Pembaruan Kurikulum di MTs. HM

1. Pembaruan Kurikulum di MTs. HM

  Sebelum memaparkan hasil penelitian ini, peneliti terlebih dahulu akan memaparkan latar belakang pembaruan sistem pendidikan di MHM Lirboyo. Sebagaimana telah diketahui, bahwa metode sistem yang diterapkan di pondok pesantren Lirboyo pada awal berdirinya adalah metode bandongan wethonan dan sorogan. Dari kedua metode ini, pesantren Lirboyo mengembangkan pendidikan sistem klasikal dengan mendirikan MHM. Pendirian MHM tersebut, seperti dijelaskan di atas, adalah karena semakin bertambahnya santri dan kompleksitas materi yang diajarkan.

  Dalam perkembangannya, MHM terus mengadakan pembaruan dan pengembangan pendidikan, baik yang sifatnya kedalam maupun keluar. Hal ini dilakukan, menurut Mudier Tiga MHM, Bapak M. Masruhan sebagai langkah berkelanjutan dalam penyempurnaan sistem pendidikan dan antisipasi atas kendala yang muncul belakangan.

  Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa ide pengembangan kurikulum di MHM Lirboyo didasarkan atas .....

  Berdasarkan fokus masalah pertama pada penelitian ini, maka peneliti akan menguraikan dan menjelaskan hasil penelitian mengenai Pembaruan Kurikulum di MHM Lirboyo. Kemudian akan dilanjutkan dengan fokus penelitian kedua, yaitu Pembaruan Pembelajaran di MHM Lirboyo tingkat Tsanawiyah.

  Penerapan kurikulum di MHM Lirboyo tingkat Tsanawiyah telah mengalami banyak penyempurnaan dari tahun ke tahun. Perubahan kurikulum ajar yang dilakukan di MHM Lirboyo ini dilakukan sebagai bentuk upaya pengembangan kurikulum yang memiliki kesesuaian atau relevansi, baik relevansi yang bersifat ke dalam maupun relevansi ke luar.

  Sebelumnya perlu diingat, bahwa istilah kurikulum di MHM Lirboyo sangat erat kaitannya dengan kitab yang dijadikan pedoman ajar, ibarat dua sisi mata uang. Kitab-kitab tersebut disamping digunakan sebagai buku ajar, sekaligus juga berfungsi sebagai kurikulum pembelajaran. Maka tak jarang ditemukan, santri- santri lebih akrab menyebut dengan nama kitab yang dipelajari, bukannya fan (disiplin ilmu) atau topik permasalahan yang sedang dipelajarinya. 78

  Tercatat dalam buku HSPK bab Pengantar Sejarah MHM, bahwa kurikulum yang ditetapkan pada tahun 1933 M. (bertepatan dengan bulan Muharrom 1353 H.) meliputi ilmu tahid, tajwid, fiqh, nahwu, sharaf dan balaghah dengan menggunakan standar kitab yang disesuaikan berdasarkan tiap-tiap tingkatan.

  Pelajaran tertinggi pada masa itu adalah ilmu balaghah dengan standar kitab al- Jauhar al-Maknun. 79

  Setelah melalui berbagai proses penyempurnaan, akhirnya pada tahun 1947 M. diberlakukan penggunaan kitab Fathul Wahhab (fiqih), ‘Uqudul Juman (Balaghah) dan Jam’ul Jawami’ (Ushul Fiqih). 80 Berlanjut pada tahun 1950 M.

  ditambahkan lagi beberapa disiplin ilmu di MHM Lirboyo, yaitu Ilmu Falak dan Ilmu ‘Arudl. 81 Tercatat pula bahwa terhitung mulai tahun 1983 pada tingkat ‘Aliyah

  diajarkan kitab al-Mahalli (fiqih), Jam’ul Jawami’ (ushul fiqih), al-Jami’u al- Shoghir (hadits), dan Uqudul Juman (balaghah). 82

  Peneliti juga berusaha mengadakan studi dekomentasi terhadap buku-buku HSPK mulai dari awal sampai akhir waktu penelitian ini dilakukan, yaitu buku HSPK tahun ajaran 2014-2015. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami pola pembaruan kurikulum di MHM Lirboyo. Namun sayang, buku HSPK yang ditemukan hanya 17 (tujuh belas) buah, yaitu buku HSPK tahun ajaran 1995-1996, 1999, 2000, 2001, 2001-2002, 2002-2003, 2003-2004, 2005-2006, 2006-2007, 2007-2008, 2008-2009, 2009-2010, 2010-2011, 2011-2012, 2012-2013, 2013- 2014, dan 2014-2015. Walaupun masih jauh dari proporsional, setidaknya buku HSPK yang masih ada tersebut cukup membantu untuk memahami pola pengembangan kurikulum di MHM Lirboyo.

