ketahanan kardiorepirasi yang lebih baik. Menurut WHO, aktivitas fisik yang baik dapat meningkatkan daya tahan kardiorespirasi, yaitu
penurunan denyut nadi, pernafasan semakin membaik, serta penurunan risiko penyakit jantung dan hipertensi. Semakin tinggi
kebiasaan olahraga, semakin bertambah daya tahan kardiorespirasinya Wiranty, 2013.
c. Jenis Kelamin
Daya tahan kardiorespirasi antara pria dan wanita memiliki perbedaan karena adanya perbedaan ukuran tubuh yang terjadi setelah masa
pubertas. Rata-rata wanita remaja memiliki kapasitas kardiorespirasi antara 15-25 lebih kecil dari pria remaja, tetapi hal ini tergantung
dari aktivitas mereka. Pada atlet remaja putri yang sering melakukan aktivitas fisik memiliki perbedaan hanya 10 di bawah atlet putra
dalam usia yang sama sesuai dengan pengukuran VO
2
max Guyton Hall, 2007.
2.2.5 Respon Fisiologis Organ terhadap Latihan
a. Pengaruh Latihan terhadap Sistem Otot
Otot memiliki mekanisme kontraksi yang digerakan oleh potensial protein kontraksi berupa aktin dan miosin selanjutnya menghasilkan kontraksi dengan
jumlah yang sangat banyak di otot. Protein aktin dan protein miosin ditemukan di berbagai jenis sel dan protein miosin pengikat protein aktin adalah salah satu
penggerak molekuler yang mengubah energi hasil hidrolisis ATP adenosine
triphospate menjadi gerakan suatu komponen seluler. Tersedianya ATP sangat
tergantung pada pemecahan sumber-sumber energi seperti glikogen, lemak baik
secara anaerob maupun aerob dimana tersedia cukup oksigen untuk melakukan
oksidasi. Pengaruh pelatihan aerobik terhadap otot berkaitan dengan kemampuan otot berkontraksi dengan pemanfaatan oksigen. Metabolisme dengan pemanfaatan
oksigen untuk penguraian karbohidrat dan lemak oleh enzim dan enzim ini merupakan enzim rantai pernapasan yang ada di mitokondria Sharkey, 2003.
b. Pengaruh Latihan terhadap Daya Tahan Kardiorespirasi
1. Sistem Kardiovaskular dalam Latihan
Persyaratan utama dari fungsi kardiovaskular dalam latihan adalah mengangkut oksigen dan nutrisi lain ke otot yang bekerja. Untuk memenuhi
keperluan tersebut, aliran darah otot meningkat secara drastis selama latihan. Aliran darah otot dapat meningkat sekitar 25 kali lipat selama latihan paling berat
Guyton Hall, 2007. Perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskular selama latihan, antara lain :
- Pengaruh latihan terhadap denyut jantung
Saat melakukan latihan frekuensi denyut jantung akan mengalami peningkatan. Peningkatan frekuensi denyut jantung terjadi sesuai dengan
intensitas latihan yang dilakukan. Jika intensitas latihan dinaikkan maka frekuensi denyut jantung juga akan meningkat, tetapi jika intensitas terus
dinaikkan pada suatu saat hubungannya tidak linier lagi berbentuk garis lurus melainkan akan ketinggalan melengkung Rilantono, 2012.
- Pengaruh latihan terhadap cardiac output dan stroke volume.
Jika pada keadaan istirahat volume darah yang dipompa dari jantung stroke volume sekitar 75 cc, pada saat berlatih dapat meningkat sampai
90 cc per denyut. Pada orang terlatih atau atlet, stroke volume yang dimiliki saat istirahat sekitar 90-120 cc, sedangkan pada saat berlatih dapat
mencapai 150-170 cc. Besarnya curah jantung cardiac output adalah frekuensi denyut jantung banyaknya denyutan selama satu menitheart
rate dikalikan volume darah yang dipompa dari jantung stroke volume. Ketika latihan, curah jantung akan meningkat sangat tinggi. Bagi orang
yang terlatih kenaikan curah jantung akan jauh lebih tinggi. Hal tersebut bertujuan untuk membuang CO
2
yang dihasilkan saat latihan Rilantono, 2012.
