26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian  aktivitas  antioksidan  pada  cabai  rawit  putih  ini  merupakan jenis  penelitian  eksperimental  karena  adanya  perlakuan  terhadap  subyek  uji  dan
menggunakan rancangan deskriptif.
B. Variabel
1.  Variabel  bebas  pada  penelitian  ini  adalah  konsentrasi  ekstrak  etanol  cabai
rawit putih.
2.  Variabel tergantung pada penelitian ini adalah aktivitas penangkapan radikal bebas  DPPH  IC  dan  kadar  kapsaisin  dalam  ekstrak  etanol  cabai  rawit
putih.
3.  Variabel  pengacau  terkendali  pada  penelitian  ini  adalah  lokasi  pengambilan sampel,  umur  tanaman,  bobot  sampel  tanaman  yang  digunakan,  dan  waktu
pemanenan.
4.  Variabel  pengacau  tak  terkendali  pada  penelitian  ini  adalah  cuaca,  curah
hujan, cahaya matahari, dan kelembaban ruangan.
C. Definisi Operasional
1.  Cabai  rawit  putih  adalah  buah  yang  belum  masak  dari  tanaman  cabai  rawit Capsicum frutescens L. yang didapat dari Pasar Beringharjo, Yogyakarta.
2.  Ekstrak etanol buah cabai rawit putih adalah ekstrak kental yang didapat dari penyarian  buah  cabai  rawit  putih  dengan  alat  Soxhlet  menggunakan  pelarut
etanol. 3.  Metode  DPPH  adalah  metode  pengujian  aktivitas  antioksidan  dalam
menangkap  radikal  bebas  DPPH  1,1-difenil-2-pikrilhidrazil.  Reaksi  DPPH dengan senyawa antioksidan dapat menyebabkan perubahan intensitas warna
sehingga absorbansi menurun. 4.  Persen  inhibition  concentration  IC  adalah  persen  yang  menyatakan
kemampuan ekstrak etanol cabai rawit putih dalam menangkap radikal bebas DPPH.
5.  Inhibition concentration 50 IC
50
merupakan nilai konsentrasi ekstrak etanol cabai rawit putih yang dapat menangkap 50 radikal bebas DPPH.
D. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan penelitian
Bahan  yang  digunakan  pada  penelitian  ini,  yaitu  cabai  rawit  putih Capsicum  frutescens  L.  yang  didapat  dari  pasar  Beringharjo,  Yogyakarta,
bahan kimia farmasetis berupa aquadest, bahan kualitas teknis berupa etanol 96 Bratachem, bahan kualitas pro analitik meliputi etanol 96 E.Merck,
kapsaisin Sigma-Aldrich, metanol E.Merck, kloroform E.Merck, toluena
E.Merck, aseton  E.Merck, DPPH Sigma-Aldrich, silica gel  60 F
254
dan aluminium foil.
2. Alat penelitian
Alat-alat  yang  digunakan  pada  penelitian  ini,  yaitu  vortex, spektrofotometer    UV-VIS  Shimadzu,  blender,  corong  Buchner,  oven,
mikropipet  10 –  1000  µL;  1  –  10  mL  Socorex,  neraca  analitik  Ohaus,
vacuum  rotary  evaporator Junke    Kunkel,  waterbath  Memmet,
densitometer Shimadzu, tabung reaksi bertutup Schott, dan alat-alat gelas yang lazim digunakan di laboratorium analisis Pyrex dan Iwaki.
E. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi buah
Determinasi  buah  cabai  rawit  putih  yang  digunakan  berdasarkan pengamatan  morfologinya  dilakukan  dengan  membandingkan  literatur  dari
Bosland, Bailey, Iglesias-Olivas 1996.
2. Pengumpulan bahan
Buah  cabai  rawit  putih  diperoleh  dari  Pasar  Beringharjo, Yogyakarta.
