Usaha Kecil melalui Pinjaman Modal Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Studi Tentang dana Pinjaman Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan Perum Perumnas regional VI. Permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah bagaimana pemberdayaan usaha kecil melalui
Program Kemitraan antara Usaha Kecil dan Menengah dengan Perum Perumnas Regional VI Surabaya.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberdayaan usaha kecil menjadi tangguh dan mandiri dilaksanakan melalui dua tahap, yaitu
pemberian pinjaman modal usaha untuk meningkatkan produktivitas Mitra Binaan dan pelaksanaan diklat pelaksanaan internet sebagai upaya
pembinaan Mitra Binaan PKBL Perum Perumnas Regional VI di Surabaya
2.2. Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Kebijakan Publik
Menurut Heclo dalam Soenarko 2005;41, kebijakan publik adalah apa saja yang ditetapkan pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan.
Menurut Jenkins dalam Wahab 2004:4, mengatakan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh
seorang aktor politik berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu instansi dimana keputusan-keputusan itu pada
prinsipnya masih berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan dari para aktor tersebut.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Menurut Eyestone dalam Winarno 2002:15, menyatakan bahwa kebijakan publik adalah hubungan suatu pemerintah dengan lingkungannya.
Dapat disimpulkan pengertian-pengertian diatas bahwa kebijakan publik adalah serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang
aktor politikpemerintah berkenaan dengan tujuan yang dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya, adanya hubungan suatu pemerintah dengan lingkungannya
dan apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan dalam batas-batas kewenangan dari aktor politikpemerintah tersebut. Dalam
pemberdayaan masyarakat Menteri Badan Usha Milik Negara sebagai aktor politik menetapkan keputusan yang dituangkan dalam program Kemitraan dan
bina Lingkungan guna untuk mencapai tujuan dalam memberdayakan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri.
2.2.1.1. Sifat Kebijakan Publik
Menurut Winarno 2002:19, sifat kebijakan publik sebagai arah tindakan dapat dipahami secara lebih baik bila konsep ini dirinci beberapa kategori sebagai
berikut: 1.
Tuntutan-tuntutan kebijakan Adalah tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh aktor-aktor swasta atau
pemerintah, ditujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah dalam suatu sistem politik.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2. Keputusan kebijakan
Adalah keputusan-keputusan yang dibuat oleh pejabat-pejabat pemerintah yang mengesahkan atau memberi arah atau substansi
kepada tindakan-tindakan kebijakan publik. 3.
Pernyataan-pernyataan kebijakan Adalah pernyataan-pernyataan resmi atau artikulasi-artikulasi
penjelasan kebijakan publik. 4.
Hasil-hasil kebijakan Adalah manivestasi nyata dari kebijakan-kebijakan publik hal-hal yang
sebenarnya dilakukan menurut keputusan-keputusan dan pernyataan- pernyataan kebijakan.
5. Dampak-dampak kebijakan
Adalah akibat-akibatnya bagi masyarakat baik yang diinginkan atau tidak diinginkan yang berasal dari tindakan atau tidak adanya tindakan
pemerintah.
2.2.1.2. Tahap-Tahap Kebijakan Publik
Menurut Winarno 2002:28, proses pembuatan kebijakan merupakan proses yang komplek karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang
harus dikaji. Oleh karena itu,kebijakan publik membagi proses-prose penyusunan kebijakan publik ke dalam beberapa tahap.Tahap-tahap kebijakan publik sebagai
berikut:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
1 Tahap penyusunan ganda
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik.Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetensi terlebih dahulu
untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. 2
Tahap formulasi kebijakan Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh
para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik.
3 Tahap adopsi kebijakan
Dari sekian banyak alternatif kebijakan-kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan
tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan pengadilan.
4 Tahap implementasi
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, program
kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan.
