Expressions of The River Flows

(1)

EXPRESSION OF THE RIVER FLOWS

(ARSITEKTUR EKSPRESIONIS)

SKRIPSI ALUR PROFESI

(RTA 4231) SKRIPSI SARJANA

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2013 / 2014

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Arsitektur

OLEH

TEDDY S

100406029

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

EXPRESSION OF THE RIVER FLOWS

(ARSITEKTUR EKSPRESIONIS)

SKRIPSI ALUR PROFESI

(RTA 4231) SKRIPSI SARJANA

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2013 / 2014

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Arsitektur

OLEH

TEDDY S

100406029

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

EXPRESSION OF THE RIVER FLOWS

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

TEDDY S

100406029

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(4)

PERNYATAAN

EXPRESSION OF THE RIVER FLOWS

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, April 2014


(5)

Judul Skripsi

:

EXPRESSION OF THE RIVER FLOWS

Nama Mahasiswa

: TEDDY S

Nomor Pokok

: 100406029

Program Studi

: Arsitektur

Menyetujui

Dosen Pembimbing

(Dr.Achmad Delianur Nst, ST, MT,)

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,

(Ir. Bauni Hamid, M. DesS, Ph.D) (Ir. N. Vinky Rachman, MT)


(6)

Telah diuji pada

Tanggal:

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji

:

Dr.Achmad Delianur Nst, ST, MT,

Anggota Komisi Penguji

:

Ir. Tavip K. Mustafa Ars, IAI


(7)

ABSTRAK

Sungai merupakan bagian penting dalam kehidupan masyarakat masa kini,

terutama bagi masyarakat perkotaan. Jika ditinjau lebih lanjut sungai memiliki

potensi yang menjadi suatu wahana rekreasi. Dalam kegiatan merancang sungai

merupakan sumber inspirasi maupun ide bagi perancang, dimana area yang

dirancang juga memiliki kasus proyek mengenai urban lifestyle. Dari perpaduan 2

unsur tersebut, perancang mengharmonikan unsur tersebut melalui tema individu

perancang yaitu tema

“expression of the river flows”

dimana perancang

menyajikan kasus urban lifestyle berupa kehidupan berbelanja dan menghuni

suatu area rekreasi dengan merefleksikan aliran sungai pada bangunan. Ekspresi

dari sungai tersebut bertujuan menggambarkan harmoni antara bangunan dengan

sungai dimana penggambarannya berupa aliran sungai yang melewati bebatuan

dimana riak, batu dan aliran dari air itu ditunjukan dalam desain.

Kegiatan merancang umumnya kegiatan bersifat revisi, dimana akan

terjadi kegiatan mengulas dan memperbaiki kekurangan dalam proses desain

sehingga dicapai suatu pemecahan masalah. Umumnya kegiatan dalam merancang

terdiri atas kegiatan survey, pengumpulan data dan fakta, analisis tapak secara

fisik maupun non fisik, penerapan konsep, perancangan skematik, pengembangan

rancangan. Kegiatan ini bergerak lurus hingga dicapai solusi yang mampu

memberikan pemecahan masalah dalam kasus proyek. Jika ditinjau dari pola

pergerakan kegiatan ini, pola yang terbentuk mengikuti pola “

overcasting stitch

pattern”

dimana pola yang terbentuk berbentuk mengulang tetapi bergerak lurus

seperti pola kegiatan dalam merancang.

Diakhir kegiatan merancang didapat suatu solusi yang dapat menjawab

tantangan yang diberikan kasus proyek berupa hotel rekreasi dan mall baik dari

segi desain, struktur, maupun fungsionalitas. Pada segi desain, solusi yang didapat

yaitu harmoni antara konsep elemen batu yang bersifat sebagai bentukan dasar

bangunan dengan elemen air yang bersifat lembut sebagai penggambaran skin

bangunan. Pada segi struktur, solusi yang didapat berupa penggabungan sistem

struktur rigid frame dan sistem struktur cangkang, serta pengakuan baja pengikat

skin dengan bangunan. Dari segi fungsionalitas yaitu ditinjau dari segi

layout

,

konsep sanitasi, konsep elektrikal, konsep tata udara, konsep penanggulangan

kebakaran, konsep aspek keberlanjutan


(8)

ABSTRACT

The river is an important part in the life of modern society, especially for

urban communities. For the further reviewed, the river has the potential to become

a recreational vehicle. Designing the river is a source of inspiration and ideas for

designers, which also has a designed area of the case project about urban lifestyle.

Combination of this two elements, the designer harmonising these elements into

the designer’s individual theme. The theme is called "expression of the river

flows" where the designer presents the case of the urban lifestyle such as shopping

and nightlife inhabit a recreation area with river flow reflect to the building.

Expression of the river aimed to illustrating the harmony between the building and

the river where his depiction of the river flow past the rocks where the ripples,

rocks and streams of water are shown in the design.

The design activity are generally a revision activity, where there will be

reviewing and correcting deficiencies in the design process so that it is a

problem-solving. The activity of designing generally consist of the survey, data collection

and site analysis (physics or non-physics), concept application, schematic design,

and design development. This activity was moving straight to achieve a solution

which is able to provide a solution in the case of the project. If the terms of the

movement patterns of this activity, the patterns that are formed following the

pattern of "overcasting stitch pattern" whereby the pattern that is formed in the

repeated shape but moving straight like the pattern of design activity.

End of the design activity obtained a solution that is able to answer the

challenge of a given case of recreational hotel and mall project both in terms of

design, structure, and functionality. In terms of design, we obtained the solutions

of harmony between the concept of a stone element as a basic building material

with a water element that is as soft as the depiction of the building skin. In terms

of structure, the solutions obtained in the form of rigid frame structure system of

merger and shell structural system, as well as the recognition of the skin with the

fastener steel buildings. In terms of functionality, based on the layout, sanitation

concept, electrical concept, air system concept, fire prevention concept, and the

concept of sustainability aspects


(9)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

karunia-Nya dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur pada Universitas Sumatera Utara

(USU) Medan.

Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :

1.

Bapak Achmad Delianur. selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu

memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

2.

Bapak Bapak Tavip K. Mustafa dan Bapak Ahmad Windhu selaku pihak

stakeholder yang telah membantu dan memberikan petunjuk dan pengarahan

dalam keseluruhan proses rancangan dan juga selaku dosen penguji.

3.

Kedua orangtua serta saudara - saudara perancang yang tercinta, yang telah

memberikan semangat, dorongan, dan bantuan untuk menyelesaikan studi dan

skripsi penulis di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

4.

Rekan - rekan mahasiswa yang telah memberikan motivasi serta dorongan

hingga selesainya skripsi ini.

Perancang menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna sehingga perancang sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, perancang berharap semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat yang besar bagi semua pihak.

Medan, 10 Juli 2014

Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

PROLOG ... 1

BAB I

ASAL MULA ... 4

BAB II

ANALISIS TAPAK ... 11

BAB III

KESAN SUATU EKSPRESI ... 24

BAB IV KONSEP ... 31

4.1. Manusia, Lingkungan dan Bangunan ... 31

4.2.

Konsep Lainya... 37

BAB V Desain Skematik ... 46

5.1. Dimensi ... 46

5.2. Ruang Podium ... 52

5.3. Ruang - Ruang ... 58

5.4. Zona Transisi ... 64

BAB VI

POLA "OVERCASTING" ... 71

BAB VII

DUA DIMENSI YANG BERBEDA ... 75

BAB VIII FINAL ... 76


(11)

8.2. Konsep Air Kotor ... 84

8.3. Konsep Elektrikal ... 85

8.4. Konsep Tata Udara ... 86

8.5. Konsep Penanggulangan Kebakaran ... 88

8.6. Konsep Aspek Keberlanjutan ... 90

KESIMPULAN ... 92

EPILOG

...

94

DAFTAR PUSTAKA ... 96


(12)

DAFTAR GAMBAR

No

Judul Hal

Kerangka Acuan Kerja ... 3

Gambar 1.1

Peta Tata Guna Lahan ... 7

Gambar 1.2

Foto Maket Podomoro Deli Grand City ... 8

Gambar 1.3

Foto Kondisi Site ... 10

Gambar 2.1

Analisa View ... 12

Gambar 2.2

Analisa Lingkungan... 12

Gambar 2.3

Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki ... 13

Gambar 2.4

Contoh Esplanade Di Boston... 14

Gambar 2.5

Keadaan Disekitar Site ... 15

Gambar 2.6

Analisa Sirkulasi Kenderaan ... 16

Gambar 2.7

Keadaan Disekitar Site ... 17

Gambar 2.8

vegetasi disekitar site ... 17

Gambar 2.9

Analisa Vegetasi ... 18

Gambar 2.10 Analisa Drainase & GSB ... 19

Gambar 2.11 Analisa Kebisingan & Keistemewaan Buatan ... 20

Gambar 2.12 Analisa Matahari Angin & Curah Hujan ... 21

Gambar 2.13 Analisa Manusia Budaya ... 22

Gambar 3.1

Chilehaus ... 26

Gambar 3.2

Sprinkenhof ... 26


(13)

Gambar 3.4

Sidney Opera House ... 28

Gambar 3.5

JFK Intertional Airport di New York ... 28

Gambar 3.6

Interior Museum Tsunami Aceh ... 30

Gambar 4.1.1 Konsep Desain ... 32

Gambar 4.1.2 Konsep Tapak ... 32

Gambar 4.1.3 Konsep Ruang Terbuka & Tata Hijau ... 34

Gambar 4.1.4 Konsep Kulit Bangunan ... 35

Gambar 4.2.1 Konsep Rancangan Ruang Dalam Bangunan 1 ... 38

Gambar 4.2.2 Konsep Rancangan Ruang Dalam Bangunan 2 ... 38

Gambar 4.2.3 Konsep Rancangan Berhubungan Dengan Faktor Keamanan.. 40

Gambar 4.2.4 Konsep Struktur dan Kulit Bangunan... 41

Gambar 4.2.5 Konsep Sistem Pembuangan Dan Sanitasi, Kenyamanan Termal ... 42

Gambar 4.2.6 Relevansi Terhadap Anggaran Biaya ... 43

Gambar 4.2.7 Konsep Sistem Mekanikal dan Elektrikal ... 44

Gambar 4.2.8 Konsep Rancangan dengan Kepatuhan Hukum ... 44

Gambar 5.1.1 Layout Ground Plan ... 50

Gamber 5.2.1 Layout Lantai 1... 52

Gambar 5.2.2 Layout Lantai 2... 55

Gambar 5.2.3 Layout Lobby Hotel ... 57

Gambar 5.3.1 Layout Tipikal Tower ... 60

Gambar 5.3.2 Layout Kamar Hotel ... 63


(14)

