunan... 11

Gambar 2.5 Skema entrance pada bangunan ... 12

Gambar 2.6 Pola Dumbell... 12

Gambar 2.7 Pola Segitiga... 13

Gambar 2.8 Pola L ... 13

Gambar 2.9 Pola Gabungan ... 13

Gambar 2.10 Jenis Elemen Bukaan ... 14

Gambar 2.11 Organisasi terpusat ... 16

Gambar 2.12 Organisasi linear ... 16

Gambar 2.13 Organisasi Radial ... 17

Gambar 2.14 Organisasi Cluster ... 17

Gambar 2.15 Grid ... 18

Gambar 2.16 Dasar pembentukan dome pada Masjid ... 19

Gambar 2.17 Contoh potongan melodi sebuah lagu ... 23

Gambar 2.18 Bentuk, nama dan nilai pada not lagu ... 24

Gambar 2.19 Bentuk, nama dan nilai pada not balok ... 24

Gambar 2.20 Tangga nada mayor natural ... 25

Gambar 2.21 Tangga nada minor natural... 25

Gambar 2.22 Contoh ritme pada musik ... 26

Gambar 2.23 Contoh harmoni yang terdiri dari akord dan nada... 27

Gambar 2.24 Overtune pada nada G mayor menjadi A mayor... 29

Gambar 2.25 Proses analisa canon ke dalam simbolisasi garis ... 36

Gambar 2.26 Bentuk Gari s Follower Mengacu pad aInterval yang sama ... 36

Gambar 2.27 Bentuk Garis Follower Mengacu pada Ritme yang sama ... 37

Gambar 2.28 Proses Desain Siteplan dan Gubahan Massa... 38

Gambar 2.29 Skema Steven Holl terhadap elemen arsitektur dan musik ... 39

Gambar 2.30 Aplikasi Not pada Lagu kedalam Bentuk Gubahan Massa... 49


(12)

v

Gambar 2.32 Denah Stretto House ... 40

Gambar 2.33 Alunan landscape yang bergelombang diikuti dengan atap melengkung ... 41

Gambar 2.34 Aplikasi material batu sebagai dinding serta logam sebagai material atap .... 41

Gambar 2.35 Tampilan EMP ... 42

Gambar 2.36 Denah EMP ... 43

Gambar 2.37 Hasil Sketsa Gehry dengan mengeksplorasi gitar ... 44

Gambar 2.38 Berbagai Sudut dari Bangunan EMP ... 44

Gambar 3.1 Diagram Variabel Penelitian ... 50

Gambar 3.2 Peta Lokasi Penelitian ... 53

Gambar 4.1 Peta geografis kawasan penelitian ... 53

Gambar 4.2 Jalur Sirkulasi menuju lokasi ... 55

Gambar 4.3 Hotel Santika dilihat dari Jalan Pengadilan... 56

Gambar 4.4 Hotel Santika dilihat dari Jalan Kapten Maulana Lubis... 56

Gambar 4.5 Skema Observasi pada Denah... 58

Gambar 4.6 Ground floor pada Hotel Santika Dyandra... 59

Gambar 4.6 Beberapa gerbang pada hotel Santika Dyandra... 60

Gambar 4.8 Entrance yang sempit pada ground floor hotel Santika Dyandra... 61

Gambar 4.9 Groundfloor hotel Santika Dyandra ... 62

Gambar 4.10 Ruang Convention Hotel Santika Dyandra ... 62

Gambar 4.11 Lobby pada ruang convention... 63

Gambar 4.12 Café serta Entrance pada Gramedia ... 63

Gambar 4.13 Lantai 1 Hotel Santika Dyandra... 64

Gambar 4.14 Receptionist hotel Santika Dyandra ... 64

Gambar 4.15 Area Staff/Operasional hotel Santika Dyandra ... 65

Gambar 4.16 Void pada Lantai 1 ... 65

Gambar 4.17 Lantai 2 Hotel Santika Dyandra... 66

Gambar 4.18 Banquet pada Lantai 2... 66

Gambar 4.19 Letak Gramedia pada Lantai 2 ... 67

Gambar 4.20 Lantai 3 Hotel Santika Dyandra... 67

Gambar 4.21 Interlude pada Lantai 3... 68

Gambar 4.22 Fasilitas-fasilitas pendukung pada hotel ... 68

Gambar 4.23 Hasil dokumentasi pada ketiga area ... 69

Gambar 4.24 Fasilitas tambahan pada hotel ... 69

Gambar 4.25 Hasil dokumentasi pada kedua area ... 70


(13)

Gambar 4.26 Letak Lobby pada Lantai 4 ... 71

Gambar 4.27 Overtune pada Reffrain ... 72

Gambar 4.28 Lantai 12 Hotel Santika Dyandra... 73

Gambar 4.29 Letak Tangga pada Lantai 12 ... 74

Gambar 4.30 Kesimpulan Komponen Lagu pada Denah... 74

Gambar 4.31 Skema Observasi pada Tampak ... 75

Gambar 4.32 Tampak Timur Hotel Santika Dyandra ... 76

Gambar 4.33 Pembagian Zona pada Tampak Timur ... 76

Gambar 4.34 Irama nada pada Zona A Tampak Timur ... 77

Gambar 4.35 Irama nada pada Zona B Tampak Timur ... 78

Gambar 4.36 Irama nada pada Zona C Tampak Timur ... 79

Gambar 4.37 Kombinasi 3 irama pada satu harmonisasi... 80

Gambar 4.38 Harmoni pada lagu ... 81

Gambar 4.39 Tampak Utara Hotel Santika Dyandra ... 81

Gambar 4.40 Pembagian Zona pada Tampak Utara ... 82

Gambar 4.41 Irama nada pada Zona A Tampak Utara ... 82

Gambar 4.42 Irama nada pada Zona BTampak Utara... 83

Gambar 4.43 Irama nada pada Zona CTampak Utara... 84

Gambar 4.44 Irama nada pada Zona DTampak Utara ... 84

Gambar 4.45 Kombinasi 4 irama dalam satu harmoni... 86

Gambar 4.46 Harmoni pada Lagu... 87

Gambar 4.47 Tampak Barat Hotel Santika Dyandra ... 88

Gambar 4.48 Pembagian Zona pada Tampak Barat ... 88

Gambar 4.49 Irama nada pada Zona A Tampak Barat... 89

Gambar 4.50 Irama nada pada Zona B Tampak Barat... 89

Gambar 4.51 Irama nada pada Zona C Tampak Barat... 90

Gambar 4.52 Kombinasi 3 irama dalam satu harmoni... 91

Gambar 4.53 Harmoni pada Lagu... 92

Gambar 4.54 Tampak Selatan Hotel Santika Dyandra ... 92

Gambar 4.55 Pembagian Zona pada Tampak Selatan ... 93

Gambar 4.56 Irama nada pada Zona A Tampak Selatan ... 93

Gambar 4.57 Irama nada pada Zona B Tampak Selatan... 94

Gambar 4.58 Kombinasi 2 irama dalam satu harmoni... 95


(14)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tingkatan Fasilitas Hotel ... 20

Tabel 2.2 Tabulasi Keterkaitan antara arsitektur dan musik ... 47

Tabel 2.3 Tabulasi Keterkaitan antara arsitektur dan musik ... 48

Tabel 4.1 Tipe Kamar Hotel Santika Dyandra ... 71

Tabel 4.2 Nilai not pada tiap zona tampak timur ... 79

Tabel 4.3 Nilai not pada tiap zona tampak utara... 85

Tabel 4.4 Nilai not pada tiap zona tampak barat... 90

Tabel 4.5 Nilai not pada tiap zona tampak selatan... 95


(15)

ABSTRAK

Arsitektur dan musik merupakan dua cabang seni dimana kreatifitas bisa diekspresikan. Arsitektur dibentuk melalui unsur-unsur berupa material, ritme dan komposisi. Sama halnya dengan musik yang dibentuk melalui unsur melodi, irama dan harmoni. Musik akan menghasilkan rangkaian alunan nada yang ditampilkan melalui wujud berupa lagu yang memilikiintrosebagai pembuka lagu sertacodasebagai penutup lagu. Begitu juga dengan karya arsitektur yang menghasilkan ruang-ruang yang memiliki entrance sebagai jalur masuk serta exit sebagai jalur keluar. Pembentukan hasil pada kedua karya seni ini harus memiliki aturan-aturan guna memberikan keseimbangan bagi daya tarik visual. Hotel Santika Dyandra yang terletak di Jl. Kapten Maulana Lubis No. 7 Medan merupakan salah satu hasil dari karya arsitektur yang akan dibaca melalui pendekatan pada unsur musik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi nilai arsitektur yang terkandung pada Hotel Santika Dyandra melalui penekanan unsur musik.

