KAJIAN PUSTAKA

2.1.3 Pertumbuhan Perusahaan

  Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset diamana pertumbuhan aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang dan pertumbuhan yang datang (Taswan, 2003). Growth adalah perubahan (penurunan atau peningkatan) total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Pertumbuhan aset dihitung sebagai persentase perubahan aset pada saat tertentu terhadap tahun sebelumnya (Saidi, 2004). Berdasarkan difinisi di atas dapat dijelaskan Growth merupakan perubahan total aset baik berupa peningkatan maupun penurunan yang dialami oleh perusahaan selama satu periode (satu tahun).

  Pertumbuhan aset menggambarkan pertumbuhan aktiva perusahaan yang akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan yang menyakini bahwa persentase perubahan total aktiva merupakan indikator yang lebih baik dalam mengukur growth perusahaan (Putrakrisnanda, 2009). Ukuran yang digunakan adalah dengan menghitung proporsi kenaikan atau penurunan aktiva. Pada penelitian ini, pertumbuhan perusahaan diukur dari proporsi perubahan aset, untuk Pertumbuhan aset menggambarkan pertumbuhan aktiva perusahaan yang akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan yang menyakini bahwa persentase perubahan total aktiva merupakan indikator yang lebih baik dalam mengukur growth perusahaan (Putrakrisnanda, 2009). Ukuran yang digunakan adalah dengan menghitung proporsi kenaikan atau penurunan aktiva. Pada penelitian ini, pertumbuhan perusahaan diukur dari proporsi perubahan aset, untuk

  Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan akan menunjukkan sampai seberapa jauh perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya. Dalam hubungannya dengan leverage, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaan karena penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara tetatur.

  Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan potensial yang tinggi memiliki kecendrungan untuk menghasilkan arus kas yang tinggi di masa yang akan datang dan kapitalisasi pasar yang tinggi sehingga memungkinkan perusahaan untuk memiliki biaya modal rendah, oleh sebab itu, laverage memiliki hubungan negatif dengan tingkat pertumbuhan sehingga semakin tinggi pertumbuhan, maka semakin rendah pula rasio hutang terhadap ekuitas, dengan asumsi variabel yang lain konstan

2.1.4 Analisis Rasio

  Kinerja Keuangan perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu peralatan tertentu, berupa alat analisis. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Laporan Kinerja Keuangan perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu peralatan tertentu, berupa alat analisis. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Laporan

  Dari sudut pandang investor, meramalkan masa depan adalah hakikat dari analisis laporan keuangan sedangkan sudut pandang manajmen, analisis laporan keuangan akan bermanfaat baik untuk membantu mengantisipasi konsisi-kondisi di masa depan maupun yang lebih penting lagi, sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan langkah-langkah akan meningkatkan kinerja perusahaan di masa mendatang.

  1) Rasio Likuiditas

  Aktiva likuid adalah akiva yang diperdagangkan dalam suatu pasar yang akan aktif sehingga akibatnya dapat dengan cepat diubah menjadi kas dengan menggunakan harga pasar yang berlaku.

  Aktiva lancar umumnya meliputi kas, sekuritas, hutang usaha, dan persediaan. Kewajiban lancar terdiri atas hutang usaha, wesel tagih jangka pendek, hutang jatuh tempo yang kurang dari satu tahun, akrual pajak, dan beban-beban akrual lainnya (terutama gaji).

  Jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan, perusahaan akan membayar tagihan-tagihannya (hutang usaha) secara lebih lambat, meminjam dari bank, dan seterusnya. Jika kewajiban lancar meningkat Jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan, perusahaan akan membayar tagihan-tagihannya (hutang usaha) secara lebih lambat, meminjam dari bank, dan seterusnya. Jika kewajiban lancar meningkat

  2) Rasio Manajemen Aktiva

  Rasio manajemen aktiva (asset management ratio), mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. Rasio-rasio ini dirancang untuk menjawab pertanyaan sebagi berikut: apakah jumlah total dari tiap-tiap jenis aktiva seperti yang dilaporkan dalam neraca terlihat wajar, terlalu tinggi, atau terlalu rendah jika dibandingkan dengan tingkat penjualan yang diproyeksinya?. Rasio perputaran persedian dinyatakan sebagai penjualan dibagi persediaan.

  A. Mengevaluasi hutang (jumlah hari penjualan belum tertagih) Jumlah hari penjualan belum tertagih (days sale outstanding), digunakan untuk menilai hutang, dan dihitung dengan membagi hutang dengan jumlah hari penjualan rata-rata untuk menemukan berapa hari penjualan masih dicatat dalam hutang. Jadi DSO, mencerminkan rata- rata rentang waktu perusahaan harus menunggu untuk menerima kas setelah melakukan penjualan.

  B. Mengevaluasi aktiva tetap (rasio perputaran aktiva tetap) Rasio perputaran aktiva tetap mengukur seberapa efektifkah perusahaan mempergunakan pabrik dan peralatannya. Ini merupakan rasio dai penjualan aktiva bersih.

  3) Rasio Manejemen Hutang

  Seberapa jauh sebuah perusahaan menggunakan pendanaan melalui hutang atau pengungkit keuangan (financial laverage). Memiliki tiga implikasi yang penting: 1) dengan memperoleh dana melalui hutang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan, 2) kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai satuan batasan keamanan, sehingga mungkin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan oleh pemengang saham, maka semakin kecil risiko yang harus dihadapi kreditor, 3) jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dari hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar, atau diungkit.

  Perusahaan-perusahaan yang memiliki rasio hutang relatif tinggi ketika perekonomian berada pada posisi normal, namun memiliki rasio kerugian ketika ekonomi mengalami resesi. Oleh sebab itu, keputusan akan penggunaan hutang mengharuskan perusahaan menyeimbangkan tingkat ekspektasi pengembalian yang lebih tinggi dengan risiko yang meningkat. Rasio total hutang terhadap total aktiva, yang umumnya Perusahaan-perusahaan yang memiliki rasio hutang relatif tinggi ketika perekonomian berada pada posisi normal, namun memiliki rasio kerugian ketika ekonomi mengalami resesi. Oleh sebab itu, keputusan akan penggunaan hutang mengharuskan perusahaan menyeimbangkan tingkat ekspektasi pengembalian yang lebih tinggi dengan risiko yang meningkat. Rasio total hutang terhadap total aktiva, yang umumnya

  A. Kemampuan untuk membayar bunga (rasio kelipatan pembayaran bunga) Rasio kelipatan pembayaran bunga mengukur sejauh mana laba operasi dapat menurun sebelum perusahaan tidak mampu lagi membayar bunga tahunannya. Kegagalan dalam memenuhi kewajiban ini akan dapat mengakibatkan adanya tuntutan hukum oleh kreditor perusahaan yang kemungkinan akan menyebabkan kebangkrutan.

  B. Kemampuan untuk melayani hutang (rasio cakupan EBITDA) Rasio time interest earned akan berguna dalam menilai kemampuan sebuah perusahaan memenuhi beban bunga atas hutangnya, akan tetapi rasio ini memiliki dua kelemahan: 1) Bunga bukanlah satu-satunya beban keuangan yang bersifat tetap, perusahaan juga harus mengurangi hutangnya sesuai jadwal, dan banyak perusahaan menyewa aktivanya dan akibatnya harus melakukan pembayaran sewa. Jika gagal membayar kembali hutang atau melunasi pembayaran sewanya, perusahaan terpaksa harus menyatakan bangkrut. 2) EBIT tidaklah B. Kemampuan untuk melayani hutang (rasio cakupan EBITDA) Rasio time interest earned akan berguna dalam menilai kemampuan sebuah perusahaan memenuhi beban bunga atas hutangnya, akan tetapi rasio ini memiliki dua kelemahan: 1) Bunga bukanlah satu-satunya beban keuangan yang bersifat tetap, perusahaan juga harus mengurangi hutangnya sesuai jadwal, dan banyak perusahaan menyewa aktivanya dan akibatnya harus melakukan pembayaran sewa. Jika gagal membayar kembali hutang atau melunasi pembayaran sewanya, perusahaan terpaksa harus menyatakan bangkrut. 2) EBIT tidaklah

  4) Rasio Profitabilitas

  Menurut Brigham Houston (2006), profitabilitas dapat diukur dengan beberapa rasio keuangan (rasio profitabilitas) yaitu:

  A. Margin laba atas penjualan (profit margin on seles), yang dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan, akan menunjukkan laba per nilai penjualan:

  B. Kemampuan dasar untuk menghasilkan laba (basic earning power- BEP), dihitung dengan membagi keuntungan sebelum beban bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva.

