Matematika – SMP | 207
dari sekadar melaksanakan suatu teknik pembelajaran di kelas. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai
struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja sedemikian rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama Kemdikbud, 2013.
Dalam kegiatan pembelajaran kolaboratif, fungsi guru lebih sebagai manajer belajar dan siswa aktif melaksanakan proses belajar. Dalam situasi pembelajaran kolaboratif antara guru dan siswa
atau antar siswa, diharapkan terjadi siswa berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing, sehingga pada diri siswa akan tumbuh rasa
aman, yang selanjutnya akan memungkinkan siswa menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama.
Dalam pembelajaran matematika di SMPMTs, membentuk jejaring dapat dilaksanakan dengan memberi penugasan-penugasan belajar secara kolaboratif. Penugasan kolaboratif dapat
dilaksanakan pada proses mengamati, menanya, menalar atau mencoba. Selain belajar mengasah sikap empati, saling menghargai dan menghormati perbedaan, berbagi, dengan diterapkannya
pembelajaran kolaboratif maka bahan belajar matematika yang abstrak diharapkan akan menjadi lebih mudah dipahami siswa.
Berikut ini contoh-contoh proses pembelajaran matematika yang menerapkan langkah-langkah pendekatan ilmiah.
Contoh: Topik: Mengidentifikasi Unsur-unsur Bentuk Aljabar
Aljabar pertama kali dikenal siswa di Kelas VII melalui belajar kompetensi dasar “menyelesaiakan persamaan dan peritdaksamaan linear satu variabel”. Sesuai dengan struktur materi matematika
yang hirarkis, untuk mempelajari kompetensi dasar tersebut terlebih dahulu siswa harus belajar tentang mengidentifikasi unsur-unsur bentuk Aljabar dan melakukan operasi bentuk Aljabar.
Berikut ini contoh penerapan pendekatan imiah pada kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi siswa agar mampu mengidentifikasi unsur-unsur bentuk Aljabar.
1. Proses Mengamati
Dalam rangka menerapkan pendekatan ilmiah, proses pembelajaran diawali dengan mengamati fenomena-fenomena di lingkungan kehidupan sehari-hari. Contoh fenomena yang diamati antara
lain sebagai berikut.
a. Fenomena bahwa seseorang memiliki di lahannya namun banyak pohon miliknya berbeda.
Contohnya, banyak pohon jati milik Pak Makmur 10 batang kurangnya dari banyak pohon jati milik Pak Hasan.
b. Fenomena pada kegiatan memasak di warung makan, misalnya banyaknya telur yang
dihabiskan di dua warung makan tidak sama. Warung makan milik Bu Siti setiap hari menghabiskan 100 butir telur lebih banyak dibanding telur yang dihabiskan oleh warung
makan milik Bu Nur.
c. Fenomena umur kakak-adik pada suatu keluarga. Dari fenomena tersebut siswa akan
memperoleh fakta antara lain bahwa banyak kakak-adik selisih umurnya 2 tahun. Contohnya kakak Dewi dan adhik Nina masing-masing berumur 14 dan 12 tahun, kakak Anggit dan adhik
Gentur masing-masing berumur 19 dan 17 tahun.
Fenomena-fenomena tersebut dapat diceritakan kepada siswa dan kemudian dituangkan dalam bentuk rumusan permasalahan sehari-hari. Rumusan permasalahan dapat disusun oleh guru dan
siswa. Selanjutnya rumusan permasalahan tersebut digunakan sebagai bahan pengamatan untuk
Matematika – SMP | 208
menuntun siswa dalam memahami pengertian unsur-unsur bentuk Aljabar. Contoh rumusan permasalahan yang relevan dengan fenomena tersebut antara lain sebagai berikut.