3. Pembuatan ekstrak buah cabai rawit putih
Buah cabai rawit putih sebanyak 1 kg yang masih segar dibersihkan dan  dicuci  kemudian  dibuang  bagian  tangkainya.  Buah  cabai  rawit  putih
dikeringkan  pada  oven  dengan  suhu  50 C,  kemudian  dihaluskan  dengan
blender .  Simplisia  yang  telah  halus  ditimbang  sebanyak  25,0  g,  dibungkus
menggunakan  kertas  saring.  Simplisia  dimasukkan  dalam  labu  alas  bulat berisi  350,0  mL  etanol  p.a.  Soxheltasi  dilakukan  pada  suhu  70
C  selama  8 jam  sampai  didapat  hasil  ekstrasi  yang  jernih.  Filtrat  hasil  ekstraksi
dipekatkan dengan menggunakan vacuum rotary evaporator.
4. Penentuan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH
a.  Pembuatan  larutan  DPPH,  sebanyak  15,80  mg  serbuk  DPPH  dilarutkan dengan  100,0  mL  etanol  p.a  hingga  diperoleh  larutan  DPPH  dengan
konsentrasi  0,4  mM.  Larutan  DPPH  ditutup  dengan  aluminium  foil  dan harus selalu dibuat baru.
b.  Pembuatan  larutan  stok  kapsaisin,  sebanyak  2,50  mg  kapsaisin dimasukkan  dalam  labu  ukur  10  mL,  kemudian  dilarutkan  etanol  p.a
hingga batas.
c.  Pembuatan  larutan  seri  baku  kapsaisin,  diambil  sebanyak  1,0;  2,0;  3,0; 4,0; dan 5,0 mL larutan stok kapsaisin, kemudian ditambahkan etanol p.a
sampai  10,0  mL  sehingga  diperoleh  larutan  baku  kapsaisin  sebesar  25; 50; 75; 100; dan 125 µgmL.
d.  Pembuatan larutan uji, sejumlah 25,0 mg ekstrak buah cabai rawit putih ditimbang  kemudian  ditambahkan  etanol  p.a  sampai  25,0  mL.  Dari
larutan tersebut diambil 1,0; 2,0; 3,0; 4,0 dan 5,0 mL kemudian ditambah etanol  p.a  sampai  10,0  mL  sehingga  diperoleh  larutan  uji  dengan
konsentrasi 100; 200; 300; 400 dan  500 µgmL. e.  Uji  pendahuluan  aktivitas  antioksidan,  sebanyak  1,0  mL  larutan  DPPH
dimasukkan ke dalam masing-masing tiga tabung reaksi. Masing-masing tabung reaksi ditambahkan 1,0 mL etanol p.a, larutan baku kapsaisin 75
µgmL,  dan  larutan  uji  300  µgmL.  Kemudian  ditambahkan  3,0  mL etanol p.a pada masing-masing larutan. Larutan divortex selama 30 detik.
Setelah 30 menit, perubahan warna yang terjadi diamati. f.  Penentuan  panjang  gelombang  maksimum,  pada  3  labu  ukur  10  mL,
dimasukkan  masing-masing  0,50;  1,0;  dan  1,50  mL  larutan  DPPH. Larutan  ditambahkan  dengan  etanol  p.a  hingga  tanda  batas  sehingga
konsentrasi  DPPH  menjadi  0,020;  0,040;  dan  0,080  mM.  Larutan divortex  selama  30  detik.  Lalu  dilakukan  scanning  panjang  gelombang
serapan  maksimum  dengan  spektrofotometer  visibel  pada  panjang gelombang 400
– 600 nm.