  C. Tingkat pengembalian total aktiva, rasio antara laba bersih terhadap total aktiva mengukur tingkat pengembalian total aktiva (return on assets-ROA) setelah beban bunga dan pajak.

  D. Tingkat pengembalian ekuitas saham biasa, rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa, dimana mengukur tingkat pengembalian atas investasi dari pemegang saham biasa.

  5) Rasio Nilai Pasar

  Rasio nilai pasar akan menghubungkan nilai saham perusahaan pada laba, arus kas, dan nilai buku per sahamnya. Rasio-rasio ini dapat memberikan indikasi kepada menjemen mengenai yang dipikirkan oleh para investor tentang kinerja masa lalu dan prospek perusahaan di masa mendatang. Jika rasio-rasio likuditas, manajemen aktiva, manjemen hutang, dan profitabilitas semuanya terlihat baik, maka rasio-rasio nilai pasarnya juga akan tinggi, dan harga saham kemungkinan juga akan tinggi sesuai harapan.

  A. Rasio hargalaba rasio hargalaba (priceearing) menunjukkan seberapa banyak uang yang rela dikeluarkan oleh investor untuk membawa setiap dollar laba yang dilaporkan.

  B. Rasio hargaarus kas. Di beberapa industri, harga saham akan lebih terikat pada arus kas daripada laba bersih.

  C. Rasio nilai pasarnilai buku. Rasio atas harga pasar saham terhadap nilai bukunya juga akan memberikan indikasi yang lain tentang bagaimana investor memandang perusahaan. perusahaan dengan tingkat pengembalian ekuitas yang relatif tinggi biasanya menjual dengan perkaliannya rendah.

2.1.5 Profitabilitas

  Profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Ukuran profitabilitas perusahaan dapat berbagai macam Profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Ukuran profitabilitas perusahaan dapat berbagai macam

  1) Gross Profit Margin (GPM) Gross Profit Margin (GPM) berfungsi untuk mengukur tingkat pengembalian keuntungan kotor terhadap penjualan bersihnya. GPM dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut (Robet, 1997).

  Gross Profit

  GPM=

  … … . . … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.3)

  Net Sales Gross profit adalah net sales dikurangi dengan harga pokok penjualan,

  sedangkan net sales adalah total penjualan bersih selama satu tahun. Nilai GPM berada diantara 0 dan 1. Nilai GPM semakin mendekati satu, maka berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan untuk penjualan dan semakin besar juga tingkat pengembalian keuntungan.

  2) Net Profit Margin (NPM) NPM berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya (Robert, 1997)

  Net Income After Tax

  NPM=

  … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.4)

  Net Sales

  Nilai NPM ini juga berada diantara 0 dan satu. Nilai NPM semakin besar mendekati satu, maka berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan dan juga berarti semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih.

  3) Operating Return On Assets (OPROA) OPROA digunakan untuk mengukur tingkat kembalian dari keuntungan operasional perusahaan terhadap seluruh asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasional tersebut.

  Operating Income

  OPROA=

  … … … … … . … … … … … … … … … … … (2.5)

  Average Total Asset

  Operating income merupakan kentungan operasional atau disebut juga laba usaha. Average total assets merupakan rata-rata dari total asset awal tahun dan akhir tahun. Jika total asset awal tahun tidak tersedia, maka total asset akhir tahun dapat digunakan.

  4) Return On Assets (ROA) ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio profitabilitas yang ada. ROA kadang-kadang disebut juga Return on Investment (ROI) (Robert, 1997).

  Net Income After Tax

  ROA =

  … … … … … … … … … … … … … … … … (2.6)

  Average Total Assets

  5) Return on equity (ROE) Return on equity (ROE) merupakan tingkat pengembalian atas ekuitas pemilik perusahaan. Ekuitas pemilik adalah jumlah aktiva bersih perusahaan. Return on equity atau return on net worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham

  secara eksplisit

  memperhitungkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan return bagi pemegang saham biasa setelah memperhitungkan bunga (biaya hutang) dan biaya saham preferen. Seperti diketahui, pemegang saham mempunyai klaim sisa atas keuntungan yang diperoleh perusahaan pertama akan dipakai untuk membayar bunga hutang kemudian saham preferen baru kemudian ke pemegang saham biasa (Helfert, 1996). Return on equity merupakan rasio yang sangat penting bagi pemilik perusahaan (the common stockholder), karena rasio ini menunjukkan tingkat kembalian yang dihasilkan oleh manajemen dari modal yang disediakan oleh pemilik perusahaan. Dengan kata lain, ROE menunjukkan keuntungan yang akan dinikmati oleh pemilik saham. Adanya pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik karena berarti adanya potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hal ini ditangkap oleh investor sebagai sinyal positif dari perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk saham. Apabila terdapat kenaikkan permintaan saham suatu perusahaan, maka secara tidak langsung akan menaikkan harga saham tersebut di pasar modal. Oleh karena itu dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang digunakan adalah return on equity yang dapat dirumuskan sebagai berikut (Sartono, 2001):

  Laba Setelah Pajak

  ROE=

  … … … … … . … … … … … … … … … … … … … (2.7)

  Modal Sendiri

  6) Earning Power Earning Power adalah hasil kali net profit margin dengan perputaran aktiva. Earning Power merupakan tolak ukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang digunakan. Rasio ini menunjukkan pula tingkat efisiensi investasi yang nampak pada tingkat perputaran aktiva. Apabila perputaran aktiva meningkat dan net profit margin tetap maka earning power juga meningkat. Dua perusahaan mungkin akan mempunyai earing power yang sama meskipun perputaran aktiva dan net profir margin keduanya berbeda.

2.1.6 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas

  Pemilik sebuah perusahaan mungkin dapat mempergunakan hutang yang berjumlah relatif besar untuk mambatasi manajernya. Rasio hutang yang tinggi akan meningkatkan ancaman kebangkrutan untuk menjadi lebih berhati-hati dan tidak menghambur-hamburkan uang para pemegang saham. Kebanyakan pengambilalihan perusahaan dan pembelian melalui hutang dirancang untuk meningkatkan efisiensi dengan mengurangi arus kas bebas yang tersedia bagi para manajer (Brigham Houston, 2004). Pembelanjaan yang dilakukan oleh manajemen keuangan akan membentuk struktur keuangan yang dapat menunjukkan komposisi perbandingan sumber dana perusahaan dalam membiayai operasioal perusahaan. Bagi setiap perusahaan, keputusan dalam pemilihan sumber dana merupakan hal penting sebab hal tersebut akan mempengaruhi struktur keuangan perusahaan, yang akhirnya akan mempengaruhi profitabilitas. Sumber dana perusahaan dicerminkan oleh modal asing dan modal sendiri yang Pemilik sebuah perusahaan mungkin dapat mempergunakan hutang yang berjumlah relatif besar untuk mambatasi manajernya. Rasio hutang yang tinggi akan meningkatkan ancaman kebangkrutan untuk menjadi lebih berhati-hati dan tidak menghambur-hamburkan uang para pemegang saham. Kebanyakan pengambilalihan perusahaan dan pembelian melalui hutang dirancang untuk meningkatkan efisiensi dengan mengurangi arus kas bebas yang tersedia bagi para manajer (Brigham Houston, 2004). Pembelanjaan yang dilakukan oleh manajemen keuangan akan membentuk struktur keuangan yang dapat menunjukkan komposisi perbandingan sumber dana perusahaan dalam membiayai operasioal perusahaan. Bagi setiap perusahaan, keputusan dalam pemilihan sumber dana merupakan hal penting sebab hal tersebut akan mempengaruhi struktur keuangan perusahaan, yang akhirnya akan mempengaruhi profitabilitas. Sumber dana perusahaan dicerminkan oleh modal asing dan modal sendiri yang

  Penelitian yang dilakukan oleh Denise dan Robert (2009), menemukan bahwa strategi investasi yang berdasarkan kepemilikan modal dari dalam perusahaan (modal sendiri) memiliki hubungan positif terhadap profitabilitas perusahaan, artinya jika perusahaan memperoleh hasil yang lebih besar dari dana yang dipinjam daripada yang harus dibayar sebagai bunga, maka hasil pengembalian berupa profit untuk para pemilik akan meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Kusumasari et al (2009) menemukan bahwa pengaruh struktur modal berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja keuangan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Safieddine dan Titman (1997) menemukan bahwa kinerja keuangan perusahaan yang meningkat seiring dengan rekapitalisasi peningkatan laverage.

