kemampuan untuk berkomunikasi dengan sesama dan perhatian terhadap sesama, serta mau memberi dan menerima bantuan Chinn Kramer, 2004 dalam Potter
Perry, 2009. Perawat perlu mengetahui kebutuhan individu, bagaimana responnya terhadap sesamanya, kekuatan serta keterbatasan pasien dan
keluarganya. Selain itu, perawat membantu serta memberikan perhatian serta empati kepada pasien dan keluarganya. Caring mewakili semua faktor yang
digunakan perawat untuk memberikan pelayanan kepada pasien Watson, 1987, dalam Potter Perry, 2009.
Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara manusia berfikir, merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama. Caring memfasilitasi
kemampuan perawat untuk mengenali klien, membuat perawat mengetahui masalah klien dan mencari serta melaksanakan solusinya, juga sebagai bentuk
dasar dari praktek keperawatan dan juga sebagai struktur mempunyai implikasi praktis untuk mengubah praktek keperawatan Potter Perry, 2009. Selain itu
Watson 1979 juga mengungkapkan caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan
melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh. Caring melibatkan keterbukaan, komitmen,
dan hubunan perawat dengan pasien Potter perry, 2009.
2.2. Perilaku Caring
Perilaku caring adalah suatu tindakan yang didasari oleh kepedulian, kasih sayang, keterampilan, empati, tanggung jawab, sensitive, dan dukungan. Perilaku
ini berfungsi untuk memperbaiki atau meningkatkan kondisi dan cara hidup
Universitas Sumatera Utara
manusia yang menekankan pada aktivitas yang sehat dan memampukan individu serta kelompok berdasarkan budaya Watson, 1979. Perilaku Caring yang
diharapkan dalam keperawatan adalah perilaku yang didasari oleh 10 faktor yaitu : 1. Pembentukan sistem nilai humanistic - altruistic.
Pembentukan sistem nilai humanistic - altruistic mulai berkembang di usia dini dengan nilai-nilai yang berasal dari orang tuanya. Sistem nilai ini
menjembatani pengalaman hidup seseorang dan mengantarkan ke arah kemanusiaan. Perawatan yang berdasarkan nilai-nilai humanistik dan altruistik
dapat dikembangkan melalui penilaian terhadap pandangan diri seseorang, kepercayaan, interaksi dengan berbagai kebudayaan dari pengalaman pribadi. Hal
ini dianggap penting untuk pendewasaan diri perawat yang kemudian akan meningkatkan sikap altruistik. Melalui sistem nilai humanistik dan altruistik ini
perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada klien Watson, 1979.
2. Menanamkan sikap kepercayaan dan penuh harapan. Kepercayaan dan pengharapan sangat penting bagi proses karatif maupun
kuratif. Perawat perlu memberikan alternatif-alternatif bagi pasien jika pengobatan modern tidak berhasil; berupa meditasi, penyembuhan sendiri, dan
spiritual. Dengan menggunakan faktor karatif ini akan tercipta perasaan lebih baik melalui kepercayaan dan atau keyakinan yang sangat berarti bagi seseorang secara
individu Watson, 1979. Perawat memberikan kepercayaan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Dalam
hubungan perawat-klien yang efektif, perawat memfasilitasi perasaan optimis,
Universitas Sumatera Utara
harapan, dan kepercayaan. Di samping itu, perawat meningkatkan perilaku klien dalam mencari pertolongan kesehatan Kozier Erb, 1985.
3. Sensitif terhadap diri sendiri dan orang lain. Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan klien, sehingga ia
sendiri dapat menjadi lebih sensitif dan , murni dan bersikap wajar pada orang lain. Pengembangan perasaan ini akan membawa pada aktualisasi diri melalui
penerimaan diri antara perawat dan klien. Perawat yang mampu untuk mengenali dan mengekspresikan perasaannya akan lebih mampu untuk membuat orang lain
mengekspresikan perasaan mereka Watson, 1979. Pengembangan kepekaan terhadap diri dan orang lain, mengeksplorasi
kebutuhan perawat untuk mulai merasakan suatu emosi yang muncul dengan sendirinya. Hal itu hanya dapat berkembang melalui perasaan diri seseorang yang
peka dalam berinteraksi dengan orang lain. Jika perawat berusaha meningkatkan kepekaan dirinya, maka ia akan lebih autentik tampil apa adanya. Autentik akan
menambah pertumbuhan diri dan aktualisasi diri baik bagi perawat sendiri maupun bagi orang-orang yang berinteraksi dengan perawat itu Watson, 1979.
4. Mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu. Pengembangan hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah
sangat krusial bagi transportal caring. Hubungan saling percaya akan meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif. Pengembangan
hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi untuk menjalin hubungan dalam keperawatan. Karakteristik faktor ini adalah kongruen, empati,
dan ramah. Kongruen berarti menyatakan apa adanya dalam berrinteraksi dan
Universitas Sumatera Utara
tidak menyembunyikan kesalahan. Perawat bertindak dengan cara yang terbuka dan jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang dirasakan klien. Ramah
berarti penerimaan positif terhadap orang lain yang sering diekspresikan melalui bahasa tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka, ekspresi wajah dan lain-lain
Watson, 1979.
5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif.
Perawat menyediakan dan mendengarkan semua keluhan dan perasaan klien. Berbagi perasaan merupakan pengalaman yang cukup beresiko baik bagi perawat
maupun klien. Perawat harus siap untuk ekspresi perasaan positif maupun negatif bagi klien. Perawat harus menggunakan pemahaman intelektual maupun
emosional pada keadaan yang berbeda Watson, 1979.
6. Menggunakan problem-solving yang sistematik dalam mengambil keputusan.
Perawat menggunakan metode proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada klien, sehingga akan mengubah gambaran tradisional
perawat sebagai “pembantu” dokter. Proses keperawatan adalah proses yang sistemati, dan terstruktur seperti halnya proses penelitian Watson, 1979.
7. Meningkatan belajar-mengajar secara interpersonal.
Faktor ini adalah konsep yang penting dalam keperawatan, yang membedakan antara caring dan curing. Perawat memberikan informasi kepada klien. Perawat
bertanggung jawab akan kesejahteraan dan kesehatan klien. Perawat memfasilitasi proses belajar mengajar yang didesain untuk memampukan klien memenuhi
kebutuhan pribadinya, memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal klien Watson, 1979.
Universitas Sumatera Utara
8. Menciptakan lingkungan fisik, mental,sosiokultural, spiritual yang mendukung.
Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal klien terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien. Konsep yang relevan terhadap
lingkungan internal yang mencakup kesejahteraan mental dan spiritual, dan kepercayaan sosiokultural bagi seorang individu. Sedangkan lingkungan eksternal
mencakup variabel epidemiologi, kenyamanan, privasi, keselamatan, kebersihan dan lingkungan yang astetik. Karena klien bisa saja mengalami perubahan baik
dari lingkungan internal maupun eksternal, maka perawat harus mengkaji dan memfasilitasi kemampuan klien untuk beradaptasi dengan perubahan fisik,
mental, dan emosional Watson, 1979. 9. Memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia.
Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan biofisik, psikososial, psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan yang
paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya. Nutrisi, eliminasi, dan ventilasi adalah contoh dari kebutuhan biofisik yang paling
rendah. Pencapaian dan hubungan merupakan kebutuhan psikososial yang tinggi, dan aktualisasi diri merupakan kebutuhan interpersonal yang paling tinggi
Watson, 1979.
10. Terbuka pada eksistensial fenomenologikal Faktor ini bertujuan agar penyembuhan diri dan kematangaan diri dan jiwa
klien dapat dicapai. Terkadang klien perlu dihadapkan pada pengalaman pemikiran yang bersifat proaktif. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan
pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri. Diakuinya faktor ini dalam ilmu
Universitas Sumatera Utara
keperawatan membantu perawat untuk memahami jalan hidup seseorang dalam menemukan arti kesulitan hidup. Karena adanya dasar yang irrasional tentang
kehidupan, penyakit dan kematian, perawat menggunakan faktor karatif ini untuk membantu memperoleh kekuatan atau daya untuk menghadapi kehidupan atau
kematian Watson, 1979. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Wolf, et al 1994 membuat konsep 5
faktor caring yang didasari dari 10 faktor caring Watson 1979. Konsep tersebut menggambarkan dimensi perilaku
caring dalam studi pengembangan instrumennya. Pengembangan instrument tersebut menggunakan skala likert. Tes
reliabilitas terhadap sampel diperoleh koefisien α kuesioner 0.83 dengan jumlah pasien 263 orang dilengkapi dengan Caring Behaviour Inventory CBI. Mereka
membuat konsep 5 faktor dalam perilaku caring tersebut tergambar sebagai berikut: 5 faktor caring Wolf, et al 1994 yang didasari dari 10 faktor caring
Watson 1979. No
5 faktor caring Wolf 10 faktor caring Watson
I
II 1. Mengakui keberadaan
manusia Respectful deference.
