71
BAB VI POLA “OVERCASTING”
Dalam suatu kegiatan perancangan, umumnya tidak bergerak dengan lurus saja seperti yang dikatakan oleh dosen pembimbing kami, kegiatan merancang umumnya
bergerak maju dan mundur. Yang dimaksud oleh perancang dengan bergerak maju dan mundur yaitu proses kegiatan perancangan bersifat revisi, kegiatan merancang tetap
berjalan bergerak lurus sesuai dengan proses yang ada, seperti dari kegiatan survey kemudian dilanjutkan pada tahap pengumpulan data dan fakta, analisa terhadap site
maupun sekitar site, penetapan tema pada site dan bangunan, rancangan konseptual dan ide pada rancangan, proses rancangan skematik bangunan dan dilanjutkan pada tahap
desain. Kegiatan tersebut tetap bergerak lurus hingga dicapai suatu desain yang dapat menyelesaikan suatu permasalahan pada site yang akan dirancang. Pada urutan
kegiatannya saat ini, posisi kegiatan yang sedang perancang hadapi yaitu pada kegiatan rancangan skematik bangunan. Untuk mencapai tahap rancangan skematik bangunan ini,
tentu kegiatan yang dilalui oleh seorang perancang tidak selalu bergerak konstan dan lurus, tetap berupa pola kegiatan yang bersifat maju dan mundur. Untuk mencapai tahap
rancangan skematik ini kegiatan yang dilakukan oleh perancang yaitu berupa asistensi, yang dalam kegiatan asistensi ini terdapat banyak proses revisi didalamnya. Umumnya
ketika perancang melakukan kegiatan asistensi mengenai suatu kegiatan yang sedang perancang lakukan, dalam proses asistensi tersebut selalu terdapat peninjauan kembali
apakah kegiatan yang perancang lakukan saat ini sesuai atau tidak terhadap konteks dari hasil kegiatan sebelumnya. Misalnya pada kegiatan rancangan konseptual pada bangunan,
akan selalu terdapat proses peninjauan kembali apakah rancangan konseptual yang perancang lakukan telah sesuai dengan proses kegiatan analisa yang perancang
lakukan,
Universitas Sumatera Utara
72
apakah telah sesuai dengan tema dan gaya arsitektural yang telah perancang tetapkan atau tidak. Contohnya perancang menggunakan konsep bangunan sebagai penggambaran dari
batu dan skin bangunan sebagai penggambaran dari air, konsep tersebut diasistensi oleh perancang kepada dosen pembimbing, dapatkah konsep tersebut digunakan, apakah
sesuai dengan dengan kegiatan analisa dan sesuai atau tidak dengan tema yang perancang ajukan, dapatkah gaya arsitektur ekspresionist digunakan pada bangunan perancang,
pertanyaan tersebut yang menyebabkan adanya peninjauan kembali pada proses rancangan konseptual tapak dan bangunan. Jika terdapat suatu kesalahan atau ketidak-
cocokan antara rancangan konseptual bangunan dengan analisa atau penerapan tema yang perancang ajukan maka akan diadakan kegiatan yang disebut dengan revisi yaitu proses
memperbaiki atau melengkapi kegiatan yang sedang dilakukan oleh seorang perancang agar tetap sesuai dengan konteks sebelumnya, sehingga rancangan yang dihasilkan dapat
lebih memiliki sifat konsistensi dan memiliki alasan yang kuat terhadap penyelesaian masalahnya. Penggambaran dari jalur kegiatan perancangan ini perancang gambarkan
dapat seperti penggambaran pola dalam suatu teknik menjahit yang disebut dengan teknik overcasting stitch.
perancang dalam kegiatan rancangan skematik sebelumnya telah menerapkan konsep aliran air dan batu pada rancangan tapak, yang penerapannya pada tapak jalan dan
sirkulasi kendaraan sebagai gambaran air yang sedang melewati bebatuan dimana bangunan sebagai penggambaran dari batu yang dilalui oleh air yang mengalir. Sehingga
pada penerapannya terdapat entrance hotel yang berada pada pertengahan bangunan sebagai penggambaran dari air mengalir
melewati pertengahan kedua bebatuan. Akan tetapi terdapat beberapa hal yang ternyata perancang kurang tinjau sehingga pada
kegiatan ini terdapat kegiatan revisi yang harus dilakukan oleh perancang. Seperti yang telah dijelaskan perancang sebelumnya, kegiatan perancangan tidak bergerak
lurus dan
Universitas Sumatera Utara
73
konstan akan tetapi seperti diagram yang pola seperti teknik overcasting stitch. Pada penggambaran aliran air melewati bebatuan telah sesuai dengan konsep aliran air yang
melewati bebatuan akan tetapi setelah melakukan asistensi dengan konsultan ahli konsep tersebut suatu kekurangan yang bersifat fungsional. Pada penggunaan konsep tersebut
menyebabkan entrance dari hotel menjadi lebih sulit ditemukan dan diketahui oleh pengunjung, sehingga dapat menyebabkan kurangnya intensitas pengunjung dari hotel.