2.1.7 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Profitabilitas

  Salah satu cara pengukuran kinerja perusahaan dapat dilihat dari tingkat profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Growth mempengaruhi profitabilitas, melalui aset yang dimiliki sehingga berpengaruh terhadap produktivitas dan efesiensi perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada profitabilitas. Total aset dipilih sebagi ukuran growth dengan mempertimbangkan nilai aset relatif stabil dibandingkan nilai market capitalized Salah satu cara pengukuran kinerja perusahaan dapat dilihat dari tingkat profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Growth mempengaruhi profitabilitas, melalui aset yang dimiliki sehingga berpengaruh terhadap produktivitas dan efesiensi perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada profitabilitas. Total aset dipilih sebagi ukuran growth dengan mempertimbangkan nilai aset relatif stabil dibandingkan nilai market capitalized

2.1.8 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan

  Pada tahun 1958 Modigliani dan Miller (MM) menunjukkan bahwa nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modal, bukti tersebut dengan berdasarkan serangkaian asumsi antara lain, tidak ada biaya broker (pialang), tidak ada pajak, tidak ada kebangkrutan, para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perseroan, semua investor mempunyai informasi yang sama, EBIT tidak dipengaruhi oleh biaya hutang. Hasil tersebut menunjukkan kondisi-kondisi dimana struktur modal tidak relevan, MM juga memberikan petunjuk agar srtuktur modal menjadi relevan sehingga akan mempengaruhi nilai perusahaan (Brigham dan Houston, 2001).

  Pada tahun 1963 MM menerbitkan makalah lanjutan yang melemahkan asumsi tidak ada pajak perseroan. Peraturan perpajakan memperbolehkan pengurangan bunga sebagai beban, tetapi pembayaran deviden kepada pemegang saham tidak dapat dikurangi. Hasil penelitain mendorong perusahaan untuk menggunakan hutang dalam struktur modal. Kesimpulan ini diubah oleh Miller ketika memasuki efek dari pajak perseroan. Miller berpendapat bahwa investor bersedia menerima pengembalian atas saham sebelum pajak yang relatif rendah Pada tahun 1963 MM menerbitkan makalah lanjutan yang melemahkan asumsi tidak ada pajak perseroan. Peraturan perpajakan memperbolehkan pengurangan bunga sebagai beban, tetapi pembayaran deviden kepada pemegang saham tidak dapat dikurangi. Hasil penelitain mendorong perusahaan untuk menggunakan hutang dalam struktur modal. Kesimpulan ini diubah oleh Miller ketika memasuki efek dari pajak perseroan. Miller berpendapat bahwa investor bersedia menerima pengembalian atas saham sebelum pajak yang relatif rendah

  Hasil-hasil MM yang tidak relavan juga tergantung pada asumsi tidak adanya biaya kebangkrutan. Perusahaan yang bangkrut mempunyai biaya hukum dan akutansi yang tinggi, dan mereka juga sulit untuk menahan pelanggan, pemasok dan karyawan. Bahkan kebangkrutan sering memaksa suatu perusahaan melikuidasi atau menjual hartanya dengan harga dibawah harga seandainya perusahaan beroprasi. Biaya yang terkait dengan kebangkrutan, yaitu: 1) profitabilitas terjadinya, 2) biaya-biaya yang timbul bila kesulitan keuangan akan muncul. Perusahaan yang labanya lebih labil, bila semua hal lain sama, mengadapi biaya kebangkrutan yang lebih besar sehingga harus lebih sedikit hutang daripada perusahaan yang stabil (Brigham dan Houston, 2001).

  Teori trade-off dari laverage adalah teori yang menjelaskan bahwa struktur modal yang optimal ditemukan dengan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan hutang (perlakukan pajak perseroan yang menguntungkan) dengan suku bunga dan kebangkrutan yang lebih tinggi (Brigham dan Houston, 2001). Biaya dari hutang dihasilkan dari 1) peningkatan kemungkinan kebangkrutan yang disebabkan oleh kewajiban hutang yang tergantung pada risiko bisnis dan risiko keuangan, 2) biaya agen dan pengendalian tindakan perusahaan, 3) biaya yang berkaitan dengan manajer yang mempunyai informasi yang lebih banyak tentang prospek perusahaan daripada investor (Sriwardany, 2006).

  Jika pendekatan Modigliani dan Miller dalam kodisi ada pajak penghasilan perusahaan, maka nilai perusahaan akan meningkat terus karena penggunaan hutang yang semakin besar. Tetapi perlu diingat bahwa bila sekarang dari financial distress dan nilai sekarang adalah agrncy cost dapat mengakibatkan menurunnya nilai perusahaan yang memiliki laverage (Sartono, 2001).

  Trade-off theory menjelaskan bahwa jika posisi struktur modal berada di bawah titik optimal maka setiap penambahan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan. Sebaliknya, setiap jika posisi struktur modal berada di atas titik optimal maka setiap penambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan. Oleh karena itu, dengan asumsi titik target struktur modal optimal belum tercapai, maka berdasarkan trade-off theory memprediksi adanya hubungan yang positif terhadap nilai perusahaan.

  Solihah dan Taswan (2002) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Driffield et al (2007) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan untuk struktur kepemilikan terhadap leverage (DAR) dan nilai perusahaan (Tobin’Q) di Indonesia, Korea, Malaysia, dan tidak signifikan di Thailand. Penelitian yang dilakukan Syarif (2007) menemukan bahwa peningkatan hutang mampu meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan penelitian dengan hasil yang berbeda dilakukan oleh Arijit (2008) menunjukkan bahwa penggunaan laverage ternyata berdampak negatif terhadap kesempatan peningkatan nilai perusahaan di masa yang akan datang.

  Ekayana (2007) dan Sujoko dan Soebiantoro (2007) yang menemukan bahwa kebijakan hutang yang diukur dengan debt to equity ratio (DER) dan ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset berpengaruh positif dan signifikan terhadap price book value (PBV). Sedangkan Chen (2002) menemukan bahwa struktur modal berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, Chen juga membuktikan bahwa nilai perusahaan akan meningkat jika perusahaan memilih tidak ada hutang pada struktur modal pada perusahaan Belanda.

2.1.9 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan.

  Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungaanya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaanya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena penggunaan hutang mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi. Potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya penelitian dan pengembangan. Semakin besar RD cost-nya maka berarti ada prospek perusahaan untuk tumbuh (Sartono, 2001).

  Kallapur dan Trombley (1999) Realisasi pertumbuhan perusahaan diukur dengan nilai pertumbuhan perusahaan yang meliputi pertumbuhan aktiva dan ekuitas. Aktiva perusahaan menunjukkan keputusan pengunaan dana atau keputusan investasi pada masa lalu. Aktiva didefinisikan sebagai sumber daya yang mempunyai potensi memberikan manfaat ekonomis pada perusahaan dimasa yang akan datang. Sumber daya yang mampu menghasilkan aliran kas masuk (cash inflow) atau mengurangi kemampuan kas keluar (cash outflow) bisa disebut sebagai aktiva. Sumber daya tersebut akan diakui sebagai aktiva perusahaan memperoleh hak penggunaan aktiva tersebut sebagai hasil transaksi atau pertukaran pada masa lalu dan manfaat ekonomis masa mendatang bisa diukur, dikuanlifikasikan dengan tingkat ketepatan yang memadai.

  Pertumbuhan adalah dampak atas arus dana perusahaan dari perubahan operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan atau penurunan volume usaha

  (Helfert, 1997). Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi perkembangan perusahaan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, dan investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) dari investasi yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik.

  Stulz (1990) menemukan bukti bahwa perusahaan yang menghadapi kesempatan pertumbuhan yang rendah, maka rasio hutang berhubungan secara positif dengan nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang menghadapi kesempatan pertumbuhan yang tinggi, maka rasio hutang berhubungan secara Stulz (1990) menemukan bukti bahwa perusahaan yang menghadapi kesempatan pertumbuhan yang rendah, maka rasio hutang berhubungan secara positif dengan nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang menghadapi kesempatan pertumbuhan yang tinggi, maka rasio hutang berhubungan secara

2.1.10 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan.