Keywords: Arsitektur; Membaca; Musik; Unsur.

ABSTRACT

Architecture and music are the two branches of art in which creativity can be expressed. Architecture formed by elements of the form of the material, rhythm and composition. Similarly, the music formed by elements of melody, rhythm and harmony. Music will produce a series of tunes displayed through such a form that has the intro song as the opening song and coda as a cover song. So is the work of architecture that produce spaces that have entrance as the entrance and exit as an exit point. Formation of the second work of art should have rules in order to provide balance to the visual appeal. Hotel Santika Dyandra located at Jl. Kapten Maulana Lubis No. 7 Medan is one of the results of the work of architecture that will be read by the approach on musical elements. The purpose of this study was to identify architectural value contained in the Hotel Santika Dyandra through suppression musical elements.


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Arsitektur dan musik merupakan media dimana kreatifitas diekspresikan. Musik didefinisikan sebagai seni suara dalam waktu yang mengekspresikan ide-ide dan emosi dalam bentuk yang signifikan melalui unsur-unsur melodi, nada, harmoni dan ritme. Sedangkan pada arsitektur didefinisikan sebagai seni yang diwujudkan dalam bentuk fisik. Musik dan arsitektur juga merupakan ilmu yang terikat dengan kedisplinan, dimana terdapat aturan serta unsur-unsur yang saling berkaitan untuk menentukan hasil karya yang bernilai.

Menurut J.H. Von Goethe (1836), bahwa “Music is liquid architecture; Architecture is frozen music.” Ungkapan ini memberikan arti bahwa arsitektur memiliki persamaan dengan musik dimana arsitektur juga memiliki irama. Dalam hal penyusunan karya, musik dan arsitektur memiliki persamaan dalam hal pembentukan dasar hingga sampai pada puncak hasil karya. Musik tidak terlepas dari unsur melodi, nada, harmoni dan ritme. Sedangkan pada arsitektur terdapat unsur fungsi program ruang dan pola sehingga suatu hasil karya arsitektur dapat dinilai baik, buruk serta indah atau tidaknya dari unsur-unsur musik. Berangkat dari pernyataan Goethe bahwa arsitektur adalah musik yang membeku, jelas terlihat bahwa arsitektur memiliki kesamaan dengan musik.

Hotel Santika Dyandra yang beralamat Jl. Kapten Maulana Lubis no. 7 Medan merupakan salah satu hotel kelas bintang 4 yang juga memiliki convention. Hotel yang berdiri pada 15 Januari 2012 ini merupakan hotel jenis premiere yang terbesar dengan kapasitas sebanyak 324 kamar. Hotel ini dikenal dengan desainnya yang futuristik yang bertema-kan konsep arsitektur modern. Desain hotel yang menggunakan konsep kapsul sebagai lapisan atas bangunan jelas memberikan daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Dari pernyataan Goethe yang mengatakan bahwa arsitektur adalah musik yang membeku, hotel Santika Dyandra juga merupakan sebuah musik yang dibentuk melalui arsitektur. Adanya aturan serta pola pada musik yang dapat dijadikan sebagai indikator dalam menilai kualitas desain arsitektur pada hotel tersebut.


(17)

Persamaan arsitektur dan musik dapat ditelaah dari unsur-unsur pembentuk pada masing-masing, dimana arsitektur memiliki irama, tema serta komposisi yang sesuai dengan unsur pada musik yang memiliki ritme, tema serta dinamika. Musik dan arsitektur tidak dapat terlepas dari peran unsur-unsur tersebut. Pembentukan hasil karya pada kedua cabang seni ini juga harus memiliki keseimbangan dalam memberikan kualitas guna memberi daya tarik visual.

Elizabeth Martin dalam bukunya yang berjudul Architecture as Translation of Music, menggambarkan pemikirannya tentang hubungan musik dan arsitektur dengan berangkat dari anggapan dalam setiap penerjemahan displin ilmu ke ilmu yang lain, terdapat nilai/makna tertentu yang dipindahkan melalui membran yang definitif.

Louis Khan pernah menyatakan arsitektur yang besar merupakan arsitektur yang tidak terukur (immeasurable), melewati proses yang terukur (measurable) dan kembali pada hasil yang tak terukur. Dalam kasus ini, Louis Khan memulai dengan yang tak terukur dengan mengeksplorasi y-condition, kondisi-y dari musik dan arsitektur. Beliau mengeksplorasi dua bentuk seni tersebut dengan cara membandingkannya sampai batasan-batasan tertentu, seperti:

- Sifat-sifat fisik cahaya dan optik pada arsitektur, dibandingkan dengan sifat suara dan pandanganpada musik.

- Media ekspresi berupa garis, geometri, warna pada arsitektur, dibandingkan dengan media ekspresi berupa not nada-nada dan ritmepada musik.

Eksplorasi tersebut bertujuan untuk melihat hasil dari kualitas karya arsitektur dengan penekanan pada kajian teori musik.

Melihat dari hasil-hasil observasi diatas, sangat relevan bagi penulis untuk menyimpulkan sejauh mana hotel Santika Dyandra Medan dapat dieksplorasi melalui penekanan teori musik guna mengetahui seberapa besar nilai arsitektur yang terkandung baik dari segi estetika maupun fungsi.


(18)

3 Hotel sebagai objek penelitian daripada studi yang akan dilakukan untuk mengkaji seberapa besar nilai arsitektur pada objek tersebut dengan melihatnya dari sisi unsur pada musik.

Bagaimana “membaca” desain suatu bangunan yaitu Hotel Santika Dyandra dengan menggunakan pendekatan pada musik?

1.3. Tujuan Peneitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini yaitu, mengindentifikasi nilai arsitektur yang terkandung pada hotel Santika Dyandara dengan melalui penekanan unsur musik. Sehingga dapat terlihat jelas apa yg menjadi identitas gedung tersebut dengan melihat dari unsur-unsur ataupun elemen-elemen pembentuk musik.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapaun manfaat penelitian ini akan diuraikan menjadi manfaat penelitian bagi akademik dan manfaat penelitian bagi praktis.

1.4.1. Manfaat Akademik

Penelitian ini merupakan kesempatan untuk menganalisis/menguji teori-teori pada musik, yang berkaitan dengan arsitektur guna mengetahui identitas pada kawasan penelitian , sehingga dapat dicarikan pemecahannya, ditemukan rekomendasi dan juga diharapkan menjadi salah satu metode analisis dalam melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan sejenis serta menjadi referensi akademis.

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi para perancang arsitek dalam merencanakan atau merancang suatu bangunan dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan arsitektur, salah satunya kaitannya dengan musik.


(19)

1.5. Batasan Penelitian

Guna menghindari penelitian yang terlalu luas dan guna memberikan arahan yang lebih baik serta memberikan kemudahan dalam penyelesaian masalah sesuai dengan tujuan yang dicapai, maka perlu adanya pembatasan masalah. Batasan yang dipergunakan dalam variable penelitian ini adalah sebagai berikut:

• Variabel dari arsitektur yang terdiri atas komposisi dan ritme akan dieksplorasi dengan unsur pada musik berupa Irama, dan harmoni • Objek yang diteliti adalah Hotel Santika Dyandra Medan.