Gambar 5.4.2 Material Wire-Mesh ... 69

Gambar 5.4.3 Material Grc... 70

Gambar 7.1

Baliho Mobil ... 76

Gambar 7.2

Potongan Bangunan ... 79

Gambar 7.3

Potongan Prinsip ... 80

Gambar 7.4 Detail - Detail ... 82

Gambar 8.1

Konsep Air Bersih ... 83

Gambar 8.2

Konsep Air Kotor ... 85

Gambar 8.3

Konsep Elektrikal ... 86

Gambar 8.4

Konsep Tata Udara ... 87

Gambar 8.5

Konsep Penanggulangan Kebakaran ... 88


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No

Judul Hal

Perhitungan jumlah lift ... 97

Kebutuhan Air Bersih Untuk Kebutuhan Hotel Dan Mall ... 97

Kebutuhan Air Panas Per Hari ... 98

Perhitungan kebutuhan Tangki air bawah tanah Hotel dan Mall ... 99

Lampiran 1

Konsep Bentuk ... 100

Lampiran 2 Konsep Penerapan Tema, RUU, Zona ... 100

Lampiran 3

Site Plan dan Potongan Tapak 1 ... 100

Lampiran 4

Ground Plan, Layout 1, Potongan B-B ... 100

Lampiran 5

Perspektif Suasana, Layout 1, Layout 1, Layout ME lt 2 ... 100

Lampiran 6

Perspektif Suasana 2, Interior 1, Interior 2 ... 100

Lampiran 7

Potongan A-A Potongan C-C, Perspektif Suasana ... 101

Lampiran 8

Layout Tower, Layout Basement ... 101

Lampiran 9

Tampak-Tampak... 101

Lampiran 10

Detail-Detail Kamar, Interior 3, Interior 4 ... 101

Lampiran 11

Layout Core, Detail Prinsip, Detail ... 101


(16)

(17)

PROLOG

A River Runs Through it”

Pengertian riverfront adalah kawasan disekitar hunian yang berbatasan dengan sungai yang dimana terdapat aktivitas atau kegiatan disekitarnya. Riverfront architecture adalah suatu konsep arsitektur yang mengabungkan unsur sungai kedalam desainnya. Dalam konteks ini kami kelompok yang bernamakan studio PA6 desain grup mendapatkan proyek Kasus A yaitu kawasan muka sungai disekitar jalan Guru Patimpus, Kelurahan Kesawan, Medan. Tepatnya diantara site Podomoro Deli City dan berselahan dengan sungai deli, sungai deli merupakan salah satu dari delapan sungai yang terdapat pada kota Medan, dan bermuara ke selat malaka. Dalam konteks kota Medan, sungai deli merupakan sungai yang identik dengan daerah kawasan kumuh, kurang tertata, serta liar. Padahal jika ditinjau lebih lanjut sungai deli memiliki potensi yang sangat baik. Selain sebagai pengendali banjir, sungai deli juga memiliki potensi sebagai objek wisata yang dapat menarik jika ditata dengan baik.

Trend dan gaya hidup perkotaan pada saat ini lebih mengarah kearah komersial, seperti shopping, dll. Selain mengikuti trend dan lifestyle sekarang ini, area komersial ini tentunya juga dapat memenuhi kebutuhan sebagai objek wisata. Objek wisata komersial ini ditata dengan nuansa yang bersatu dengan alam, yang memungkinkan untuk menarik perhatian pengunjung baik itu pengunjung dari kota Medan maupun dari kota lain. Nuansa yang diberikan yaitu berupa ekspresi dari air sungai deli yang mengalir dan memberikan kesan perasaan tenang bagi orang-orang yang berjalan disekitarnya. Sehingga Cerminan dari ekspresi sungai deli ini dijadikan sebagai konsep dalam merancang bangunan komersial dan tidak luput hubungan kaitannya dengan sungai deli, awal mula ide konsep berasal dari gambaran ketika air sungai deli sedang surut dan


(18)

terlihat batu-batu yang dialiri oleh air sungai deli sehingga menghasilkan suatu flow atau pergerakan yang bersifat tenang. Cerminan ekspresi ini dijadikan konsep dalam merancang pada bangunan sehingga setiap pengunjung maupun orang-orang yang melewatinya dapat melihat dan merasakan gambaran ekspresi flows dari sungai deli tersebut, dan bagaimana ekspresi sungai deli tersebut. Sehingga ditetapkan tema “expression of the river flows” yang menunjukan bangunan bergaya ekspresionist dengan esplanade yang merupakan transisi antara bangunan dan sungai. Pengertian Arsitektur ekspresionist adalah gaya arsitektur yang mengikutsertakan feels dalam rancangannya dengan bentukan yang tidak lazim dan abstrak, Arsitektur Ekspresionis pertama terjadi di Jerman dan juga di Belanda khususnya sekolah Amsterdam pada tahun 1910 dan 1925.

Penerapan tema “expression of the river flows” terlihat pada fasad bangunan yang terdiri dari unsur kaku dan lembut yang merupakan ekspresi feels dari sifat dari air dan batu, sifat air yang mengalir memiliki feels tenang, lembut dan berharmoni dengan bentuk disekitarnya menjadi bagian dari skin atau kulit bangunan, sedangkan unsur kaku pada batu merupakan unsur dasar pada bentuk bangunan, bentuk dasar batu umumnya berbentuk bulat, lingkaran, sehingga bentuk dasar bangunan berbentuk unsur bulat, lingkaran seperti ekspresikan oleh batu. Selain itu juga terdapat esplanade yang merupakan transisi antara bangunan dengan sungai, esplanade selain berfungsi sebagai transisi juga sebagai area duduk dan sirkulasi berjalan kaki agar pengunjung dapat merasakan feels tenang pada site tanpa terganggu oleh kendaraan yang lalu lalang.


(19)

(20)

ABSTRAK

Sungai merupakan bagian penting dalam kehidupan masyarakat masa kini,

terutama bagi masyarakat perkotaan. Jika ditinjau lebih lanjut sungai memiliki

potensi yang menjadi suatu wahana rekreasi. Dalam kegiatan merancang sungai

merupakan sumber inspirasi maupun ide bagi perancang, dimana area yang

dirancang juga memiliki kasus proyek mengenai urban lifestyle. Dari perpaduan 2

unsur tersebut, perancang mengharmonikan unsur tersebut melalui tema individu

perancang yaitu tema

“expression of the river flows”

dimana perancang

menyajikan kasus urban lifestyle berupa kehidupan berbelanja dan menghuni

suatu area rekreasi dengan merefleksikan aliran sungai pada bangunan. Ekspresi

dari sungai tersebut bertujuan menggambarkan harmoni antara bangunan dengan

sungai dimana penggambarannya berupa aliran sungai yang melewati bebatuan

dimana riak, batu dan aliran dari air itu ditunjukan dalam desain.

Kegiatan merancang umumnya kegiatan bersifat revisi, dimana akan

terjadi kegiatan mengulas dan memperbaiki kekurangan dalam proses desain

sehingga dicapai suatu pemecahan masalah. Umumnya kegiatan dalam merancang

terdiri atas kegiatan survey, pengumpulan data dan fakta, analisis tapak secara

fisik maupun non fisik, penerapan konsep, perancangan skematik, pengembangan

rancangan. Kegiatan ini bergerak lurus hingga dicapai solusi yang mampu

memberikan pemecahan masalah dalam kasus proyek. Jika ditinjau dari pola

pergerakan kegiatan ini, pola yang terbentuk mengikuti pola “

overcasting stitch

pattern”

dimana pola yang terbentuk berbentuk mengulang tetapi bergerak lurus

seperti pola kegiatan dalam merancang.

Diakhir kegiatan merancang didapat suatu solusi yang dapat menjawab

tantangan yang diberikan kasus proyek berupa hotel rekreasi dan mall baik dari

segi desain, struktur, maupun fungsionalitas. Pada segi desain, solusi yang didapat

yaitu harmoni antara konsep elemen batu yang bersifat sebagai bentukan dasar

bangunan dengan elemen air yang bersifat lembut sebagai penggambaran skin

bangunan. Pada segi struktur, solusi yang didapat berupa penggabungan sistem

struktur rigid frame dan sistem struktur cangkang, serta pengakuan baja pengikat

skin dengan bangunan. Dari segi fungsionalitas yaitu ditinjau dari segi

layout

,

konsep sanitasi, konsep elektrikal, konsep tata udara, konsep penanggulangan

kebakaran, konsep aspek keberlanjutan


(21)

ABSTRACT

The river is an important part in the life of modern society, especially for

urban communities. For the further reviewed, the river has the potential to become

a recreational vehicle. Designing the river is a source of inspiration and ideas for

designers, which also has a designed area of the case project about urban lifestyle.

Combination of this two elements, the designer harmonising these elements into

the designer’s individual theme. The theme is called "expression of the river

flows" where the designer presents the case of the urban lifestyle such as shopping

and nightlife inhabit a recreation area with river flow reflect to the building.

Expression of the river aimed to illustrating the harmony between the building and

the river where his depiction of the river flow past the rocks where the ripples,

rocks and streams of water are shown in the design.

The design activity are generally a revision activity, where there will be

reviewing and correcting deficiencies in the design process so that it is a

problem-solving. The activity of designing generally consist of the survey, data collection

and site analysis (physics or non-physics), concept application, schematic design,

and design development. This activity was moving straight to achieve a solution

which is able to provide a solution in the case of the project. If the terms of the

movement patterns of this activity, the patterns that are formed following the

pattern of "overcasting stitch pattern" whereby the pattern that is formed in the

repeated shape but moving straight like the pattern of design activity.