  Dari sudut pandang investor, meramalkan masa depan adalah hakikat dari analisis laporan keuangan sedangkan sudut padang manajemen, analisis laporan keuangan akan bermanfaat baik untuk membantu mengantisipasi konsisi-kondisi

  di masa depan maupun, yang lebih penting lagi, sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan langkah-langkah akan meningkatkan kinerja perusahaan di masa mendatang

  Jika manajemen ingin memaksimalkan nilai sebuah perusahaan, maka harus mengambil keuntungan dari kekuatan-kekuatan perusahaan dan memperbaiki kelemahan-kelmahannya. Analisis laporan keuangan akan melibatkan membandingkan kinerja perusahaan dengan kinerja perusahaan- perusahaan lain dalam industri yang sama dan mengevaluasi tren posisi keuangan dari waktu ke waktu. Studi-studi ini akan membantu manajemen Jika manajemen ingin memaksimalkan nilai sebuah perusahaan, maka harus mengambil keuntungan dari kekuatan-kekuatan perusahaan dan memperbaiki kelemahan-kelmahannya. Analisis laporan keuangan akan melibatkan membandingkan kinerja perusahaan dengan kinerja perusahaan- perusahaan lain dalam industri yang sama dan mengevaluasi tren posisi keuangan dari waktu ke waktu. Studi-studi ini akan membantu manajemen

  Profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Robert (1997) mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas atau rasio rantabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan return on equity merupakan rasio yang sangat penting bagi pemilik perusahaan (the common stockholder), karena rasio ini menunjukkan tingkat kembalian yang dihasilkan oleh manajemen dari modal yang disediakan oleh pemilik perusahaan. Dengan kata lain, ROE menunjukkan keuntungan yang akan dinikmati oleh pemilik saham. Adanya pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik karena berarti adanya potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hal ini ditangkap oleh investor sebagai sinyal positif dari perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk saham. Apabila terdapat kenaikkan permintaan saham suatu perusahaan, maka secara tidak langsung akan menaikkan harga saham tersebut di pasar modal.

  Penelitian yang dilakukan oleh Yuniasih dan Wirakusuma (2006) menemukan bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan return on asset berpengaruh positif secara statistis terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang lain yang mendukung adalah Sari (2005) membuktikan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan adalah kepemilikan manajerial, rasio Penelitian yang dilakukan oleh Yuniasih dan Wirakusuma (2006) menemukan bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan return on asset berpengaruh positif secara statistis terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang lain yang mendukung adalah Sari (2005) membuktikan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan adalah kepemilikan manajerial, rasio

  

  bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan sedangkan ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

  Pemilik sebuah perusahaan mungkin dapat mempergunakan hutang yang berjumlah relatif besar untuk mambatasi manajernya. Rasio hutang yang tinggi akan meningkatkan ancaman kebangkrutan untuk menjadi lebih berhati-hati dan tidak menghambur-hamburkan uang para pemegang saham. Kebanyakan pengambilalihan perusahaan dan pembelian melalui hutang dirancang untuk meningkatkan efisiensi dengan mengurangi arus kas bebas yang tersedia bagi para manajer (Brigham Houston, 2004). Pembelanjaan yang dilakukan oleh manajemen keuangan akan membentuk struktur keuangan yang dapat menunjukkan kompensasi perbandingan sumber dana perusahaan dalam membiayayai operasioal perusahaan. Bagi setiap perusahaan, keputusan dalam pemilihan sumber dana merupakan hal penting sebab hal tersebut akan mempengaruhi struktur keuangan perusahaan, yang akhirnya akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Sumber dana perusahaan dicerminkan oleh modal asing dan modal sendiri yang diukur dengan debt to equity ratio (DER). Jika DER semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk mendapatkan profitabilitas akan semakin rendah, sehingga DER mempunyai hubungan negatif dengan profitabilitas yang diukur dengan return on equity (ROE).

  Teori struktur modal bertujuan memberikan landasan berpikir untuk mengetahui struktur modal yang optimal. Suatu struktur modal dikatakan optimal apabila dengan tingkat risiko tertentu dapat memberikan nilai perusahaan yang maksimal. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau pemegang saham. Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan (Husnan,1998).

  Keputusan struktur modal dalam perusahaan merupakan hal yang penting. Pentingnya struktur modal ini karena adanya pilihan kebutuhan antara memaksimalkan return (meminimalkan biaya modal) dengan kemampuan

  perusahaan dalam menghadapi lingkungan bisnis yang kompetitif. Pada umumnya, suatu perusahaan dapat memilih alternatif struktur modal. Persoalannya adalah apakah perusahaan menggunakan hutang yang besar atau hanya menggunakan hutang yang sangat kecil. Nilai perusahaan adalah sama dengan nilai pasar saham ditambah pasar hutang. Apabila besarnya nilai saham akan meningkatkan nilai perusahaan. Apabila hutang berubah, maka srtuktur modal akan berubah pula. Perubahan dalam struktur modal akan menguntungkan bagi pemegang saham, jika nilai perusahaan meningkat.

  Model trade-off mengasumsikan bahwa struktur modal perusahaan merupakan hasil trade-off dari keuntungan pajak dengan menggunakan hutang dengan biaya yang akan timbul sebagai akibat penggunaan hutang tersebut. Esensi Model trade-off mengasumsikan bahwa struktur modal perusahaan merupakan hasil trade-off dari keuntungan pajak dengan menggunakan hutang dengan biaya yang akan timbul sebagai akibat penggunaan hutang tersebut. Esensi

  lebih besar, tambahan hutang masih diperkenankan. Apabila pengorbanan karena penggunaan hutang sudah lebih besar, maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan.

  Berbagai penelitian juga telah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara struktur modal dengan PBV yaitu penelitian yang dilakukan oleh Masdar Mas’ud (2008) dan Taswan (2003) dalam hasil penelitiannya mengemukakan bahwa debt to equity ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap price book value.

  Profitabilitas adalah kemampuan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Pertumbuhan mempengaruhi profitabilitas, melalui aset yang dimiliki sehingga berpengaruh terhadap produktivitas dan efesiensi perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada profitabilitas.

  Pertumbuhan adalah dampak atas arus dana perusahaan dari perubahan operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan atau penurunan volume usaha (Helfert, 1997). Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi perkembangan perusahaan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, dan investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) dari Pertumbuhan adalah dampak atas arus dana perusahaan dari perubahan operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan atau penurunan volume usaha (Helfert, 1997). Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi perkembangan perusahaan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, dan investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) dari

  Perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus banyak mengandalkan modal eksternal. Biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada biaya penerbitan surat hutang yang mendorong perusahaan untuk lebih banyak menghandalkan hutang. Shin dan Stulz (2000) dalam penelitian menunjukkan hasil hubungan negatif antara perubahan total equity risk terhadap nilai perusahaan, yang berarti bahwa dengan adanya kesempatan pertumbuhan pada perusahaan kecil akan mengurangi dampak yang merugikan dan peningkatan risiko terhadap nilai perusahaan. Hubungan positif antara total equity risk terhadap nilai perusahaan, yang berarti bahwa dengan adanya kesempatan pertumbuhan pada perusahaan besar makan perusahaan tersebut dengan mudah akses ke pasar modal dan skala ekonomi dari risiko manajemen.

  Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu peralatan tertentu, berupa alat analisis. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Laporan keuangan akan melaporkan posisi perusahaan pada suatu titik tertentu maupun operasinya selama suatu periode di masa lalu. Akan tetapi, nilai sebenarnya dari laporan keuangan terletak pada kenyataan bahwa laporan tersebut dapat digunakan untuk membantu meramalkan keuntungan dan deviden di masa depan.

  Return on equity (ROE) digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas dari ekuitas. Semakin besar hasil ROE maka kinerja perusahaan semakin baik.

  Return on equity (ROE) atau yang sering disebut juga return on common equity sering diterjemahkan sebagai rentabilitas saham sendiri (rentabilitas modal

  saham). Investor yang akan membeli saham akan tertarik dengan return on equity atau bagian dari total profitabilitas yang bisa dialokasikan ke pemegang saham. Oleh karena itu semakin tinggi ROE maka akan semakin tinggi juga price book value sebagai ukuran dari nilai perusahaan. Return on equity merupakan rasio yang sangat penting bagi pemilik perusahaan (the common stockholder). Adanya pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik karena berarti adanya potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk saham. Apabila terdapat kenaikkan permintaan saham suatu perusahaan, maka secara tidak langsung akan menaikkan harga saham tersebut di pasar modal (Irawan, 1996). Penelitian yang dilakukan oleh Wirawati (2008) menunjukkan bahwa variabel return on equity (ROE), berpengaruh positif dan signifikan terhadap PBV.

3.2 Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

  Struktur Modal (X1)

  H1 H3

  Profitabilitas

  H5 Nilai Perusahaan

  Pertumbuhan Perusahaan (X2)

  Gambar 3.1 Kerangkan Konseptual

3.3 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian emperik yang telah dilakukan sebelumnya, maka hipotesis untuk penelitian ini sebagai berikut:

  1) Struktur modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?