1.6. Kerangka Berpikir

Dalam membuat penelitian tentang eksplorasi musik pada hotel Santika Dyandra Medan maka, peneliti membuat rangkaian pendahuluan yang dapat menjadi acuan berfikir bagi peneliti dalam mencari dan mengolah data antara lain dengan menetukan judul yakni, “Membaca Karya Arsitektur Sebagai Sebuah Komposisi Musik, Studi Kasus Hotel Santika Dyandra Medan” lalu melakukan observasi melalui denah dan tampak pada gambar kerja sehingga untuk mengetahui unsur-unsur musik yang terkandung dalam gedung tersebut menjadi perumusan masalahnya yang dapat menjadi tujuan penelitian yaitu,

Mengedintifikasi unsur-unsur arsitektur pada Hotel Santika Dyandra Medan, sehingga peneliti dapat memilih dan menentukan teknik pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara pendekatan melalui observasi terhadap gambar kerja pada denah dan tampak hotel Santika Dyandra. Setelah mengumpulkan data pada gedung tersebut, peneliti akan melakukan pendekatan melalui studi literatur tentang unsur-unsur arsitektur ataupun landasan teori yang dijadikan sebagai pendekatan pada desain gedung tersebut.

Setelah menentukan metode pengumpulan data, peneliti melakukan penelitian dengan berlandaskan teori musik yang dipilih sehingga dapat menjadi acuan dalam melakukan penelitian ini. Dengan menggunakan teori tersebut, peneliti akan membandingkan unsur-unsur pada musik dengan unsur-unsur arsitektur yang terkandung pada hotel Santika Dyandra tersebut sehingga peneliti


(20)

5 akan mendapatkan kesimpulan seberapa besar nilai arsitektur yang terkandung didalam gedung tersebut jika dieksplorasikan dengan memakai teori pada musik.


(21)

Diagram 1.1 . Diagram Kerangka Berfikir

LATAR BELAKANG

• Musik memiliki persamaan dengan Arsitektur

• Pentingnya musik sebagai landasan teori perancangan.

• Musik dapat dijadikan indikator dalam menilai arsitektur pada bangunan.

“MEMBACA KARYA ARSITEKTUR SEBAGAI KOMPOSISI MUSIK”

Studi Kasus : Hotel Santika Dyandra Medan

TUJUAN

Mengindentifikasi nilai arsitektur yang terkandung pada hotel Santika Dyandara dengan melihatnya melalui penekanan unsur musik.

PERMASALAHAN

Bagaimana “membaca” desain hotel

Santika Dyandra dengan menggunakan pendekatan terhadap musik?

HASIL PENELITIAN TEORI MUSIK

DAN ARSITEKTUR PENGUMPULAN DATA

- Observasi Gambar Kerja - Dokumentasi

- Kajian Pustaka

KESIMPULAN AKHIR ANALISA


(22)

(23)

(24)

(25)

• Transisi

Merupakan penyusunan elemen desain dengan mengatur tingkatan perubahan pada salah satu aspek komposisi.

• Dominasi (Emphasis)

Merupakan penekanan dengan menerapkan elemen/ unsur/ ataupun objek yang berbeda dengan elemen lainnya sehingga menjadi pusat perhatian utama dalam keseluruhan komposisi tersebut.

c) Proporsi

Proporsi adalah sesuatu yang berhubungan dengan ukuran dengan ukuran dari segala aspek pekerjaan dan bagian tertentu yang dijadikan standard (Vitruvius, 1486). Proporsi merupakan hubungan antar bagian dengan keseluruhan. Oleh karena itu, diperlukan suatu perbandingan (ratio) yang menjadi patokan suatu benda berproporsi.

Menurut DK Ching (2000:278), Proporsi lebih menekankan pada hubungan yang sebenarnya atau harmonis dari suatu bagian dengan bagian yang lain atau secara menyeluruh. Sebuah ruangan akan menjadi proporsi yang bersemangat jika ukuran tubuh manusia sesuai dengan kebutuhan.

Proporsi ditentukan oleh rasio dasar yang bersifat permanen dan digunakan sebagai penentu rasio berikutnya dalam sebuah obyek. Menurut Euclid (Ching 1966;132) seorang ahli matematika Yunani Kuno menyatakan bahwa rasio merujuk pada sebuah perbandingan kuantitatif dari dua benda yang serupa, sedangkan pada proporsi kepada kesetaraan masing-masing rasio tersebut.

Sistem pada proporsi membentuk satu kesatuan hubungan visual yang konsisten. Sistem Golden Section yang juga sering diistilahkan dengan dengan

Golden Ratio yang dijabarkan dalam bentuk bilangan 1.618033988749895 .., yang akrab disebut dengan ‘Phi’(Φ). M. Borissavlievitch mengemukakan bahwa proporsi Golden Section menghadirkan kesetimbangan antara dua bagian yang asimetri dan tidak sebangun (Padovan,1999).

Keterkaitan Golden Section dengan deret angka Fibonacci adalah sama-sama memiliki besaran angka 1.618. Deret angka Fibonacci merupakan susunan angka-angka yang dimulai dari 0 dan 1 dan bisa ditulis seperti berikutt: 0,1,2,


(26)

(27)

(28)

(29)

(30)

20 Lokasi yang dipilih relatif berada di pusat kota, berdekatan dengan area perkantoran dan perdagangan dan mudah dicapai. Sesuai dengan fungsinya, maka fasilitas yang disediakan akan berkaitan dan mendukung kegiatan bisnis. Fasilitas yang disediakan antara lain ballroom,banquet roomdanbusiness centre.

2.2.3. Hirarki Fasilitas Hotel

Fasilitas dalam hotel tentu sangat beragam, agar memudahkan dalam menentukan mana yang lebih perlu dipenuhi terlebih dahulu maka fasilitas-fasilitas tersebut disusun berdasarkan hirarki seperti dibawah ini.

Jenis Fasilitas Hirarki Fasilitas Uraian Keterangan Akomodasi dan

restoran

Fasilitas Utama • Kamar tidur • Restoran dan Bar • Function Room :

(Banquet, convention room)

Standar

Rekreasi Fasilitas Sekunder • Kolam Renang • Sauna dan pusat

kebugaran • Souvenir Shop • Business Centre

Standar/Non Standar

Pelengkap Fasilitas Tambahan • Guest Laundry • Mini Shop • Car rental

Non Standar

Sumber: Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata, 1998

Tabel 2.1. Tingkatan Fasilitas Hotel

2.2.4. Hotel Sebagai Ruang Publik

Menurut Urban Land Institute, ruang publik yaitu ruang-ruang yang beriorentasi terhadap manusia (people oriented space). Ruang publik adalah tempat atau ruang yang terbentuk karena adanya kebutuhan akan tempat untuk


(31)

bertemu ataupun berkomunikasi. Pada dasarnya, ruang publik merupakan suatu wadah dalam menampung aktifitas tertentu dari manusia, baik secara individu maupun kelompok (Hakim Rustam, 2003).

Secara garis besar, Brian Pauling dalam bukunya yang berjudul The ‘Enclosing’ Public Space (2007) mengklasifikasikan ruang publik menjadi 2 bagian berdasarkan sifatnya, yakni:

a. Ruang publik tertutup, yaitu ruang publik yang terdapat di dalam bangunan yang memiliki pengertian bahwa terdapat ruang publik yang dapat diakses semua orang namun juga memiliki ruang privasi yang memiliki beberapa peraturan ataupun larangan guna membatasi kelompok-kelompok tertentu. Contoh ruang publik tertutup antara lain: perkantoran, apartemen, hotel dan lain-lain.

b. Ruang publik terbuka, yaitu ruang publik yang terdapat di luar bangunan yang dapat dimanfaatkan oleh semua orang tanpa batas tertentu. Contoh ruang publik terbuka antara lain: jalan, jalur pedestrian, taman, lingkungan, plaza, lapangan olahraga, dan lain-lain.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa hotel sebagai ruang publik yang bersifat tertutup yang memiliki ruang publik yang dapat diakses serta memiliki ruang privasi untuk kelompok-kelompok tertentu. Irwin Altman (1975) membagi ruang publik menjadi 3 bagian berdasarkan fungsi serta pendekatan individualis, yakni:

a. Primary space adalah suatu area yang dimiliki, digunakan secara eksklusif, disadari orang lain dan dikendalikan secara permanen serta menjadi bagian utama dalam kegiatan sehari-harinya.

b. Secondary space adalah suatu area yang tidak terlalu digunakan secara eksklusif, mempunyai area yang cukup luas serta menjadi ruang yang berfungsi sebagai ruang pengantar dalam memberikan kejelasan terhadap fungsi bangunan.

c. Public space adalah suatu area yang digunakan dan dapat dimasuki oleh siapapun akan tetapi harus mematuhi aturan-aturan serta norma-norma yang berlaku di area tersebut.