5 Tahap penilaian kebijakan
Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu
memecahkan masalah.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2.2.1.3. Model Kebijakan Publik
Dye 1995 merumuskan model-model kebijakan publik dalam sembilan model formulasi kebijakan, yaitu:
1 Model Kelembagaan Institusional
Model ini bermakana bahwa tugas pemerintah yang mendasarkan pada fungsi-fungsi kelembagaan yang bersifat universal dan fungsi pemaksaan
dari pemerintah di setiap sektor dan tingkat dalam kehidupan bersama. 2
Model Proses Kebijakan publik merupakan proses politik yang menyertakan rangkaian
kegiatan antara lain: identifikasi permasalahan, menata agenda formulasi kebijakan, perumusan proposal kebijakan, legitimasi kebijakan,
imlementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan. 3
Model Kelompok Model ini mengandalkan kebijakan sebagai titik keseimbangan, intinya
adalah interaksi di dalam kelompok akan menghasilkan keseimbangan dan keseimbangan adalah yang terbaik.
4 Model elit
Model ini melandaskan diri pada asumsi bahwa dalam setiap masyarakat terdapat dua kelompok, yaitu pemegang kekuasaan elit dan yang tidak
memiliki kekuasaan massa.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
5 Model Rasional
Model ini mengedepankan gagasan bahwa kebijakan publik sebagai maximum
social gain berarti pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus memilih kebijakan yang memberikan manfaat lebih bagi masyarakat.
6 Model Inkremental Pragmatis
Model ini melihat bahwa kebijakan publik merupakan variasi atau kelanjutan dari kebijakan di masa lalu karena para pembuat kebijakan
tidak memiliki cukup waktu, intelektual maupun biaya untuk melakukan evaluasi kebijakan secara komprehensif.
7 Model Teori Permainan
Model ini adalah model yang sangat abstrak dan deduktif dalam formulasi kebijakan. Gagasan pokok model ini adalah pertama formulasi kebijakan
berada dalam situasi kompetisi yang intensif dan kedua para aktor berada dalam situasi pilihan yang sama-sama bebas.
8 Model Pilihan Publik
Model ini melihat kebijakan sebagai sebuah proses formulasi keputusan kolektif dari individu-individu yang berkepentingan atas keputusan
tersebut. 9
Model sistem Model ini mengandaikan bahwa kebijakan merupakan hasil atau output
dari sistem politik.salah satu kelemahan dari model ini adalah terpusatnya perhatian pada tindakan-tindakan yang dialakukan pemerintah dan pada
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
akhirnya kita kehilangan perhaian pada apa yang tidak pernah dilakukan pemerintah.
2.2.1.4. Faktor Penghambat dan Pendukung Implementasi Kebijakan
Hogwood dan Gunn dalam Wahab 2002:61 membagi pengertian kegagalan Policy foilure ke dalam 2 dua kategor yaitu non implemetasi tidak
terimplementasikan dan unsuccessfull implementasi implementasi yang tidak berhasil. Sedangkan implementasi yang tidak berhasil biasanya terjadi manakala
telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, namun mengingat kondisi eksternal tidak menguntungkan, kebijakan tersebut tidak berhasil dalam mewujudkan
dampak atau hasil akhir yang dikehendaki. Kemudian Sunarko 2000:185 mengemukakan bahwa pelaksanaan
kebijakan itu dapat mengalami kegagalan atau tidak membuahkan hasil yang disebabkan diantaranya sebagai berikut teori yang menjadi dasar kebijakan tidak
tepat, oleh karena itu harus dilakukan ”formulation” terhadap kebijakan tersebut antara lain:
a Sarana yang dipilih untuk pelaksanaannya tidak efektif.
b Sarana yang digunakan tidak atau kurang dipergunakan sebagaimana
mestinya. c
Adanya kekurangan akan tersedianya sumber-sumber pembantu
waktu, uang, dan sumber daya manusia
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Menurut Winarno 2002:162, untuk memperbaiki implementasi kebijakan ada beberapa langkah yaitu:
a Dalam mengusulkan langkah-langkah perbaikan harus dipahami lebih dulu
hambatan yang muncul dalam proses implementasi dan mengapa hambatan tersebut muncul.
b Mengubah keadaan yang menghasilkan faktor penghambat tersebut.