  2) Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?

  3) Struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?

  4) Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?

  5) Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian

4.1.1 Rancangan Penelitian

  Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas dimana terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan dalam penelitian ini merupakan hubungan kausal yaitu sebab akibat, diamana ada variabel eksogen (bebas) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel endogen (terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi

4.1.2 Lingkup Penelitian

  Lokasi penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan pengambilan data melalui ICMD (Indonesian capital market directory) Tahun 2006-2009, dan situs internet : (www.idx.co.id).

4.2 Variabel Penelitian

4.2.1 Identifikasi Variabel

  Identifikasi variabel perlu dilakukan untuk memberikan gambaran dan acuan dalam penelitian. Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan, variabel-variabel dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

  1) Variabel eksogen Variabel-variabel eksogen dalam model jalur ialah semua variabel yang tidak ada penyebab-penyebab eksplisitnya atau dalam diagram tidak ada anak-anak panah menuju ke arahnya, selain pada bagian kesalahan pengukuran, (Sarwono Suhayati, 2010). Dalam penelitian ini yang dijadikan variabel eksogen adalah: Struktur Modal (X1) dan Pertumbuhan Perusahaan (X2) .

  2) Variabel endogen Variabel endogen adalah variabel yang mempunyai anak panah menuju kearah variabel tersebut. Variabel yang mancangkup di dalamnya adalah mencangkup variabel perantara dan tergantungterikat. Variabel perantara endogen mempunyai anak panah yang menuju ke arahnya dan dari arah variabel tersebut dalam suatu model diagram jalur, yang dijadikan variabel perantara adalah profitabilitas (X3). Sedangkan variabel tergantungterikat mempunyai anak panah yang menuju ke arahnya, yang dijadikan variabel tergantungterikat adalah nilai perusahaan (Y). (Sarwono Suhayati, 2010).

4.2.2 Difinisi Operasional Variabel

  Dalam penelitian ini, operasional variabel didifinisikan sebagi berikut:

  1) Nilai Perusahaan (Y) Nilai perusahaan diukur dengan price book value (PBV) adalah rasio antara harga perlembar saham dengan nilai buku perlembar saham pada 1) Nilai Perusahaan (Y) Nilai perusahaan diukur dengan price book value (PBV) adalah rasio antara harga perlembar saham dengan nilai buku perlembar saham pada

  Harga per lembar saham

  PBV =

  X 100 … … … … … … . . … … … (3.1)

  Nilai buku per lembar saham

  2) Struktur Modal (X1) Struktur modal diukur dengan debt to equity ratio (DER) adalah perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan total ekuitas perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2006-2009. Satuan pengukuran DER adalah dalam persentase.

  Total Debt

  DER = Total Equity X 100 … … … … … … … … … … … … … … … … … (3.2)

  3) Pertumbuhan Perusahaan (X2)

  Pertumbuhan perusahaan diukur dengan menggunakan perubahan total aktiva. Pertumbuhan aktiva adalah selisih total aktiva yang dimiliki perusahaan pada periode sekarang dengan periode sebelumnya terhadap total aktiva periode sebelumnya pada perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2006-2009. Satuan pengukuran perubahan total aktiva dalam persentase.

  Total aktiva t - Total aktiva t-1

  Perubahan total aktiva =

  X 100 … … … (3.3)

  Total aktiva t-1

  4) Profitabilitas (X3) Profitabilitas diukur dengan return on equity (ROE) adalah rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap penyertaan modal sendiri pada perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2006-2009. ROE menunjukkan seberapa banyak perusahaan yang telah memperoleh dana atas dana yang diinvestasikan oleh pemegang saham. Satuan pengukuran ROE adalah dalam persentase:

  Laba setelah pajak (EAT)

  ROE =

  X 100 … … … … … … … … … … … … (3.4)

  Modal sendiri

4.3 Prosedur Pengumpulan Data

4.3.1 Jenis Data

  Data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. Data sekunder dalam penelitian ini berupa debt to equity ratio (DER), pertumbuhan aset, return on equity (ROE), dan price book value (PBV), dimana data-data tersebut bersumber dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang listing di BEI periode tahun 2006-2009 yang termuat dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2008 dan 2010.

4.3.2 Populasi dan Sampel

  Populasi adalah kumpulan semua anggota dari obyek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bura Efek Indonesia sesuai publikasi Indonesian capital market directory (ICMD). Pemilihan sampel perusahaan manufaktur karena perusahaan manufaktur merupakan perusahaan terbanyak di Bursa Efek Indonesia. Jumlah populasi sebanyak 151 perusahaan manufaktur.

  Sedangkan sampel adalah sekumpulan sebagian anggota dari obyek yang diteliti. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling jenis judgement sampling yaitu sampel dipilih dengan menggunakan pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian atau masalah penelitian yang dikembangkan (Ferdinand, 2006). Kriteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

  1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan pengklasifikasian ICMD (Indonesian capital market directory) tahun 2006-2009.

  2) Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan secara lengkap dari tahun 2006-2009 berturut-turut.

  3) Perusahaan manufaktur yang memiliki nilai perubahan aktiva yang positif pada periode penelitian tahun 2005-2009.

  Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut maka jumlah sampel dari penelitian ini dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini:

  Tabel 4.1 Proses Pengambilan Sampel

  No

  Karakteristik Sampel

  Ket

  1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

  dengan pengklasifikasian ICMD (Indonesian capital market directory) Tahun 2006-2009

  2 Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan

  keuangan secara lengkap dari Tahun 2006-2009.

  3 Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki nilai perubahan

  aktiva yang positif Tahun 2006-2009. Jumlah Sampel Penelitian (Perusahaan Manufaktur)

  Sumber : Indonesian Capital Market Directory Tahun 2006-2009

  Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah sampel dari penelitian ini adalah sebanyak 27 perusahaan. Adapun nama-nama perusahaan yang menjadi sampel dari penelitian ini sebanyak 27 perusahaan ditunjukkan dalam Tabel 4.2.

4.3.3 Cara Pengumpulan Sampel

  Cara pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang dipublikasikan oleh BEI melalui Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2008 dan 2010 untuk periode Tahun 2006-2009.

4.4 Metode Analisis Data

  Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis penelitian terlihat bahwa hubungan antara variabel yang menjadi fokus penelitian ini secara keseluruhan Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis penelitian terlihat bahwa hubungan antara variabel yang menjadi fokus penelitian ini secara keseluruhan

  Tabel 4.2 Sampel Penelitian Perusahaan Manufaktur Tahun 2006-2009

  PT Aqua Goldel Misisipi

  PT Multipolar

  PT Delta Djakarta

  PT Hexindo Adiperkasa

  PT Fast Food Indonesia

  PT Multistrada Arah Sarana

  PT Indofood Sukses Makmur

  PT Selamat Sempurna

  PT Mayora Indah

  PT United Tractors

  PT Multi Bintang Indonesia

  PT Darya-Varina Laboratoria

  PT SMART

  PT Kimia Farma

  PT Tiga Pilar Sejahtera Food

  PT Merck

  PT Hanjaya Mandala Sampoerna

  PT Pyridam Farma

  PT AKR Corporindo

  PT Tempo Scan Pacific

  PT Dyanaplast

  PT Mandom Indonesia

  PT Semen Gersik

  PT Mustika Ratu

  PT Arwana Citramulia

  PT Unilever Indonesia

  PT Voksel Electric

  Sumber : Indonesian Capital Market Directory Tahun 2006-2009

4.4.1 Analisis Jalur (Path Analysis)

  Model path analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Model path analysis yang dibicarakan adalah pola hubungan sebab akibat atau “a set of hypothesized asymmetric relation among the variables”, (Ridwan Kuncoro, 2008).

4.4.2 Langkah-Langkah Analisis Jalur

  Langkah pertama di dalam analisis jalur adalah merancang model berdasarkan konsep dan teori. Model tersebut juga dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sehingga membentuk sistem persamaan. Sistem persamaan ini ada yang menamakan sistem persamaan simultan atau juga ada yang menyebut model struktural. Mengingat model tersebut dikembangkan untuk menjawab permasalahan penelitian serta berbasis teori dan konsep, maka dinamakan model hipotetik.

