ANALISIS DATA PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

TABEL 42 KLASIFIKASI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN MARGA DALAM MEMILIH PARTAI MARGA PARTAI YANG DIPILIH GOLKAR PDI-P DEMOKRAT REPUBLIKAN PKPI JLH SARAGIH 2 2 4 27 3 38 PURBA 4 6 3 9 - 22 SINAGA 11 2 2 9 - DAMANIK - 2 6 4 - 12 Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010

3.3. ANALISIS DATA

Telah terkumpul data maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Pada tahap ini sasaran utama adalah untuk mengetahui etnis Simalungun yang berkaitan dengan hubungan antar etnis dan preferensi politik dan juga bagaimana partisipasi etnis Simalungun pada pemilihan umum legislatif 2009. Kelompok etnis memiliki watak kolektif yang berbeda sehingga memberi warna pada perilaku politik. Ciri yang dimiliki secara kolektif itu memiliki perilaku pendorong dalam mempengaruhi partisipasi politik seseorang, selanjutnya kelompok ini dapat mempengaruhi seseorang dalam menentukan pemilihan calon legislatifnya. Dari data yang didapat melalui hasil penelitian diketahui faktor etnisitas atau kesukuan berpengaruh terhadap pilihan calon legislatif mereka. Responden cenderung sebagai pemilih tradisional dalam menetapkan pilihan calon legislatifnya. Dorongan untuk menjadi pemilih tradisional ini disebabkan oleh Universitas Sumatera Utara kuatnya budaya politik parokial pada masyarakat di desa Sondi Raya. Budaya politik parokial ini dapat semakin kuat ketika adanya calon-calon legislatif yang berasal dari marga-marga yang sama dengan responden. Secara teoritis kegiatan ini dapat dianalisis melalui pendekatan sosiologis dimana menurut pendekatan ini kegiatan perilaku memilih dalam kaitan konteks sosial kongkritnya pilihan seseorang dalam pemilihan umum dipengaruhi oleh pengelompokkan sosial seperti agama dan kesukuan. Dari hasil penelitian dapat dianalisis bahwa faktor sosiologis turut mempengaruhi pilihan para responden. Hal ini terkait dari jawaban responden dimana terpengaruh oleh faktor etnisitas figur-figur calon-calon legislatif yaitu sebesar 25 yang menjawab sangat berpengaruh dan 44,79 yang menjawab berpengaruh. Maka bisa disimpulkan 69,79 pilihan responden dipengaruhi oleh faktor etnisitas. Faktor etnisitas calon legislatif yang ditawarkan juga senantiasa diperuntungkan oleh partai politik. Ketika identifikasi partai dari pada pemilih adalah lemah maka sikap terhadap calon legislatif menjadi faktor penentu yang kuat dalam memilih pada pemilihan umum. Ketika merosotnya kepercayaan kepada partai maka para pemilih akan cenderung melihat kualitas dari pada calon yang ada. Namun didalam masyarakat yang sikap primordialnya tinggi seperti di desa Sondi Raya kualitas dari calon legislatif hanya dilihat berdasarkan faktor marganya. Hal ini dibuktikan dan hasil jawaban responden bahwa partai politik pilihan masyarakat di desa Sondi Raya adalah partai Republikan yang merupakan partai baru namun bisa mengalahkan perolehan suara partai-partai besar seperti Demokrat, Golkar, PDI-P. Jadi didalam pemilu legislatif tahun 2009 di desa Sondi Universitas Sumatera Utara Raya suatu fenomena menarik dimana nama besar partai tidak menjadi acuan orang untuk memilih calon legislatif. Para pemilih cenderung melihat figur calon dan tentunya kualitas dari calon tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: 1. Populitas calon yang ada. Populitas ini ditentukan oleh sejauh mana calon yang bersangkutan mampu dikenal oleh masyarakat pemilih serta bagaimana citra calon tersebut dalam pandangan pemilihnya dalam kaitannya dengan