End of the design activity obtained a solution that is able to answer the

challenge of a given case of recreational hotel and mall project both in terms of

design, structure, and functionality. In terms of design, we obtained the solutions

of harmony between the concept of a stone element as a basic building material

with a water element that is as soft as the depiction of the building skin. In terms

of structure, the solutions obtained in the form of rigid frame structure system of

merger and shell structural system, as well as the recognition of the skin with the

fastener steel buildings. In terms of functionality, based on the layout, sanitation

concept, electrical concept, air system concept, fire prevention concept, and the

concept of sustainability aspects


(22)

BAB I ASAL MULA

Dalam konteks kota Medan, image kawasan sungai Deli sangat identik dengan kata-kata kumuh, tidak tertata, lokasi terlantar. Daerah sempadan sungai Deli yang seharusnya bebas dari unsur-unsur fisik dijadikan sebagai area permukiman yang berfungsi secara illegal. Lebih buruknya lagi sungai dijadikan sebagai area pembuangan akhir (sampah dan limbah) oleh penghuni disekitar sungai, hal ini disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat mengenai kebersihan dan kesehatan. Padahal jika sungai yang banyak akan tumpukan sampah akan membawa dampak yang buruk bagi kesehatan, seperti penyakit disentri, penyakit kulit, DBD, dll. Selain itu sungai yang tertumpuk sampah akan menggangu peredaran aliran sungai sehingga dapat menyebabkan kebanjiran, terutama disaat musim penghujan, hal ini tentunya bukanlah suatu hal yang baik bagi penduduk didaerah perkotaan, dampak tersebut bukan hanya dirasakan oleh Penduduk disekitar jalan Guru Patimpus, bahkan penduduk yang tidak bersalah juga ikut merasakan dampak buruknya. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemko Medan untuk mengembalikan fungsi sungai Deli kefungsi yang semestinya, tetapi hal itu sepertinya masih jauh dari seperti yang diharapkan, kondisi yang telah parah seperti ini seharusnya tidak biasa hanya diperbaiki oleh program yang bersifat sektoral, sehingga kali ini Pemko Medan memutuskan berkerja sama dengan organisasi yang dianggap mampu dalam menghadapi situasi seperti ini. Organisasi swasta tersebut yaitu PT Twin Rivers Development. Pemko Medan dan pihak swasta PT Twin Rivers Development menunjuk Departemen Arsitektur Fakultas Teknik USU untuk membuat beberapa usulan untuk merancang daerah disekitar sungai Deli. Sehingga Departemen Arsitektur fakultas Teknik USU membentuk beberapa team perancangan yang dinamakan sebagai Studio PA Desain


(23)

Grup, yang terdiri atas dosen dan kelompok kerja. Sebagai tim perencana dalam mengerjakan proposal arsitektural pada daerah kawasan disekitar sungai Deli. Studio PA Desain Grup dibagi atas 5 Grup, dan perancang merupakan salah satu anggota grup A dari Studio PA Desain Grup. Daerah sekitar sungai yang kami dapat berada pada jalan Guru Patimpus, Kel kesawan, Kec Medan Barat, Medan. Tepatnya merupakan bagian dari lahan Podomoro Deli City yang sedang dalam tahap Pembangunan.

Untuk Memulai kegiatan perencanaan terhadap sungai deli ini hal yang pertama kami lakukan yaitu briefing. Kegiatan briefing merupakan kegiatan yang penting dalam proses perencanaan sebab dari proses briefing setiap perancang akan lebih mengenali kasus yang sedang dihadapinya serta bagaimana visi dan misi dari perencanaan terhadap suatu kasus. Salah satu topik yang diberikan oleh Konsultan Ahli pada kami yaitu mengenai sejarah sungai deli dan daerah disekitarnya, sejarah daerah disekitar site termasuk hal penting dan berperan serta dalam pembentukan kondisi pada site. Selain mengenai topik sejarah kami juga bubuhi dengan pengantar berupa contoh kasus bangunan fungsi komersial, penjelasan mengenai lifestyle yang terdapat disekitar Podomoro Deli Grand City. Serta beberapa contoh-contoh perbandingan riverside yang menakjubkan yang berada pada luar negeri. Topik dan contoh studi kasus yang diberikan tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran kepada kami bagaimana konsep yang akan kami gunakan dalam proses merancang. Setelah melewati tahap briefing, tahap selanjutnya yaitu tahap kegiatan survei. Kegiatan survei lapangan merupakan satu rangkaian penting dalam kegiatan merancang. Karena tanpa kegiatan survei, hasil suatu rancangan atau desain tidak akan berada pada batas maksimalnya. Kegiatan survei memungkinkan seorang perancang untuk lebih mengenali site, letak potensi dari site , keadaan site dan sekitarnya, kondisi fisik site dan lain-lainnya. Hal ini tidak akan didapatkan jika perancang tidak langsung terjun pada lapangan untuk melakukan


(24)

peninjauan atau survei pada site. Tetapi kegiatan survei tentu tidaklah cukup jika bagian yang di tinjau atau survei hanya pada daerah site, daerah sekitar kawasan hingga radius tertentu juga merupakan faktor penting dan perlu untuk ditinjau. Kondisi disekitar site juga memainkan faktor penting yang mendukung dalam merancang, seperti akses kendaraan, lokasi-lokasi yang memiliki intensitas kenderaan yang tinggi, sirkulasi primer yang mungkin untuk menjadikan site sebagai area yang mudah terlihat atau muda dicapai terutama bagi site yang memiliki fungsi sebagai hotel dan mall yang tujuannya yaitu untuk menarik pengunjung. Karena dari itu kami grup A, yang merupakan salah satu grup dari Studio PA6 Desain Grup, juga ikut serta melibatkan diri pada kegiatan survei, kegiatan survei yang kami lakukan bertujuan untuk mengumpulkan data, dan kegiatan survei tersebut tidak dilakukan hanya sekali tetapi dilakukan dalam beberapa kali, tujuan melakukan survei beberapa kali yaitu untuk melengkapi data yang kurang, data yang kami kumpulkan tersebut diperlukan untuk melakukan asistensi dengan Dosen Pembimbing dan Konsultan Ahli yang selaku sebagai salah satu pelaku stake holder dan kegiatan merancang site disekitar sungai deli, tepatnya pada site yang akan kami rancang.


(25)

Gambar 1.1 Peta Tata Guna Lahan Sumber: dokumentasi pribadi

Luas daerah yang kami survei memiliki radius 1 km dari site, lebih presisinya kawasan yang kami tinjau atau survei yaitu dari site kami dapatkan, jalan Guru Patimpus, bersebelahan dengan Podomoro Deli Grand City hingga di jalan Balai kota, daerah Merdeka Walk. Karena luasnya daerah yang akan kami tinjau, maka dari itu kami Grup A membagi kelompok menjadi 2 kelompok yaitu kelompok 1 dengan batasan dari Jalan Guru Patimpus Hingga Balai Kota, kelompok 2 yaitu dari Jalan Maulana Lubis dan Balai Kota, Daerah daerah sekitar site yang memiliki kawasan kecil juga perlu ditinjau potensinya. Pada proses tentu tidak semuanya berjalan dengan lancar dan mulus, seperti pada proses survei kelompok kami, kegiatan survei site tidak dapat dilakukan sepenuh karena pihak Podomoro Deli Grand City tidak mengizinkan kegiatan survei pada site.


(26)

Gambar 1.2 Foto Maket Podomoro Deli Grand City Sumber: dokumentasi pribadi

Agar tidak kembali dengan tangan kosong kegiatan yang kami lakukan yaitu foto maket Podomoro Deli Grand City dan mewawancara marketing Podomoro Deli Grand City mengenai proyek yang akan dijalankan oleh Agung Podomoro ini. Kami juga tidak luput menanyakan bagaimana sistem yang akan digunakan oleh pihak Agung Podomoro, pada akhir kami mendapatkan brosur mengenai gambaran planning dari Podomoro Deli Grand City. Meski telah mendapatkan beberapa data dari pihak Podomoro, tentu kegiatan survei tidak akan lengkap jika belum melakukan peninjauan secara langsung pada site. hal ini kami tanggapi dengan melakukan konsultasi dengan dosen koordinator untuk mendapatkan suatu solusi atau jalan keluar yang terbaik mengenai kendala yang didapatkan ini. Solusi tersebut dijawab oleh dosen koordinator yaitu dengan menggunakan surat izin dari departemen Arsitektur Fakultas Teknik USU. Setelah melakukan kegiatan survey, dalam proses merancang kegiatan selanjutnya yaitu mengumpulkan data.


(27)

Dari data dan Fakta pada lapangan, hasil tersebut dikumpulkan dan digabungkan sebagai laporan pada proses asistensi dengan Dosen Pembimbing dan Konsultan Ahli. Hasil dari data yang kami kumpulkan dapat berupa data lingkungan, data kondisi tapak, data manusia pada tapak proyek, data keadaan sungai Deli yang bersebelahan dengan site, dan beberapa data positif maupun negatif. Dari hasil yang kami tinjau kondisi sungai pada site, data positif dari letak site yaitu site memiliki potensi yang bagus karena terletak pada jalan primer dengan batas utara berupa ruko komersil, batas timur Podomoro Deli Grand City, Batas Selatan berupa perumahan kelas menengah keatas, batas barat yaitu sungai deli. Ditinjau dari letak site, maka dapat disimpulkan site memiliki potensi yang baik sebagai area komersial. Sedangkan nilai negatif yang didapat yaitu pada daerah sekitar sungai terdapat banyak sampah yang bertebaran dimana-mana, sampah tersebut terlihat jelas terutama saat sungai sedang surut, kegiatan permukiman di sekitar sungai, anak-anak bahkan orang dewasa mandi disekitar tepian sungai, kegiatan rumah tangga, seperti mencuci baju, dan peralatan rumah tangga dilakukan di tepian sungai. Dari kondisi ini terlihat penduduk disungai menggunakan sungai Deli sebagai salah satu bagian utama dalam menjalankan kehidupan mereka. Mengenai data fisik site yaitu site memiliki luas ± 2.35 HA, memiliki iklim tropis dengan suhu berkisar 23 ºC - 33,1 ºC, kelembaban udara 78-82%, kontur yang menjorok kesungai, KDB 60% dan KLB 8-32 lt, garis sempadan sungai 15m dan garis sempadan depan 8,5m.