Selain faktor penghambat pelaksanaan kebijaksanaan juga dikemukakan oleh Soenarko 2000:186 yaitu:
a Persetujuan, dukungan dan kepercayaan masyarakat.
b Pelaksanaan haruslah mempunyai cukup informasi, terutama mengenai
kondisi dan kesadaran masyarakat yang menjadi kelompok sasaran.
2.2.2. Pengertian BUMN Badan Usaha Milik Negara
Perkataan Badan Usaha Milik Negara BUMN sudah menunjukkan suatu badan usaha yaitu suatu badan usaha yang melakukan kegiatan usaha. Sedangkan,
usaha diartikan sebagai kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran untuk mencapai suatu tujuan yang dimaksud.
Menurut Halim dalam buku Pemberdayaan BUMN di Indonesia 2003:19 pengertian badan usaha mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:
a. Perwujudan atau pengejawantahan organisasi perusahaan yang
memberi bentuk, cara kerja, wadah kerja dan bentukbesar kecilnya tanggung jawab pengurusnya anggotanya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
b. Menghasilkan laba yang didapat dari hasil pemasaran barang-
barang dan atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. c.
Merupakan perwujudan dari suatu perusahaan yang terorganisir. Badan Usaha milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
Dari pengertian badan usaha, sebagaimana dijelaskan diatas maka secara sederhana BUMN dapat didefinisikan sebagai badan usaha atau badan yang
melakukan kegiatan usaha yang dimiliki oleh negara.
2.2.3. Tanggung Jawab Sosial Corporate Social Responsibility CSR
Sebagai sebuah konsep, Corporate Social Responsibility CSR mempunyai definisi dalam beberapa versi karena implementasi yang dilakukan
oleh perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya berbeda-beda. Menurut Kotler dan Lee dalam Solihin 2009:5 ”Corporate Social
Responsibility is a commitment to improve community well being through discretionary business practices and contribution of corporate
resources” tanggung jawab sosial perusahaan adalah kegiatan yang semata-mata
merupakan komitmen perusahaan secara sukarela untuk turut meningkatkan kesejahteraan komunitas dan berkontribusi kepada sumberdaya perusahaan.
Menurut versi Bank Dunia dalam Diah Febriyanti 2010:23 definisi Corporate Social Responsibility
CSR adalah “CSR is the commitment of business to contribute to sustainable economic development working with
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
employees and their representatives, the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for
development ” CSR adalah komitmen bisnis sebagai kontribusi untuk
keberlanjutan perkembangan ekonomi yang bekerja sama dengan pekerja, perwakilan mereka, komunitas lokal dan masyarakat luas untuk memperbaiki
kualitas hidup, dimana keduanya baik untuk bisnis maupun pengembangan. Menurut Bank Dunia dalam Diah Febriyanti 2010:25, tanggung jawab
sosial perusahaan terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu: perlindungan lingkungan, jaminan kerja, hak asasi manusia, interaksi dan keterlibatan
perusahaan dengan masyarakat, standart usaha, pasar, pengembangan ekonomi dan badan usaha, perlindungan kesehatan, kepemimpinan dan pendidikan,
bantuan bencana kemanusiaan. Sedangkan menurut Petkoski dan Twose 2003 mendefinisikan CSR
sebagai komitmen bisnis yang berperan untuk mendukung pembangunan ekonomi, bekerjasama dengan karyawan dan keluarganya, masyarakat lokal dan
masyarakat luas, untuk meningkatkan mutu hidup mereka dengan berbagai cara yang menguntungkan bagi bisnis dan pembangunan.
