Matematika – SMP | 265
periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes bukan nilai, atau informasi lain yang
releban dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu.Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara
individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.
Memalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat
karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku literatur, laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru danatau peserta
didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran. Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.
a. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
b. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
c. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru
menyusun portofolio pembelajaran. d.
Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
e. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
f. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio
yang dihasilkan. g.
Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
4. Penilaian Tertulis
Meski konsepsi penilaian autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap
lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda,
pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi,
dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya
sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisi
pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumberdaya alam. Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkan jawaban berbeda, namun tetap
terbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan analisisnya benar. Tes tersulis berbentuk
Matematika – SMP | 266
esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka extended- response atau jawaban terbatas restricted-response. Hal ini sangat tergantung pada
bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau
kompleks.
Daftar Pustaka
Ibrahim, Muslimin. 2005. Asesmen Berkelanjutan: Konsep dasar, Tahapan Pengembangan dan Contoh. Surabaya: UNESA University Press Anggota IKAPI
Coutinho, M., Malouf, D. 1993. Performance assessment and children with disabilities: Issues and possibilities. Teaching Exceptional Children, 254, 63–67.
Cumming, J. J., Maxwell, G. S. 1999. Contextualizing Authentic Assessment. Assessment in Education, 62, 177–194.
Dantes, Nyoman. 2008. Hakikat Asesmen Otentik Sebagai Penilaian Proses Dan Produk Dalam Pembelajaran Yang Berbasis Kompetensi Makalah disampaikan pada In House
Training IHT SMA N 1 Kuta Utara. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
Gatlin, L., Jacob, S. 2002. Standards-based digital portfolios: A component of authentic assessment for preservice teachers. Action in Teacher Education, 234, 28–34.
Grisham-Brown, J., Hallam, R., Brookshire, R. 2006. Using authentic assessment to evidence childrens progress toward early learning standards. Early Childhood Education Journal, 341,
45–51. Salvia, J., Ysseldyke, J. E. 2004. Assessment in special and inclusive education 9th ed.. New
York: Houghton Mifflin.
Wiggins, G. 1993. Assessment: Authenticity, context and validity. Phi Delta Kappan, 753, 200–
214.
Matematika – SMP | 267
CONTOH PENERAPAN PENILAIAN AUTENTIK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMPMTs
Implementasi Kurikulum 2013 menghendaki agar penilaian berbasis kompetensi mencakup penilaian sikap, pengetahuan, keterampilan yang pelaksanaannya terintegrasi dengan proses
pembelajaran dan menjadikan portofolio sebagi instrumen utama. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses penilaian pada pembelajaran dengan Kurikulum 2013 seperti berikut
ini.
1. Mengukur tingkat berpikir siswa mulai dari rendah sampai tinggi
2. Menekankan pada pertanyaan yang membutuhkan pemikiran mendalam bukan sekedar
hafalan 3.
Mengukur proses kerjasama, bukan hanya hasil kerja 4.
Menggunakan portofolio pembelajaran siswa. Untuk apa sebenarnya siswa SMPMTs belajar matematika? Dalam Standar Isi dinyatakan bahwa
mata pelajaran matematika SMPMTs bertujuan agar siswa dapat: 1. memiliki kemampuan berpikir kritis, logis, analitik dan kreatif, kemampuan pemecahan-
masalah, dan kemampuan mengkomunikasikan gagasan serta budaya bermatematika; 2. memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; 3. menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;
4. mengembangkan sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah di kehidupan sehari-hari dunia nyata; 5. mengembangkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam matematika dan
pembelajarannya. Dalam rangka mencapai tujuan mata pelajaran matematika SMPMTs tersebut, proses
pembelajaran dan penilaian hendaknya terintegrasi dan mengacu pada tujuan tersebut. Uraian dalam tulisan ini memberikan gambaran tentang penilaian dalam pembelajaran matematika yang
berorientasi pada dicapainya tujuan tersebut dan mengacu pada ketentuan dalam Kurikulum 2013.
A.
PENILAIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA
Bila dicermati tujuan mata pelajaran matematika SMPMTs maka pada intinya adalah setelah belajar matematika siswa dapat berkembang sikap, pemahaman dan keterampilannya yang sesuai
dengan karakteristik matematika. Dalam hal berkembangnya tumbuhnya sikap, siswa diharapkan dapat berpikir kritis, logis, analitik dan kreatif, menghargai kegunaan matematika
dalam kehidupan yang ditunjukkan dengan tumbuhnya rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, ulet dan percaya diri dalam memecahkan masalah kehidupannya
sehari-hari. Dalam hal berkembangnya pengetahuan, siswa diharapkan agar dapat memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikannya dalam
kegiatan pemecahan masalah. Dalam hal berkembangnya keterampilan, siswa diharapkan dapat memecahkan masalah, dan mengkomunikasikan gagasan serta budaya bermatematika,
HO – 2.3-23.2
Matematika – SMP | 268
menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
1. Penilaian dalam rangka mengukur pemahaman siswa yang berhubungan dengan konsep