(28)

Gambar 1.3 Foto Kondisi Site Sumber: dokumentasi pribadi


(29)

BAB II ANALISIS TAPAK

Tujuan kegiatan dari survei yaitu mengumpulkan Data dan Fakta, maka pada metode selanjutnya yang kami lakukan yaitu analisa. Metode yang berlanjut dan berkesinambungan inilah yang membedakan pembelajaran kami sebagai Mahasiswa Arsitektur berbeda dengan Mahasiswa Fakultas lainnya. Konsultan Ahli kami mengatakan metoda ini sebagai “Metoda Tulang Ikan”. Pada kegiatan Analisa, Dosen Pembimbing kami membagi bangunan yang kami rancang menjadi beberapa bangunan dan proses analisa menjadi suatu kegiatan individual tetapi ada juga bagian analisa yang masih dalam kelompok, analisa secara individual ditinjau sesuai buku "analisis tapak", sedangkan analisa kelompok yaitu analisa dari jurnal mingguan, secara individual bangunan yang perancang rancang yaitu bangunan Hotel dan Mall yang memiliki tujuan utama sebagai area rekreasi. Karena letak site yang strategis dengan batas utara berupa ruko komersil, batas timur Podomoro Deli Grand City, Batas Selatan berupa perumahan kelas menengah keatas, batas barat berupa sungai deli. Ditinjau dari letak site, maka site memiliki potensi sebagai area komersial, sehingga bangunan seperti hotel dan mall memiliki prospek yang bagus. Terutama pada hotel yang difungsikan sebagai hotel rekreasi dengan view kearah sungai. Ditinjau dari segi view, bangunan pada site memiliki nilai view yang positif, baik view kedalam atau kearah luar site


(30)

Gambar 2.2 Analisa View Kearah Tapak Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 2.3 Analisa Lingkungan Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 2.4 Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 2.1 Analisa View dari Tapak Sumber: Dokumentasi pribadi


(31)

Gambar 2.5 Contoh Esplanade Di Boston Sumber : yogainthesky.com

Selain sebagai bangunan hotel dan mall, site juga memiliki potensi lain, menurut opini perancang, letak site yang berada disekitar sungai memiliki potensi yang sangat besar sebagai area rekreasi yaitu esplanade, pengertian esplanade yaitu area pada tepian sungai yang berfungsi sebagai area sirkulasi penjalan kaki dengan sungai sebagai view utamanya. Dilihat dari segi view dan letak site yang berbatasan sejajar dengan sungai, berjalan disamping atau tepian sungai secara psikologi tidak membuat seseorang mudah menjadi bosan karena dengan pemandangannya berupa aliran sungai yang tenang dan ditambah dengan pepohonan yang terletak diseberang sungai. Selain itu view kearah sungai memberikan efek menenangkan pikiran dengan pemandangan aliran sungai yang tenang, ditambah lagi dengan vegetasi yang sejajar pada tepian sungai ikut serta

memberikan kenyamanan dengan memayungi orang yang berjalan dibawahnya, sehingga orang-orang yang berjalan dibawahnya tidak merasa kepanasan tetapi merasakan


(32)

Gambar 2.7 Analisa Sirkulasi Kenderaan Sumber: Dokumentasi pribadi

kesegaran dan kerindangan dari pepohonan tersebut. Fungsi lain vegetasi yaitu dapat sebagai pembatas antara sirkulasi kendaraan dengan manusia, sehingga orang yang berjalan tidak merasa terganggu dan dapat berjalan dengan tenang sambil menikmati suasana yang terdapat pada esplanade, ditambah lagi jika disesuaikan dengan peraturan RTRW kota Medan area sempadan sungai yaitu 15 m merupakan area bebas dari fisik bangunan, sehingga area seperti esplanade dapat memenuhi kriteria dari peraturan RTRW tersebut.

Selain dari sirkulasi pejalan kaki, sebagai area komersial sirkulasi kendaraan juga merupakan salah satu faktor yang penting untuk dianalisa, dari data yang dikumpulkan jalan Guru Patimpus merupakan jalan arteri dan terletak didepan site memiliki intensitas kendaraan yang padat.


(33)

Gambar 2.8 Keadaan Disekitar Site Sumber dokumentasi pribadi

Menurut opini perancang site memiliki potensi yang positif dan negatif, potensi positif yang didapat yaitu dengan kepadatan yang tinggi dan ditambah dengan fungsi site sebagai area komersil, tentu akan banyak menarik pengunjung untuk datang mengunjungi bangunan seperti mall pada site terutama pada waktu tertentu, hal ini tentu merupakan prospek yang bagus bagi site. Akan tetapi dibalik dari potensi yang positif tersebut juga terdapat potensi yang negatif yaitu dengan kepadatan tersebut ditambah dengan bangunan komersil baru tentu maka akan menambah kepadatan kendaraan pada jalan arteri tersebut, sehingga perlu suatu sumbangan dari site kepada kota untuk mengurangi dampak tersebut, sumbangan kepada kota dapat berupa pelebaran jalan Guru Patimpus menjorok kedalam site, atau dapat membuka suatu akses keluar baru pada daerah dibelakang site sehingga gangguan atau kemacetan pada jalan Guru Patimpus dapat diminimalisir.


(34)

Gambar 2.9 vegetasi disekitar site Sumber dokumentasi pribadi

Selain analisa sirkulasi dari data yang ada, masih banyak lagi analisa yang perlu perancang tinjau, seperti analisa lingkungan yang membahas mengenai keadaan sekitar site seperti site terletak pada area komersial, berbatasan dengan jalan arteri dan sungai sehingga site memiliki potensi sebagai area komersil, area rekreasi, dll.


(35)

Gambar 2.10 Analisa Vegetasi Sumber: Dokumentasi pribadi


(36)

Gambar 2.11 Analisa Drainase Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 2.12 Analisa GSB Sumber: Dokumentasi pribadi

Analisa drainase membahas

mengenai kondisi kontur dan

pengaruhnya terhadap letak bangunan, hasil yang didapat yaitu bangunan harus

dibangun menjauhi sungai untuk

menghindari masalah drainase, dan letak

yang berjauhan tersebut dapat

mempermudah sistem drainase dan mencegah genangan air saat hujan karena

perbedaan ketinggian kontur. Pada analisa GSB menceritakan potensi daerah-daerah dalam batasan GSB, potensi tersebut yaitu area GSB dapat di jadikan sebagai area parkir, area taman, daerah sumbangan kepada kota, dan area esplanade. Pada analisa vegetasi menceritakan letak vegetasi yang memiliki faktor positif bagi site, seperti jajaran pohon pada site memberikan dorongan atau tekanan penglihatan kearah bangunan dan pada sisi lainnya memberikan tekanan view atau pandangan pejalan kaki kearah sungai serta membagi antara akses sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan. Pada analisa view terbagi atas 2 bagian yaitu view ke tapak dan view dari tapak, view ke tapak menggambarkan perhatian orang ketika melewati suatu kawasan tertemtu dan penilaian pandangannya terhadap site dan bangunan, dan hasil yang didapat yaitu bangunan diposisikan menghadap kearah jalan Guru Patimpus karena pusat view berada pada jalan Guru Patimpus serta bangunan diletakkan menjauhi jalan agar bangunan dapat mempermudah


(37)

Gambar 2.14 Analisa Keistemewaan Buatan Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 2.13 Analisa Kebisingan Sumber: Dokumentasi pribadi

view orang ketika melihat kearah bangunan secara keseluruhan. Sedangkan view dari tapak juga memberikan respon yang positif terutama pada arah utara, timur dan selatan sedangkan pada arah barat memiliki view negatif yaitu berupa pemakaman sehingga diperlukan buffer view berupa vegetasi pepohonan atau semak pada sekitar perkuburan tersebut.

Pada analisa kebisingan membahas sumber kebisingan pada site, bangunan diletakkan berjauhan dari jalan Guru Patimpus dimana merupakan sumber kebisingan utama pada sekitar site. Sumber kebisingan yang lain terletak pada jalan Sei Deli, tetapi karena letaknya yang cukup jauh dari site serta terdapat vegetasi di sekitar site, kebisingan dari jalan Sei Deli dapat dikatakan telah dibuffer secara alami. Analisa keistimewaan buatan menceritakan faktor buatan disekitar site seperti disekitar site, pada


(38)

area sekitar site terdapat area pendidikan yaitu IBBI dan sekolah negeri sehingga pada waktu tertentu seperti waktu istirahat dapat menarik pengunjung sehingga memungkinkan untuk menambah pemasukan ekonomi pada bangunan. Analisa matahari dan iklim menggambarkan tata letak bukaan pada bangunan untuk menghindari panas yang berlebih masuk kedalam bangunan akan tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan penggunaan material double glazing glass. Pada analisa arah angin, berdasarkan BMKG, arah angin berhembus dari timur-laut - barat-daya dan sebaliknya sehingga mempengaruhi sistem pengudaraan pada bangunan dan memiliki kesinambungan hubungannya dengan aspek keberlanjutan terutama mengenai penggunaan energi.


(39)

Gambar 2.15 Analisa Matahari & Angin Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 2.16 Analisa Curah Hujan Sumber: Dokumentasi pribadi

Pada Analisa curah hujan menceritakan konfigurasi bangunan dan tata letak bangunan untuk mempermudah drainase, dari hasil yang didapat yaitu bangunan harus menghindari konfigurasi yang membentuk huruf "L" karena konfigurasi tersebut dari mengumpulkan air ketika hujan turun.


(40)

Pada Analisa manusia dan budaya menggambarkan aktivitas manusia, gaya hidup dan kebutuhan manusia disekitar site, dan hasil yang didapat yaitu bangunan seperti mall dan supermarket memiliki prospek yang positif sebab dapat memenuhi kebutuhan pada daerah sekitar site. Ada juga analisa yang merupakan tugas bersama yaitu faktor organisasi stakeholders mengenai struktur organisasi stakeholder dan pembagian tugas dan jabatan masing-masing stakeholder untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien. Sistem struktur dan konstruksi membahas struktur bangunan terhadap daya lateral dengan struktur rigid frame dan penggunaan dinding geser dan portal, bagaimana material yang terdapat pada sistem bangunan tinggi serta membahas mengenai kelebihan maupun kekurangan dari masing-masing material. Sistem mekanikal dan elektrikal menceritakan sistem ME yang sering digunakan pada suatu bangunan tinggi seperti sistem AC atau sistem tata udara, sistem pemadam kebakaran atau fire fighting, sistem plumbing, sistem penangkal petir, sistem network telepon, sistem transportasi vertikal, sistem elektrikal. Sistem kulit bangunan mengenai material yang baik digunakan sebagai kulit bangunan seperti penggunaan double glazing glass, vertical garden, material berwarna cerah sebagai insulasi panas, material atap yang memiliki nilai insulasi panas, dan material yang memiliki nilai embodied energi yang rendah. Faktor kenyamanan termal, penerangan dan akustik yaitu mengenai pencahayaan buatan dan alami pada bangunan, faktor penentu kenyamanan termal seperti suhu udara, gerakan fluida, kelembaban, suhu pancaran matahari dan pengendalian bunyi pada ruang, cara mengendalikan bunyi baik untuk minimalisir bunyi maupun memperkuat bunyi pada ruang. Aspek keberlanjutan yang harus dipenuhi pada suatu bangunan yaitu aspek lingkungan, ekonomi dan sosial untuk menghasilkan suatu bangunan yang ramah terhadap lingkungan sekitar. Faktor kepatuhan hukum mengenai RTRW kota Medan dan hubungannya dengan sungai seperti pada Bab 1 pasal 1 ayat 18 mengenai sempadan sungai, dll.