- Pengaruh latihan terhadap tekanan darah
Saat melakukan latihan, hormon epinefrin akan meningkat sehingga menyebabkan semakin kuat kontraksi otot jantung. Meskipun demikian
tekanan sistol tidak langsung meningkat drastis karena pengaruh epinefrin pada pembuluh darah dapat menyebabkan pelebaran dilatasi. Pelebaran
pembuluh darah akan sangat tergantung kondisinya. Jika pembuluh darah sudah mengalami pengerasan arteriosklerosis akan menjadi kaku, tidak
elastis, sehingga pelebaran akan terbatas. Dengan demikian kenaikan tekanan darah saat latihan akan dapat terjadi. Peningkatan pelebaran
pembuluh darah saat latihan juga disebabkan karena meningkatnya suhu tubuh. Banyaknya keringat yang keluar akan menyebabkan plasma darah
keluar, volume darah menurun, sehingga tekanan darah tidak naik berlebihan Aaronson, 2010.
- Pengaruh latihan terhadap darah
Pada saat latihan akan banyak sel-sel darah yang pecah baik sel darah merah, sel darah putih maupun sel pembekuan darah. Saat menggerakkan
kaki ke lantai akan menyebabkan banyak butir darah yang pecah. Demikian juga dengan gerakan-gerakan yang lain misalnya gerakan
dengan menggunakan bola juga akan dapat menyebabkan pecahnya sel-sel darah. Jika latihan dilaksanakan terus-menerus dan tidak ada hari untuk
pemulihan maka sel-sel darah akan semakin berkurang. Sebagai akibatnya adalah semakin menurunnya kadar Hb, dan imunitas atau daya tahan
terhadap penyakit infeksi menurun. Oleh karena itu dalam melaksanakan latihan setiap minggu perlu adanya satu hari istirahat dan tidur yang cukup
Aaronson, 2010. 2.
Sistem Respirasi dalam Latihan -
Pengaruh latihan terhadap konsumsi oksigen dan ventilasi paru Latihan fisik memiliki pengaruh terhadap konsumsi oksigen dan produksi
karbon dioksida serta ventilasi paru. Kadar oksigen dalam jumlah yang besar akan terdifusi dari alveoli ke dalam darah vena kembali ke paru-
paru. Sebaliknya, kadar karbon dioksida yang sama banyak masuk dari darah ke dalam alveoli. Oleh karena itu, ventilasi akan meningkat untuk
mempertahankan konsentrasi
gas alveolar
yang tepat
untuk
memungkinkan peningkatan pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Guyton Hall, 2007.
- Pengaruh Latihan terhadap Kapasitas Difusi Oksigen
Peningkatan kapasitas difusi beberapa kali lipat antara keadaan istirahat dan keadaan latihan maksimum. Darah yang melalui banyak kapiler paru-
paru mengalir sangat lambat atau bahkan diam pada keadaan istirahat, sedangkan pada latihan maksimum peningkatan aliran darah melalui paru-
paru menyebabkan semua kapiler paru-paru mendapat perfusi pada tingkat maksimum, sehingga menyediakan daerah permukaan yang jauh lebih
besar tempat oksigen dapat berdifusi ke dalam kapiler paru-paru Guyton Hall, 2007.
- Pengaruh Latihan terhadap VO
2
max Kecepatan pemakaian oksigen dalam metabolisme aerob maksimum
disingkat menjadi VO
2
max. Seseorang yang terlatih yang memiliki frekuensi latihan yang rutin memiliki kira-kira 45 lebih besar dari
VO
2
max orang yang tidak berlatih. Sehingga seorang atlet yang melakukan latihan selama bertahun-tahun memiliki VO
2
max lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak berlatih Guyton Hall, 2007.
2.2.6 Tes Daya Tahan Kardiorespirasi