2. Proses Menanya
Setelah mengamati dan merumuskan permasalahan pertanyaan pada fenomena-fenomena tersebut, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan permasalahan.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut berfungsi sebagai penuntun, misalnya sebagai penuntun dalam memahami makna dari variabel. Dalam hal ini pertanyaan-pertanyaan tersebut dinamai sebagai
pertanyaan penuntun. Pertanyaan penuntun disusun dari yang mudah ke yang sulit. Muatan pertanyaan penuntun harus relevan dengan permasalahan dan jawabannya dapat memfasilitasi
siswa agar mudah dalam memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Pertanyaan-pertanyaan penuntun seperti itu
diharapkan dapat menumbuhkan keingintahuan siswa. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru juga dapat melatih tumbuhnya sikap kritis dan logis. Sebagai contoh, terkait fenomena umur
kakak-adik, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
Permasalahan Pertanyaan Penuntun
Tahun ini umur Dika dua kali umur Syauki,
sedangkan umur Santi satu tahun
lebih tua dari Dika. Berapakah
kemungkinan umur Dika, Syauki, dan
Santi sekarang? •
Jika umur Syauki 1 tahun, berapakah umur Dika dan Santi? •
Jika umur Syauki 2 tahun, berapakah umur Dika dan Santi? •
Jika umur Syauki 10 tahun, berapakah umur Dika dan Santi? •
Jika umur Dika 10 tahun, berapakah umur Syauki dan Santi? •
Jika umur Dika 16 tahun, berapakah umur Syauki dan Santi? •
Jika umur Dika 35 tahun, berapakah umur Syauki dan Santi? •
Jika umur Santi 15 tahun, berapakah umur Dika dan Syauki? •
Jika umur Santi 20 tahun, berapakah umur Dika dan Syauki? •
Jika umur Santi 15 tahun, berapakah umur Dika dan Syauki? •
Jika umur Santi 20 tahun, berapakah umur Dika dan Syauki? •
Misalkan simbol b mewakili bilangan umur Syauki. Apakah b dapat
mewakili bilangan 1, 2, 5, 10, 20, 30? Apakah b dapat diganti dengan bilangan 1, 2, 5, 10, 20, 30?
• Apakah b dapat mewakili bilangan sebarang? Apakah b dapat mewakili
1. Banyaknya pohon jati milik Pak Makmur 10 batang kurangnya dari banyak pohon jati milik
Pak Hasan. Berapakah kemungkinan pohon milik Pak Makmur dan Pak Hasan masing- masing?
2. Bu Siti dan Bu Nur masing-masing memiliki warung makan. Setiap hari, banyak telur yang
dihabiskan oleh warung makan Bu Siti 100 butir lebihnya dari banyak telur yang dihabiskan warung makan Bu Nur. Berapakah kemungkinan banyak telur yang dihabiskan oleh warung
makan Bu Siti dan Bu Nur masing-masing? 3.
Tahun ini umur Dika dua kali umur Syauki, sedangkan umur Santi 1 tahun lebih tua dari umumr Dika. Berapakah kemungkinan umur Dika, Syauki, dan Santi sekarang?
Matematika – SMP | 209
Permasalahan Pertanyaan Penuntun
bilangan 150? Jelaskan alasan jawabanmu. •
Himpunan bilangan apakah yang anggota-anggotanya diwakili oleh b?
Pertanyaan: ”Misalkan simbol b mewakili umur Syauki. Apakah b dapat mewakili sebarang bilangan?“ diharapkan dapat memancing pertanyaan oleh siswa kepada guru, antar siswa atau
diri sendiri yang menumbuhkan sikap kritis dan logis. Contoh pertanyaan yang mungkin timbul pada diri siswa antara lain: “Apakah boleh umur Syauki diwakili dengan simbol selain b? Apakah
boleh simbol tersebut menggunakan huruf besar? Apakah b dapat mewakili bilangan negatif? Apakah b dapat mewakili bilangan pecahan? Apakah b dapat mewakili bilangan 200?”
3. Proses Menalar