g.  Penentuan  operating  time  OT,  sebanyak  1,0  mL  larutan  DPPH dimasukkan ke dalam masing-masing tiga labu ukur 5 mL, ditambahkan
masing-masing  dengan  1,0  mL  larutan  baku  kapsaisin  25;  75;  dan  125 µgmL.  Kemudian  larutan  ditambahkan  dengan  etanol  p.a  hingga  tanda
batas.  Larutan  tersebut  divortex  selama  30  detik.  Setelah  itu  dibaca
absorbansinya dengan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang
517 nm setiap 5 menit selama 1 jam. h.  Penentuan aktivitas antioksidan  buah cabai rawit putih,
i.  Pengukuran  absorbansi  larutan  DPPH  kontrol,  pada  labu  ukur  5 mL,  dimasukkan  sebanyak  1,0  mL  larutan  DPPH.  Larutan
ditambahkan  dengan  etanol  p.a  hingga  tanda  batas.  Kemudian larutan  tersebut  dibaca  absorbansinya  pada  saat  OT  dan  panjang
gelombang  maksimum.  Pengerjaan  dilakukan  sebanyak  tiga  kali. Larutan ini digunakan sebagai kontrol untuk menguji larutan baku
dan larutan uji. ii.  Pengukuran  absorbansi  larutan  pembanding  dan  larutan  uji,
sebanyak 1,0 mL larutan DPPH dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL  kemudian  ditambah  dengan  1,0  mL  larutan  pembanding  dan
larutan  uji  pada  berbagai  seri  konsentrasi  yang  telah  dibuat. Selanjutnya,  larutan  tersebut  ditambah  dengan  etanol  p.a  hingga
tanda  batas.  Larutan  tersebut  kemudian  divortex  selama  30  detik dan  didiamkan  selama  OT.  Larutan  dibaca  absorbansinya  dengan
spektrofotometer visibel pada panjang gelombang maksimum hasil optimasi. Pengujian dilakukan dengan tiga kali replikasi.
i.  Validasi  metode uji aktivitas antioksidan, hasil dari prosedur 4h i dan ii divalidasi akurasi  recovery, presisi  CV, spesifisitas spektra
kontrol, dan linearitas nilai r. konsentrasi standar kapsaisin terukur
konsentrasi standar kapsaisin teoritis
Standar  e iasi  S   konsentrasi standar kapsaisin terukur rata rata konsentrasi standar kapsaisin terukur
j.  Estimasi aktivitas antioksidan, hasil dari prosedur 4h i dan ii, dihitung nilai  IC dan IC
50
untuk kapsaisin dan ekstrak buah cabai rawit putih.
5. Penentuan kadar kapsaisin
a.  Pembuatan  fase  gerak,  fase  gerak  yang  digunakan  pada  penelitian  ini dibuat dalam perbandingan, yaitu toluena - kloroform - aseton 45:25:30,
vvv.  Fase  gerak  dituang  dalam  bejana  kromatografi  kemudian  kertas saring  dimasukkan  dalam  bejana  yang  berisi  fase  gerak.  Bejana  ditutup
rapat  dan  dibiarkan  hingga  seluruh  kertas  saring  terbasahi  oleh  fase gerak.
b.  Pembuatan larutan stok kapsaisin, baku kapsaisin ditimbang seksama 5,0 mg  ditimbang  seksama  dan  dimasukkan  ke  dalam  labu  takar  10  ml,
kemudian  dilarutkan  dengan  metanol  sampai  tanda  batas  sehingga diperoleh larutan stok kapsaisin 0,50 mgmL.
c.  Pembuatan  larutan  seri  baku  kapsaisin,  larutan  stok  kapsaisin  0,50 mgmL ditotolkan dengan volume 1,0; 2,0; 4,0; dan 8,0
L pada lempeng silika  gel  60  F
254
sehingga  diperoleh  seri  kapsaisin  dengan  jumlah  0,5; 1,0; 2,0; dan 4,0 µg.
d.  Pembuatan larutan uji, sejumlah 50,0 mg ekstrak buah cabai rawit putih ditimbang seksama kemudian dilarutkan dengan metanol sebanyak 500,0
µL. Larutan tersebut divortex selama 10 menit dengan pemanasan di atas waterbath
pada  suhu  60 C.  Kemudian  larutan  disentrifugasi  selama  2
menit dan disaring dengan ayakan mesh 60. Larutan uji dibuat replikasi sebanyak tiga kali.