2. Menanggapi dengan rasa hormatAssurance
of human presence 1. Pembentukan sistem nilai humanistic
- altruistic. 2. Menanamkan sikap kepercayaan dan
penuh harapan. 3. Sensitif terhadap diri sendiri dan
orang lain.
4. Mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu.
5. Meningkatkan dan menerima
Universitas Sumatera Utara
III
IV
V 3.Pengetahuan
Dan keterampilan profesional
Professional knowledge and skill.
4.Menciptakan hubungan yang
positifPositive Connectedness.
5.Perhatian terhadap yang dialami orang
lainAttentive to other’s experience.
ekspresi perasaan positif dan negatif. 6. Menggunakan problem-solving yang
sistematik dalam mengambil
keputusan. 7. Meningkatan belajar-mengajar secara
interpersonal.
8. Menciptakan lingkungan fisik, mental,sosiokultural, spiritual yang
mendukung.
9. Memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia.
10. Terbuka pada eksistensial fenomenologikal.
Faktor 1 mengakui keberadaan manusia, kategori ini merupakan kombinasi dari tiga faktor karatif yaitu : pembentukan sistem nilai humanistic - altruistik,
menanamkan sikap kepercayaan dan penuh harapan, serta menumbuhkan sensitifitas terhadap diri sendiri dan orang lain. Kategori ini terdiri dari aktivitas
caring seperti mendengarkan klien, mengajari atau memberikan informasi kepada klien, berbicara dengan klien, menghargai klien sebagai manusia, memberikan
dukungan kepada klien, memanggil nama klien dengan tepat, jujur, dan memberikan kenyamanan.
Faktor 2 menanggapi dengan rasa hormat, kategori ini merupakan kombinasi
dari dua faktor karatif yaitu: mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu, serta meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan
Universitas Sumatera Utara
negatif klien. Kategori ini terdiri dari aktivitas caring seperti bersikap peka terhadap klien, membantu klien, berbicara dengan klien, memenuhi kebutuhan
klien, menanggapi secara cepat panggilan klien, menghargai, dan peduli kepada klien.
Faktor 3 pengetahuan dan ketrampilan profesional, kategori ini merupakan kombinasi dari dua faktor karatif yaitu, Menggunakan problem-solving yang
sistematik dalam mengambil keputusan. dan meningkatkan belajar - mengajar interpersonal. Kategori ini terdiri dari aktivitas caring seperti melakukan tindakan
keperawatan dengan baik kepada klien, bersikap percaya diri, menggunakan gaya bahasa yang lembut kepada klien, memperhatikan klien, menunjukkan sikap ceria
kepada klien, memberikan obat klien tepat waktu, mempercayai klien dan memberikan perhatian khusus pada saat kunjungan klien pertama kali.
Faktor 4 menciptakan hubungan yang positif , kategori ini hanya terdiri dari
satu faktor karatif yaitu Menciptakan lingkungan fisik, mental,sosiokultural, spiritual yang mendukung. Kategori ini terdiri dari aktivitas caring seperti
meluangkan waktu dengan klien, memberi harapan kepada klien,mempercayai klien, memiliki sikap empati terhadap klien, sabar, mengelola peralatan secara
terampil, dan membiarkan klien mengekspresikan perasaannya. Faktor 5 adalah perhatian terhadap yang dialami orang lain, kategori ini
mencakup dua faktor karatif yaitu memberi bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia, dan terbuka pada eksistensial-fenomenological. Kategori ini terdiri dari
Universitas Sumatera Utara
aktivitas membebaskan klien dari gejala-gejala, mengutamakan kepentingan klien, dan melakukan perawatan klien dengan baik.