popularitas ini melalui wawancara mendalam penelitian terhadap responden terungkap bahwa calon legislatif partai Republikan tersebut memang berasal dari keluarga terpandang di desa Sondi Raya. 2. Kedekatan hubungan calon legislatif dengan massa pemilih. Calon legislatif tersebut memang berdomisili di desa Sondi Raya dan memiliki marga yang sama dengan mayoritas pemilih yaitu marga Saragih. Kedua hal inilah yang dilihat dari mayoritas responden mempertimbangkan faktor kandidat sebagai faktor penentu pilihan calon legislatif. Dari data yang diperoleh dilapangan juga dapat dianalisis bahwa partisipasi etnis Simalungun pada pemilihan umum legislatif tahun 2009 cukup besar, para responden mayoritas dengan persentase 65,62 mengatakan bahwa seluruh anggota keluarganya yang telah berhak memilih juga ikut serta dalam menggunakan hak pilihnya didalam pemilihan umum legislatif tersebut. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran dari etnis Simalungun untuk berpartisipasi dalam Universitas Sumatera Utara politik melalui keikut sertaan mereka dalam pemilihan umum memiliki kesadaran bahwa suaranya turut mempengaruhi proses demokrasi di Indonesia. Walaupun hal ini juga dilatar belakangi faktor pendorong yang berbeda- beda. Kemudian jika dilihat dari hubungan pilihan calon legislatif antar responden dengan orang tua atau saudara, maka mayoritas responden dengan persentase 81,25 responden mengatakan tidak terpengaruh. Namun dari wawancara mendalam mengenai hal ini bahwa walau anggota keluarga lain tidak mempengaruhi terhadap pilihannya tetapi mayoritas dari mereka mempunyai pilihan etnis yang sama terhadap calon legislatifnya. Keterangan ini menunjukkan bahwa masyarakat etnis Simalungun sangat demokratis dan tidak memaksa pilihan politik anggota keluarganya namun sekaligus data tersebut juga bukan menunjukkan bahwa ada kecenderungan yang sama dalam pola pikir dalam satu keluarga etnis Simalungun untuk menentukkan pilihan politiknya. Tingginya kesadaran masyarakat Simalungun terhadap perlunya berpartisipasi dalam pemilihan umum menjadi sesuatu fenomena menarik lainnya. Karena kesadaran dalam partisipasi ini tumbuh atas dorongan yang muncul dalam dirinya sendiri. Karena dari data yang diperoleh terungkap bahwa mayoritas dengan persentase 60,42 masyarakat tidak pernah mendapat pendidikan politik oleh partai. Sedangkan apabila dilihat dari media kampanye yang paling efektif dalam mempengaruhi pilihan masyarakat, etnis Simalungun cenderung lebih menyukai kampanye dangan cara kampanye di lapangan terbuka, dalam wawancara berkaitan dengan kampanye ini responden yang memilih cara kampanye di Universitas Sumatera Utara lapangan terbuka dikarenakan alasan mereka selain mendengar langsung visimisi calon legislatif sekaligus jika dalam kampanye di lapangan terbuka tersebut ramai didatangi masyarakat akan menambah keyakinan mereka bahwa calon legislatif tersebut benar-benar bagus. Bahkan dari data distribusi jawaban responden mengenai pertanyaan media kampanye yang paling efektif mempengaruhi pemilih jika dilihat lebih lanjut bahwa ternyata mayoritas responden yang memilih media kampanye di lapangan terbuka adalah responden yang memiliki latar belakang pendidikan relatif rendah yaitu tamatan SD, SLTP dan SLTA. Sedangkan mayoritas responden yang latar belakang tingkat pendidikannya diatas SLTA yaitu yang tamatan Diploma dan tamatan S1 lebih menyukai kampanye melalui koran atau media cetak lainnya. Frekwensi kampanye berpengaruh secara signifikan kepada perolehan suara sebagaimana dapat dilihat dari data yang