(41)

BAB III

KESAN SUATU EKSPRESI

Kegiatan penerapan tema dan konsep merupakan kelanjutan dari tahap analisa dan pengumpulan data dan fakta, setelah menganalisa data dan fakta maka proses dalam merancang akan dilanjutkan pada sesi menetapkan tema. Pada penetapan tema harus sesuai konteks tema dan memperhatikan keadaan tapak dan sekitarnya. Kali ini, kami studio PA6 desain grup mendapatkan 2 jenis tema, yaitu tema utama riverfront dan tema kedua urban lifestyle yang kemudian akan ditambahkan atau disisipi dengan tema individual yang akan diterapkan pada bangunan dan tapak. Tema utama telah ditentukan yaitu riverfront, pada tema riverfront menceritakan bagaimana konteks sungai terhubung dengan site atau lahan sehingga membentuk satu sinergi antara bangunan, kawasan dalam site dengan sungai. Tema riverfront dijadikan sumber ide, sebagaimana sungai dijadikan


(42)

sebagai sumber ide dalam merancang. Sehingga dalam proses merancang kajiannya tidak jauh dari hubungannya dengan sungai. Bertepatan dengan letak site kami, sungai yang kami dapat terletak berdampingan dengan sungai deli, sungai deli merupakan salah satu dari delapan sungai yang ada pada kota medan, dan pada masa lalunya merupakan jalur perdagangan utama kedaerah lain. Pada masa kini sungai deli telah menjadi daerah kumuh dikarenakan oleh banyaknya penduduk yang kurang bertanggung jawab menjadikan sungai sebagai daerah pembuangan akhir, padahal jika dikaji lebih lanjut sungai deli memiliki potensi baik sebagai wahana rekreasi yang dapat menarik banyak pengunjung, baik dalam kota maupun dari luar kota. Dikarenakan letak site yang berada pada area komersial, terlebih lagi tema kedua pada kegiatan studio yaitu urban lifestyle. Tema urban lifestyle memiliki hubungan erat dengan site sebagai daerah dengan area komersial karena berkaitan dengan trend gaya hidup masa kini. Hal ini tentu sangat menarik dan sebagai area komersial dengan fungsi rekreasi didalam site dalam memenuhi kebutuhan gaya hidup masa kini. Tujuh bangunan telah direncanakan sebagai bangunan yang dirancangkan untuk memenuhi gaya hidup masa kini. Masing-masing individu dalam kelompok diwajibkan untuk memilih dua dari tujuh bangunan tersebut, bangunan dipilih perancang yaitu bangunan hotel dan mall yang berfungsi sebagai area rekreasi.

Hotel rekreasi merupakan hotel yang berfungsi untuk mengakomodasi fasilitas pada daerah yang memiliki sarana hiburan. Ciri-ciri yang membedakan hotel rekreasi dengan hotel yang memiliki fungsi lainnya yaitu dari segi letak, hotel rekreasi umumnya terletak pada kawasan yang memiliki fungsi rekreasi, seperti sungai deli dijadikan sebagai area hiburan untuk menarik pengunjung. Dari segi pemasaran, target penghuni pada hotel rekreasi yaitu pengunjung dari yang ingin menikmati tujuan berlibur, bersenang-senang, yang ingin mengisi waktu luang dari kesibukan sehari-hari, baik itu pengunjung dari


(43)

dalam kota, luar kota, maupun dari luar negeri. Dari segi fasilitas, pada hotel rekreasi mengakomodasi fasilitas pelayanan, hiburan, relaksasi, contoh fasilitas tersebut yaitu dapat berupa area spa and sauna, gym center, karaoke room, dan swimming pool. Area swimming pool dapat menjadi salah satu fasilitas utama karena dapat mengakomodasi kegiatan berenang yang tidak dapat diakomodasi oleh sungai. Segi lainnya yang membedakan hotel rekreasi dengan hotel lainnya yaitu segi suasana, suasana dari hotel berbeda dengan hotel umumnya, suasana pada hotel rekreasi umumnya mengekspresikan suasana alam yang berkaitan dengannya dan berusaha menyatu dengan alam sekitarnya. Selain bangunan hotel, perancang juga memilih bangunan mall yang berfungsi sebagai area rekreasi, sebagai area perbelanjaan, pemilihan bangunan mall didasari dari analisa aktivitas dan budaya setempat, berdasarkan analisa, site terletak pada daerah yang memiliki fasilitas perbelanjaan yang minim. Ditambah lagi daerah sekitar site terdapat daerah perumahan dengan tingkat perekonomian menengah keatas. Sehingga dengan analisa tersebut pemilihan bangunan mall bertujuan untuk mengakomodasi fungsi yang kurang pada daerah disekitarnya. Dari analisa tersebut menunjukan bahwa salah satu area yang paling penting terdapat dalam mall yaitu supermarket yang menyediakan kebutuhan sehari-hari. Selain analisa mengenai penduduk disekitar site, di tinjau dari segi kawasan, site yang terletak pada kawasan perkantoran dan pusat pendidikan. Sehingga pada waktu tertentu seperti jam siang atau jam istirahat, bangunan yang memiliki fasilitas makan-minum seperti café atau lounge juga sangat diperlukan untuk mengurangi stress yang didapat saat bekerja maupun saat belajar.


(44)

Gambar 3.1 Chilehaus Sumber: www.skyscrapercity.com

Gambar 3.2 Sprinkenhof Sumber: fotocommunity.de

Gambar 3.3 Ullsteinhaus Sumber:www.imittelstand.de

Setelah mempertimbangkan

dua bangunan dari tujuh yang akan dibangun,

tahap selanjutnya yang perancang lakukan yaitu menentukan tema individual yang tepat, pada pemilihan tema tentu tidak lari dari konteks sungai sebagai tema utama yaitu tema riverfront dan tema kedua urban lifestyle. penetapan tema individual ini pada nantinya akan diterapkan pada bangunan dan tapak yang akan dirancang. tema yang perancang pilih yaitu “expression of the river flows”, dasar penentuan tema didapat dari gambaran aliran atau flows dari sungai deli, penggambaran yang di dapat yaitu aliran sungai deli ketika mengalir melewati bebatuan sehingga membentuk aliran dalam bentuk riak-riakan air. Ekspresi yang perancang gambarkan dalam aliran tersebut yaitu penggambaran air dan batu ketika sungai sedang mengalir, hal tersebut terlihat seperti suatu harmoni antara suatu bentuk atau benda yang bersifat kasar dan dengan benda yang bersifat halus lembut. Penggambaran tersebut perancang terapkan dalam bentuk gaya arsitektur ekspresionist. Gaya Arsitektur ekspresionis adalah gaya arsitektur yang mencerminkan gambaran hati,


(45)

Gambar 3.4 Sidney Opera House Sumber: www.panoramio.com

pikiran perancang secara imaginasi, emosi kedalam bentuk karya seni. Dengan dalil atau paham "Art is an expression of human feeling" dan "Art is Expression of Impression". Gaya arsitektur ekspresionist merupakan gaya arsitektur terbentuk pada masa post modern tepatnya terbentuk pada tahun 1905, gaya arsitektur ekspresionis dipolopori pembentukannya oleh Ernest Ludwig Kirchner yang merupakan seorang mahasiswa arsitektur tetapi pada akhirnya lebih mengarah pada seni grafis. Gaya arsitektur ekspresionis mengandung nilai-nilai seperti menghargai kebebasan dalam bentuk dan grafis, mengekpresikan bahasa emosi baik dalam bentuk, ruang, maupun material, dengan bentuk bangunan yang tidak monoton. Gaya arsitektur ekspresionis berdasarkan penerapannya, dibagi menjadi tiga kelompok yaitu Arsitektur Ekspresionis bentuk dan material/ brick expressionist, Arsitektur Ekspresionis idealis simbolis/ anthropomorphic sympathy, Arsitektur Ekspresionis idealis ruang. Arsitektur ekspresionis bentuk dan material lebih dikenal dengan brick expressionist dengan ciri bangunan penggambaran pola-pola seni pada material bangunan, cara penyusunan pola material yang membentuk ruang yang disusun secara teratur. Contoh bangunannya yaitu Chilehaus, Sprinkenhof, Ullsteinhaus.


(46)

Arsitektur Ekspresionis idealis simbolis/ anthropomorphic sympathy memiliki perbedaan penerapan yaitu menggunakan sifat dari objek atau objek sebagai sumber ide, dan mengekspresikannya secara simbolik tetapi tetap berpegang teguh pada tema. Penerapannya pada bangunan yaitu mengikuti penggambaran secara simbolik dari objek yang digunakan sebagai sumber ide oleh sang perancang, arsitektur ekspresionis dibagi lagi berdasarkan analoginya yaitu tangible, in-tangible, dan hybrid. Analogi tangible menggunakan penerapan tema pada bangunan secara utuh atau dengan kata lain bangunan dan objek yang berhubungan dengan bangunan dibuat persis menyerupai, sedangkan in-tangible lebih kearah imaginasi sang perancang penggunaan objek sebagai ide lebih kearah simbol, nilai-nilai, sifat, dan konsep rancangan bangunan, sedanga hybrid merupakan penggabungan dari analogi tangible dan in-tangible, sehingga sebagian bangunannya berupa konsep dan sebagai merupakan bentuk nyata objek yang bersangkutan. Contoh arsitektur ekspresionis idealis simbolis yaitu The Sidney Opera House di Sidney, JFK International Airport di New York, Walt Disney Concert Hall di

Gambar 3.5 JFK Intertional Airport di New York Sumber: airchive.com


(47)

Los Angeles. Arsitektur Ekspresionis idealis ruang menggunakan penerapan gaya arsitektur ekspresionis pada feels/ rasa di bentuk dari ruang/space, rancangan yang dihasilkan berasal dari ide ruang, seperti penggambaran suasana takut, tersesat diterapkan pada pembentukan suatu ruang gelap dan berkelok-kelok. Contoh Arsitektur Ekspresionis idealis ruang yaitu Musem Tsunami Aceh yang dirancang oleh Arsitek M.Ridwan Kamil, ST. MUD. Dari beberapa jenis Arsitektur Ekspresionis tersebut konsep yang perancang gunakan lebih mengarah pada Arsitektur Ekspresionis Idealis Simbolis, dengan analogi In-tangible, pengunaannya lebih perancang gunakan pada harmoni antara flow/ aliran sungai deli ketika mengalir dan menghasilkan riak ketika bersapaan dengan batu, harmoni yang terbentuk dapat digambarkan dalam bentuk sifat lembut dan kasar, seperti pada gaya arsitektur ekspresionis Idealis Simbolik, penerapan gaya arsitektur tersebut berasal dari sifat yang dihasilkan dari objek sebagai sumber ide, sedangkan analoginya, menggunakan analogi in-tangible penggambaran atau penerapannya pada bangunan dihasilkan oleh imaginasi tidak sama persis dengan objek yang bersangkutan, penerapan yang perancang gunakan bangunan yaitu seperti batu dibalut oleh air, maka bentukan kasar bangunan ditutupi oleh skin yang lembut yang tetapi penggambarannya dengan imaginasi perancang.