  Berdasarkan Gambar 4.1 dibuat sistem persamaan struktural sebagai berikut:

  Sub Struktur 1: X3 = β 1 X 1 +β 2 X 2 +Ɛ 1 … … … … … … … . . … … … … … … … … (3.5)

  Sub Struktur 2: Y = β 3 X 1 +β 4 X 2 +β 5 X 3 +Ɛ 2 … … … … … … … … … … … … … (3.6)

  Keterangan:

  X1 adalah struktur modal

  X2 adalah pertumbuhan perusahaan

  X3 adalah profitabilitas

  Y adalah nilai perusahaan

  β 1 adalah koefisien jalur X1 dengan X3

  β 2 adalah koefisien jalur X2 dengan X3

  β 3 adalah koefisien jalur X1 dengan Y

  β 4 adalah koefisien jalur X2 dengan Y

  β 5 adalah koefisien jalur X3 dengan Y

  Gambar 4.1 Diagram Jalur Mengenai Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan.

  Langkah kedua dari analisis jalur adalah pemeriksaan terhadap asumsi yang melandasi, yaitu sebagai berikut:

  1) Di dalam model analisis jalur, hubungan antaravariabel adalah linier dan aditif. Uji lineritas menggunakan curve fit dan menerapkan prinsip parsimony yaitu bilamana menggunakan curve fit dan menerapkan parsimony, yaitu bilamana seluruh model signifikan atau nonsignifikan berarti dapat dikatakan model berbentuk linier.

  2) Hanya model rekursif dapat dipertimbangkan, yaitu hanya sistem aliran kausal ke satu arah, sedangkan pada model yang mengandung kausal resiprokal tidak dapat dilakukan analisis jalur.

  3) Pengamatan diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan reliabel).

  4) Model yang dianalisis dispensifikasikan (diidentifikasi) dengan benar berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep relevan.

  Langkah ketiga di dalam analisis jalur adalah pemeriksaan validitas suatu kesalahan model. Terdapat indikator validitas model di dalam analisis jalur, yaitu koefisien determinasi total:

  Total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model diukur dengan: R 2

  m =1-

  ….

  … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (3.6)

  Dalam hal ini, interprestasi terhadap R 2

  m sama dengan interprestasi koefisien

  determinasi (R 2 ) pada analisis regresi.

  P ei = yang merupakan standard error of estimate dari model regresi dihitung dengan rumus: P ei = √1 − R … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … … … … … … (3.7)

  Langkah keempat dalam analisis jalur adalah pendugaan parameter atau koefisien path. Perhitungan koefisien pada gambar diagram jalur. Di dalam analsis jalur disamping ada pengaruh langsung juga terdapat pengaruh tidak langsung dan pengaruh total. Koefisien beta dinamakan koefisien jalur merupakan pengaruh langsung, sedangkan pengaruh tidak langsung dilakukan dengan mengalikan koefisien beta dari variabel yang dilalui. Pengaruh total dihitung dengan menjumlahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung.

  Langkah terakhir di dalam analisis jalur adalah dengan melakukan interperstasi hasil analisis, yaitu menentukan jalur-jalur pengaruh yang signifikan dan mengidentifikasi jalur yang pengaruhnya lebih kuat, yaitu dengan membandingkan besarnya koefisien jalur yang terstandar.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Statistik Deskriptif

  Statistik deskriptif memberikan gambaran umum tentang objek penelitian yang dijadikan sampel. Penjelasan data melalui statistik deskriptif diharapkan memberikan gambaran awal tentang masalah yang diteliti. Statistik deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran umum tentang objek penelitian yang dijadikan sampel. Penjelasan data melalui statistik deskriptif diharapkan memberikan gambaran awal tentang masalah yang diteliti. Statistik deskriptif

  Nilai perusahaan yang diukur dengan price book value merupakan rasio harga per lembar saham dengan nilai buku perlembar saham. Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009 sebesar 1.1976 dan standar deviasi sebesar 0.97865 dimana nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya. Kondisi ini menunjukkan tidak adanya fluktuasi nilai perusahaan yang besar pada perusahaan manufaktur yang menjadi sampel. Dalam Tabel 5.1 juga dapat dilihat nilai terendah 0.12 dan nilai tertinggi 5.35. Hal ini menunjukkan sebagian besar perusahaan manufaktur memiliki nilai perusahaan yang positif yang diukur dengan price book value.

  Struktur modal yang diukur dengan debt to equity ratio (DER) merupakan perbandingan antara total utang terhadap modal sendiri. Tabel 5.1 dapat dilihat rata-rata struktur modal pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008 sebesar 19.1669 dan standar deviasi 16.74405, dimana standar deviasinya lebih kecil dari nilai rata-ratanya. Hal ini menunjukkan fluktuasi struktur modal yang kecil pada perusahaan manufaktur yang menjadi sampel. Dalam Tabel 5.1 juga dapat diketahui nilai struktur modal terendah sebesar 0.00 dan nilai tertinggi 82.21. Hal ini menunjukkan sebagian besar perusahaan manufaktur menggunakan hutang sebagai sumber pendanaannya.

  Tabel 5.1

  Statistik Deskriptif Variabel Nilai Perusahaan, Struktur Modal, Pertumbuhan Perusahaan, dan Profitabilitas Sampel Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009.

  Struktur Modal

  Perusahaan Profitabilitas

  Perusahaan Valid N

  (listwise)

  Sumber: Lampiran 13

  Pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan pertumbuhan aset adalah selisih total aktiva yang dimiliki perusahaan periode sekarang dengan periode sebelumnya terhadap total aktiva periode sebelumnya. Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa rata-rata pertumbuhan perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009 sebesar 0.1796 dan standar deviasi sebesar 0.16119, dimana satandar deviasinya lebih kecil dari rata-ratanya. Hal ini menunjukkan fluktuasi nilai pertumbuahan perusahaan yang kecil pada perusahaan manufaktur yang menjadi sampel. Dalam Tabel 5.1 juga dapat Pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan pertumbuhan aset adalah selisih total aktiva yang dimiliki perusahaan periode sekarang dengan periode sebelumnya terhadap total aktiva periode sebelumnya. Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa rata-rata pertumbuhan perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009 sebesar 0.1796 dan standar deviasi sebesar 0.16119, dimana satandar deviasinya lebih kecil dari rata-ratanya. Hal ini menunjukkan fluktuasi nilai pertumbuahan perusahaan yang kecil pada perusahaan manufaktur yang menjadi sampel. Dalam Tabel 5.1 juga dapat

  0.82. Hal ini menunjukkan sebagian besar perusahaan manufaktur mengalami pertumbuhan perusahaan yang positif yang diukur dengan pertumbuhan aset.

  Profitabilitas diukur dengan return on equity (ROE) merupakan hasil pembagian antara laba bersih dengan modal sendiri. Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa rata-rata profitabilitas perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 20006-2009 sebesar 4.0028 dan standar deviasi sebesar 5.12940 dimana nilai standar deviasinya lebih besar dari nilai rata-ratanya. Hal ini menunjukkan fluktuasi frofitabilitas yang besar pada perusahaan manufaktur yang menjadi sampel. Dalam Tabel 5.1 juga dapat diketahui nilai profitabilitas terendah sebesar 0.01 dan tertinggi sebesar 35.45, kondisi tersebut menunjukkan sebagian besar perusahaan menufaktur memiliki nilai profitabilitas yang posotof yang diukur dengan return on equity.

5.2 Hasil Penelitian

  Guna memperjelas dan mempermudah dalam memahami hasil penelitian ini, langkah pertama di dalam analisis jalur adalah merancang model berdasarkan konsep dan teori. Model tersebut dinyatakan dalam bentuk persamaan. Selanjutnya mengevaluasi terhadap pemenuhan asumsi analisis jalur:

  5) Di dalam model analisis jalur, hubungan antaravariabel adalah linier dan aditif. Uji lineritas menggunakan curve fit dan menerapkan prinsip 5) Di dalam model analisis jalur, hubungan antaravariabel adalah linier dan aditif. Uji lineritas menggunakan curve fit dan menerapkan prinsip

  6) Hanya model rekursif dapat dipertimbangkan, yaitu hanya sistem aliran kausal ke satu arah, sedangkan pada model yang mengandung kausal resiprokal tidak dapat dilakukan analisis jalur.

  7) Pengamatan diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan reliabel).

  8) Model yang dianalisis dispensifikasikan (diidentifikasi) dengan benar berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep relevan.