Sejauh ini definisi yang banyak digunakan adalah pemikiran Elkington tentang triple bottom line. Menurut Elkington 1997 dalam Diah Febriyanti
2010:45 CSR adalah adanya segitiga dalam kehidupan stakeholders yang mesti diperhatikan korporasi di tengah usahanya mencari keuntungan, yaitu ekonomi,
lingkungan dan sosial, yang kemudian diilustrasikan dalam bentuk segitiga.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Dapat disimpulkan dari pengertian-pengertian diatas bahwa CSR adalah suatu bentuk komitmen perusahaan untuk meningkatkan kualitas dan mutu
kehidupan bagi karyawan perusahaan dan masyarakat lingkungan sekitar perusahaan maupun masyarakakat luas.
2.2.3.1. Model dan Imlementasi Corporate Social Responsibility CSR
Model CSR yang umum diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia Said dan Abidin,2004 sebagai berikut:
a. Keterlibatan langsung
Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan social atau menyerahkan
sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. b.
Melalui yayasan atau organisasi sosial milik perusahaan Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau
groupnya. Disini perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan untuk operasional yayasan.
c. Bermitra dengan pihak lain
Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembagaorganisasi non pemerntah, instansi pemerintah, universitas
atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.
d. Mendukung atau bergabung dengan konsorium
Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Menurut Sedyono 2004, model CSR membagi kewajiban perusahaan menjadi empat jenis tanggungjawab atau yang dikenal dengan “Model Empat
Sisi”, yaitu adanya empat tanggungjawab perusahaan yang bersifat ekonomis, artinya memperoleh laba bagi pemegang sahamnya; legal, mematuhi peraturan
dan hukum berhubungan dengan lingkungan, dan sebagainya. Selain kewajiban ekonomis dan legal, ada kewajiban-kewajiban lain terhadap stakeholders di luar
pemegang saham, yaitu ethical dimana perusahaan harus memnuhi kaidah-kaidah normatif. Seperti berlaku fair, transparan, tidak membeda-bedakan ras dan gender,
dan tidak korupsi. Model tanggung jawab selanjutnya bersifat discretionary, yaitu tanggung jawab yang sebenarnya tidak harus dilakukan, tetapi atas kemauan
sendiri misalnya pemberian beasiswa. Sedangkan menurut Harahap 2002, keterlibatan sosial yang dilakukan
oleh perusahaan berdasarkan keadaan di negara Indonesia, yaitu: 1
Lingkungan hidup, antara lain: pengawasan terhadap efek polusi, perbaikan pengrusakan alam, keindahan lingkungan, pengurangan
polusi suara, penggunaan tanah, pengelolaan sampah dan air limbah, riset dan pengembangan lingkungan, kerjasama dengan energi.
2 Sumber daya manusia dan pendidikan, antara lain: keamanan dan
kesehatan karyawan, pendidikan karyawan, kebutuhan keluarga dan rekreasi karyawan, menambah dan memperluas hak-hak karyawan,
dsb. 3
Praktek bisnis yang jujur, antara lain: memperhatikan hak-hak karyawan wanita, jujur dalam iklan, kredit, service, produk, jaminan,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
mengontrol kualitas produk, pemerintah, universitas, dan pembangunan lokasi rekreasi.
4 Membantu masyarakat lingkungan, antara lain: memanfaatkan tenaga
ahli perusahaan dalam mengatasi masalah sosial di lingkungannya, tidak campur tangan dalam struktur masyarakat, membangun klinik
kesehatan, sekolah, rumah ibadah, dsb. 5
Kegiatan seni dan kebudayaan, antara lain: membantu lembaga seni dan budaya, sponsor kegiatan seni dan budaya, penggunaan seni dan
budaya dalam iklan, dsb. 6
Hubungan dengan pemegang saham, antara lain: sifat keterbukaan direksi pada semua persero, peningkatan pengungkapan informasi
dalam laporan keuangan, pengungkapan keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial.
7 Hubungan dengan pemerintah, antara lain: menaati peraturan
pemerintah, membatasi kegiatan lobbying, mengontrol kegiatan politik perusahaan, membantu lembaga pemerintah sesuai dengan
kemampuan perusahaan, membantu secara umum peningkatan kesejahteraan social masyarakat, dsb.