Swanson 1991 mempelajari tentang klien dan profesi pemberi layanan dalam usahanya untuk membuat teori tentang caring dalam praktik keperawatan yang
bermanfaat dalam memberikan petunjuk bagaimana membangun strategi caring yang berguna dan efektif. Pandangannya tentang keperawatan adalah siapa yang
kita layani, bagaimana kita memberikan pelayanan dan kenapa kita terus untuk melayani merupakan keharusan bagi perawat untuk dapat mengintegrasikan ilmu
pengetahuan, diri sendiri, fokus pada kemanusian dan caring. Yang kemudian disempurnakan dengan adanya transaksi antara keperawatan, setiap perawat dan
klien bahwa perawat adalah profesi yang memiliki komitmen caring, pemeliharan akan martabat manusia dan meningkatkan kesehatan.
Teori caring Swanson 1991 ini juga menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan yang berisi lima kategori
atau proses. Menurut Swanson 1991 ada lima dimensi yang mendasari konsep caring yaitu; Knowing, Being With, Doing For, Enablings, Maintaining Belief.
Dimensi pertama, Knowing adalah berjuang untuk memahami peristiwa yang memiliki makna dalam kehidupan klien. Mempertahankan kepercayaan adalah
dasar dari caring keperawatan, knowing adalah memahami pengalaman hidup klien dengan mengesampingkan asumsi perawat mengetahui kebutuhan klien,
menggalimenyelami informasi klien secara detail, sensitive terhadap petunjuk verbal dan non verbal, fokus kepada satu tujuan keperawatan, serta melibatkan
orang yang memberi asuhan dan orang yang diberi asuhan dan menyamakan
Universitas Sumatera Utara
persepsi antara perawat dan klien. Knowing adalah penghubung dari keyakinan keperawatan terhadap realita kehidupan. Subdimensinya yaitu; a Avoiding
assumptions menghindari asumsi-asumsi, b Assessing thoroughly melakukan pengkajian menyeluruh, c Seeking clues perawat menggali informasi-informasi
secara mendalam, d Centering on the cared for perawat befokus pada klien dalam melakukan asuhan keperawatan, e Engaging the self of both melibatkan
diri sebagai perawat secara utuh dan bekerja sama dengan klien dalam melakukan asuhan keperawatan yang efektif.
Dimensi kedua, Being with maksudnya tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga komunikasi, berbagi perasaan tanpa beban dan secara emosional bersama –
sama klien dengan maksud menawarkan kepada klien dukungan, kenyamanan, pemantauan dan mengurangi intensitas perasaan yang tidak diinginkan.
Subdimensinya yaitu; a Non-burdening perawat bekerjasama dengan klien tanpa
memaksa kehendak kepada klien dalam melakukan tindakan keperawatan, b Convering availability menunjukan kesediaan perawat dalam membantu klien
dan memfasilitasi klien untuk mencapai tahap kesejahteraan well being, c Enduring with bersama-sama berkomitmen dengan klien berusaha dalam
meningkatkan kesehatan klien, d Sharing feelings berbagi pengalaman bersama
klien yang berkaitan dengan usaha peningkatan kesehatan klien. Dengan being with perawat dapat menunjukkan dengan cara kontak mata, bahasa tubuh, nada
suara, mendengarkan serta memiliki sikap positif dan bersemangat yang dilakukan perawat, akan membentuk sesuatu suasana keterbukaan dan saling mengerti.