(32)

22

2.3. Musik

2.3.1. Definisi Musik

Menurut Boneo (2008), musik merupakan cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai suara ke dalam pola-pola yang dimengerti dan dipahami oleh manusia.

Musik dibentuk dengan cara menuangkan pikiran dan perasaan yang dikomposisikan melalui unsur-unsur pokok berupa irama, melodi, harmoni dan bentuk atau struktur lagu serta ekspresi sebagai suatu kesatuan (Jamalus, 1988).

Musik ditata dengan membentuk suatu pola teratur dan merdu yang tercipta dari alat musik ataupun suara manusia. Musik biasanya mengandung unsur ritme, melodi, harmoni dan warna bunyi (Syukur, 2005).

Suara-suara dalam musik diorganisasikan dalam waktu dan memiliki nilai seni dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan ide dan emosi dari komposer kepada pendengar (Bernstein & Picker, 1972).

2.3.2. Elemen Dasar Musik

Dalam pembentukan musik secara utuh, elemen-elemen dasar dan struktur musik mempunyai peranan penting yang saling berkaitan antara yang satu dan lainnya. Berikut dibawah ini merupakan penjelasan tentang elemen-elemen dasar pada musik :

a. Melodi

Menurut Ratner (1977) melodi adalah garis dari nada-nada. Melodi dapat naik dan turun, serta melodi dapat tetap di tempatnya untuk waktu yang singkat dan lama dalam suatu nada, serta melodi juga mempunyai wilayah nada yang luas dan sempit. Melodi dibentuk melalui rangkaian nada-nada yang mengahasilkan ide musikal yang komplit serta berirama dan mengungkapkan suatu pikiran dan perasaan (Jamalus, 1988).


(33)

(34)

(35)

(36)

(37)

(38)

(39)

e. Coda

Coda merupakan bagian penutup pada sebuah lagu. Pada umumnya lagu akan berhenti di bar yang terakhir. Coda bisa berupa repetisi, yang diulang-ulang kian lama kian tenggelam atau yang biasa disebut fade out. Fade out merupakan teknik pengulangan reffrain yang mengalami rit (tempo semakin lama semakin menurun) dan diakhiri dengan berhentinya semua alat musik (Faudy Rifky, 2013). Namun terdapat juga coda yang bisa pertahanan dari chorus yang kemudian diakhiri dengan diam.

2.3.4. Jenis-jenis Aliran Musik 1. Musik Rock

a. Definisi Musik Rock

Rock adalah singkatan dari nama jenis musik rock ’n rollyang pertama kali dilontarkan pada tahun 1950-an pada publik Amerika Serikat oleh Alan Freed dalam sebuah siaran radio yang menyiarkan acara musik rhythm and blues (R&B) secara rutin. Rock merupakan bentuk musik populer yang biasanya diiringi oleh gitar dan drum. Namun banyak juga gaya musik rock yang menggunakan alat musik seperti organ, piano, atau synthetisizers. Musik rock biasanya memiliki ketukan yang kuat/cepat (Syukur, 2005).

Sejak muncul dari Amerika Serikat, musik rock berkembang dan sekaligus dipengaruhi banyak tradisi dari budaya lain termasuk klasik, musik rakyat, serta musik dari Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Salah satu hal yang membedakan musik rock dengan jenis musik sebelumnya adalah gaya pentas. Pendekatan gaya baru pentas musik secara visual dari Elvis Presley dan The Beatles di era 1960-an mendesak seni musik hiburan populer yang berjaya hingga akhir 1960-an. Fenomena kejayaan musik populer baru muncul kembali pada tahun 1970-an ketika terjadi asimilasi antara musik pop, rock, jazz, dan musik-musik lainnya sehingga membentuk aliran-aliran hibrid baru musik seperti disco fusion dan funk. Alat musik utama yang digunakan pada musik rock adalah gitar elektrik. Alat musik lainnya adalah bas elektrik, keyboard, drum, dan terkadang menggunakan saxophone (Syukur, 2005).


(40)

30

b. Elemen Musik Rock

Musik rock terdiri dari beberapa elemen. Menurut Kamien (2004), elemen tersebut antara lain adalah:

1. Tone Color

Suara gitar listrik pada musik rock sangat berbeda dengan suara gitar pada musik pop. Suara gitar pada musik rock sering dimanipulasi secara elektronik untuk menghasilkan

range nada yang luas. Bersamaan dengan penyanyi (yang juga memainkan alat musik), kelompok musik rockmemiliki dua buah gitar elektrik (lead dan rhythm), bass elektrik, perkusi, piano elektrik (keyboard), dan synthetisizer. Beberapa kelompok juga menggunakan satu atau lebih terompet, trombon, atau saxophone. Selama tahun 1970 dan 1980, musisi rock mengeksploitasi penambahan kapasitas synthetizer dan komputer. Teknologi elektronik membuat hal tersebut menjadi mungkin sehingga suara yang dihasilkan seperti suara suatu ensemble yang besar. Tahun 1990-an, range nada pada kebanyakan kelompok rockdiperluas oleh keterlibatan disk jockey yang memanipulasi rekaman. Gaya bernyanyi musisi rocksangat bervariasi dan berbeda dengan musisi pop. penyanyi rock biasanya berteriak, menangis, meratap, menggeram, dan menggunakan suara falsetto.

2. Rhythm, Melody, dan Harmony

Rock didasari oleh ketukan yang sangat kuat pada birama 4/4 dengan tekanan yang kuat pada ketukan kedua dan keempat pada setiap bar. Setiap ketukan dibagi menjadi dua not equal sehingga menghasilkan delapan ketukan yang lebih cepat.

Lagu rock cenderung memiliki pola melodi yang diulang-ulang.

2. Musik Jazz

a. Definisi Musik Jazz

Musik Jazz adalah salah satu ikon budaya musik abad 20 yang lahir di Amerika Serikat dari proses akulturasi unsur budaya Afrika (terutama Afrika Barat) dengan unsur musik Eropa. Jazz lahir dari suatu komunitas negro di New


(41)

Orleans (selatan Amerika Serikat) terutama setelah berakhirnya perang saudara Amerika Serikat 1886. Kelahiran jazz banyak dikaitkan dengan proses perkembangan musik blues, ragtime, dan be bop yang selalu bersinggungan satu sama lain. Karakteristik permainan improvisasi musik jazz tampak pada pendekatan individual cara bermain para musisinya. Jazz sering dianggap sebagai perkembangan lebih lanjut dari permainan piano yaitu dengan munculnya teknik sinkopasi. Sinkopasi merupakan suatu teknik permainan yang menunda jatuhnya ketukan nada dari suatu melodi atau lagu. Ketiga teknik permainan: improvisasi, sinkopasi, dan blue note membentuk trilogi yang menjadi ciri khas utama musik jazz. Pada awalnya jazz hanyalah aktivitas bermusik spontan dengan alat musik. Nyanyian kerja, spiritual, dan blues menjadi bentuk awal musik jazz. Tema musik jazz diambil dari musik rakyat, musik hiburan, atau ide spontan. Melodi pokok jazz lalu dikembangkan dalam permainan improvisasi yang disebut chorus, yaitu bagaimana permainan improvisasi sepanjang 32 birama yang bertolak dari suatu progresi akor atau harmoni. Dari improvisasi jazz ini berkembang gaya swing, semacam dorongan rasa khas dalam musik jazz. Swing merupakan dorongan perasaan untuk memberi kesan mengayun, menghentak, atau mendorong suatu perasaan ritmis dinamis yang membuat musik jazz terasa ’jazzy’atau ngejazz. Perasaan swing ini berhubungan dengan gerak dan tekanan hitungan ritme dalam musik jazz yang disebut detak atau hentakan. Perasaan swing (mengayun) menjadi unsur keempat yang menjadi ciri khas musik jazz (Syukur, 2005).

b. Elemen Musik Jazz

1. Tone Color

Jazz umumnya dimainkan oleh kelompok kecil yang terdiri dari 3-8 orang pemain atau oleh kelompok besar (big band) yang terdiri dari 10-15 orang pemain. Ciri dari jazz terletak pada ritme. Ritme yang biasanya dihasilkan oleh piano, bass, tuba, perkusi, banjo atau gitar mempertahankan ketukan. Alat musik solo jazz yang utama adalah cornet, trompet, saxophone, piano, clarinet, vibraphone, dan trombone. Jazz mengutamakan brass, woodwind, dan perkusi daripada bowed strings yang mendominasi musik simfoni. Pemain brass menghasilkan variasi nada dengan menggunakan mute(tekanan suara) yang


(42)

32 berbeda dan teknik mute. Pertunjukkan jazz biasanya meliputi sesi solo dan ensemble. Misalnya, ensemble yang penuh diikuti oleh solo trompet dan solo clarinet atau duet saxophone dan trompet.

