Peran Bahasa Melayu Serdang BMS di Lokasi Penelitian Adat Budaya Melayu Serdang

1.5.4 Peran Bahasa Melayu Serdang BMS di Lokasi Penelitian

Peranan BMS sangat fungsional pemakaiannya dalam pergaulan sehari- hari. Pemakaiannya tidak saja terbatas pada suku Melayu, akan tetapi juga pada suku pendatang. Peranan BMS tampak dalam berbagai aspek kehidupan mereka, seperti dalam tutur sapa, berbasa basi sewaktu berjumpa di jalan atau di pasar, di sawah, dan lain sebagainya. Dapat terlihat dalam komunikasi lisan, bila dalam komunikasi tertulis, masyarakat lebih memakai bahasa Indonesia dan bahasa Arab. Di daerah ini juga, penulis menemukan bahwa dalam upacara adat suku bangsa Melayu Serdang berkaitan dengan belief sistem ‘sistem kepercayaan’, nenek moyangnya yang masih dipercayai dan dilaksankan sampai saat ini. Kepercayaan tradisional yang ada di dalam masyarakat dituangkan dalam bentuk upacara-upacara adat, termasuk di dalamnya upacara meminang, perkawinan, memasuki rumah baru, jamu laut, melenggang perut atau mandi tian, membelah mulut, dan sebagainya. Dalam upacara tersebut, BMS sangat berperan. Pemakaian BMS dalam upacara adat memperlihatkan corak tertentu, bila dibandingkan pemakainya dalam bahasa pergaulan sehari-hari. Yang dimaksud dengan corak tertentu di sini ialah adanya variasi yang terlihat berbeda dari penggunaan bahasa sehari-hari. Variasi itu terutama menyangkut pilihan kata, Universitas Sumatera Utara istilah kekerabatan, dan bahasa bangsawan Melayu yang penggunaanya jarang dipakai secara umum. Di upacara adat tersebut, masyarakat biasanya dipandang dari segi umur, bukan dari segi gelar kebangsawan Melayu. Saat upacara keagamaan peranan BMS tidak menonjol, seperti khotbah di mesjid, upacara penguburan mayat, dan akad nikah selain menggunakan bahasa Arab dipakai juga bahasa Indonesia. Masyarakat Melayu Serdang juga memiliki sastra lisan, yang dimiliki oleh orang-orang yang dulunya pernah bekerja atau tinggal di sekitar Kesultanan Serdang.

1.5.5 Adat Budaya Melayu Serdang

Keanekaragaman bangsa Indonesia ditandai dengan adat istiadatnya masing-masing dan sesuai dengan kebudayaan yang dipatuhi dan dilaksanakan warganya. Umpamanya dalam pelaksanaan upacara perkawinan yang walaupun sudah dilaksanakan secara agama, namun masih harus diiringi dengan acara adat. Anggapan bahwa adat itu sudah usang dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman adalah tidak tepat. Adat selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman bagi bangsa Indonesia adat merupakan nilai-nilai luhur yang tidak mungkin dapat dipisahkan dari jiwa bagi bangsa Indonesia. Setiap kelompok masyarakat mempunyai ketentuan-ketentuan yang harus diikuti dan dipatuhi oleh warganya untuk mencapai kesejahteraan. Ketentuan- Universitas Sumatera Utara ketentuan ini selalu didasari oleh falsafah hidup yang merupakan nilai luhur dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat Melayu terkait erat dengan pilar utama peradatan budaya Melayu, yang berbunyi ”Adat bersendikan syara’, syara’ bersendikan qitabullah”. Demikian pula konsep budaya bagi masyarakat Melayu tidak boleh bergeser dari konsep Islami. Bagi orang Melayu walaupun budaya dan agama saling mendukung dan terkait namun agama bukan merupakan bagian dari kebudayaan. Agama merupakan kehendak dan karunia dari Allah SWT, sedangkan budaya merupakan hasil karya manusia. Masyarakat Melayu Serdang mempunyai kebiasaan-kebiasaan tertentu. Kebiasaan-kebiasaan ini ada yang sangat tebal, sehingga menjadi adat istiadat, ataupun menjadi adat atau kebiasaan yang diadatkan. Kata adat berasal dari bahasa Arab, yaitu ”adhi”, akhiran ”i” mempunyai arti ”alam” atau tempat dimana ”adh” atau adat itu berlaku Husny, 1972: 53. Menurut Koentjaraningrat 1985 : 11 adat adalah wujud ideal dari kebudayaan. Pendiri-pendiri adat menurut zamannya sangat mementingkan alam sekitarnya sebagai sokoguru untuk masyarakat yang dibentuknya. Apa saja yang terdapat pada alam dipelajari, diselidiki dengan teliti, mulai dari kejadian dan sifat-sifat benda di alam, makhluk dan tumbuh-tumbuhan sampai pada hal-hal yang abstrak. Falsafah yang timbul dari pengetahuan dan pengalaman-pengalaman di alam sekitarnya, menjurus kepada ilmu- ilmu dan susunan hukum masyarakat yang berbudaya ”Larang” dan ”Suruh” serta kias dilambangkan dalam bentuk simbol benda yang mencerminkan gerak jiwa masyarakat adat yang bersangkutan. Masyarakat Universitas Sumatera Utara Melayu mengatakan sesuatu dengan perumpamaan, seolah-olah menyuruh orang untuk berpikir.

1.5.6 Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Serdang