diperoleh partai Republikan yang paling sering kampanye dengan persentase 35,42 menjadi pemenang pemilihan umum di desa Sondi Raya. Mengenai sistem pemilihan umum yang berbeda dari pemilihan umum- pemilihan umum sebelumnya dari data yang diperoleh etnis Simalungun memandang positif terhadap mekanisme memilih langsung calegnya dengan persentase sebesar 43,75 sangat setuju dan 33,33 menjawab setuju dengan cara ini. Jadi bisa dikatakan 77,08 menilai positif terhadap mekanisme ini. Lebih lanjut dari data juga bisa dilihat bahwa mayoritas dengan persentase 80,21 masyarakat Sondi Raya mampu beradaptasi dengan cepat dengan Universitas Sumatera Utara mekanisme baru dalam pemilihan umum yaitu dengan mencontreng bukan lagi dengan mencoblos, mungkin ini karena letak desa Sondi Raya yang dekat dengan pusat pemerintahan kabupaten Simalungun. Dengan kata lain desa Sondi Raya dekat dengan pusat informasi. Melalui data yang diperoleh juga diketahui bahwa 51,04 mayoritas responden memandang bahwa legislatif 2004 sudah berlangsung dengan demokratis dengan acuan terlaksananya prinsip-prinsip pemilihan umum yang langsung, umum, bebas, rahasia serta jujur dan adil. Namun jika diteliti lebih lanjut mayoritas responden yang menyatakan pemilihan umum legislatif 2009 berlangsung sangat demokratis dan demokratis adalah responden dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah yaitu berpendidikan SD, SLTP, SLTA. Sedangkan yang tingkat pendidikan lebih tinggi yaitu diploma dan Strata1 mayorita menyatakan pemilihan umum 2009 kurang demokratis dan tidak demokratis. Selain hal-hal tersebut diatas, juga ada beberapa temuan yang menarik bahwa pemilihan umum legislatif tahun 2009 di desa Sondi Raya ditemukan adanya kegiatan money politik. Hal ini terungkap dari data bahwa 21,88 responden menyatakan bahwa mereka mengikuti kampanye partai politik karena adanya iming-iming dari calon legislatif yang akan memberikan uang saat kampanye, dan juga data ini menunjukkan 26,04 responden mengikut i pemilihan umum legislatif 2009 dikarenakan adanya imbalan uang yang diberikan calon legislatif agar memilih calon legislatif tersebut. Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa pemilihan umum legislatif 2009 di desa Sondi Raya tidak terlepas dari fenomena money politik. Universitas Sumatera Utara

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di desa Sondi Raya kabupaten Simalungun maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Faktor etnisitas atau kesukuan masih sangat berpengaruh terhadap preferensi politik memilih dari calon legislatif pada pemilihan umum legislatif 2009. Kuatnya budaya politik parokial serta menguatnya kembali rasa primordialisme pasca otonomi daerah merupakan faktor pendorong yang menjadi faktor etnis mempengaruhi pilihan politik masyarakat. 2. Rendahnya identifikasi partai politik dari pada masyarakat menjadi faktor etnisitas calon legislatif menjadi faktor penentu terhadap preferensi politik masyarakat etnis Simalungun dalam menentukan pilihan pada pemilu. 3. Pilihan politik anggota keluarga tidak mempengaruhi masyarakat Simalungun dalam menentukan pilihan pada pemilu, namun mayoritas dalam satu keluarga Simalungun memiliki pilihan yang sama homogen ini karena diantara anggota-anggota keluarga Simalungun mempunyai kesamaan nilai untuk menentukan figur calon legislatifnya. 4. Partisipasi etnis Simalungun sangat kurang didalam partai politik. 5. Kampanye di lapangan terbuka adalah media kampanye yang paling efektif untuk menarik simpati dari etnis Simalungun. Universitas Sumatera Utara