2. Rhythm, Melody, dan Harmony

Sinkopasi dan swing adalah dua hal terpenting pada jazz. Musisi jazz dapat dikatakan bermain swing ketika mereka mengkombinasikan irama yang tenang dengan perasaan gembira dan santai. Musisi jazz dapat menghasilkan perasaan swing ketika mereka memainkan nada secara ringan. Melodi jazz sangat fleksibel, sama seperti pitch pada irama. Mereka menggunakan tangga nada mayor yang mana nada ketiga, kelima, dan ketujuh lebih rendah atau datar (Schwartz, 2003).

3. Musik Pop

a. Definisi Musik Pop

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) musik pop adalah musik dengan irama yang sederhana sehingga mudah dikenal dan disukai oleh orang umum. Menurut Frith (dalam Shuker 2005) musik pop berkaitan dengan nada yang popular dan pengekspresian perasaan sehari-hari. Musik pop didesain agar terlihat familiar yang diasosiasikan dengan jenis musik tertentu yang bersifat modern (Dolfsma,2004).

b. Elemen Musik Pop

1. Tone Color

Musik pop mencirikan suara dan kebanyakan bintang pop adalah penyanyi dibandingkan instrumental. Pada umumnya musik pop memiliki durasi waktu kurang dari 5 menit. Menurut Frith, Straw, dan Street (dalam Dolfsma, 2004), musik pop didesain dengan bentuk yang familiar. Shuker (2005) juga mendefinisikan musik pop sebgai musik yang mudah diperoleh, beriorentasi pada lingkungan yang universal serta menekanan pada reffrain atau ulangan lagu yang mengesankan dan lirik yang menyenangkan dengan tema romantis. Pengertian musik populer melalui pernyataan di atas terdapat dua makna, yaitu sebagai berikut : (1) Jenis musik mudah disenangi, mampu diterima dan cepat


(43)

dipahami masyarakat pada saat tertentu/kurun waktu terbatas dan, (2) Musik yang disajikan kepada pendengarnya dengan mengutamakan teknik penyajian dan kebebasan dalam dalam menggunakan ritme dengan tujuan memuaskan orang dengan khayalan ekspresi yang indah, tanpa penikmat musik itu sendiri perlu memiliki rasa musikalitas yang tinggi agar dapat menikmati ritme.

2. Rhythm, Melody, dan Harmony

Melodi pada musik pop mudah diterapkan dengan berbagai karakter lirik. Musik pop tidak memiliki perubahan ritme. Memiliki harmoni yang tidak terlalu rumit serta memiliki tempo yang bervariasi.

4. Musik Klasik

a. Definisi Musik Klasik

Istilah klasik menurut Enslikopedia Indonesia adalah suatu karya (umumnya karya cipta jasa tampilan) yang bernilai seni serta ilmiah, terkadang keindahan dan tidak akan pernah luntur sepanjang masa (Shadily 1982:1793). Menurut Blume (dalam Prier SJ 1993:76), musik klasik adalah karya seni musik yang mengutamakan daya ekspresi dan bentuk bersejarah sedemikian hingga terciptalah suatu ekspresi yang meyakinkan dan dapat bertahan terus. Menurut Merrit (2003), musik klasik terbagi atas 4 zaman, yakni:

i. Musik Zaman Barok

Musik klasik zaman Barok berlangsung dari tahun 1600 sampai 1750 ditandai oleh strukturnya yang akurat dan tepat. Geraknya yang energik serta memiliki tempo yang teratur. Contoh karya pada musik barok adalah Canon in D yang diciptakan oleh Johann Christoph Pachelbel. Musik Canon in D menggunakan penempatan nada yang saling tumpah tindih atau saling menyambung antara nada satu dengan nada lainnya.

ii. Musik Zaman Klasik

Zaman klasik terjadi dari tahun 1750 sampai 1820. Jika musik zaman barok ditandai dengan perubahan dinamika suara yang tidak terlalu


(44)

34 kontras, musik zaman klasik ditandai oleh aksen dan dinamika yang bisa berubah secara tiba-tiba dan mengejutkan sehingga menyebabkan irama tidak bersifat monoton.

iii. Musik Zaman Romantis

Musik zaman Romantis berkisar antara tahun 1820 sampai tahun 1900. Musik klasik pada zaman ini terdengar liris, fantastis, membuat pendengar merinding dan sangat efektif dalam membantu mengungkapkan perasaan seseorang.

iv. Musik Zaman Impresionis

Musik zaman Impresionis dimulai pada akhir abad ke 19. Musik zaman ini sangat baik dalam memicu khayalan karena banyaknya perubahan dalam warna nada dan nuansa perasaan yang lembut.

b. Elemen Musik Klasik

1. Tone Color

Musik klasik menggunakan peralihan dinamik dari lembut sampai keras atau crescendo menjadi lembut atau descrescendo. Pemakaian ornamen yang dibatasi. Karya musik ini berdampak dalam membangun semangat, memberi energi serta meningkatkan daya intelektual.

2. Rhythm, Melody, dan Harmony

Musik klasik memiliki perubahan tempo dengan percepatan atau

acclereando atau dengan perlambatan ritardando. Musik klasik identik dengan

pemakaian akord 3 nada yang dibunyikan secara serentak sehingga menghasilkan harmonisasi yang teratur.

2.4. Kajian Literatur Proyek Arsitektur dengan Tema Musik

2.4.1. Aziza Melati & Bambang Soemardjono (2013), Canon sebuah Teori Musik sebagai Tema Objek Rancang Sekolah Tinggi Seni Pertunjukan Indonesia,Jurnal Sains dan Seni Pomits Vol. 2, No.2 Melati Aziza dan Bambang Soemardiono (2013) memulai perancangan melalui pemikiran yang dikatakan oleh Goethe bahwa arsitektur adalah musik


(45)

yang membeku Sama halnya dengan musik bahwa arsitetur juga memiliki irama. Sehingga mereka memilih musik canon sebagai tema perancangan. Dimana

Canon memiliki karakter seperti pengulangan pada melodi yang didalamnya terdapat melodi Leader dan Follower dengan durasi tertentu dan imitasi oleh melodiFollower berupa ritme atau interval yang sama. Partitur Canon digunakan sebagai penerjemah transformasi dalam pola garis. Simbol garis digunakan sebagai acuan pada penerapan terhadap perancangan.

Untuk canon sederhana, partitur yang dipakai adalahCanon in D(karya J. Pachelbel). Sedangkan untuk contoh yang lebih kompleks menggunakan partitur laguGia torna a rallegrarl’aria e la terra(karya Lucas Marenzio).

Setelah melakukan proses analisa partitur Canon ke dalam simbolisasi garis (Gambar 2.25), selanjutnya dibuat penerapan kedalam proses perancangan yang diinginakan, yaitu:

• Bentuk garis Follower yang sama mengacu pada interval yang sama

(Gambar 2.26)

• Bentuk garisFollowermengacu pada ritme yang sama(Gambar 2.27). Penjelasan diatas merupakan kriteria umum yang didapat dari karakter temaCanon dan penyesuaian terhadap bentuk keinginan perancangan. Dalam hal ini juga terdapat pertimbangan khusus terhadap perancangan, antara lain:

• Memperhatikan faktor kenyamanan, sirkulasi serta penataan parkir. • Memperhatikan keamanan dalam tapak, Memperhatikan sistem

sirkulasi dalam memudahkan pencapaian kendaraan pemadam kebakaran..


(46)

(47)

a. Konsep Siteplan

Konsep-konsep desain rancang yang diterapkan pada siteplan, antara lain sebagai berikut :

• Sistem sirkulasi secara keseluruhan adalah outer ringroad agar memudahkan dalam pencapaian ke masing–masing bangunan, terutama bagi mobil pemadam kebakaran.