(48)

BAB IV KONSEP

4.1 Manusia, Lingkungan dan Bangunan

Dalam suatu proses perancangan, penerapan tema merupakan satu rangkaian yang dilakukan setelah proses penentuan tema, sebelumnya telah dibahas mengenai tema yang yang diambil serta gaya arsitektur yang berhubungan dengan tema perancang “Expression of the River Flows”. Penerapan tema pada bangunan tidak hanya mencakup

Gambar 3.6 Interior Museum Tsunami Aceh Sumber: http://www.ferhatt.com


(49)

bentuk fisik bangunan apalagi pada penerapan tema bangunan dengan gaya arsitektur ekspresionis, penerapan tersebut juga dapat digambarkan atau diekspresikan pada manusia dan lingkungan. Manusia, lingkungan dan bangunan merupakan satu kajian yang penting dalam ilmu arsitektur, serta merupakan faktor utama yang harus diperhatian dalam merancang. Desain atau rancangan yang dianggap berhasil umum merupakan bangunan yang tanggap ketiga elemen tersebut. Penerapan tema yang berhubungan dengan tiga elemen tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk konsep rancangan. Konsep rancangan dapat berupa konsep rancangan tapak, konsep ruang terbuka hijau, konsep sirkulasi manusia dan kenderaan, konsep faktor keamanan dan keselamatan, konsep kulit/ tampak bangunan, konsep rencana dalam bangunan, konsep struktur, konsep ME dan konsep pasokan energi, konsep aspek keberlanjutan dan lain-lain.


(50)

Gambar 4.1.1 Konsep Desain Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 4.1.2 Konsep Tapak 1 Sumber: Dokumentasi pribadi


(51)

Pada konsep rancangan tapak umumnya terdiri elemen manusia dan lingkungan. Konsep tapak yang dirancang oleh perancang dibagi menjadi beberapa bagian yaitu sirkulasi manusia dan tata hijau, sirkulasi kendaraan pribadi, sirkulasi servis. Pada sirkulasi manusia dan tata hijau perancang menggunakan sistem esplanade, penggambaran esplanade tersebut menggunakan kajian gaya arsitektur ekspresionis yaitu berupa ekspresi aliran sungai pada daerah tepian yang berbentuk berupa gelombang dan riak air. Ide tersebut didasari oleh penggambaran aliran sungai, dan merupakan elemen yang sering terdapat pada sungai. Penerapan ekspresi aliran tepian sungai tersebut digambarkan pada sistem sirkulasi pejalan kaki pada esplanade yang terletak ditepi sungai. Sistem sirkulasi tersebut digambarkan dalam bentuk gelombang transversal yang saling bertabrakan atau berbentuk spiral dan tidak beraturan. Area ruang kosong disekitar sirkulasi merupakan area hijau yang penggambarannya berupa riak air. Perbedaan area terbuka hijau dengan area sirkulasi yaitu dari segi material, pada area sirkulasi menggunakan material yang lebih rata permukaannya, sehingga penyadang cacat juga dapat melewati jalan tersebut, sedangkan pada area hijau menggunakan material tanah dan rumput dengan unsur pepohonan disekitarnya, tujuan dari pohon tersebut yaitu melindungi orang dari panas matahari dan dapat berteduh dibawahnya.


(52)

Gambar 4.1.4 Konsep Ruang Terbuka & Tata Hijau Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 4.1.3 Konsep Tapak 2 Sumber: Dokumentasi pribadi

Hal yang menghubungkan sirkulasi pejalan kaki dengan area tata hijau yaitu terdapat suatu jalan setapak, sebagai akses antara sirkulasi pejalan kaki dengan area hijau, fungsi dari jalan tersebut untuk membawa orang ke area duduk bagi orang yang ingin bersantai sambil menikmati view sungai dengan pepohonan rindang disekitarnya, sehingga di sekitar ruang terbuka hijau yang berhubungan dengan jalan setapak tersebut memiliki area duduk dengan kursi yang berbentuk gelombang air, sehingga feels yang dirasakan lebih menggambarkan ekspresi dengan riak air. Area esplanade sebagai konsep ruang terbuka hijau dan sirkulasi pejalan kaki pada site atau tapak tentu harus dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan, cara yang digunakan oleh perancang untuk menarik pengujung atau orang untuk melewati esplanade yaitu dengan penyediaan terminal kendaraan umum di depan site, terminal umum tersebut berbatasan langsung


(53)

dengan area esplanade sehingga pengunjung yang turun dari terminal langsung dapat menikmati area esplanade. Tujuan area esplanade selain sebagai area santai dan tata hijau juga sebagai transisi sebelum mencapai generator aktivitas yang terdapat pada bangunan yang berfungsi mall. Selain terdapat sirkulasi pejalan kaki dan ruang terbuka hijau (esplanade) juga terdapat sirkulasi kendaraan, akses antara sirkulasi kendaraan dibedakan dengan akses sirkulasi pejalan kaki, sehingga sirkulasi antara kendaraan dan pejalan kaki tidak saling terganggu. Pada sirkulasi kendaraan dibagi menjadi 2 akses yaitu akses mall dan akses hotel. Sirkulasi dengan tujuan mall menggambarkan dari ekspresi aliran sungai, dengan sirkulasi kendaraan sebagai aliran sungai tersebut. Pada akses hotel menggambarkan air yang dari batu sehingga pada akses hotel, drop off hotel terletak pada samping bangunan sebagai penggambaran aliran air disekitar batu. Penggambaran aliran sungai yang mengalir terus juga diekspresikan pada akses hotel yaitu berupa akses masuk dari jalan Guru Patimpus dan akses keluar pada jalan Tembakau Deli yang menggambarkan aliran kendaraan yang bergerak dan mengalir terus.


(54)

Pada gambaran elemen bangunan menggunakan ekspresi dari sifat riak air yang bertabrakan dengan batu, sifat yang perancang gambarkan yaitu berupa harmoni antara suatu sifat lembut dan kasar, harmoni tersebut didasari dari bentuk batu dan air, bentuk batu digambarkan sebagai bentuk yang kuat, kasar, kokoh sedangkan bentuk air bersifat lembut, tenang, mengikuti wadahnya. Gambaran konsep aliran air ini dapat digambarkan dari bentuk dan skin bangunan. Pada gambaran bentuk bangunan diambil dari bentuk dua batu yang saling berdekatan, bentuk lingkaran merupakan bentuk dasar batu pada umumnya, sehingga layout dasar bangunan berupa dua buah bangunan berbentuk lingkaran yang saling terhubung. Bentuk bangunan menggunakan material kasar sehingga semakin menunjukkan unsur batu yang sifatnya lebih kasar dan kaku. Harmoni antara batu dan air terlihat pada bentuk fasad bangunan, yaitu ekspresi dari air yang membungkus batu. Pada bangunan terdapat skin yang menggambarkan sifat air dan membungkus bangunan sebagai simbol dari harmoni dari dua sifat tersebut. Skin bangunan menggambarkan riak air ketika bertabrakan dengan batu, yang berbentuk mengikuti bentuk wadahnya yaitu bangunan. Pada skin bangunan di gambarkan aliran dari air yang tidak beraturan dan bergelombang dan membungkus tower bangunan, selain itu terdapat lubang pada skin yang menggambarkan ekspresi simbol dari gelembung udara saat terjadi riak air. Bentuk skin terbentuk dari ground hingga menjulang pada tower dimaksudkan sebagai ekspresi dari air ketika mulai menabrak batu, dari gambaran tenang hingga menimbulkan riak ketika bertubruk dengan batu. Selain itu bentuk skin dari rendah dari tapak juga bertujuan untuk menghargai sungai yang berada diseberangnya. Selain dari tiga elemen, manusia, lingkungan dan bangunan, hal lain yang terdapat pada bangunan yang perlu diperhatikan yaitu struktur, fungsional dan estetika. Unsur estetika telah diterapkan dari hubungan gaya arsitektur dengan penerapan tema pada bangunan dan lingkungan, sedangkan dari segi fungsional umumnya diterapkan


(55)

pada rancangan ruang dalam bangunan. Pada struktur bangunan hal yang perlu diperhatikan adalah kekuatan bangunan dan struktur bangunan yang digunakan sehingga tidak mengganggu ruang dalam bangunan. Struktur bangunan yang perancang gunakan yaitu struktur rigid frame dan core dengan material baja komposit, dan skin yang menggunakan material GRC yang disambungkan dengan besi canal C pada kolom bangunan serta kubah berupa struktur cangkang atau shell dan merupakan penutup pada ruang ballroom.

4.2Konsep Lainnya

Aspek manusia, lingkungan dan bangunan tidak dipungkiri lagi merupakan aspek utama dalam suatu kegiatan merancang, akan tetapi selain dari tiga aspek tersebut masih terdapat banyak hal yang perlu diperhatikan seperti: aspek struktur pada bangunan, privasi, keselamatan dan keamanan, dll. Penerapan aspek tersebut umumnya juga merupakan bagian dari konsep yang digunakan dalam merancang suatu bangunan. Salah satu konsep tersebut yaitu konsep rancangan ruang dalam, hal utama yang perlu diperhatikan yaitu fungsionalitas suatu ruang. Sebagai bangunan dengan fungsi sebagai hotel rekreasi dan mall, privasi antara hotel dan mall tentu merupakan suatu prioritas yang berbeda. Sebagai area penginapan, tentu hotel memerlukan zona privasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mall yang merupakan area publik yang setiap harinya penuh dengan hiruk pikuk kegiatan berdagang, bercengkrama dan sebagainya. Sehingga perbedaan zona antara hotel dan juga harus terpisah secara jelas agar penghuni yang tinggal dalam hotel tidak merasa terganggu dengan aktifitas yang terdapat pada mall.


(56)

Gambar 4.2.1 Konsep Rancangan Ruang Dalam Podium Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 4.2.2 Konsep Rancangan Ruang Dalam Tower Sumber: Dokumentasi pribadi


(57)

Perancang membedakan zona privasi dan publik tersebut berdasarkan perbedaan lantai, sebagian besar zona publik ditempatkan pada podium, sedangkan zona kamar hotel berada pada lantai diatas podium tepatnya pada bagian tower bangunan. Selain itu perbedaan kelas pada suatu hotel juga ditentukan oleh fasilitas yang diberikan, fasilitas yang diberikan oleh suatu hotel bintang 5 umumnya yaitu fasilitas ballroom, swimming pool, karaoke area, gym center, sauna dan spa. Fasilitas pada hotel umumnya merupakan area yang juga dinikmati oleh sebagian publik dan juga merupakan area yang digunakan oleh pengguna hotel, sehingga dapat dirancang sebagai area transisi antara area mall dan kamar hotel. Pada rancangan mall perancang menggunakan analisa view dari dalam bangunan ke site, sehingga area yang bersampingan dengan sungai, perancang merancangnya sebagai area yang terbuka atau dengan dinding yang menggunakan material kaca, sehingga dapat berupa area foodcourt atau lounge sehingga orang yang masuk pada mall masih dapat merasakan dan melihat view kearah sungai. Karena itu pada lantai ground perancang tetapkan sebagai area foodcourt pada area yang berbatasan dengan sungai dan area retail pada area yang diseberangnya.