Universitas Sumatera Utara
Dimensi ketiga, Doing for berarti bersama – sama melakukan sesuatu tindakan yang bisa dilakukan, mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan, kenyamanan,
menjaga privasi dan martabat klien. Subdimensinya yaitu; a Comforting
memberikan kenyamanan, dalam melakukan tindakan keperawatan dilakukan dengan memberikan kenyamanan pada klien dan menjaga privasi klien, b
Performing competently menunjukkan ketrampilan, tidak hanya berkomunikasi dan memberikan kenyaman dalam tindakannya, perawat juga menunjukkan
kompetensi atau skill sebagai perawat professional, c Preserving dignity
menjaga martabat klien, menjaga martabat klien sebagai individu atau memanusiakan manusia, d
Anticipating mengatisipasi , perawat dalam melakukan tindakan selalu meminta persetujuan klien dan keluarga, e
Protecting melindungi, melindungi hak-hak pasien dalam memberikan asuhan
keperawatan dan tindakan medis. Dimensi keempat, Enabling adalah memampukan atau memberdayakan klien,
memfasilitasi klien untuk melewati masa transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa dalam hidupnya yang belum pernah dialami dengan memberi
informasi, menjelaskan, mendukung dengan focus masalah yang relevan, berfikir melalui masalah dan menghasilkan alternative pemecahan masalah sehingga
meningkatkan penyembuhan klien atau klien mampu melakukan tindakan yang tidak biasa dia lakukan dengan cara memberikan dukungan, memvalidasi perasaan
dan memberikan umpan balik feedback. Subdimensinya yaitu; a Validating memvalidasi, memvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan, b
Informing
Universitas Sumatera Utara
memberikan informasi, memberikan informasi yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan klien dalam rangka memberdayakan klien dan keluarga
klien, c Supporting mendukung, memberikan dukungan kepada klien dalam mencapai kesejahteraan well being sesuai kapasitas sebagai perawat, d
Feedback memberikan umpan balik, memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan oleh klien dalam usahanya mencapai kesembuhan well being,
e Helping patients to focus generate alternatives membantu pasien untuk focus
dan membuat alternative, menolong pasien untuk selalu fokus dan terlibat dalam program peningkatan kesehatannya baik tindakan keperawatan maupun tindakan
medis. Dimensi kelima, Maintaining Belief, yaitu menumbuhkan keyakinan
seseorang dalam melalui setiap peristiwa hidup dan masa-masa transisi dalam hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan, meyakini
kemampuan orang lain, menumbuhkan sikap optimis, membantu menemukan arti atau mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain
dalam situasi apa pun. Tujuannya adalah untuk memungkinkan orang lain terbantu dalam batas-batas kehidupannya sehingga mampu menemukan makna dan
mempertahankan sikap yang penuh harapan. Memelihara dan mempertahankan keyakinan nilai hidup seseorang adalah dasar dari caring dalam praktek
keperawatan. Subdimensinya ; a Believing in yaitu perawat menanggapi apa yang klien rasakan dan percaya bahwa perasaan – perasaan tersebut bisa terjadi dan
wajar terjadi pada siapapun yang sedang dalam masa transisi, b Offering a hope- filled attitude yaitu menunjukkan perilaku bahwa perawat sepenuhnya pedulicare
Universitas Sumatera Utara
terhadap masalah yang dialami dengan sikap tubuh, kontak mata dan intonasi bicara perawat, c Maintaining realistic optimism yaitu menjaga dan menunjukan
optimisme perawat dan harapan terhadap apa yang menimpa klien secara realistis dan berusaha mempengaruhi agar klien mempunyai optimisme dan harapan yang
sama, d Helping to find meaning yaitu membantu klien menemukan makna akan masalah yang terjadi sehingga klien perlahan - lahan menerima bahwa setiap
orang dapat mengalami apa yang dialami klien, e Going the distance menjaga
jarak, semakin jauh menjalinmenyelami hubungan dengan tetap menjaga hubungan sebagai perawat-klien yang tujuan akhir dalam tahap ini adalah
kepercayaan klien sepenuhnya terhadap perawat dan responsibility serta caring secara total oleh perawat kepada klien.
Dengan demikian dapat disimpulkan caring bukanlah sesuatu yang baru dan unik karena sudah ada sejak jaman Florence Nightingale dan tidak diturunkan
melalui genetic tetapi dapat dipelajari melalui budaya profesi. Caring merupakan perilaku profesional perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
berdasarkan kemampuan intelektual, teknikal yang diberikan kepada klien, keluarga dan masyarakat dengan penuh perhatian, peduli, ramah, santun,
komunikasi terapeutik serta selalu siap sedia untuk memberikan yang terbaik untuk klien.
Berdasarkan penelitian Wolf, et al 1998 didapatkan data bahwa rata-rata perilaku caring perawat 203.92 SD = 34,35, dengan ketentuan rentang skor 42 -
252. Penelitian ini menggunakan instrumen caring behavior inventory CBI dan patient satisfaction instrument PSI dan didapatkan korelasi yang positif antara
Universitas Sumatera Utara
perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien r=0.78, p 0.001, R
2
=61.46. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap
n=335. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Wolf, et al 2003 mendapatkan data
bahwa rata-rata perilaku caring perawat 237.84 SD=15.11, dengan ketentuan rentang skor 42 - 252. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
caring behavior inventory CBI, dan patient satisfaction instrument PSI. Pada penelitian ini juga didapatkan korelasi yang positif antara caring perawat dengan
kepuasan pasien r=0.53, p=0.01, R
2
=26.3. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap n=73.
Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Palese, et al 2011 didapatkan data bahwa rata-rata perilaku caring perawat 4.9 SD=0.8, dengan ketentuan
rentang skor 1 - 6. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah caring behavior inventory CBI, dan patient satisfaction scale PSS. Pada penelitian ini
juga didapatkan korelasi yang positif antara caring perawat dengan kepuasan pasien di enam negara di Eropa Czech Republic r=0.27, Cyprus r=0.76, Finland
r=0.71, Greece r=0.85, Hungary r=0.63, dan Italy r=0.45 p0.01 . Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap n=1565.
Berdasarkan penelitian Rafii, et al 2007 didapatkan data bahwa rata-rata perilaku caring perawat 184.14 SD=46.90, dengan ketentuan rentang skor 42 -
252. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah caring behavior inventory CBI dan patient satisfaction instrument PSI. Pada penelitian ini juga
didapatkan korelasi yang positif antara caring perawat dengan kepuasan pasien
Universitas Sumatera Utara
r=0.72, p0.001. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap n=250. Penelitian yang dilakukan oleh Prompahakul, et al
2011 mendapatkan data bahwa rata-rata perilaku caring perawat 2.12 SD=0.43, dengan ketentuan rentang skor 1 - 3. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah nurse’s caring behavior for dying patient questionnaire NCBDPQ Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perawat
n=360. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Becker, Blazovich, Schug, Daniels,
Neal, Pearson, Preston, et al 2008 mendapatkan data bahwa rata-rata perilaku caring perawat 2.36 SD=0.50, dengan ketentuan rentang skor 1 – 3. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah caring behavior during blood pressure measurement instrument. Adapun yang menjadi sampel dalam
penelitian ini adalah mahasiswa perawat n=59. Pada penelitian ini juga dijelaskan bahwa dengan melakukan intervensi pemberian pendidikan tentang
perilaku caring dapat mengembangkan perilaku caring perawat selama melakukan tindakan keperawatan.
2.3.Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien adalah persepsi, sikap pasien terhadap pelayanan keperawatan, dan merupakan kriteria hasil evaluasi dari kualitas pelayanan
keperawatan Risser, 1975. Risser 1975 menjelaskan tiga dimensi perilaku perawat terhadap kepuasan
pasien yaitu, Praktik profesional Technical-professional, hubungan saling percaya Trusting relationship, hubungan pendidikan Educational relationship.
Universitas Sumatera Utara
a. Praktik profesional Technical-professional yaitu perilaku perawat yang mampu mencapai tujuan sesuai dengan perannya, sebagai contoh pengetahuan
perawat dalam pemeriksaan fisik kepada pasien, dan keahlian dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.
b. Hubungan saling percaya Trusting relationship yaitu kemampuan berkomunikasi secara langsung maupun tidak langsung dengan baik, misalnya
perhatian kepada pasien, mendengarkan keluhan-keluhan pasien, dan rasa sensitif kepada pasien.
c. Hubungan pendidikan Educational relationship yaitu pertukaran informasi antara pasien dan perawat, termasuk di dalamnya seperti aktifitas dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan, penjelasan, dan demonstrasi tindakan. Kepuasan pasien adalah keluaran outcome layanan kesehatan, dan
merupakan salah satu tujuan dari peningkatan mutu layanan kesehatan Pohan, 2007. Hal ini merupakan bentuk perasaan seseorang setelah mendapatkan
pengalaman tehadap kinerja pelayanan yang telah memenuhi harapan Gerson, 2004. Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa yang muncul setelah
membandingkan antara persepsi terhadap kinerja atau hasil suatu produk atau jasa dan harapan-harapan Kotler,2007. Hal ini dipengaruhi oleh pelayanan yang
diberikan, juga ditentukan oleh pengalaman dan pemikiran perorangan, dan hal ini tidak dapat dengan mudah diupayakan untuk diubah, dan digiring kearah keadaan
yang memuaskan Sabarguna, 2008. Rasa ini adalah perasaan senang seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas dan suatu
produk dengan harapannya Nursalam, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Kepuasan pasien adalah tingkat kepuasan pelayanan pasien dari persepsi pasien keluarga terdekat. Keadaan ini akan tercapai, apabila diperoleh hasil yang
optimal bagi setiap pasien dan pelayanan kesehatan memperhatikan kemampuan pasien atau keluarganya, ada perhatian terhadap keluhan, kondisi lingkungan fisik
dan memprioritaskan kebutuhan pasien, sehingga tercapai keseimbangan yang sebaik-baiknyaantara tingkat rasa puas atau hasil dan derita-derita serta jerih
payah yang telah dialami guna memperoleh hasil tersebut Soejadi, 1996. Dimensi kepuasan yang dirasakan seseorang sangat bervariasi sekali, namun
secara umum dimensi dari kepuasan mencakup hal-hal berikut Azwar, 1996: a. Kemampuan yang mengacu hanya pada penerapan standar kode etik profesi.