• Yang berperan sebagai garis“Leader”adalah gedung departemen tari, departemen musik dan masjid. Sedangkan gedung rektorat dan gedung departemen tari berperan sebagai garis“Follower”.

• Yang berperan sebagai garis penegas dari garis “Leader” ditempati oleh gedung penunjang yang sifatnya publik (Gedung Pertunjukkan) dan garis garis hardscape softscape.

b. Konsep Gubahan Massa dan Exterior

`Konsep gubahan massa diumpamakan membentuk pola Canon sederhana dengan cara sebagai berikut :

• Layering pada bangunan

• Bangunan sebagai“Leader”diletakkan dibelakang, agar sekuen antara “Leader”dan“Follower”terlihat.

• Pemberian warna yang berbeda untuk“layer”dan bangunannya.

Dalam penerapan di perancangan, pembeda antara “Leader” dan “Follower” dibedakan berdasarkan hal berikut:

• Layering yang berbeda pola tetapi ritmenya sama (contoh Gedung Pertunjukan)


(48)

(49)

(50)

(51)

(52)

(53)

(54)

(55)

2.5. Keterkaitan antara Musik dan Arsitektur 2.5.1. Denah

MUSIK ARSITEKTUR HOTEL SANTIKA

DYANDRA MEDAN Intro:

• Merupakan awal dari sebuah lagu.

• Sebagai patokan awal dalam memasuki melodi utama.

• Kerangka

pengembangan irama atau motif dalam permainan saat dijadikan iringan vokal.

Entrance:

• Memberikan peran dan fungsi tertentu dalam suatu bangunan. • Sebagai tanda transisi

antara exterior dan interior.

Gerbang Hotel:

• Merupakan jalur masuk menuju bagian dalam hotel. Pada Groundfloor terdapat 3 (tiga) jalur masuk menuju ruang dalam pada hotel, yakni melalui Jl. Pengadilan, Jl. Candi Prambanan dan Jl. Maulana Lubis.

Bait:

• Merupakan awal dari sebuah lagu yang biasanya pola nadanya hampir sama.

• Memberikan gambaran terhadap pesan utama pada sebuah lagu.

Secondary Space: • Suatu area yang tidak

terlalu digunakan secara eksklusif.

• ruang pengantar dalam memberikan penjelasan terhadap fungsi bangunan.

Convention Room:

• Terletak pada ground floor hotel Santika dyandra.

• Sebagai pemberi gambaran kepada pengunjung terhadap fungsi bangunan.

Bait:

• Merupakan awal dari sebuah lagu yang biasanya pola nadanya hampir sama.

• Memberikan gambaran terhadap pesan utama pada sebuah lagu.

Secondary Space:

• Suatu area yang tidak terlalu digunakan secara eksklusif.

• ruang pengantar dalam memberikan penjelasan terhadap fungsi bangunan.

Receptionist:

• Terletak pada lantai 1 hotel Santika dyandra. • Sebagai alur pengantar

dalam pencapaian menuju kamar hotel.


(56)

46

Bait:

• Merupakan awal dari sebuah lagu yang biasanya pola nadanya hampir sama.

• Memberikan gambaran terhadap pesan utama pada sebuah lagu.

Secondary Space:

• Suatu area yang tidak terlalu digunakan secara eksklusif.

• ruang pengantar dalam memberikan penjelasan terhadap fungsi bangunan.

Banquet:

• Terletak pada lantai 2 hotel Santika Dyandra. • Merupakan ruang yang

tidak digunakan secara umum. Hanya digunakan terhadap kelompok-kelompok tertentu yang sedang mengadakan acara yang diadakan di hotel.

Interlude:

• Sisipan melodi pada pertengahan lagu. • Merupakan bagian yang

menyambungkan antar bait denganreffrein. • Terdiri dari beberapa bar

atau pola akord.

• Berguna sebagai bagian transisi menuju kembali kepada lagu pokok.

Trantition Space:

• Lintasan dari suatu taraf tingkatan, subjek, tempat ke tempat lainnya.

• Sebagai penghubung antara akhiran dari aktifitas sebelumnya sebelum memasuki aktifitas yang baru.

• Ruang penghubung fisik diantara 2 ruangan yang didesain dengan aspek fungsional maupun sebagai unsur penambahan dalam estetika.

Restoran, Kolam Renang dan Caffee Shop:

• Terletak pada lantai 3 hotel Santika Dyandra sebagai fasilitas sekunder pada hotel.

• Transisi menuju kamar hotel yang terdapat pada lantai 4 sampai dengan lantai 11.

• Merupakan penghubung dari aktifitas umum menuju aktifitas yang bersifat privasi.

Reffrain:

• Merupakan inti dari sebuah lagu.

Primary space :

• Merupakan bagian utama dalam sebuah

Kamar Hotel:

• Terletak pada lantai 4 sampai dengan lantai 11


(57)

• Notasi dan pengulangannya sama dan memiliki syair yang sama, namun kemungkinan syairnya sedikit dimodifikasi.

bangunan.

• Digunakan secara eksklusif pada kelompok-kelompok tertentu.

hotel Santika Dyandra. • Hanya diperuntukkan

bagi pengunjung yang menyewa ataupun menginap pada kamar yang disediakan pihak hotel.

• Memiliki bentuk denah yang sama pada tiap lantainya.

Tabel. 2.2. Tabulasi keterkaitan antara musik dan arsitektur

2.5.2. Tampak

MUSIK ARSITEKTUR HOTEL SANTIKA

DYANDRA MEDAN Melodi:

• Merupakan elemen pembentuk musik. • Terdiri dari rangkaian

nada-nada yang menghasilkan ide musikal.

Bukaan:

• Merupakan salah satu elemen pembentuk fasad.

• Berfungsi sebagai alur sirkulasi udara.

Jendela:

• Elemen pembentuk tampak pada hotel Santika Dyandra.

• Terdiri dari rangkaian jendela yang memiliki ukuran bervariasi. Irama:

• Bunyi yang bersifat dinamika yang bergerak secara teratur serta berhubungan dengan panjang pendeknya not.

• Sekelompok bunyi dan diam panjang pendeknya dalam waktu yang

bermacam-Ritme:

• Sebagai pergerakkan yang bercirikan unsur-unsur atau motif berulang.

• Disusun secara terpola dengan interval secara teratur maupun tidak teratur.

Ritme Jendela:

• Susunan jendela disusun berdasarkan ritme yang bergerak teratur dengan tingkat kerapatan antara satu jendela dengan jendela lainnya.


(58)

48

macam dalam bentuk yang berulang-ulang. Harmoni:

• Bunyi gabungan dua nada atau lebih, yang berbeda tinggi atau rendahnya dan dibunyikan secara serentak.

• Selaras, sepadan, bunyi serentak.

• Berisi akord-akord yang dirangkai dengan membentuk pola-pola tersendiri yang tidak dapat dipisahkan.

Komposisi:

• Susunan berberapa macam bentuk yang terjalin dalam suatu kesatuan sehingga terwujud bentuk baru yang sesuai dengan kondisi tertentu.

• Susunan unsur-unsur dalam suatu karya yang memancarkan

kesatupaduan, irama

dan juga

keseimbangan.

Komposisi Jendela: • Penggabungan susunan

dari ritme jendela sehingga menghasilkan pola yang teratur serta memiliki satu kesatuan.

Tabel. 2.3. Tabulasi keterkaitan antara musik dan arsitektur


(59)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipilih pada penelitian dengan judul “Membaca Karya Arsitektur Sebagai Sebuah Komposisi Musik, Studi Kasus: Hotel Santika Dyandra Medan” adalah jenis penelitian deskriptif. Arikunto (2010;3) mengatakan metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, situasi, peristiwa ataupun kegiatan yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan kondisi pada gedung Santika Dyandra Medan. Penelitian deskriptif hanya menginterpretasikan fakta yang saat ini sedang terjadi tanpa mempermasalahkan keadaan sebelum ataupun sesudahnya.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2008:14) pendekatan kualitatif adalah metode analisis yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti objek tertentu yang bersifat alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci. Hasil penelitian ini lebih menekankan makna daripada generalisasi.