Menurut Solihin 2009:145 dalam implementasi program CSR yang baik diperlukan beberapa kondisi, yaitu:
a. Kondisi pertama, implementasi CSR memperoleh persetujuan dan
dukungan dari pihak yang terlibat.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
b. Kondisi kedua adalah ditetapkannya pola hubungan relationship
diantara piha-pihak yang terlibat secara jelas. Hal ini akan meningkatkan kualitas koordinasi pelaksanaan program CSR.
c. Kondisi Ketiga adalah adanya pengelolaan program yang baik yang
dapat diwujudkan bila adanya kejelasan tujuan program, mendapat dukungan terhadap program yang tengah dijalnkan dari pihak-pihak
yang terlibat, terdapat kejelasan mengenai durasi waktu pelaksanaan program serta siapa yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan
program.
2.2.3.2. Program yang Dijalankan Perusahaan dalam Corporate Social Responsibility CSR
Menurut Pambudi 2005, program-program CSR yang dijalankan perusahaan meliputi:
a. Program-program bidang sosial, antara lain pelayanan dan kampanye
kesehatan, beasiswa pendidikan, pembangunan dan renovasi sarana sekolah, sumbangan sosial untuk bencana alam, sekolah binaan serta
pendidikan dan pelatihan teknologi informasi. b.
Program-program bidang ekonomi, antara lain pemberdayaan dan pembinaan UKM dan pengusaha, kemitraan dalam penyediaan
kebutuhan dan bahan baku produksi, kredit pembiayaan dan bantuan modal untuk pengembangan usaha, pengembangan agrobisnis, serta
pemberdayaan dan pengembangan tenaga kerja lokal.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
c. Program-program bidang lingkungan adalah pembinaan dan kampanye
lingkungan hidup, pengelolaan fisik agar lebih asri, pengelolaan limbah, pembangunan sarana air bersih, penanaman pohon atau
penghijauan dan pertanian anorganik. Program-program CSR ini biasanya dijalankan dalam waktu yang berbeda-
beda sesuai dengan perusahaan masing-masing. Kurang dari 1 tahun, 1-2 tahun, 3- 5 tahun, 6-7 tahun, 8--10 tahun serta lebih daari 11 tahun.
Menurut Gurvy Kavei dalam Diah Febriyanti 2010:45, CSR dipraktekkan dalam tiga wilayah atau area antara lain di tempat kerja, seperti
aspek keselamatan kerja, pengembangan skill karyawan dan kepemilikan saham. Di komunitas antara lain dengan memberikan beasiswa dan pemberdayaan
ekonomi terhadap lingkungan, antara lain pelestarian lingkungan dan proses produksi yang ramah lingkungan.
Dengan demikian maka program CSR dijalankan dalam berbagai bidang, seperti bidang sosial, ekonomi, dan bidang lingkungan. Program yang dilakukan
CSR menempatkan masyarakat sebagai subjek dalam perencanaan dan pelaksanaannya. Selain itu program yang dilakukan merupakan program yang
berdampak jangka panjang atau berfungsi sebagai prime mover penggerak awal.
2.2.4. Pembangunan masyarakat Community Develpoment CD
Menurut Payne 1995, praktik paling terkenal dari CSR adalah Community Development
CD, walau keduanya tidak dapat disamakan. Community Development
didefinisikan sebagai upaya sistematik meningkatkan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
kemampuan masyarakat, terutama kelompok-kelompok paling tidak beruntung, dalam pemenuhan kebutuhan berdasarkan potensi seluruh sumber daya yang
dapat diaksesnya. Community Development memiliki sejarah panjang dalam praktek pekerjaan sosial.