Pelayanan kesehatan dikatakan memenuhi kebutuhan kepuasan pasien apabila pelayanan yang diberikan mengikuti standar serta kode etik yang disepakati dalam
suatu profesi, atau dengan kata lain yaitu bila suatu pelayanan kesehatan yang diberikan telah mengacu pada standar yang telah ditetapkan oleh profesi yang
berkompeten serta tidak menyimpang dari kode etik yang berlaku bagi profesi tersebut. Ukuran-ukuran yang digunakan untuk menilai pemikiran seseorang
terhadap kepuasan yang diperolehnya mencakup hubungan petugas pasien relationship, kenyamanan pelayanan amenities, kebebasan melakukan pilihan
choice, pengetahuan dan kompetensi teknis scientific knowledge and technical skill, efektifitas pelayanan effectivess dan keamanan tindakan safety.
b. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan. Persyaratan suatu pelayanan kesehatan dinyatakan sebagai pelayanan
yang bermutu dan dapat memberikan kepuasan pada penerima jasa apabila
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan pelayanan yang diajukan atau ditetapkan, yang didalamnya mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien mengenai ketersediaan pelayanan
kesehatan available, kewajaran pelayanan kesehatan appropriate, kesinambungan pelayanan kesehatan continue, penerimaan pelayanan kesehatan
acceptable, ketercapaian pelayanan kesehatan accessible, keterjangkauan pelayanan kesehatan affordable, efisiensi pelayanan kesehatan efficient dan
mutu pelayanan kesehatan quality. Untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang memenuhi semua
persyaratan pelayanan tidak semudah yang diperkirakan, sehingga untuk mengatasi hal ini diterapkan prinsip kepuasan yang terkombinasi secara selektif
dan efektif, dalam arti penerapan dimensi kepuasan kelompok pertama dilakukan secara optimal, sedangkan beberapa dimensi kelompok kedua dilakukan secara
selektif yaitu yang sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan Azwar, 1996 . Kepuasan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dari pihak pemberi pelayanaan
saja, tetapi juga dipengaruhi faktor dari luar maupun dari dalam diri pasien. Faktor dari dalam mencakup sumber daya, pendidikan, pengetahuan, dan sikap. Faktor
dari luar mencakup budaya, social ekonomi, keluarga dan situasi yang dihadapi Gerson, 2004. Penilaian kualitas pelayanan dikaitkan dengan kepuasan pasien
dengan berfokus pada aspek fungsi dari proses pelayanan Supranto, 2001, yaitu : a. Tangibles Wujud nyata adalah wujud langsung yang meliputi fasilitas fisik,
yang mencakup kemutahiran peralatan yang digunakan, kondisi sarana, kondisi SDM perusahaan dan keselarasan antara fasilitas fisik dengan jenis jasa yang
diberikan.