3.2. Variabel Penelitian

Menurut Sinulingga (2011), bahwa variabel merupakan objek penelitian yang menjadi titik perhatian pada penelitian. Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu:

a. Variabel independen (bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi timbulnya variabel dependen (terikat). Pada penelitian ini variabel independen adalah elemen serta komponen lagu pada musik.

b. Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini variabel dependen adalah elemen serta komponen arsitektur pada Hotel Santika Dyandra.


(60)

49

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipilih pada penelitian dengan judul “Membaca Karya Arsitektur Sebagai Sebuah Komposisi Musik, Studi Kasus: Hotel Santika Dyandra Medan” adalah jenis penelitian deskriptif. Arikunto (2010;3) mengatakan metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, situasi, peristiwa ataupun kegiatan yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan kondisi pada gedung Santika Dyandra Medan. Penelitian deskriptif hanya menginterpretasikan fakta yang saat ini sedang terjadi tanpa mempermasalahkan keadaan sebelum ataupun sesudahnya.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2008:14) pendekatan kualitatif adalah metode analisis yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti objek tertentu yang bersifat alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci. Hasil penelitian ini lebih menekankan makna daripada generalisasi.

3.2. Variabel Penelitian

Menurut Sinulingga (2011), bahwa variabel merupakan objek penelitian yang menjadi titik perhatian pada penelitian. Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu:

a. Variabel independen (bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi timbulnya variabel dependen (terikat). Pada penelitian ini variabel independen adalah elemen serta komponen lagu pada musik.

b. Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini variabel dependen adalah elemen serta komponen arsitektur pada Hotel Santika Dyandra.


(61)

Gambar 3.1. Diagram variabel penelitian (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

3.3 Sampel

Sampel adalah suatu informasi atau pemberi informasi dari semua analisa yang karakternya memenuhi segala yang dapat dibutuhkan dalam proses penelitian (Singarimbun dan Efendi, 1984). Dalam proses pengambilan sampling teknik digunakan teknik purposive sampling dimana dalam proses pengambilan

INTRO ENTRANCE

BAIT R. KEPEGAWAIAN INTERLUDE COFFEE SHOP

REFFRAIN KAMAR

CODA R. M&E

MELODI BUKAAN IRAMA RITME HARMONI KOMPOSISI ARSITEKTUR DENAH TAMPAK

Membaca Karya Arsitektur Sebagai Sebuah Komposisi Musik Studi Kasus : Hotel Santika Dyandra

HASIL PENELITIAN


(62)

51 sampel tersebut disengaja dan telah ditentukan sesuai dengan ciri-ciri sumber yang dianggap paling tahu dan paling mengerti. Sehingga dengan begitu penulis dengan mudah untuk meneliti objek yang sedang diteliti tersebut. ( Sugiyono (2008: 218 ) sesuai dengan teori diatas maka sampel yang dibutuhkan adalah:

a. Denah Hotel Santika Dyandra

Denah pada hotel Santika Dyandra dipilih sebagai informasi dalam membaca komponen penyusunan lagu pada musik.

b. Tampak Hotel Santika Dyandra Medan.

Tampak pada hotel Santika Dyandra digunakan sebagai sampel dalam membaca unsur-unsur pada musik.

3.4. Metoda Pengumpulan Data

Ada beberapa cara dalam menentukan metoda pengumpulan data, menurut Sinulingga (2010), teknik pengumpulan data terbagi atas : wawancara, kuisioner, observasi, dokumentasi serta kajian pustaka. Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya mengumpulkan data berdasarkan metoda observasi, wawancara, dokumentasi serta tinjaun pustaka.

a. Observasi

Menurut Sinulngga (2001), observasi merupakan pengamatan secara langsung yang dilakukan peneliti terhadap objek penelitian. Observasi yang dipakai bersifat tak berstruktur, dimana peneliti harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek.

b. Depth Interview

Dilakukan dengan cara mewawancara narasumber yang dianggap memenuhi syarat. Narasumber dianggap memahami informasi terkait penelitian. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data baik lisan maupun tulisan, dokumen, gambar mengenai objek penelitian.


(63)

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data yang relevan dengan variabel yang diteliti dengan mengumpulkan data-data pada gedung Santika Dyandra. Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan gambar-gambar pada lokasi penelitian.

d. Kajian Pustaka

Tujuan dari metoda ini adalah untuk memperoleh literatur-literatur yang lebih lengkap mengenai elemen serta komponen penyusun dalam bangunan gedung Santika Dyandra dengan mengeksplorasinya ke dalam elemen pada musik serta komponen penyusun pada lagu.

3.5. Kawasan Penelitian

Kawasan Penelitan berada pada daerah komersil, yaitu berada didaerah kecamatan Medan Petisah di Jalan Kapten Maulana Lubis No.7, Medan Sumatera Utara.

Alasan memilih lokasi yang dijadikan subjek utama pada penelitian ini dikarenakan hotel Santika Dyandra merupakan gedung yang memiliki desain arsitektur modern dan merupakan bangunan yang memiliki karakteristik baik dari sirkulasi maupun pada fasad.


(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

57 Pembangunan gedung ini pada awalnya memiliki sejumlah pertanyaan menyangkut desain yang ditampilkan dimana pada kawasan Hotel Santika Dyandra yang terletak di pusat kota Medan merupakan deretan bangunan yang memiliki sifat arsitektur regional, seperti pada hotel Grand Aston yang dibangun dengan tema arsitektur kolonial juga terdapat gedung Bank Indonesia yang bertemakan arsitektur kolonial. Sedangkan pada Hotel Santika yang didesain dengan tema arsitektur modern memiliki alasan hotel tersebut dapat memberikan karakter tersendiri sebagai bangunan yang mengarah pada unsur bisnis sehingga memiliki daya tarik bagi pengunjung.

4.3. Karya Arsitektur Sebagai Komposisi Musik

Sesuai dengan sampel yang tertera pada metodologi penelitian, ditetapkan 2 variabel penelitian. Sampel penelitian yang ditetapkan adalah denah serta tampak Hotel Santika Dyandra.

Pemilihan dua sampel tersebut dilakukan dengan melalui observasi dari gambar kerja pada denah dan tampak melalui unsur serta komponen dalam musik. Observasi pada denah dilakukan dengan menggunakan komponen yang terkandung dalam sebuah lagu yang didalamnya terdapat intro, bait, interlude, reffrain serta coda. Sedangkan pada tampak, observasi dilakukan dengan menggunakan unsur yang terkandung dalam musik berupa irama dan harmoni dengan melihat dari ritme serta komposisi pada tampak bangunan.

4.3.1 Denah

Komponen-komponen pada sebuah lagu merupakan suatu proses dalam sebuah cerita yang terkandung didalam sebuah lagu. Komponen tersebut disusun menjadi satu kesatuan. Komposisi musik pada sebuah lagu merupakan cerita sang komposer tentang dunia ataupun imajinasinya. Karena bersinonim dengan cerita, dalam komposisi lagu juga terdapat pendahuluan, bagian utama dan penutup yang biasa disebut song structure. Sama halnya dengan denah, peletakan tempat digambarkan secara teratur serta mempunyai tujuan untuk menentukan jalur masuk (entrance), inti bangunan serta jalur keluar (exit). Berdasarkan judul penelitian ”Membaca Karya Arsitektur Sebagai Sebuah Komposisi Musik”, maka


(69)

(70)

(71)

(72)

Jarak antar batas bangunan terhadap

entrance

7,5 meter


(73)

(74)

(75)

(76)

Beberapa ruangan arsip serta ruangan staff sebagai alat musik utama pengiring pada bait (lantai 1)

Void sebagai pelengkap dalam penyempurnaan bait.


(77)

(78)

(79)

(80)

(81)

(82)

Denah Tipe Kamar Lantai 4–Lantai 6 Deluxe Lantai 7–Lantai 8 Executive

Lantai 9 Premiere

Lantai 10-11 Executive

Lobby berfungsi sebagai pemberi tanda dalam memasuki reffrain.


(83)

Perubahan akord dasar sebagai bentuk overtune pada reffrain.

