lain sering termasuk dalam pengobatan dan megajarkan kepada pasien untuk berespon positif pada setiap aktivitas yang dilakukan pasien dan indikasi yang
lainya bagi perilaku yang baik. Pasangan mempunyai peran yang kuat bagi peningkatan nyeri pasien Harahap, 2007.
4.4 Instrumen perilaku nyeri
Telah diakui secara luas bahwa pasien yang berada dalam tingkat nyeri terentu akan menunjukkan perilaku seperti istirahat di tempat tidur, mencari
pengobatan, menjaga area rubuh yang sakit, atau mengekspresikan raut wajah. Perilaku ini merupakan cara pasien berkomunikasi bahwa mereka sedang
merasakan nyeri Harahap, 2007. Pertama kali penelitian tentang perilaku nyeri yang menunjukkan bahwa
perilaku nyeri dapat diukur dengan metode pengawasan diri. Fordyce 1976 mengembangkan metode pengawasan diri melalui catatan harian untuk mengukur
perilaku nyeri. Di dalam catatan harian nyeri tersebut, pasien diminta untuk mengidentifikasi berapa lama mereka sibuk menghabiskan waktu dalam tiga
kategori perilaku seperti : duduk, berdiri atau berjalan. Pasien juga diminta untuk melaporkan setiap kali mereka melakukan pengobatan dan jumlah dosis obat yang
diberikan. Metode pengawasan diri sangat mudah dan sederhana, dan lebih dari itu, dapat meningkatkan kesadaran pasien tentang perilaku nyeri mereka sendiri
Keefe at al, 2000 diambil dari Harahap, 2007. Bagaimanapun, keabsahan metode pengawasan diri pada peilaku nyeri kelihatanya akan berat sebelah atau
tidak akurat karena pada umumnya pasien tidak mungkin selalu akurat dalam melaporkan perilaku mereka sendiri Turk Flor, 1978 diambil dari Harahap,
2007.
Universitas Sumatera Utara
Moores Watson 2004 diambil dari Harahap, 2007 menggunakan Metode yang lain untuk mengukur perilaku nyeri berstandar pada pertanyaan atau
wawancara. Pasien diminta untuk menjawab serial pertanyaan yang berhubungan dengan perilaku nyeri. Metode ini juga telah dikritik sebab pasien akan cinderung
untuk memilih jawaban yang terbaik atau yang paling benar. Keterbatasa yang paln utama pada metode pertanyaan atau wawancara adalah bahwa tidak
mengamati perilaku itu sendiri secra langsung. Saat ini metode untuk mengukur perilaku nyeri adalah metode pengamatan
secara langsung atau tidak langsung. Metode ini dikembangkan berdasarkan pada dasar pemikiran bahwa perilaku nyeri itu adalah tampak dan jelas. Dalam
pengamatan langsung perilaku nyeri biasanya berdasarkan pada keahlian dan berdasarkan pada sebuah pertimbangan pada hasil pengamatan. Sedangkan pada
pengamatan yang tidak langsung, perilaku nyeri biasanya dinilai dengan mengandalkan video tape. Kedua metode ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Bagaimanapun pada prakteknya pengamatan secara tidak langsung kelihatanya tidak praktis, mahal dan rumit, lebih dari ituu kapan pasien
mengetahui kalau dia sedang diamati, mereka mungkin akan memanipulasi peilaku mereka, terutama sekali dalam kebudayaan Indonesia. Menurut Simmond
1999 diambil dari Harahap, 2007, alat ukur yang digunakan untuk mengukur perilaku nyeri haruslah mudah digunakan, dapat dipercaya, dapat diterima oleh
pasien, hemat biaya, dan memberikan hasil yang cepat. Metode pengamatan langsung kelihatanya lebih bisa diandalkan, sederhana dan lebih mudah digunakan
Harahap, 2007. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode pengamata langsung.