5.2.1 Evaluasi Terhadap Pemenuhan Asumsi Analisis Jalur

  Pemeriksaan terhadap pemenuhan asumsi yang melandasi analisis jalur perlu dilakukan agar hasilnya memuaskan. Asumsi yang melandasi analisis jalur adalah:

  1) Di dalam model analisis jalur hubungan antara variabel adalah linier dan aditif. Uji lineritas menggunakan curve fit dan menerapkan prinsip parsimony¸yaitu bilamana seluruh model signifikan atau nonsignifikan, berarti dapat ditetapkan seluruh model berbentuk linier. Berdasarkan olahan data seperti ditampilkan pada Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa semua hubungan ataravariabel penelitian menunjukkan hubungan linier. Oleh karena itu, model analisi yang dibuat layak untuk diterapkan.

  2) Hanya model rekursif dapat dipertimbangkan, seperti yang disajikan pada Gambar 4.1 bahwa model yang dibuat hanya sistem aliran kausal ke satu arah, tidak bolak-balik sehingga analisis jalur layak diterapkan.

  Tabel 5.2 Ringkasan Model Linier

  Hubungan 2 R F df1

  df2

  P.Value Keterangan

  hitung

  X1→X3

  X2→X3

  Sumber: Lampiran 14, 15, 16, 17 dan 18

  Keterangan:

  X1 adalah struktur modal

  X2 adalah pertumbuhan perusahaan

  X3 adalah profitabilitas

  Y adalah nilai perusahaan

  3) Ukuran variabel endogen dan eksogen yang dianalisis berskala rasio. Oleh karena itu, analisis jalur layak digunakan dalam penelitian ini.

  4) Model yang dianalisis diidentifikasi dengan benar berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep yang relevan (Bab II dan III).

5.2.2 Evaluasi Terhadap Validitas Model

  Dalam menguji validitas model di dalam analisis jalur digunakan koefisien determinasi total, diukur dengan:

  P

  e1 2 = √1 − R

  = √1 − 0.369

  P 2 e2 = √1 − R

  = √1 − 0.429

  R 2

  m =1-(

  Koefisien determinasi total persamaan struktural dari model penelitian sesuai

  dengan perhitungan diperoleh nilai R 2 m = 0.875. Koefisien determinasi total

  sebesar 0.875 mempunyai arti bahwa sebesar 87.5 persen informasi yang terkandung dapat dijelaskan oleh model yang dibentuk, sedangkan sisanya, yaitu

  12.5 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model yang dibentuk. P ei

  merupakan standard error of estimate dari model regresi, P e1 sebesar 0.631 dan

  P e2 sebesar 0.571

5.2.3 Hasil Analisis Regresi

  Berdasarkan hasil olahan data regresi dapat diringkas koefisien jalur yang ditampilkan pada Tabel 5.3.

  Tabel 5.3 Ringkasan Koefisien Jalur

  Regresi

  Koef. Reg

  t hitung P. Value

  Keterangan

  Standar

  d Erorr

  X1→X3

  X2→X3

Sumber: Lampiran 19 dan 20 Data Diolah

  Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dijelaskan bahwa struktur modal (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (X3). Sedangkan pertumbuhan perusahaan (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (X3).

  Variabel struktur modal (X1), pertumbuhan perusahaan (X2), dan profitabilitas (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan (Y). Berdasarkan ringkasan koefisien jalur pada Tabel 5.2 dapat dibuat diagram jalur seperti pada Gambar 5.1 berikut:

  Struktur Modal (X1)

  Ɛ Profitabilitas

  Perusahaan (Y)

  Perusahaan (X2)

  Gambar 5.1. Hasil Koefisien Diagram Jalur.

  Persamaan struktural untuk model tersebut adalah:

  Sub Struktur 1: X3 = 0.552 X 1 + 0.217 X 2 +Ɛ 1……………………………………………… (5.1)

  Sub Struktur 2: Y = 0.205 X 1 + 0.200 X 2 + 0.440 X 3 +Ɛ 2……………………………….. (5.2)

  Pada Gambar 5.1 merupakan koefisien hubungan langsung antar variabel. Pengaruh struktur modal (X1) terhadap profitabilitas (X3) positif dan signifikan sebesar 0.552, sedangkan pengaruh pertumbuhan perusahaan (X2) terhadap profitabilitas (X3) positif dan signifikan sebesar 0.217. Berdasarkan Gambar 5.1 dapat dihitung hubungan tidak langsung dan total seperti Tabel 5.4.

  Tabel 5.4

  Koefisien hubungan langsung, tidak langsung dan total antar variabel.

  Variabe

  X1 X2 X3

  l

  PL

  PTL

  PT

  PL

  PTL

  PT

  PL PTL PT

  X2 - X3 0.552

Sumber: Lampiran 14 dan 15 Data Diolah

  Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dijelaskan bahwa pengaruh langsung (PL) variabel struktrur modal (X1) terhadap profitabilitas (X3) adalah 0.552. Tidak ada pengaruh tidak langsung (PTL) di antara variabel tersebut, sehingga pengaruh totalnya (PT) tetap sebesar 0.552. Sedangkan pengaruh langsung (PL) pertumbuhan perusahaan (X2) terhadap profitabilitas (X3) sebesar 0.217 dan pengaruh totalnya (PT) 0.217.

  Pengaruh langsung (PL) struktur modal (X1) terhadap variabel nilai perusahaan (Y) adalah 0.205. Pengaruh tidak langsung (PTL) struktur modal (X1) terhadap nilai perusahaan (Y) melalui profitabilitas (X3) diperoleh dari (b1 x b5) yaitu (0.552 x 0.440) = 0.242. Sehingga pengaruh total (PT) struktur modal (X1) terhadap nilai perusahaan (Y) adalah (0.205 + 0.242) = 0.447.

  Pengaruh langsung (PL) pertumbuhan perusahaan (X2) terhadap nilai perusahaan (Y) adalah 0.200, pengaruh tidak langsung (PTL) pertumbuhan perusahaan (X2) terhadap nilai perusahaan (Y) melalui profitabilitas (X3) diperoleh dari (b2 x b5) yaitu (0.217 x 0.440) = 0.095. Sehingga pengaruh total (PT) pertumbuhan perusahaan (X2 terhadap nilai perusahaan (Y) adalah (0.200 + 0.095) = 0.295.

  Pengaruh langsung (PL) profitabilitas (X3) terhadap nilai perusahaan (Y) adalah 0.440. Tidak adanya pengaruh tidak langsung (PTL) di antara variabel tersebut, sehingga pengaruh totalnya (PT) tetap sebesar 0.440.

5.2.4 Pengujian Hipotesis

  Pengujian hipotesis menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat.

  1) Uji Hipotesis Pertama H1: Struktur modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas. Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa koefisien regresi dari struktur modal terhadap profitabilitas adalah sebesar 0.552 dengan taraf signifikansi 0.000<0.050. Hasil penelitian ini menolak hipotesis pertama atau struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2006-2009.

  2) Uji Hipotesis Kedua H2: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa koefisien regresi dari pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas adalah sebesar 0.217 dengan taraf signifikansi 0.006<0.050. Hasil penelitian ini menerima hipotesis kedua atau pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan 2) Uji Hipotesis Kedua H2: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa koefisien regresi dari pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas adalah sebesar 0.217 dengan taraf signifikansi 0.006<0.050. Hasil penelitian ini menerima hipotesis kedua atau pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan

  3) Uji Hipotesis Ketiga H3: Struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa koefisien regresi dari struktur modal terhadap nilai perusahaan adalah sebesar 0.205 dengan taraf signifikansi 0.026<0.050. Hasil penelitian ini menerima hipotesis ketiga atau struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2006-2009.

  4) Uji Hipotesis Keempat H4: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa koefisien regresi dari pertumbuhan perusahaan terhadap nilai perusahaan adalah sebesar 0.200 dengan taraf signifikansi 0.011<0.050. Hasil penelitian ini menerima hipotesis keempat atau pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2006-2009.

  5) Uji Hipotesis Kelima H5: Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan

  Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa koefisien regresi dari profitabilitas terhadap nilai perusahaan adalah sebesar 0.440 dengan taraf signifikansi 0.000<0.050. Hasil penelitian ini menerima hipotesis kelima atau profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2006-2009.

5.3 Pembahasan

5.3.1 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas.

  Hasil pengujian hipotesis pertama diperoleh bahwa struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2006-2009.

  Bagi setiap perusahaan, keputusan dalam pemilihan sumber dana merupakan hal penting sebab hal tersebut akan mempengaruhi struktur keuangan perusahaan, yang akhirnya akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Sumber dana perusahaan dicerminkan oleh modal asing dan modal sendiri yang diukur dengan debt to equity ratio (DER). Jika DER semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk mendapatkan profitabilitas akan semakin rendah, sehingga DER mempunyai hubungan negatif dengan profitabilitas.