Pada area lantai 1 merupakan area retail seperti fashion atau area dan tidak memerlukan banyak ruang terbuka, sedangkan pada lantai 3 perancang menerapkannya sebagai area foodcourt karena pada lantai 2 merupakan tingkat lantai paling tinggi pada mall sehingga memiliki view yang lebih baik dibandingkan lantai dibawahnya. Selain itu konsep rancangan ruang yang perancang terapkan pada ruang hotel yaitu dengan lantai ground sebagai lobby dan penerima tamu, pada lobby hotel terdapat ruang front office dan back office yang mengurusi kegiatan administrasi, dan lounge sebagai area duduk ketika penghuni hotel sedang menunggu jemputan. Transisi antara lobby hotel dan mall dihubungkan oleh suatu koridor, tetapi agar pengunjung mengetahui perbedaan zona


(58)

Gambar 4.2.4 Manifestasi Nilai Sosial / Kemanusian / Politik / Kultural dalam

Konsep Rancangan Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 4.2.3 Konsep Rancangan Berhubungan Dengan Faktor Keamanan,

Keselamatan, Privasi Sumber: Dokumentasi pribadi

antara hotel dan mall, perancang menggunakan sekat berupa kaca dan perbedaan suasana antara kedua zona tersebut. Lantai yang terdapat diatas lobby hotel merupakan area restoran, coffee shop, bar and lounge. Lantai tersebut dapat diakses melalui tangga maupun lift hotel. Sedangkan area fasilitas yang sebagai transisi antara zona publik dan hotel terdapat pada lantai podium teratas sebab merupakan area transisi antara kedua zona.

Konsep lainnya yaitu konsep rancangan yang berhubungan dengan keselamatan, keamanan dan privasi. Pada konsep privasi perancang menerapkan sistem pembagian zona privat dan publik, seperti yang telah perancang terapkan pada konsep rancangan


(59)

Gambar 4.2.5 Konsep Rancangan Yang Berhubungan Dengan Faktor Keselamatan

Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 4.2.6 Konsep Struktur Bangunan Sumber: Dokumentasi pribadi

ruang dalam yaitu pembagian antara kamar hotel yang memiliki privasi tinggi dengan mall yang merupakan area publik. Mengenai konsep keamanan dan keselamatan, sebagai bangunan tinggi, keselamatan dan keamanan juga memerlukan prioritas tinggi. pada bangunan tinggi sudah seharusnya terdapat antipasi akan adanya bahaya yang mungkin mengancam seperti; bahaya kebakaran. Antisipasi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan sprinkle atau hidran sebagai alat untuk pemadaman api, akan tetapi selain alat tersebut, keamanan orang yang didalam juga harus diperhatikan sehingga diperlukan juga suatu tangga kebakaran yang tahan terhadap api dan kedap akan asap sebagai media penyelamatan orang pada bangunan. Sehingga material yang digunakan pada tangga kebakaran merupakan material yang berbeda dari tangga biasanya, material yang digunakan adalah material dengan titik leleh yang tinggi seperti beton. Selain dari segi


(60)

Gambar 4.2.7 Konsep Sistem Pembuangan Dan Sanitasi Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 4.2.8 Konsep Kenyamanan Termal, Penerangan Dan Akustik

Sumber: Dokumentasi pribadi

material, pada tangga kebakaran juga memerlukan suatu pressure fan yang berfungsi sebagai supply atau pasokan udara pada tangga kebakaran.

Konsep selanjutnya yaitu konsep sistem struktur dan konstruksi, pada bangunan yang perancang rancang menggunakan beberapa sistem struktur yaitu struktur rigid frame, struktur cangkang. Struktur rigid frame merupakan sistem struktur penahan gaya lateral dengan rangka pengaku yang terdiri dari dinding geser dan portal. Sistem struktur ini merupakan sistem struktur utama yang terdapat pada bangunan. Material yang digunakan pada sistem struktur ini adalah beton tulang dengan bentang antar kolom bangunan yang berjarak 8 meter. Keuntungan dari penggunaan beton bertulang ini adalah memiliki gaya tekan yang tinggi dibandingkan bahan yang lain, tahan terhadap air dan


(61)

api,d an memiliki struktur yang sangat kokoh, serta tidak banyak memerlukan pemeliharaan. Sistem struktur lain yang digunakan oleh perancang yaitu sistem struktur cangkang, sistem struktur ini merupakan penutup pada bagian podium yang terletak diatas ruang ballroom, berdasarkan bentuknya sistem struktur cangkang terbagi atas beberapa jenis yaitu shell silindrical, shell conoida, shell rotasi, shell hyperbolis parabola dan shell free form. Jenis struktur shell yang diterapkan sebagai penutup podium perancang yaitu jenis struktur cangkang free form, material yang umumnya digunakan pada sistem struktur ini yaitu beton bertulang, kayu, logam, bata, batu atau plastik. Keuntungan dari menggunakan sistem struktur cangkang ini yaitu dengan membran yang tipis dapat memikul beban yang besar dengan perbandingan ketebalan 3 inchi atau 8 cm dapat menahan beban sejauh 100 sampai 125 ft atau 30 sampai 38 meter. Akan tetapi struktur cangkang ini juga memiliki beberapa persyaratan yaitu harus dipenuhi yaitu, atap harus berbentuk lengkung, tipis, terbuat dari bahan yang keras, kuat dan tahan terhadap tarikan dan tekanan. Selain dari sistem struktur diatas juga terdapat struktur yang digunakan sebagai pengikat dari skin bangunan, material pada skin bangunan menggunakan material GRC (Glassfibre Reinforced Cement) yang tahan terhadap air dan kelembaban sehingga dapat digunakan sebagai skin bangunan, pengikat antara skin dan bangunan yaitu menggunakan baja kanal C yang sambungannya dibaut dan dilas dengan plat baja. selain itu masih terdapat pula konsep lainnya seperti konsep sistem pembuangan dan sanitasi, konsistensi konsep rancangan terhadap kepatuhan hukum dan peraturan, konsep penerapan aspek keberlanjutan, konsep sistem mekanil dan elektrikal, konsep pasokan energi, konsep kenyamanan termal, penerangan dan akustik.


(62)

Gambar 4.2.9 Relevansi Terhadap Anggaran Biaya

Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 4.2.11 Konsep Sistem Mekanikal dan Elektrikal & Konsep

Pasokan Energi 1

Gambar 4.2.10 Diargram IPAL Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 4.2.12 Konsep Sistem Mekanikal dan Elektrikal & Konsep


(63)

Gambar 4.2.4 Konsep Penerapan Aspek Keberlanjutan Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 4.2.13 Konsep Rancangan dengan Kepatuhan Hukum Dan

Peraturan


(64)

BAB V

DESAIN SKEMATIK

5.1 Dimensi

Setelah melewati tahap pra desain, yaitu tahap survey, analisa dan pengumpulan data dan fakta, serta konsep dan penerapannya pada bangunan, maka tahap selanjutnya yang perancang lakukan yaitu tahap desain, dalam tahap ini kegiatan pertama yang perancang lakukan yaitu tahap rancangan skematik, dimana dalam tahap rancangan skematik ini perancang juga melakukan sketsa terhadap perkiraan layout ruang dalam bangunan, serta sketsa terhadap site, tampak dan potongan bangunan. Kegiatan skematik ini merupakan salah satu alur kegiatan yang penting dalam proses desain, karena tahap skematik yang akan menentukan apakah konsep sebelumnya yang direncanakan dapat terpakai atau tidak. Tahap skematik ini juga menunjukan batasan-batasan dalam merancang. Dalam tahap skematik ini umumnya rancangan yang dihasilkan telah lebih presisi dibandingkan pada tahap konsep yang hanya sebatas khayalan yang ingin diterapkan oleh perancang pada desainnya. Dalam tahap skematik ini meski penggambarannya masih belum tepat dan terukur seperti pada penggambaran pada tahap pengembangan rancangan, tetapi dalam prosesnya telah menggunakan sedikit pengukuran yang menunjukkan modul dari layout yang akan kita rancang atau desain. Dari proses penentuan modul ini, perancang menggunakan gabungan antara modul polar dan grid. Penggunaan modul polar ini diambil dari bentuk tower yang berbentuk bulat sehingga bertujuan untuk mempermudah penyusunan layout kamar pada tower. Dari modul yang berbentuk polar ini didapat kamar dengan tipe deluxe dengan luasan 32 m2 berjumlah 16 buah, yang kemudian kamar tersebut akan dibagi menjadi beberapa tipe kamar lagi, yaitu tipe kamar junior dengan area kamar yang memiliki ukuran 1,5 kali lebih luas


(65)

dibandingkan dengan kamar tipe deluxe, tipe kamar family yang didalamnya terdapat tambahan kamar yaitu master room dan anak, serta tipe kamar president yang berukuran jauh lebih luas dan fasilitas yang lebih baik dibandingkan dengan tipe kamar lain. Jika modul polar membantu pembagian kamar pada hotel, maka pada modul grid bertujuan untuk mempermudah sirkulasi dan susunan parkir kenderaan pada lantai basement. Pada penyusunan modul grid ini lebih mengarah pada segi fungsionalitas.