Konsep Community Development telah banyak dirumuskan di dalam berbagai definisi. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam Luz. A.Einsiedel
1968:7 mendefinisikannya: ” as the process by which the efforts of the people themselves are united with those of governmental authorities to improve the
economic, social and cultural conditions of communities, to integrade these communities into the life of the nations, and to enable them to contribute fully to
national progress”. Definisi ini menekankan bahwa pembangunan masyarakat, merupakan
suatu “proses” dimana usaha-usaha
atau potensi-potensi
yang dimiliki
masyarakat diintegrasikan dengan sumber daya yang dimiliki pemerintah, untuk memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan kebudayaan, dan mengintegrasikan
masyarakat di dalam konteks kehidupan berbangsa, serta memberdayakan mereka agar mampu memberikan kontribusi secara penuh untuk mencapai kemajuan pada
level nasional. US International Cooperation Administration mendeskripsikan dalam
The Community Development Guidlines of the International Cooperation Administration, Community Development Review, December, 1996, p.3
Community Development itu sebagai : ” a process of social action in which the
people of a community organized themselves for planning action; define their
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
common and individual needs and problems; make group and individual plans with a maximum of reliance upon community resources; and supplement the
resources when necessary with service and material from government and non- government agencies outside the community “.
Definisi di atas lebih menekankan bahwa konsep pembangunan masyarakat, merupakan suatu proses “aksi sosial” dimana masyarakat
mengorganiser diri mereka dalam merencanakan yang akan dikerjakan; merumuskan masalah dan kebutuhan-kebutuhan baik yang sifatnya untuk
kepentingan individu maupun yang sifatnya untuk kepentingan bersama; membuat rencana-rencana tersebut didasarkan atas kepercayaan yang tinggi terhadap
sumber-sumber yang dimiliki masyarakat, dan bilamana perlu dapat melengkapi dengan bantuan teknis dan material dari pemerintah dan badan-badan
nonpemerintah di luar masyarakat. Seorang pakar Community Development Arthur Dunham 1958:3
merumuskan definisi Community Development itu sebagai berikut. “organized efforts to improve the conditions of community life, and the capacity
for community integration and self-direction. Community Development seeks to work primarily through the enlistment and organization of self-help and
cooprative efforts on the part of the residents of the community, but usually with technical assistance from government or voluntary organization.
Rumusan di atas menekankan bahwa pembangunan masyarakat merupakan usaha-usaha yang terorganisasi yang bertujuan untuk memperbaiki
kondisi kehidupan masyarakat, dan memberdayakan masyarakat untuk mampu
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
bersatu dan mengarahkan diri sendiri. Pembangunan masyarakat bekerja terutama melalui peningkatan dari organisasi-organisasi swadaya dan usaha-usaha bersama
dari individu-individu di dalam masyarakat, akan tetapi biasanya dengan bantuan teknis baik dari pemerintah maupun organisasi-organisasi sukarela.
Dari definisi Community Development diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Community Development merupakan suatu proses pembangunan yang
berkesinambungan. Artinya kegiatan itu dilaksanakan secara terorganisir dan dilaksanakan tahap demi tahap dimulai dari tahap pemulaan sampai pada tahap
kegiatan tindak lanjut dan evaluasi.
2.2.4.1 Tujuan Community Development
Tujuan utama program Community Development menurut Hadi 2001 adalah untuk mengembangkan kemampuan dari suatu masyarakat sehingga
mampu menyelesaikan permasalahan mereka. Program Community Development sebenarnya bertujuan untuk:
a. Mengangkat masyarakat yang miskin akibat tergusur oleh kegiatan
proyek dengan memperbaiki kondisi sosial ekonomi mereka. b.
Merealisasi keadilan distributif c.
Meningkatkan partisipasi masyarakat secara nyata Menurut Cox 1993, tujuan community development adalah
memberantas kemiskinan, merealisasi keadilan distributif dan peningkatan partisipasi masyarakat secara nyata. Sasaran program Community Development
adalah meningkatkan pendapatan ekonomi rakyat khususnya masyarakat miskin
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
tertinggal. Community Development sifatnya fungsional, yaitu mendorong masyarakat menjadi swakarsa.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2.3. Kerangka Berpikir