Selain dari sulit ditemukannya entrance dari hotel, pada proses asistensi dengan dosen pembimbing penggunaan entrance yang menggunakan konsep aliran air dan batu tersebut
juga memiliki kelemahan yaitu pada area lantai ground pengguna mall dan hotel akan kehilangan akses yang menghubungkan zona mall dan lobby hotel, sehingga pengguna
mall yang ingin menuju kelobby dari hotel harus berjalan melewati lantai 1 terlebih dahulu kemudian turun kearea ground, hal tersebut sangat kurang efektif jika digunakan
oleh penghuni hotel yang ini berjalan pada fasilitas mall. Sehingga setelah melewati proses asistensi dengan konsultan ahli dan dosen pembimbing, perancang mendapatkan
beberapa masukan sehingga entrance dari hotel yang perancang rancang dapat lebih efektif dan fungsional pada penerapannya. Dari masukan yang perancang dapat,
perancang tetap menerapakan konsep aliran air tetapi dengan gambaran airan yang berbeda, yaitu gambaran aliran dari air tersebut tetap melewati bebatuan sehingga pada
penerapannya entrance hotel terdapat dipada samping bebatuan. Kelebihan dari letak entrance hotel ini terletak dari segi view dan lebih mudah untuk terlihat oleh pengunjung
yang ingin menghuni hotel, dengan letak entrance yang berada pada samping bangunan
entrance dari hotel lebih terbuka dan lebih mudah terlihat jika dibandingkan dengan letak entrance sebelumnya. Kelebihan lainya dari letak entrance hotel yang terdapat pada
samping bangunan yaitu, letak entrance hotel tersebut perancang mengusahakan agar arah entrance dari hotel tersebut menghadap pada kearah bangunan bersejarah yaitu bangunan
Universitas Sumatera Utara
74
deli maatschapij sehingga pengunjung yang mengunjungi hotel akan lebih mengenal area sekitar site dan sejarah sekitar site dengan menunjukkan sebagian dari sejarah kota medan
yaitu bangunan bersejarah deli maatschapij. setelah menglengkapi dan melakukan revisi-revisi dalam tahap kegiatan
rancangan skematik dengan konsultan ahli dan dosen pembimbing, hasil revisi tersebut akan diuji oleh konsultan penguji apakah bangunan tersebut layak dan telah sesuai
dengan konteks sekitarnya. Tahap pengujian ini disebut dengan tahap preview, pada tahap preview ini kelompok perancang akan diuji oleh tiga konsultan ahli yang berasal dari luar
dan dosen penguji selaku dosen pembimbing dari perancang sendiri. Dari tahap preview ini perancang mendapatkan saran dan masukan dari konsultan ahli. Saran dan masukan
yang perancang dapatkan yaitu seperti dari sinopsis mengenai “a river runs throught it” masukan yang diberikan oleh konsultan ahli berupa adanya sungai didalam site perancang
tanpa terhubung dengan sungai deli pada sekitar bangunan sehingga sesuai dengan sinopsis “a river runs throught it” seperti contoh bangunan epicentrum pada kota di
jakarta selatan yang terdapat suatu sungai buatan yang menambah nilai jual dari bangunan epicentrum dan banyak menarik pengunjung. Saran dan masukan lain yang
perancang dapat yaitu pengunaan skin pada bangunan, dari skin bangunan yang menggunakan grc banyak menyebabkan kamar pada hunian hotel banyak terdapat
kurangnya view sehingga sebagai hotel bintang 5 dengan fungsi rekreasi hal tersebut dapat mengurangi nilai jual, sehingga pada proses revisi dari tahap preview perancang
menambah jumlah dari lubang skin, sehingga semua hotel kembali memiliki view. Saran dan masukan lain yaitu dari segi jumlah lift, dari jumlah lift yang perancang terapkan
yaitu sebelumnya berjumlah tiga, setelah tahap preview perancang mengkaji ulang kembali jumlah lift, sehingga didapat hasil jumlah lift menjadi empat jika
disesuaikan dengan kapasitas dan estimasi waktu tunggu yang dibutuhkan oleh lift.
Universitas Sumatera Utara
75
Gambar 7.1 Konsep Fisika Mengenai Perbedaan Gelap Terang
Sumber: Dokumentasi pribadi
BAB VII DUA DIMENSI YANG BERBEDA