Teori-Teori Semantik Teori Yang Digunakan

budaya masyarakat pemakai bahasa itu. Sedangkan sistem budaya yang melatarbelakangi setiap bahasa itu tidak sama. 5. Makna setiap kata dalam suatu bahasa sangat dipengaruhi oleh pandangan hidup dan sikap anggota masyarakat yang bersangkutan 6. Luasnya makna yang dikandung sebuah bentuk gramatikal berbanding terbalik dengan luasnya bentuk tersebut.

2.2.1 Teori-Teori Semantik

Teori tentang makna dibedakan atas : 1. Teori Refrensial, teori ini dikemukakan oleh Ogden dan Richards 1923 Yang menggambarkannya dalam sebuah bentuk segitiga, yaitu segitiga makna. Menurut teori ini makna sebuah kata cendrung semantik leksikal dalam arti makna yang ditunjuk oleh kata itu, atau objek yang ditunjuk oleh objek itu. Dengan kata lain makna adalah objek yang ditunjuk oleh satu kata ujaran atau makna sebuah ujaran adalah referensi ujaran tersebut. Namun teori ini memiliki kelemahan karena tidak semua kata mempunyai referensi meskipun semua kata mempunyai makna. Makna referensi, pikiran Lambang meja Acuan referen Universitas Sumatera Utara 2. Teori Behavioris, makna menurut teori ini adalah situasi bahasa ketika seseorang mengucapkan sesuatu beserta tanggapan yang muncul pada pihak pendengar terhadap ucapan tersebut. Salah seorang pelopornya yaitu Bloomfield. Menurut Bloomfield situasi bahasa merupakan gambaran S stimulus dan R respons. S-R merupakan makna ujaran dan akhirnya menentukan makna dengan ciri-ciri situasi yang berulang dimana bahasa digunakan. 3. Teori Mentalis, menurut teori ini, makna merupakan gagasan, ide, konsep yang berhubungan dengan ujaran tersebut. dengan kata lain arti makna sebuah kata adalah konsep atau gagasan yang berhubungan dengan kata tersebut. Satu ciri utama dari teori ini ialah ucapan Glucksberg dan Danks, yakni : ”The set of possible meanings in any given word is the set of possible feelings, images, ideas, concepts, thoughts, and inferences that a person might produce when that word is heard and processed.” 4. Teori Pemakaian. Teori ini dikembangkan oleh filsuf Jerman yang bernama Wittgenstein 1830, 1858. Bagi Wittgenstein, bahasa merupakan suatu bentuk permainan yang diadakan dalam beberapa konteks dengan beberapa tujuan. Bahasapun mempunyai kaidah yang membolehkan beberapa gerakan, tetapi melarang gerakan yang lain. Wittgenstein memberi nasihat, ”Jangan menanyakan makna sebuah kata; tanyakanlah pemakaiannya”. Teori ini melihat makna dari Universitas Sumatera Utara segi ujaran digunakan oleh pemakai bahasa dengan kata lain makna sebuah ujaran ditentukan oleh pemakainya dalam masyarakat bahasa.

2.2.2 Jenis Makna