3. Kualitas mutu Pengkajian dalam bentuk ini pasien mendeskripsikan jenis dari nyeri atau
nyeri seperti apakah yang dirasakan oleh mereka, mereka mungkin akan menggunakan kata-kata sebagai berikut : denyut, seperti terbakar, tajam, tumpul
seperti ditikam. 4. serangan, Durasi, jenis and Ritme
Banyak pasien yang mengalami nyeri mempunyai sensasi untuk mengekspresikan rasa nyeri yang mereka rasakan dalam periode 24 jam. Dalam
rencana keperawatan yang penting untuk mengkaji perubahan atau untuk mengantisipasi prosedur nyeri dan memodifikasi aktivitas jika mungkin untuk
menambah rasa nyaman, jika nyeri dirasakan 12 jam atau lebih dari waktu 24 jam maka yang harus dilakukan adalah pemberian obat penghilang rasa nyeri jika
diperlukan Suza, 2007.
3.3 Manajemen Nyeri Postoperasi
Menurut Mc. Caffery Diambil dari Tamsuri, 2006. Tehknik yang diterapkan dalam mengatasi nyeri dapat dibedakan dalam dua kelompok utama,
yaitu tindakan pengobatan farmalogis dan tindakan nonfarmakologis tanpa pengobatan.
Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis meliputi penggunaan opioid narkotik, nonopioidNSAIDs Nonsteroid Anti-Inflamasi Drugs, dan adjuvan,
serta ko-analgesik. Analgesik opioid narkotik terdiri dari berbagai derivate dari opium seperti morfin dan kodein. Narkotik dapat menyebabkan penurunan nyeri
dan memberi efek euphoria kegembiraan karena obat ini mengadakan ikatan
Universitas Sumatera Utara
dengan reseptor opiate ada beberapa reseptor opiate sepertu mu, delta, dan alppa dan mengaktifkan penekanan nyeri endogen pada susunan syaraf pusat. Narkotik
tidak hanya menekan rangsang nyeri, tetapi juga menekan pusat pernapasan dan batuk di medulla batang otak. dampak lain dari narkotik adalah sedasi dan
peningkatan toleransi obat sehingga kebutuhan dosis obat akan meningkat. Analgesik non-opioid analgesik non-narkotik atau sering disebut juga
Nonsteroid Anti-InflammatoryDrugs, NSAIDs seperti aspirin, asetaminofen, dan ibu profen selain memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti-inflamasi dan
anti-demam anti-piretik. Obat-obat golongan ini menyebabkan penurunan nyeri yang bekerja pada ujung-ujung syaraf perifer di daerah yang mengalami cedera,
dengan menurunkan kadar mediator peradangan yang dibangkitkan oleh sel-sel yang mengalami cedera Tamsuri, 2007.
Terapi pada nyeri pascaoperasi ringan sampai sedang harus dimulai dengan menggunakan NSAIDs, kecuali kontraindikasi AHCPR, 1992 dikutip dar Potter
Perry 2005. Walaupun mekanisme kerja pasti NSAIDs tidak diketahui, NSAIDs diyakini bekerja menghambat sintesis prostaglandin McKenry dan
Salerno, 1995 dan menghambat respon selular selama inflamasi. Kebanyakan NSAIDs bekerja pada reseptor saraf perifer untuk mengurangi transmisi dan
resepsi stimulasi nyeri. Tidak seperti opiat, NSAIDs tidak menyebabkan sedasi atau depresi pernapasan juga tidak mengganggu fungsi berkemih atau defekasi
AHCPR, 1992 dikutip dari Potter Perry 2005.
Universitas Sumatera Utara
Penatalaksanan nyeri secara nonfarmkologis untuk mengurangi nyeri terdiri dari beberapa tehknik diantaranya adalah :
Distraksi, distraksi adalah metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga pasien lupa terhadap
nyeri yang dialami pasien, misalnya pada pasien postappendiktomi mungkin tidak merasakan nyeri saat perawat mengajaknya bercerita tentang hobbinya Priharjo,
1996. Tehknik Relaksasi, Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan
nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Ada banyak bukti yang menunjukkna bahwa relaksasi efektif dalam meredakan nyeri
punggung Tunner dan Jensen, 1993; Altmaier dkk. 1992. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri postoperasi
Lorenti, 1991 ; Miller Perry, 1990. Tehknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuansi lambat, berirama. Pasien dapat
memejamkan matanya dan bernapas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan lambat bersama
setiap inhalasi hirup dan ekhalasi hembus. Relaksasi yaitu pengaturan posisi yang tepat, pikiran, beristirahat dan lingkungan yang tenang.relaksasi otot skeletal
dapat menurunkan nyeri dengan merilakskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Tekhnik relaksasi mungkin perlu diajarkan beberapa kali agar mencapai
hasil yang optimal. Tindakan relaksasi dapat dipandang sebagai upaya pembebasan mental dan fisik dari tekanan dan stress. Dengan relaksasi, klien
dapat mengubah persepsi terhadap nyeri Tamsuri, 2006
Universitas Sumatera Utara
Imajinasi Terbimbing, imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek
positf tertentu. Sebagai contoh, imajinasi terbimbing untuk relaksasi dan meredakan nyeri dapat terdiri atas menggabungkan suatu napas berirama lambat
denfgan suatu bayangan mental relaksiasi dan kenyamanan. Dengan mata terpejam, individu diinstruksikan untuk membayangkan bahwa setiap napas yang
diekhalasi secara lambat ketegangan otot dan ketidak nyaman dikeluarkan, menyebakan tubuh yang rileks dan nyaman. Setiap kali menghirup napas, pasien
harus membayangkan energi penyembuh dialairkan ke bagian yang tidak nyaman. Setiap kali napas di hembuskan, pasien diinstruksikan untuk membayangkan
bahwa udara yang dihembuskan membawa pergi nyeri dan ketegangan. Jika imajinasi terpadu diharapkan agar efektif, dibutuhkan waktu yang banyak
untuk menjelaskan tekniknya dan waktu untuk pasien mempraktekkannya. Biasanya, pasien diminta untuk mempraktikkan imajinasi terbimbing selama
sekitar 5 menit, tiga kali sehari. Bebarapa hari praktik mungkin diperlukan sebelum intensitas nyeri dikurangi. Banyak pasien mulai mengalami efek rileks
dari imajinasi terbimbing saat pertama kali meraka mencobanya. Nyeri mereda dapat berlanjut selam berjam-jan setelah imajinasi digunakan. Pasien harus
diinformasikan bahwa imajinasi terbimbing hanya dapat berfungsi pada beberapa orang. Imajinasi terbimbing harus digunakan hanya sebagai tambahan dari bentuk
pengobatan yang telah terbukti, sampai riset telah menunjukkan apakah dan bilakah tekinik ini efektif Harnawatiaj, 2008
Universitas Sumatera Utara
4. Perilaku Nyeri