4. Perilaku Nyeri
4.1 Defenisi
Perilaku nyeri adalah satu aspek yang menyangkut tentang pengalaman nyeri. Ini adalah suatu keadaan yang tampak dan jelas seperti gerakan anggota
badan atau ekspresi wajah Fordyce, 1976 diambil dari Harahap, 2007. Pilowski, 1994 berpendapat bahwa Keberadaan nyeri sering ditandai oleh beberapa
macam perilaku yang tampak ataupun perilaku yang didengar hal ini dapat dinyatakan sebagai perilaku nyeri dikutip dari Harahap, 2007.
Perilaku nyeri adalah apa-apa saja dan semua yang dikeluarkan oleh masing-masing individu. Sebagai suatu karakteristik yang dapat diamati sebagai
kesan tehadap nyeri seperti, gerakan tubuh, ekspresi wajah, ucapan verbal, berbaring, mencari pengobatan, mencari penasehat medis dan menerima bayaran.
Perilaku neyri adalah tindakan untuk mengkomunikasikan kemampuan dan ketidaknyamanan seperti, meringis, berjalan dan berkurangnya aktivitas dan
telah menunjukkan sebuah peran yang sangat penting dalam menurunkan tingkat fungsi masing-masing individu dan memperburuk kondisi nyeri Fordyce, 1976
diambil dari Harahap, 2007.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Tipe-tipe perilaku nyeri
Menurut Harahap 2007 tipe perilaku nyeri kronik dilandasi pada sebuah pemikiran bahwa paling sedikit terdapat dua tipe perilaku nyeri yaitu : responden
dan operant perilaku. 4.2.1Perilaku Responden
Perilaku respondent adalah jenis perilaku yang reflex sebagai respon terhadap rangsangan yang datang Kats, 1998 apakah individu itu menyadarinya
atau tidak Fordyce, 1976. Rangsangan yang datang itu biasanya spesifik dan dapat diprediksi Fordyce, 1976. Perilaku respondent merupakan perilaku yang
terjadi secara spontan, ketika rangsangan yang datang terjadi secara adekuat seperti rangsangan pada saraf nociceptive, reaksi perilaku tersebut akan tampak
kelihatan. Dibandingkan ketika rangsangan yang datang tidak adekuat maka perilaku tersebut tidak akan terjadi. Oleh karena itu perilaku respondent berkaitan
erat dengan adanya rangsangan yang keras Harahap, 2007. Pada nyeri kronik, ketika nyeri terjadi, pasien mungkin akan merespon
nyeri dengan berbagai cara seperti, menjaga area tubuh yang sakit guarding, meraba atau menyentuh area tubuh yang sakit rubbing, ekspresi wajah
grimacing, pergerakkan tubuh yang kaku braching, dan perilaku nyeri yang terdengar atau frekwensi sentuhan pada anggota tubuh yang terpavorit Harahap,
2007. 4.2.2 Perilaku Operant
Perilaku operant biasanya tidak dihubungkan dengan rangsangan yang datang secara spesifik Kats, 1998 diambil dari harahap, 2007. Itu terjadi secara
langsung dan rangsangan yang datang berespon secara otomatis, sama halnya
Universitas Sumatera Utara
dengan perilaku respondent. Tetapi perilaku operant mungkin terjadi karena perilaku yang mengikutinya yang bersifat positip atau karena adanya konsekuensi
yang tepat Fordyce, 1976. Perilau operant pada umumnya tidak dikendalikan oleh adanya rangsangan yang datang secara spesifik Kats, 1998. Menurut Turk
Flor 1999. Jenis perilaku nyeri ini tidak dikendalikan oleh rangsangan yang datang dan rangsangan yang terjadi tidak akan kuat lagi, tetapi ketika pasien
mendapatkan dukungan yang efektive dari lingkunganya seperti dukungan dari pasangan mereka baik istri maupun suami, pertolongan kesehatan dan kejadian-
kejadian lain disekitar mereka, kemudian perilaku nyeri seperti guarding, rubbing, grimacing, braching dan perilaku nyeri yang didengar atau frekuensi
sentuhan pada anggota tubuh disukai kemungkinan akan kelihatan bertahan dalam waktu yang lama setelah penyebab tanda-tanda nyeri diketahui atau nyeri tersebut
sangat berkurang Harahap, 2007. Perilaku operant pada mulanya berhubungan dengan jaringan yang rusak
dan adanya rangsangan pada saraf nociceptive atau antisipasi pada sebuah keadaan. Tetapi perilaku operant talah berkembang melalui proses pembelajaran
lingkungan. Oleh karena itu, model perilaku operant adalah tidak terkait dengan penyebab nyeri yang terjadi dari dalam, tetapi lebih terpusat pada manifestasi
nyeri itu sendiri serta bagaimana nyeri dapat diekspresikan sebagai perilaku neyri Turk Flor, 1999. Fordyce 1978 mengatakan bahwa dalam rangka
mempertahankan perilaku, menguatkan konsekuensi dukungan atau mengakhiri perilaku oleh hukuman adalah sebuah kebutuhan. Syarat-syarat “dukungan” dan
“hukuman”menunjukkan kepada hubungan antara perilaku dan perubahan lingkungan dimana dukungan mengakibatkan suatu peningkatan kondisi individu
Universitas Sumatera Utara
menjadi lebih baik sedangkan hukuman mengakibatkan kondisi individu menjadi lebih buruk. Fordyce 1976 memutuskan dukungan kedalam dua tipe yaitu :
langsung dan dukungan perilaku nyeri tidak lansung. 4.2.2.1
Dukungan langsung pada perilaku nyeri. Faktor pendukung seperti kondisi lingkungan atau kejadian-kajadian
yang mungkin merupakan suatu tindakan sebagai ungkapan rasa nyeri. Sebagai contoh, ketika nyeri terjadi dan pasien menunjukkan perilaku nyeri teryentu,
pasangan mereka mungkin akan memberikan perhatian lebih kepada pasien. Perilaku nyeri ini mungkin akan berkurang karena pasien merasakan manfaat dari
perhatian tersebut ketika pasien merasakan nyeri. Biasanya sebuah dukungan tidak terjadi kecuali didahului oleh perilaku nyeri atau pada cara yang lain yang
mana dukungan terjadi sebagai suatu respon pada perilaku nyeri Harahap, 2007. 4.2.2.2
Dukungan tidak langsung pada perilaku nyeri Dukungan tidak langsung pada perilaku nyeri mungkin terjadi ketika
perilaku nyeri menunjukkan kepada keadaan menghindari sesuatu secara efektive pada beberapa penolakan atau akibat yang tidak nyaman Fordyce, 1978. Jika
pasien berfikir bahwa beberapa aktivitas mungkin dapat menyebabkan nyeri atau jika pasien menekspresikan nyeri ketika melakukan aktivitas seperti, duduk,
berjalan dan sebagainya. Aktivitas ini akan menghindari untuk mengurangi terjadinya suatu kerugian. Melalui dukungan yang tidak langsung, pasien belajar
untuk merasakan perilaku tertentu yang mana menghindari atau mengurangi secara efektip sebagai penolakan yang terjadi Harahap, 2007.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku nyeri