8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelebihan Berat Badan
2.1.1 Definisi
Kelebihan berat badan adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan Ganong W.F., 2003.
Jika energi dalam bentuk makanan masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang besar melebihi jumlah yang dikeluarkan, berat badan akan bertambah dan
sebagian besar kelebihan energi tersebut akan disimpan sebagai lemak di dalam tubuh Guyton Hall, 2007.
2.1.2 Epidemiologi Kelebihan Berat Badan
Kelebihan berat badan merupakan masalah kesehatan dunia yang jumlah prevalensinya selalu mengalami peningkatan setiap tahun baik di negara maju
maupun di negara berkembang. Pada tahun 2008, sebanyak 1,5 juta orang dewasa
yang berusia 20 tahun atau lebih mengalami overweight. Sebanyak 200 juta pria
dan 300 juta wanita mengalami obesitas Lailani, 2013.
Berdasarkan hasil penelitian dari National Health and Nutrition Examination Survey NHNES pada tahun 2005-2006 penduduk Amerika Serikat
yang berusia 20 tahun ke atas memiliki prevalensi kelebihan berat badan yang terdiri dari overweight tercatat sebanyak 32,6 dan obesitas sebanyak 34,3.
Prevalensi tersebut meningkat pada tahun 2011-2012 overweight tercatat sebanyak 33,9 dan obesitas sebanyak 35,1. Pada tahun 2009-2010 di Amerika
Serikat, prevalensi overweight dan obesitas berdasarkan kelompok umur, anak usia 2-5 tahun sebesar 26,7, usia 6-11 tahun sebesar 32,6 dan usia 12-19 tahun
sebesar 33,6. Hal tersebut menunjukkan bahwa prevalensi overweight dan
obesitas tertinggi pada anak remaja usia 12-19 tahun Fryar et al., 2014. 2.1.3
Proses Terjadinya Kelebihan Berat Badan
Kelebihan berat badan terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya
disimpan dalam bentuk lemak. Asupan dan pengeluaran energi dalam tubuh diatur oleh mekanisme saraf dan hormonal. Mekanisme neurohormonal bertugas untuk
meregulasi keseimbangan energi yang selanjutnya mempengaruhi berat badan. Terdapat tiga komponen pada sistem tersebut, yaitu Kumar et al., 2007 :
1. Sistem aferen yang menghasilkan sinyal hormonal dari jaringan adiposa
leptin, pankreas insulin, dan perut ghrelin. 2.
Central processing unit terdapat pada hipotalamus yang terintegrasi dengan sinyal aferen.
3. Sistem efektor yang membawa perintah dari nukleus hipotalamus dalam bentuk
reaksi untuk makan dan pengeluaran energi. Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik meningkatkan rasa lapar serta
menurunkan pengeluaran energi dan bersifat katabolik meningkatkan pengeluaran energi dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal
panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang
diperankan oleh kolesistokinin CCK sebagai stimulator dalam peningkatan rasa
lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi Sherwood, 2012.
Leptin memiliki peran yang lebih penting dibandingkan insulin dalam pengaturan homeostasis energi di sistem saraf pusat. Leptin merupakan hormon
yang dihasilkan oleh jaringan lemak yang disekresi langsung masuk ke peredaran darah dan kemudian menembus sawar darah otak menuju ke hipotalamus. Secara
umum leptin berperan dalam menghambat rasa lapar dan meningkatkan metabolisme energi. Pada seseorang dengan jaringan lemak yang berukuran besar
mengandung lebih banyak leptin dibandingkan dengan jaringan lemak yang lebih kecil Miner, 2004.
Kerja leptin diatur oleh pengikatannya ke reseptor spesifik pada dua kelas neuron di hipotalamus. Salah satu kelas neuron leptin menghasilkan peptida
anabolik seperti neuropeptida Y NPY dan Agouti-related protein AgRP yang merangsang nafsu makan oreksigenik dan juga menurunkan pemakaian energi.
Kelas lain yaitu neuron yang mengandung reseptor leptin yang menghasilkan peptida katabolik seperti
α-melanocyte-stimulating hormone α-MSH dan Cocain-and amphetamine-related transcript CART yang menekan nafsu makan
anoreksigenik. Diantara neuropeptida dan hormon yang menstimulasi asupan makanan tersebut, NPY disebut sebagai bahan yang paling berpotensi dan
ditemukan melimpah di hipotalamus. NPY menjadi materi yang banyak diteliti dalam dekade terakhir ini, karena sebagai bahan oreksigenik NPY sangat efektif
meningkatkan nafsu makan sehingga dapat timbul overweight dan obesitas Meutia, 2005.
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran
darah kemudian leptin merangsang pusat penekan nafsu makan anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi NPY sehingga terjadi
penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan
pada pusat perangsang nafsu makan orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada penderita obesitas terjadi resistensi
leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan Jeffrey, 2009.
Gambar 2.1 Mekanisme Leptin dan NPY dalam mengatur asupan makan Meutia, 2005
NPY NPY
Asupan makan Asupan makan
Pembatasan makan Defisiensi energi
Simpanan Lemak Simpanan Lemak
Sekresi leptin Leptin
2.1.4 Faktor-faktor yang menyebabkan kelebihan berat badan :