Denah pada lantai 9 Denah pada lantai 8

Overtune pada bentuk denah


(84)

(85)

Sirklus Tangga dalam pencapaian menuju lantai 12


(86)

(87)

A

B

C


(88)

Ritme pada bukaan yang dianalogikan sebagai irama dengan 8 not pada 1 bar yang tiap not memiliki nilai 1/2 ketuk.

Nilai ½ ketuk sehingga menghasilkan 1 ketukan dalam 2 not nada.


(89)

Susunan bukaan pada jendela yang lebih rapat dapat dianalogikan sebagai susunan not pada 1 bar dengan nilai ¼ ketuk. Terjadinya tempo yang lebih cepat dibandingkan dengan zona A.

Nilai ¼ ketuk sehingga menghasilkan 1 ketukan dalam 4 not nada.


(90)

Zona pada Tampak Timur Not Nada Nilai

A

½ ketuk

B

¼ ketuk

C

1 ketuk

Susuanan bukaan pada jendela dengan jarak yang lebih jauh. Dianalogikan sebagai not balok dengan nilai tiap not sebesar 1 ketuk. Sehingga pada 1 bar, terdapat 4 not nada.

Nilai 1 ketuk sehingga menghasilkan 4 ketukan dalam 4 not nada di dalam 1 bar.


(91)

(92)

(93)

Ritme pada bukaan yang dianalogikan sebagai irama dengan 8 not pada 1 bar yang tiap not memiliki nilai 1/2 ketuk.

Nilai ½ ketuk sehingga menghasilkan 1 ketukan dalam 2 not nada.


(94)

Susunan bukaan pada jendela yang lebih rapat dapat dianalogikan sebagai susunan not pada 1 bar dengan nilai ¼ ketuk. Terjadinya tempo yang lebih cepat dibandingkan dengan zona A.

Nilai ¼ ketuk sehingga menghasilkan 1 ketukan dalam 4 not nada.


(95)

Memiliki persamaan jarak bukaan pada zona B, namun dibedakan berdasarkan tinggi nada. Pada zona C dimulai pada tangga nada 5 (sol).

Nilai ¼ ketuk sehingga menghasilkan 1 ketukan dalam 4 not nada.

Spasi terhadap jendela

The image cannot be display ed. Your computer may not hav e enough memory to open the image, or the image may hav e been corrupted. Restart y our computer, and then open the file again. I f the red x still appears, y ou may hav e to delete the image and then insert it again.

Perbedaan ukuran pada jendela dianalogikan sebagai

perbedaan pada nilai ketukan. Nilai pada not menjadi 1 ketukan sehingga dapat menghasilkan 4 ketukan pada satu birama.


(96)

Zona pada Tampak Utara

Not Nada Nilai

A

½ ketuk

B dan C

¼ ketuk

D

½ ketuk

1 ketuk


(97)

(98)

LEADER

FOLLOWER

FOLLOWER

FOLLOWER


(99)

A

B


(100)

Ritme pada bukaan yang dianalogikan sebagai irama dengan 8 not pada 1 bar yang tiap not memiliki nilai 1/2 ketuk.

Nilai ½ ketuk sehingga menghasilkan 1 ketukan dalam 2 not nada.

Susunan bukaan pada jendela yang lebih rapat dapat dianalogikan sebagai susunan not pada 1 bar dengan nilai ¼ ketuk. Terjadinya tempo yang lebih cepat dibandingkan dengan zona A.

Nilai ¼ ketuk sehingga menghasilkan 1 ketukan dalam 4 not nada.


(1)

Zona pada Tampak Barat Not Nada Nilai

A

½ ketuk

B

¼ ketuk

1 ketuk

Kombinasi


(2)

LEADER


(3)

97 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah dilakukannya observasi pada denah serta tampak pada hotel Santika Dyandra, diolah dan dianalisis, terdapat beberapa kesimpulan yang didapat dari penelitian ini, antara lain:

1. Musik merupakan salah satu cabang seni yang dapat membaca karya arsitektur dengan cara melakukan observasi melalui unsur-unsur musik terhadap unsur-unsur dalam karya arsitektur.

2. Terhadap studi kasus pada hotel Santika Dyandra, denah pada hotel yang dihasilkan dapat dibaca dengan menggunakan komponen penyusunan lagu yang memunculkan kesimpulan bahwa denah hotel tersebut dapat dikategorikan sebagai aliran musik pop yang memiliki susunan komponen penyusunan lagu yang sederhana dimana intro tidak memiliki aliran nada yang panjang, hanya memberikan sentuhan yang sedikit pada awal pembukaan lagu. Dilihat dari bait, musik pop selalu menggunakan bait lebih dari satu dengan irama yang sama namun berbeda lirik. Sesuai dengan bait pada bangunan yang mengunakan 2 (dua) bait dan memiliki fungsi ruangan yang berbeda. Musik pop dan denah hotel Santika Dyandra memilikiinterlude

sebagai transisi menuju reffrain. Musik pop cenderung menggunakanreffrain

yang bersifat pengulangan dengan lirik yang sama. Sedangkan pada coda, musik pop cenderung memberikan sentuhan fade-out pada akhir lagu, sama halnya dengan coda pada bangunan yang bersifat demikian.

3. Berdasarkan definisi musik klasik yang tertuang dalam tinjauan pustaka bahwa musik klasik merupakan jenis aliran musik yang memiliki karakter leader dan follower serta menggunakan pola akord 3 nada yang masing-masingnya memiliki tempo serta dinamika yang berbeda namun teratur maka melalui unsur irama dan harmoni, tampak pada bangunan merupakan salah


(4)

satu aliran musik klasik yang memilikileaderdanfollowerdengan pemakaian akord 3 nada sehingga menghasilkan harmonisasi yang bersifat teratur.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, peneliti mengharapkan para pelaku arsitek dapat mengetahui bahwa karya arsitektur dapat dilihat melalui karya seni musik maupun cabang karya seni lainnya. Penelitian ini memiliki potensi yang menarik untuk dikembangkan, sehingga peneliti mengharapkan adanya peneliti-peneliti lain yang akan melanjutkan peneliti-penelitian yang berkaitan antara aristektur dan musik.


(5)

99

DAFTAR PUSTAKA

Ching F.D.K. 1985. Arsitektur: “Bentuk, Ruang dan Susunannya”. Jakarta: Erlangga.

Nur, Alia Permata. 2005. Hubungan Arsitektur dan Baroque Dilihat dari Karakter-karakter Elemen Dasarnya. Skripsi Sarjana, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok

A. C. Antoniades. 1990.Poetics of Architecture, Theory of Design. New York: Van Nostrand Reinhold.

Brown, F.E. 1963.Vitruvius and the Liberal Art of Architecture. Bucknell Review 11,99-107.

Aziza Melati & Bambang Soemardjono. 2013. Canon sebuah Teori Musik sebagai Tema Objek Rancang Sekolah Tinggi Seni Pertunjukan Indonesia, Jurnal Sains dan Seni Pomits Vol. 2, No.2

Nindya Stella. 2012. Keterikatan Antara Arsitektur dan Musik. Skripsi Sarjana, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok

Agrawala Vibha (2011), Music + Architecture: The Spatial Translation of Schenkerian Analysis, Journal of Undergraduate Research, 13, pp 1-10. Google Earth, (2014), Explore, Search and Discover, Http:// www.earth

google.com. Diakses : 20 Oktober 2014

Rob Krier, Bab III;Elemen Arsitektur: Erlangga

Nawawi. 1990. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: UGM Press.


(6)

Sugiyono, (2006), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Nurhayati, Yuni Dizi, 2013. Tatanan Elemen Visual Gedung Balai Kirti yang Kontekstual di Komplek Cagay Budaya Istana Bogor. Jurnal Ilmiah Vol. 17, No. 2-7.

Mantiri, Yohanes, Siswanto, Wahyudi. 2013. Eksplorasi Morfologi Musik dalam Arsitektur. Jurnal. Vol 10, No. 3

Faroga, Reo. 2014.Perletakan dan Bentuk Desain Main Entrance pada Bangunan Mall Terbuka.Journal Graduate. Vol 1, No. 1

Martin, Elizabeth ,ed. 1996. Architecture As a Translation of Music. New Jersey: Princeton Architectural Press, Inc.

Sulaiman, Auzan, ed. 2012. An Architectural Symphony: Fusing Disabilities With Music. Journal. Vol. 35, No 105-112.