e.  Penetuan  kadar  kapsaisin  buah  cabai  rawit  putih,    sebanyak  10,0 L
larutan  uji  ditotolkan  pada  lempeng  silika  gel  60  F
254
,  kemudian dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan
fase gerak toluena - kloroform - aseton 45:25:30, vvv. Pengembangan dilakukan  setinggi  10
cm,  lempeng  silika  kemudian  dikeluarkan  dan ditunggu  hingga  kering.  Bercak  diamati  di  bawah  lampu  UV  254  nm
kemudian  dianalisis  dengan  densitometer  pada  panjang  gelombang maksimum.  Bercak  seri  baku  kapsaisin  diukur  AUC-nya  dengan
densitometri pada panjang gelombang pengamatan yang telah diperoleh. Puncak  kromatogram  dan  nilai  AUC  yang  muncul  diamati.  Dengan
metode  regresi  linear,  nilai  seri  kadar  µgmL  diplotkan  terhadap  nilai AUC masing-masing seri larutan baku sehingga diperoleh persamaan y =
bx  +  a  dimana  y  merupakan  nilai  respon  AUC,  x  merupakan konsentrasi senyawa baku, a adalah intersept, dan b adalah slope. Kadar
kapsaisin  dalam  sampel  ditentukan  berdasarkan  persamaan  kurva  baku yang paling baik.
F. Analisis Hasil
Aktivitas penangkapan radikal  dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
bsorbansi
larutan kontrol
–  bsorbansi
larutan baku uji
bsorbansi
larutan kontrol
Data  aktivitas  tersebut  dianalisis  dan  dihitung  nilai  IC
50
menggunakan persamaan regresi linear dengan sumbu x adalah konsentrasi larutan uji maupun
larutan  baku  kapsaisin,  sedangkan  sumbu  y  adalah    IC,  Lalu  dianalisis  secara statistik untuk menentukan ada atau tidak adanya perbedaan bermakna antara IC
50
larutan baku kapsaisin dan larutan uji. Uji kadar kapsaisin total dilakukan secara kromatografi lapis tipis. Nilai
kadar  tersebut  didapatkan  dari  analisis  data  kromatogram  dengan  menggunakan densitometer.  Analisis  kualitatif  dilakukan  dengan  membandingkan  nilai  Rf
sampel dengan nilai Rf baku. Analisis kuantitatif yang dilakukan berdasarkan data AUC  dari  baku  sehingga  diperoleh  persamaan  regresi  linear  y  =  bx  +  a  yang
merupakan hubungan antara kadar dengan luas area  yang dihasilkan. Data AUC sampel  kemudian  dimasukkan  dalam  persamaan  regresi  masing-masing  baku
sebagai y sehingga diperoleh kadar kapsaisin dalam sampel.
35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Determinasi Buah
Determinasi  buah  cabai  rawit  putih  merupakan  tindakan  awal  yang dilakukan  dalam  suatu  penelitian  yang  menggunakan  buah  sebagai  bahan  uji.
Determinasi  dilakukan  untuk  memastikan  kebenaran  identitas  dari  buah  yang digunakan  untuk  penelitian  dan  menghindari  adanya  kesalahan  pengambilan
sampel. Jaminan kebenaran sampel sangat penting karena pada buah cabai terdiri dari  berbagai  macam  spesies  dan  varietas.  Masing-masing  spesies  buah  cabai
memiliki kandungan fitokimia yang berbeda. Determinasi buah dilakukan dengan membandingkan  beberapa  spesies  dari  Capsicum  yang  mengacu  pada  Bosland,
Bailey, Iglesias-Olivas 1996.
Gambar 4. Morfologi berbagai spesies Capsicum Bosland, Bailey, Iglesias- Olivas, 1996