Universitas Sumatera Utara
Pada metode pengamatan ini, biasanya pasien diminta untuk melakukan beberapa aktivitas yang telah diinstruksikan dalam protokol yang sudah di
standarisasi. Penggunaan protokol yang telah distandarisasi ini pertama sekali dikembangkan oleh Keefe dan block pada tahun 1982. Keefe dan Block
menetapkan serangkaian aktivitas seperti duduk, berdiri, berbaring dan berjalan. Aktivitas ini akan diulangi sebanyak dua kali. Ketika pasien melakukan aktivitas
ini lima parameter perilaku nyeri yang dapat diamati adalah guarding, braching, rubbing, grimaching and sighing, kelima parameter inilah yang nantinya akan
diamati Harahap, 2007 Oleh karena itu, penelitian ini akan menggunakan perilaku nyeri protocol
obsrvasi PBOP yang telah distandarisasikan oleh Keefe dan Block pada tahun 1982. PBOP terdiri dari lima parameter perilaku nyeri dan dirating dalam 3 poin
likert-skale 0 = tidak ada nyeri, 1 = sering dan 2 = selalu. Nilai total perilaku nyeri merupakan penjumlahan dari kelima parameter perilaku nyeri tersebut
diatas. Skor tertinggi 10 mengidentifikasi level perilaku nyeri yang tinggi. Serial aktivitas protokol Keefe dan Block yang telah distandarisasi ini akan
diadaptasikan selama 10 menit. Protokol aktivitas ini meliputi ; duduk untuk periode satu menit dan lagi selama 2 menit, berdiri untuk periode 1 menit dan lagi
selama 2 menit, berbaring untuk periode satu menit dan lagi selama 1 menit kedua, dan berjalan untuk 1 menit dan lagi satu menit kedua. Pendeskripsian dari
kelima parameter perilaku nyeri tersebut adalah : 1 guarding yang mana mengacu kepada penjagaan area tubuh yang sakit, 2 braching yang mana
mengacu pada kekakuan tubuh yang tidak normal, menyela atau pergerakan yang kaku, 3 rubbing yang mana mengacu pada sentuhan atau rabaan pada bagian
Universitas Sumatera Utara
tubuh yang sakit, 4 grimacing yang mana mengacu pada guratan wajah dalam mengekspresikan rasa nyeri seperti, kening berkerut, menyipitkan mata,
mengatupkan bibir, menyingkap sudut mulut dan merapatkan gigi, 5 sighing yang mengacu kepada pernafasan atau menghela nafas Harahap, 2007.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
Nyeri post operasi adalah suatu reaksi yang kompleks pada jaringan yang terluka pada proses pembedahan yang dapat menstimulasi hypersensitivitas pada
system syarap pusat, nyeri ini hanya dapat dirasakan setelah adanya tindakan operasi.
Nyeri post operasi adalah nyeri yang dirasakan akibat dari hasil pembedahan, nyeri post operasi biasanya ditemukan dalam pengkajian klinikal, nyeri post
operasi merupakan topic yang menarik untuk dibahas dalam linhjup keperawatan, aspek dari nyeri post operasi adalah untuk menyelidiki adanya pengalaman nyeri
yang mencakup persepsi dan perilaku tentang nyeri Suza, 2007. Loeser Fordyce, 1983 Perilaku nyeri adalah keseluruhan pergerakkan
atau tindakan yang dilakukan oleh setiap individu yang dapat diamati dan setiap pergerakkan tersebut dapat dapat dikatakan sebagai suatu karakteristik bahwa
individu tersebut sedang merasakan nyeri, misalnya : gerakkan tubuh, ekspresi wajah ungkapan verbal dengan kata-kata, merebahkan diri, mencari pengobatan
dan minum obat, menerima kompensasinya Harahap, 2007. Perilaku nyeri adalah suatu aksi ataupun reaksi yang dikomunikasikan oleh
setiap individu bahwa individu tersebut sedang dalam kondisi ketidakmampuan dan ketidaknyamanan misalnya, mengrenyitkan dahi, berjalan dengan kaki
pincang, kemunduran aktivitas, dan menunjukkan peran fungsi tubuh yang tidak signifikan. Perilaku tersebut dapat disimpulkan bahwa individu ini berada dalam
Universitas Sumatera Utara