3. Transportasi gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian oksigen kapiler ke jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi oksigen akan berikatan
dengan Hb hemoglobin membentuk oksihemoglobin 97 dan larut dalam plasma 3, sedangkan karbon dioksida akan berikatan dengan Hb
membentuk karbominohemoglobin 30, larut dalam plasma 5, dan sebagian menjadi asam karbonat yang berada dalam darah 65.
2.2.3 Sistem Sirkulasi pada Manusia
Sistem sirkulasi terdiri dari dua sistem, yaitu sirkulasi paru sirkulasi pulmonal yang terdiri dari pembuluh-pembuluh darah yang mengangkut darah
antara jantung dan paru, serta sirkulasi sistemik yang terdiri dari pembuluh- pembuluh darah yang mengangkut darah antara jantung dan sistem organ Guyton
Hall, 2007. 1.
Sistem Sirkulasi Sistemik Darah kaya oksigen dari atrium kiri mengalir ke ventrikel kiri melalui
katup bikuspidalis. Kemudian darah dipompa keluar oleh ventrikel kiri menuju otot-otot, sebagian ke ginjal, sebagian ke otak, dan seterusnya
sehingga darah yang keluar dari ventrikel kiri tersebar, sehingga tiap- tiap bagian tubuh menerima pasokan darah kaya O
2
. Jaringan mengambil O
2
dari darah dan menggunakannya untuk mengoksidasi zat-zat gizi untuk menghasilkan energi. Darah dengan jumlah O
2
yang sedikit dan mengandung CO
2
yang meningkat akan kembali ke sisi kanan jantung Guyton Hall, 2007.
2. Sistem Sirkulasi Pulmonal
Darah dari sirkulasi sistemik masuk ke atrium kanan melalui vena kava. Darah yang mengalami deoksigenasi tersebut mengalir dari atrium
kanan ke dalam ventrikel kanan, yang memompanya ke luar melalui arteri pulmonalis ke paru. Dengan demikian, sisi kanan jantung
memompa darah ke dalam sirkulasi paru. Di dalam paru darah tersebut kehilangan CO
2
dan menyerap O
2
sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis. Darah kaya oksigen yang kembali ke atrium
kiri ini kemudian mengalir ke dalam ventrikel kiri Barret et al., 2010.
Gambar 2.3 Sistem Sirkulasi Sistemik dan Pulmonal Sumber : Kadir, 2001
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Tahan Kardiorespirasi
Faktor yang mempengaruhi daya tahan kardiorespirasi dalam penyediaan dan penggunaan oksigen, antara lain Sharkey, 2003 :
1. Faktor Internal
a. Genetik
Faktor keturunan memiliki pengaruh 25-40 dari perbedaan nilai VO
2
max dengan faktor lingkungan nutrisi dan latihan sebagai penyebab lainnya.
b. Difusi Gas pada Paru-paru
Dalam memenuhi asupan oksigen dalam tubuh dibutuhkan permukaan paru yang cukup luas untuk memperbanyak proses difusi. Dengan
demikian, untuk memperluas permukaan paru tersebut harus didukung oleh pergerakan dari rongga dada yang luas juga sebagai wadah dari
organ tersebut. c.
Volume dan Aliran Darah Otot bekerja berdasarkan besarnya oksigen dan nutrisi, di mana zat-zat
ini akan dialokasikan oleh darah ke dalam otot selama melakukan aktivitas fisik. Oksigen tersebut diangkut oleh hemoglobin yang akan
mengikat oksigen dari paru-paru dan membawanya sampai ke sel otot kemudian di sel otot akan di lepas untuk digunakan oleh mitokondria
dan karbondioksida yang merupakan zat sisa dari hasil metabolisme yang akan diangkut kembali oleh hemoglobin untuk dikeluarkan dari
paru-paru. Dengan demikian, volume dan aliran darah merupakan
salah satu hal yang sangat penting dalam mendukung proses metabolisme yang aktif.
d. Berat Badan
Jaringan lemak menyebabkan penambahan berat badan, tetapi penambahan berat badan tersebut tidak mendukung kemampuan untuk
secara langsung menggunakan oksigen selama olah raga berat. Hal tersebut disebabkan oleh karena berat badan berbanding terbalik
dengan VO
2
max yang
merupakan parameter
daya tahan
kardiorespirasi. Dengan demikian, kegemukan cenderung mengurangi VO
2
max. 2.
Faktor eksternal a.
Umur Daya tahan kardiorespirasi seseorang mengalami peningkatan pada
masa anak-anak sampai sekitar dua puluh tahun dan mencapai maksimal pada usia 20 sampai 30 tahun. Daya tahan kardiorespirasi
akan menurun seiring dengan bertambahnya usia, dengan penurunan 8-10 perdekade bagi seseorang yang jarang atau tidak melakukan
aktivitas fisik, sedangkan bagi seseorang yang sering melakukan aktivitas fisik hanya mengalami penurunan sebanyak 4-5 perdekade.
b. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang dilakukan oleh seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat daya tahan kardiorespirasi seseorang. Orang yang
terlatih akan memiliki otot lebih kuat, lebih lentur, dan memiliki
ketahanan kardiorepirasi yang lebih baik. Menurut WHO, aktivitas fisik yang baik dapat meningkatkan daya tahan kardiorespirasi, yaitu
penurunan denyut nadi, pernafasan semakin membaik, serta penurunan risiko penyakit jantung dan hipertensi. Semakin tinggi
kebiasaan olahraga, semakin bertambah daya tahan kardiorespirasinya Wiranty, 2013.
c. Jenis Kelamin
Daya tahan kardiorespirasi antara pria dan wanita memiliki perbedaan karena adanya perbedaan ukuran tubuh yang terjadi setelah masa
pubertas. Rata-rata wanita remaja memiliki kapasitas kardiorespirasi antara 15-25 lebih kecil dari pria remaja, tetapi hal ini tergantung
dari aktivitas mereka. Pada atlet remaja putri yang sering melakukan aktivitas fisik memiliki perbedaan hanya 10 di bawah atlet putra
dalam usia yang sama sesuai dengan pengukuran VO
2
max Guyton Hall, 2007.
2.2.5 Respon Fisiologis Organ terhadap Latihan