  Struktur modal merupakan kombinasi utang dan ekuitas dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan. Kombinasi yang tepat antara utang dan ekuitas diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas. Struktur modal dalam Struktur modal merupakan kombinasi utang dan ekuitas dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan. Kombinasi yang tepat antara utang dan ekuitas diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas. Struktur modal dalam

  Hasil temuan ini didukung oleh Soliha Taswan (2002), semakin tinggi proporsi utang maka akan semakin tinggi nilai perusahaan yang dilihat dari laba yang diperolehnya, namun pada titik tertentu peningkatan utang akan menurunkan nilai perusahaan kerena manfaat yang diperoleh dari penggunaan utang lebih kecil dari biaya yang ditimbulkan.

  Hasil temuan ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Myers (1984) yang menemukan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi cendrung diakibatkan karena mengambil utang lebih sediki, dan Kusumasari et al (2009) yang menyatakan bahwa struktur modal berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja keuangan.

5.3.2 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Profitabilitas

  Hasil pengujian hipotesis kedua diperoleh bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2006-2009.

  Pertumbuhan aset pada penelitian ini diukur dengan menggunakan proporsi peningkatan dan penurunan total aset perusahaan. Hasil pengujian yang memiliki arah positif berarti bahwa peningkatan pertumbuhan perusahaan yang diukur melalui pertumbuhan aset akan meningkatkan profitabilitas secara signifikan. Penelitian ini didukung dengan penelitian Haruman (2007) yang menunjukkan investasi yang tingggi merupakan sinyal pertumbuhan di masa yang akan datang. Sinyal tersebut dianggap investor sebagai good news yang nantinya akan mempengaruhi persepsi investor terhadap kinerja keuangan perusahaan yang akhirnya akan mempengaruhi nilai perusahaan.

5.3.3 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan

  Hasil pengujian hipotesis ketiga diperoleh bahwa struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2006-2009.

  Berdasarkan teori trade-off, apabila posisi struktur modal berada di atas target struktur modal optimalnya, maka setiap pertambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan. Penentuan target struktur modal optimal adalah salah satu dari tugas utama manajemen perusahaan. Struktur modal adalah Berdasarkan teori trade-off, apabila posisi struktur modal berada di atas target struktur modal optimalnya, maka setiap pertambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan. Penentuan target struktur modal optimal adalah salah satu dari tugas utama manajemen perusahaan. Struktur modal adalah

  

  Hasil penelitian ini menemukan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, temuan ini didukung oleh tradeoff theory yang menyatakan bahwa (dengan asumsi titik target struktur modal yang belum optimal) peningkatan rasio utang pada stuktur modal akan meningkatkan nilai perusahaan. Hasil temuan ini juga konsisten dengan Hasnawati (2005), yang menyatakan secara parsial keputusan pendanaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil temuan ini berbeda dengan Sriwardany (2006), yang menyatakan bahwa struktur modal mempunyai pengaruh negatif terhadap harga perubahan saham, yang memberi arti bahwa kebijakan struktur modal perusahaan yang lebih banyak menggunakan utang maka akan terjadi penurunan harga saham.

5.3.4 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan

  Hasil pengujian hipotesis keempat diperoleh bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2006-2009.

  Pertumbuhan adalah dampak atas arus dana perusahaan dari perubahan operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan atau penurunan volume usaha. Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi perkembangan perusahaan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, dan investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) dari investasi yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik. Hasil temuan ini membuktikan bahwa pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap nilai perusahaan berpengaruh positif dan signifikan.

  Hasil temuan ini didukung oleh Stulz (1990) menemukan bukti bahwa perusahaan yang menghadapi kesempatan pertumbuhan yang rendah, maka rasio utang berhubungan secara positif dengan nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang menghadapi kesempatan pertumbuhan yang tinggi, maka rasio utang berhubungan secara negatif dengan nilai perusahaan. Oleh karena itu, pengaruh utang terhadap nilai perusahaan sangat tergantung pada keberadaan kesempatan pertumbuhan. Sriwardany (2006) yang menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan mempunyai positif terhadap perubahan harga saham pada perusahaan. Hasil temuan berbeda oleh Safrida (2008) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan negatif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

5.3.5 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan

  Hasil pengujian hipotesis kelima diperoleh bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2006-2009.

  Profitabilitas yang diukur dengan return on equity atau sering disebut juga return on common equity sering diterjemahkan sebagai rentabilitas saham sendiri (rentabilitas modal saham). Investor akan membeli saham saham dan akan tertarik dengan return on equity atau bagian dari total profitabilitas ke pemegang saham. Oleh karena itu semakin tinggi ROE maka semakin tinggi juga price book value sebagai ukuran dari nilai perusahaan.

  Return on equity (ROE) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih untuk pengembalian ekuitas pemegang saham. ROE merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur profitabilitas dari ekuitas. Semakin besar hasil ROE maka kinerja perusahaan semakin baik. Rasio yang meningkat menunjukkan bahwa kinerja manajemen meningkat dalam mengelola sumber dana pembiayaan operasional secara efektif untuk menghasilkan laba bersih (profitabilitas meningkat). Jadi dapat dikatakan bahwa selain memperhatikan efektivitas manjemen dalam mengelola investasi yang dimiliki perusahaan, investor juga memperhatikan kinerja manajemen yang mampu mengelola sumber dana pembiayaan secara efektif untuk menciptakan laba bersih.

  Hasil temuan ini menyatakan bahwa return on equity (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yang sekaligus mendukung hasil temuan dari Hidayanti (2010) yang membuktikan return on equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap price book value perusahaan manufaktur.

5.4 Implikasi Penelitian

  Terdapat dua implikasi dalam penelitian ini yaitu:

  1) Implikasi teoritis

  Hasil penelitian ini mendukung trade-off theory. Esensi trade-off theory dalam struktur modal adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih besar, tambahan hutang masih diperkenankan. Apabila pengorbanan karena penggunaan hutang sudah lebih besar, maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan. Hasil penelitian ini telah mendukung beberapa penelitian terdahulu antara lain penelitian penelitian dari Ekayana (2007) yang menyatakan bahwa debt to equity ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap price book value. Selanjutnya hasil penelitian ini juga seiring dengan hasil penelitian dari Wirawati (2008) yang mengemukakan bahwa ROE berhubungan positif dan signifikan terhadap PBV.

  Keselarasan temuan penelitian ini dengan pendahulunya, maka model faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan price book value masih cukup konsisten untuk dapat direplikasi untuk obyek Keselarasan temuan penelitian ini dengan pendahulunya, maka model faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan price book value masih cukup konsisten untuk dapat direplikasi untuk obyek

  2) Implikasi praktis

  Hasil penelitian yang menemukan bahwa struktur modal berpangaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan utang jangka panjang berarti akan menaikkan laba bersih perusahaan, kecendrungan peningkatan nilai utang jangka panjang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia guna meningkatkan pengembangan bisnis dan dapat meningkatkan laba.

  Hasil penelitian yang menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, fluktuasi nilai aset berupa peningkatan atau peurunan nilai current asset dan non current asset, akan berpengaruh terhadap rasio tingkat pengembalian aset. Hasil ini juga diartikan bahwa pihak manajemen mengutamakan strategi pertumbuhan khususnya pertumbuhan aset dalam meningkatkan profitabilitas.

  Berdasarkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan price book value, maka sebaiknya perusahaan dalam menentukan struktur modalnya sebagian besar dibiayai dengan hutang. Adanya hutang, perusahaan akan mendapatkan penghematan atas pajak, akan tetapi penggunaan hutang yang Berdasarkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan price book value, maka sebaiknya perusahaan dalam menentukan struktur modalnya sebagian besar dibiayai dengan hutang. Adanya hutang, perusahaan akan mendapatkan penghematan atas pajak, akan tetapi penggunaan hutang yang

  Berdasarkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan memberikan arti bahwa setiap adanya peningkatan aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan merupakan suatu sinyal yang positif bagi investor, pertumbuhan aset yang positif juga memberikan arti bahwa manajemen telah mampu mengelola perusahaan dengan baik.

  Berdasarkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan sehingga perusahaan perlu memperhatikan dan terus meningkatkan ROE dengan cara meningkatkan labanya. Return on equity (ROE) merupakan rasio yang sangat penting bagi pemilik perusahaan (the common stockholder). Pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik karena berarti adanya potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk saham. Apabila terdapat kenaikkan permintaan saham suatu perusahaan, maka secara tidak langsung akan menaikkan harga saham tersebut di pasar modal