BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Flora yang terdapat pada kulit terdiri dari flora normal dan flora transien. Flora normal mengacu kepada koloni mikroorganisme yang tidak bisa dibersihkan oleh
mekanisme fisis dalam mencuci tangan. Flora transien, merupakan hasil dari kontaminasi dan tidak berkoloni, memiliki kecenderungan lebih untuk
menyebabkan penyakit. Dobson, 2003. Tangan merupakan tempat utama dalam masuknya patogen-patogen yang
dapat menyebabkan penyakit infeksi Hammond et al,2000. Sehingga diperlukannya pengetahuan dalam teknik mencuci tangan untuk mengurangi
jumlah flora transien di tangan. Vessey et all, 2007 Cuci tangan adalah suatu hal yang sederhana untuk menghilangkan kotoran
dan meminimalisir kuman yang ada di tangan dengan mengguyur air dan dapat dilakukan dengan menambah bahan tertentu. Dengan cuci tangan diharapkan akan
mencegah penyebaran kuman patogen melalui tangan. Peran tangan sebagai sarana transmisi kuman patogen telah disadari sejak tahun 1840-an. Sejak itu
banyak penelitian yang memastikan bahwa dokter yang membersihkan tangannya dari kuman sebelum dan sesudah memeriksa pasien dapat mengurangi angka
infeksi di rumah sakit Teare, 1999. Cuci tangan dapat mencegah lebih dari 1 juta kematian pertahun akibat
penyakit diare, sedangkan mencuci tangan dengan sabun dapat menurunkan diare hingga 47 Dobson, 2003. Dengan higiene tangan hand hygiene yang tepat
dapat mencegah infeksi dan penyebaran resistensi anti mikroba. Higiene tangan sangat diperlukan di bidang mikrobiologi maupun di tempat perawatan atau
tempat-tempat yang rawan terjadi penyebaran mikroorganisme melalui media tangan kita. Di rumah sakit, higiene tangan yang tepat dapat menurunkan atau
mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Andrej, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Sabun anti bakteri memiliki bahan khusus yang dapat mengontrol bakteri di tangan. Ketika mencuci tangan dengan sabun antibakteri, sejumlah kecil bahan
antibakteri turut bekerja. Triclosan ialah zat antibakteri yang paling sering ditambahkan. Bahan inilah yang mengurangi jumlah bakteri berbahaya hingga
beberapa waktu kemudian. Sementara itu, efek dari mencuci tangan dengan sabun biasa tidak sehebat bila memakai sabun antibakteri. Sabun biasa memang dapat
menghilangkan bakteri tetapi cuma sebentar. Dalam waktu singkat bakteri akan berkembang lagi di tangan. Untuk penggunaan berulang, sabun pencuci tangan
mesti disukai pemakainya. Sabun pencuci tangan harus memenuhi standar khusus. Pertama, ia mesti efektif menyingkirkan kotoran. Kedua, ia tidak merusak
kesehatan kulit mengingat kulit yang sehat adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh. Ketiga, ia harus nyaman untuk dipakai. Dalam hal ini, aromanya pegang
peranan. Ia semestinya tidak menebarkan wangi yang menusuk hidung. Cara kedua untuk menciptakan higiene tangan adalah dengan menggosok tangan
menggunakan alkohol. Berbeda dari cuci tangan, pada teknik ini tidak memerlukan penggosokan yang amat kuat, mencuci dengan air dan
mengeringkannya dengan handuk Andrej, 2004. Seiring dengan bertambahnya kesibukan masyarakat terutama di perkotaan,
dan banyaknya produk-produk instan yang serba cepat dan praktis, maka muncullah produk inovasi pembersih tangan tanpa air yang dikenal dengan
pembersih tangan antiseptik atau hand sanitizer. Produk hand sanitizer ini mengandung antiseptik yang digunakan untuk membunuh kuman yang ada di
tangan, yang terdiri dari alkohol, dan triklosan. Dalam beberapa hasil penelitian terbukti bahwa hand sanitizer sangat efektif untuk mengurangi insidensi berbagai
macam penyakit, khususnya yang berhubungan dengan pencernaan. Radji et all, 2007
Penelitian yang telah dilakukan oleh Boyce 2000 menunjukkan bahwa penggunaan gel hand sanitizer lebih efektif dalam mengurangi pada petugas
medis, juga mengurangi tingkat iritasi yang diakibatkan oleh penggunaan sabun cuci tangan.
Universitas Sumatera Utara
Saat ini penggunaan hand sanitizer sudah semakin luas, tidak saja untuk tujuan memelihara kesehatan tangan akan tetapi lebih praktis misalnya dirumah
makan, di restoran cepat saji, di toilet umum, di rumah sakit, di dalam ruang bedah, di pertanian dan peternakan.
1.2. Rumusan Masalah