Pada awal proses skematik, sketsa pertama yang direncanakan oleh perancang adalah sketsa layout ground plan, sebab dari sketsa ground plan perancang dapat mengetahui batasan luasan bangunan yang akan dibangun setelah dikurangi dengan peraturan pada rancangan undang-undang yaitu peraturan berupa GSB depan dari jalan, dan GSB dari sungai, serta menghitung luasan lantai yang dapat dibangun dari peraturan KDB yang dimana hanya 60% dari lahan yang dapat dibangun. Setelah menentukan batasan yang akan dibangunan, kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh perancang yaitu melakukan sketsa bentukan layout bangunan yang disesuaikan dengan konsep yang telah digunakan pada penerapan tema bangunan. Kegiatan selanjutnya yang perancang lakukan yaitu membagi zona, serta menentukan letak dari entrance dari hotel, mall dan ballroom. Penentuan zona merupakan bagian yang penting, sebab seperti zona mall yang merupakan area publik dan memiliki intensitas pengunjung yang tinggi sebaiknya terletak pada daerah depan dan memberikan kesan lebih mendekatkan diri kejalan, area hotel sebaiknya berada pada belakang agar terhindar dari kebisingan yang dihasilkan oleh jalan arteri dan mall. Hal lain yang menyebabkan peletakan entrance merupakan hal yang penting yaitu peletakan entrance ini menentukan tata jalur perjalanan yang akan dilalui pengunjung untuk mencapai suatu generator aktifitas. Peletakan entrance juga merupakan faktor yang penting jika ditinjau dari segi view, sebagai area yang memiliki intensitas pengunjung yang tinggi, entrance pada mall sebaiknya berada pada posisi yang lebih


(66)

mudah terlihat dan dicapai dari jalan arteri, sedangkan entrance pada hotel, diposisikan pada area yang berhubungan dengan area belakang mall, sehingga pengunjung hotel yang berada pada aea lobby juga menikmati suasana pada area mall. Hal ini juga sesuai dengan penggambaran konsep yang dimana jalur kendaraan diekspresikan sebagai air yang mengalir melewati pertengahan kedua batu.

Setelah menentukan zona dan letak entrance, perancang mulai merancang tapak dalam bentuk sketsa, pada sketsa tapak ini bertujuan untuk menentukan posisi bangunan pada site. Sesuai dengan konsep, terdapat suatu esplanade yang merupakan area pejalan kaki, yang dimana pada konsep tersebut menggambarkan area esplanade secara ekspresionis in-tangible merupakan gambaran tepian disekitar air. Sehingga pada skematik tapak ini perancang menggambarkan bentuk sirkulasi pejalan kaki dalam bentuk spiral yang menggambarkan gelembung udara atau rongga, dengan lebar esplanade berkisar antara 2 sampai 3 meter sehingga dapat dilalui secara dua arah oleh pejalan kaki, pada bagian yang merupakan penggambaran rongga merupakan area duduk yang dalamnya terdapat pepohonan, sehingga pengunjung yang duduk dibawahnya merasa rindang dibawah pepohonan tersebut. Pada area belakang yang berdekatan dengan bangunan hotel terdapat suatu jembatan yang menghubungkan antara jalan sei deli dengan site, sehingga pejalan kaki dari sei deli juga memiliki suatu akses untuk mencapai area site. Pada rancangan skematik ruang dalam mall menggambarkan ruang dalam pada bangunan mall, pembagian retail dalam bangunan mall, pada area ground, area retail yang berdekatan dengan sungai atau area yang dapat memberikan view positif dirancang sebagai area foodcourt outdoor, sehingga suasana sungai juga dapat dinikmati oleh pengguna bangunan baik oleh pengguna bangunan dari luar maupun pengguna bangunan dari dalam. Pada area foodcourt juga terdapat perbedaan level atau ketinggian yang membedakan area sirkulasi mall dengan area foodcourt. Area kantin dirancang terletak


(67)

pada pertengahan area foodcourt outdoor dan indoor merupakan salah satu fungsi retail pada mall, retail tersebut yang membedakan area foodcourt outdoor dengan area foodcourt indoor. Selain itu area retail yang berbatasan dengan sungai tersebut juga merupakan pembatas bangunan dengan area luar. Pada area retail menggunakan sistem service 2 arah dimana pengguna bangunan dapat mengorder makanan baik dari sisi indoor maupun dari sisi outdoor, dengan sistem ini pengguna foodcourt yang berupa mahasiswa atau karyawan, yang datang kearea foodcourt tetapi tidak bertujuan mengunjungi mall melainkan sekedar datang hanya untuk menikmati waktu istirahat, tanpa terganggu oleh suara keramaian dari mall, dapat berada pada area foodcourt outdoor ini. Sedangkan pada sisi lain, area foodcourt indoor bertujuan sebagai area makan serta area menonton kegiatan didalam bangunan mall, yaitu atrium mall. Atrium mall merupakan generator aktifitas utama pada mall, pada area atrium ini terletak diarea tengah zona mall yang bersifat publik, sebagai pusat kegiatan pada mall. Kegiatan pada atrium umumnya dapat sebagai area pameran, promosi, perlombaan atau acara yang memiliki kegiatan kecil. Area retail yang berdekatan dengan area atrium, dapat menjadi area dengan harga jual yang lebih mahal sebab akan banyak aktifitas ditengahnya. Area selain dari area retail dengan fungsi foodcourt terdapat area retail yang tertutup yang merupakan area retail yang kurang kaya akan view sehingga area retail tersebut dapat berupa area fashion shop atau toko-toko yang tidak banyak memerlukan view. Area retail tersebut umumnya merupakan area yang berdekatan dengan area hotel dan jalan, sehingga area tersebut juga dapat sebagai buffer antara area mall dan hotel.


(68)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

- About Architecture, "Modern Architecture Neo Expressionism"

- Aconx Arsitek Bisa Gila, November 2012, "Arsip Kuliah Struktur Konstruksi 3" - Aneka Karya Tangguh, Januari 2009, "Grc Board Altenatif Pengganti Triplek" - Cankaya, 1 Desember 2011, "Architecture In The Nineteenth Century"

- Jefryarchitats, Juni 2010, "Struktur Shell"

- Kampus Batu Raja, Maret 2013, "Teknologi Bahan Konstruksi Baja" - Mewpraewa, Februari 2013, "Modernism Vs Expressionism"

- Mudeng Janny. 2012. Penerapan Prinsip Prinsip Seni Ekspresionisme Dalam Rancangan Arsitektur

- Rurucoret, Desember 2008, "Architecture Modern" - Scribd, 30 April 2013, "Struktur Cangkang"

- Seni Rupa Smasa, 09 Maret 2013, "Aliran Ekspresionisme"

- Sheppard Adrian, 2012, "The Return Of Expressionism And The Architecture Of Luigi Moretti": Canada, Montreal, Mcgill University

- Supardjo Surijadi.2012. Ekspresionisme Sebagai Pendekatan Perancangan Arsitektur: Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi


(2)

LAMPIRAN

Perhitungan Jumlah Lift

Jumlah waktu yang dibutuhkan : H = jarak lantai ke lantai (m)

S = kecepatan rata - rata lift (m/detik) N = jumlah lantai yang dilayani lift M = daya angkut / kapasitas lift T = (2h + 4s)(n - 1) + s(3m + 4)

S

= (2 x 3,5 + 4 x 3,5)(25 - 1) + 3,5 ( 3 x 24 + 4) 3,5

= ( 7 + 14) (24) + 3,5 ( 76 ) 3,5

= (21) (24) + 266 3,5

= 770

3,5

= 220 detik

Perhitungan Waktu Tunggu

WT = T / N ~ N = T / WT N = jumlah lift WT ideal = 70 detik N = T / WT

= 220 / 70

= 3,14285 ~ 4 lift

Kebutuhan Air Bersih Untuk Kebutuhan Hotel Dan Mall :

Kebutuhan air bersih untuk hotel dan Mall = 185 - 225 liter / orang

Jumlah kamar = 229 unit kamar

Tipe kamar deluxe dan junior = 144 unit (asumsi hunian untuk 2 orang) Tipe kamar family president = 85 unit (asumsi hunian untuk 4 orang) Jumlah total penghuni = 144 x 2 + 85 x 4

= 288 + 340

= 628 orang


(3)

Kebutuhan Air Panas Per Hari

Hotel = Dengan shower = 70 - 90 liter/orang = Dengan bak mandi = 135 liter/orang

= karyawan = 25 - 45 liter/orang = pengunjung = 15 liter/orang = kolam renang = 45 liter/orang

= restoran/dapur = 5(3 x jumlah tempat tidur, 2 x jumlah kursi restoran)

= laundry = 20 (3 - 5 kg per kamar)

Jumlah kamar = 229 unit kamar

Tipe kamar deluxe dan junior = 144 unit (asumsi hunian untuk 2 orang) Tipe kamar family president = 85 unit (asumsi hunian untuk 4 orang) Jumlah total penghuni = 144 x 2 + 85 x 4

= 288 + 340

= 628 orang

Kebutuhan air panas hotel

= Dengan shower = 70 - 90 liter/orang x 628 orang = 90 x 628

= 56.520 liter

= Dengan bak mandi = 135 liter/orang x 628 orang = 135 x 628

= 84.780 liter

= karyawan = 25 - 45 liter/orang x 300 orang (asumsi) = 45 x 300

= 105.000 liter

= pengunjung = 15 liter/orang x 1000 orang (asumsi) = 15 x 1000

= 15000 liter

= kolam renang = 45 liter/orang x 200 orang = 45 x 200

= 9.000 liter


(4)

= 20 x 5 x 229 = 22.900 liter

Perhitungan kebutuhan Tangki air bawah tanah Hotel dan Mall

Hotel = 0.015 – 0.020 untuk setiap 1 m3 Mall = 0,005 - 0,006 untuk setiap 1 m3

Volume bangunan hotel = 1018 x 21 x 3,5 = 74.823 liter

Tangki air bawah tanah hotel = 0,02 x 74.823 liter = 1.496,46 liter

Volume bangunan mall = 5000 x 4 x (6 + 5 + 5 + 4) = 5000 x 80

= 400.000 liter

Tangki air bawah tanah mall = 0,006 x 400.000 liter = 2.400 liter

total volume tangki = 1.496,46 liter + 2.400 liter = 3.890,46 liter


(5)

Lampiran 1 Konsep Bentuk

Sumber: dokumentasi pribadi

Lampiran 2 Konsep Penerapan Tema, RUU, Zona

Sumber: dokumentasi pribadi

Lampiran 3 Site Plan dan Potongan Tapak 1

Sumber: dokumentasi pribadi

Lampiran 4 Ground Plan,

Layout 1, Potongan B-B

Sumber: dokumentasi pribadi

Lampiran 5 Perspektif Suasana, Layout 1, Layout 1,

Layout MElt 2

Sumber: dokumentasi pribadi

Lampiran 6 Perspektif Suasana 2, Interior 1, Interior 2


(6)

Lampiran 7 Potongan A-A Potongan C-C, Perspektif Suasana 3, Perspektif Suasana 4

Sumber: dokumentasi pribadi

Lampiran 8Layout Tower,

Layout Basement

Sumber: dokumentasi pribadi

Lampiran 9 Tampak-Tampak

Sumber: dokumentasi pribadi

Lampiran 10 Detail-Detail Kamar, Interior 3, Interior 4

Sumber: dokumentasi pribadi

Lampiran 11Layout Core,

Detail Prinsip, Detail

Sumber: dokumentasi pribadi

Lampiran 12 Metoda Membangun, Konsep Aspek

Keberlanjutan