Universitas Sumatera Utara
b. Reliability keandalan adalah pelayanan yang disajikan dengan segera dan memuaskan dan merupakan aspek – aspek keandalan system pelayanan yang
diberikan oleh pemberi jasa yang meliputi kesesuaian pelaksanaan pelayanan dengan rencana, kepedulian perusahaan kepada permasalahan yang dialami
pasien, keandalan penyampaian jasa sejak awal, ketepatan waktu pelayanan sesuai dengan janji yang diberikan keakuratan penanganan.
c. Responsiveness tanggung jawab adalah keinginan untuk membantu dan menyediakan jasa yang dibutuhkan konsumen. Hal ini meliputi kejelasan
informasi waktu penyampaian jasa, ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan administrasi, kesediaan pegawai dalam membantu konsumen, keluangan waktu
pegawai dalam menanggapi permintaan pasien dengan cepat. d. Assurance jaminan adalah adanya jaminan bahwa jasa yang ditawarkan
memberikan jaminan keamanan yang meliputi kemampuan SDM, rasa aman selama berurusan dengan karyawan,
kesabaran karyawan, dukungan pimpinan terhadap staf. e. Empathy empati adalah berkaitan dengan memberikan perhatian penuh
kepada konsumen yang meliputi perhatian kepada konsumen, perhatian staf secara pribadi kepada konsumen, pemahaman akan kebutuhan konsumen, perhatian
terhadap kepentingan konsumen, kesesuaian waktu pelayanan dengan kebutuhan konsumen.
Berdasarkan penelitian Wolf, et al 1998 didapatkan data bahwa rata-rata kepuasan pasien 94,86 SD = 12,91, dengan ketentuan rentang skor 25 - 125.
Penelitian ini menggunakan instrumen patient satisfaction instrument PSI dan
Universitas Sumatera Utara
didapatkan korelasi yang positif antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat
inap n=335. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Wolf, et al 2003 mendapatkan data
bahwa rata-rata kepuasan pasien 105,67 SD=2,26, dengan ketentuan rentang skor 25 - 125. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah patient
satisfaction instrument PSI. Pada penelitian ini juga didapatkan korelasi yang positif antara caring perawat dengan kepuasan pasien. Adapun yang menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap n=73. Pada penelitian yang dilakukan oleh Palese, et al 2011 didapatkan data
bahwa rata-rata kepuasan pasien 3,3 SD=0.58, dengan ketentuan rentang skor 1 – 4. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah patient satisfaction
scale PSS. Pada penelitian ini juga didapatkan korelasi yang positif antara caring perawat dengan kepuasan pasien di enam negara di Eropa Czech Republic
r=0.27, Cyprus r=0.76, Finland r=0.71, Greece r=0.85, Hungary r=0.63, dan Italy r=0.45 p0.01 . Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
pasien rawat inap n=1565. Berdasarkan penelitian Rafii, et al 2007 didapatkan data bahwa rata-rata
kepuasan pasien 84,76 SD=15,65, dengan ketentuan rentang skor 25 - 125. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah patient satisfaction
instrument PSI. Pada penelitian ini juga didapatkan korelasi yang positif antara caring perawat dengan kepuasan pasien r=0.72, p0.001. Adapun yang menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap n=250.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Landasan Teori
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan pasien merupakan nilai subyektif pasien terhadap pelayanan yang diberikan setelah
membandingkan dari hasil pelayanan yang diberikan dengan harapannya. Kepuasan pasien pada penelitian ini didasari teori yang dikembangkan oleh
Risser 1975. Perawat merupakan ujung tombak dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, dan merupakan orang yang paling lama berinteraksi dengan pasien,
sehingga dalam menjalankan praktik keperawatan perlu lebih memperhatikan perilaku caring perawat sebagai salah satu upaya untuk memberikan pelayanan
keperawatan yang berkualitas yang pada akhirnya akan memberikan kepuasan kepada pasien. Perilaku Caring yang diharapkan dalam keperawatan adalah
sebuah perilaku yang didasari oleh beberapa aspek diantaranya : pengetahuan, kepedulian, keterampilan, ketulusan hati, tanggung jawab, kepercayaan,
mendengarkan, jujur, tepat waktu, spiritual. Perilaku caring yang diteliti pada penelitian ini adalah suatu tindakan yang didasari oleh kepedulian, kasih sayang,
keterampilan, empati, tanggung jawab, sensitive, dan dukungan yang didasari oleh
teori caring yang dikembangkan oleh Watson 1979. 2.5. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep adalah suatu visualisasi hubungan atau kaitan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya Notoadmodjo, 2010. Kerangka konsep
pada penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan korelasi perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien. Konsep kerja dari penelitian ini digambarkan
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Skema 2.1. Kerangka konsep korelasi perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien.
BAB 3 METODE PENELITIAN