Gambar 3. Penyarian dengan alat Soxhlet Cornell University, 2011
Keuntungan dari penyarian dengan alat Soxhlet adalah tidak membutuhkan pelarut dalam jumlah yang banyak dan pelarut yang masuk ke
dalam bahan yang akan diekstraksi secara terus menerus diperbaharui dengan pelarut yang tidak mengandung zat aktif Voigt, 1994.
G. Spektrofotometri Visibel
Spektrofotometri visibel merupakan teknik spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik sinar tampak 380-780 nm dengan memakai
instrumen spektrofotometer. Distribusi elektron didalam suatu senyawa organik secara umum yang dikenal sebagai orbi
tal elektron pi п, sigma α dan elektron tidak berpasangan n. Apabila pada molekul dikenakan radiasi elektromagnetik
maka akan terjadi ekstasi elektron ke tingkat energi yang lebih tinggi yang dikenal sebagai orbital elektro anti bonding Mulja dan Suharman, 1995.
Penerapan spektrofotometri UV-vis pada senyawa organik didasarkan pada transisi n-
п ataupun п- п. Transisi ini terjadi dalam daerah spektrum
sekitar 200 ke 700 nm yang digunakan dalam eksperimen dan karenanya memerlukan gugus kromofor dalam molekul itu Day dan Underwood, 1999.
Kromofor merupakan gugus tak jenuh kovalen yang dapat menyerap radiasi dalam daerah-daerah UV dan visibel, pada senyawa organik dikenal pula
gugus auksokrom, yaitu gugus jenuh yang terikat pada kromofor. Terikatnya gugus auksokrom pada kromofor dapat mengubah panjang gelombang dan
intensitas serapan maksimum Sastrohamidjojo, 2001. DPPH memberikan absorbansi maksimal di daerah visibel cahaya
tampak, sehingga untuk menganalisis penurunan absorbansi DPPH karena adanya senyawa antioksidan dapat menggunakan spektrofotometer visibel.
Berkurangnya absorbansi dari reaksi DPPH dengan antioksidan menunjukkan aktivitas penangkapan radikal bebas. Semakin rendah absorbansi mengindikasikan
semakin tinggi kemampuan aktivitas antioksidan Chaisawvong and Sangsrichan,
2009.
H. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis merupakan metode kromatografi cair terbuka yang paling sederhana di mana fase diam berupa lapis tipis yang terdiri atas bahan
padat yang dilapisi kepada permukaan penyangga dasar yang biasanya terbuat dari lempeng kaca, tetapi dapat pula terbuat dari plat polimer atau logam. Lapisan
pelekat pada permukaan dengan bantuan bahan pengikat, biasanya kalsium sulfat atau amilum pati. Pada KLT, lapisan itu berfungsi sebagai permukaan padat
yang menyerap, walaupun dapat pula dipakai sebagai penyangga zat cair. Fase geraknya mengalir karena kerja kapiler Gritter, 1991.
Fase diam pada KLT dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap kromatografi cair-padat atau berfungsi sebagai penyangga
untuk lapisan zat cair kromatografi cair-cair empat penyerap fase diam yang paling umum dipakai adalah silika gel asam silikat, alumina aluminium oksida,
kiselgur tanah diatome atau selulosa Gritter, 1991. Fase gerak adalah medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa
pelarut. Fase gerak bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori karena ada gaya kapiler. Yang digunakan hanyalah pelarut tingkat mutu analitik
dan bila diperlukan sistem pelarut multi komponen ini harus berupa suatu campuran sederhana yang terdiri atas maksimum tiga komponen. Angka banding
campuran dinyatakan dalam bagian volume sedemikian rupa sehingga volume total 100 Stahl, 1985.
Kromatografi lapis tipis KLT adalah teknik yang mudah digunakan dalam memisahkan komponen dari suatu kompleks, seperti ekstrak dari jaringan
tanaman. Bila kromatografi lapis tipis dikombinasikan dengan detektor yang tepat, KLT dapat menjadi metode kuantitatif senyawa yang memiliki pemisahan
yang baik Gonzáles, Lara, Carbajal, and Flota, 2007. KLT dapat digunakan untuk analisis baik secara kualitatif, kuantitatif,
maupun semi-kuantitatif. Keuntungan dari KLT adalah reprodusibilitas sampel yang tinggi, biaya operasional yang murah, dan kemudahan identifikasi senyawa
target, dengan menggunakan analisis spektrum UV-visibel. Saat ini, KLT menjadi
teknik yang sering digunakan karena kemampuan sistem analisis yang sensitif dan peningkatan kemampuan dari KLT dalam menganalisis Turner, Subrahmanyam,
and Piletsky, 2009.
I. Densitometri
Densitometri merupakan metode analisis instrumental berdasarkan interaksi analit dengan radiasi elektromagnetik dalam bentuk bercak pada KLT.
Densitometri dilakukan untuk analit dengan konsentrasi kecil yang memerlukan pemisahan terlebih dahulu dengan KLT. Evaluasi bercak KLT discanning dengan
sumber sinar dalam bentuk celah. Sinar yang dipantulkan ditangkap oleh detektor untuk diukur. Pengukuran absorbansi dapat dibuat dengan absorbansi maupun
fluorosensi Rohman, 2009. Kebanyakan pengukuran densitometri dilakukan dengan cara absorbansi
pada kisaran sinar UV 190-380 nm. Signal optik oleh adanya partikel pada lempeng menghasilkan persamaan matematis yang menyatakan hubungan antara
absorbansi dengan konsentrasi analit melalui kurva kalibrasi Rohman, 2009.
J. Validasi Metode Analisis