  Sebelum mengetengahkan perubahan-perubahan kurikulum yang terjadi, perlu kiranya peneliti memaparkan kurikululm tahun ajaran 1995-1996 untuk

  79 MHM, HSPK, hlm. x. 80 MHM, HSPK, hlm xi.

  dijadikan titik tolak dari adanya pembaruan kurikulum setelahnya. Adapun kurikulum tahun ajaran 1995-1996 adalah sebagai berikut:

  TABEL 1

DAFTAR MATA PELAJARAN DAN KITAB AJAR

  MTS HM TA. 1995-1996

  Kitab Ajar

  Pelajaran Tafsir

  Jalalain

  Hadits

  Bulughul Marom

  Riyadlus Sholihin

  Tauhid

  Al-Jawahirul

  Kifayatul ‘Awwam Ummul Barohin

  Kalamiyyah

  Fiqih

  Fathul Mu’in

  Nahwu

  Alfiyyah ibnu Malik Alfiyyah

  ibnu -0-

  Qowa’idul I’rob

  Tashilut Thuruqot

  Fiqih Akhlaq

  Ta’limul Muta’allim -0-

  Mawarits -0-

  Uddatul Faridl

  Itmamud Diroyah

  Tafsir

  Manthiq -0-

  Sullamul Munawroq

  Qowa’id

  Faroidul Bahiyyah

  Fiqhiyyah ‘Arudl

  Mandzhumah al- ‘Arudl wa al-Qowafy

  Balaghoh -0-

  Al-Jauhar al-Maknun

  Adapun perubahan kurikulum yang terjadi dalam rentang waktu 19 tahun, yaitu mulai tahun ajaran 1995-1996 sampai tahun ajaran 2014-2015 adalah sebagai berikut:

  TABEL 2

PERUBAHAN KURIKULUM DI MHM LIRBOYO TSANAWIYAH

  TAHUN 1995-2014

HSPK

  Latar

  No. (tahun

  Aspek Perubahan

  Penggantian buku ajar mapel.

  Tauhid kelas III ‘Aliyah dari al- Fajrus Shodiq menjadi Mafahimu Yajibu an Tushohhaha

  Penggantian buku ajar mapel. Sebagai upaya

  Tafsir kelas I-III ‘Aliyah dari sinergis “Jalalain” menjadi “Mukhtashor pemantapan Tafsir Ayat al-Ahkam”

  pemahaman ayat al-Qur’an yang

  terkait hukum dengan fiqih

  Penambahan mapel. di kelas I-III Perlunya santri

  Tsanawiyah: Manaqib A’immah memahami al-Arba’ah (Tarikh)

  siroh (perjalanan hidup)

  ke- empat imam madzhab sebagai

  suri teladan

  Berbicara tentang pembaruan kurikulum di MHM Lirboyo, tentunya tak bisa dilepaskan dari dinamika HSPK. HSPK merupakan akronim dari Hasil Sidang Panitia Kecil yang termanifes dalam bentuk buku HSPK. Buku ini merupakan buku pedoman institusional maupun instruksional dalam proses kependidikan di MHM. Buku HSPK ini berisi hal kurikulum, struktur dan personalia kepengurusan, personalia pengajar, badan otonom di bawah MHM, serta hal penting lainnya yang

  berkaitan dengan manajerial proses belajar mengajar dan administratif di MHM. 83

  Panitia Kecil, atau dalam istilah lain disebut ‘Panitia Ad Hock’, merupakan sebuah badan kepanitiaan yang beranggotakan 16 (enam belas) orang dengan komposisi:

  1. anggota terpilih sebanyak 7 (tujuh) orang; anggota ini terdiri dari masyayikh dzurriyah dan para senior pakar pendidikan di MHM Lirboyo. Anggota ini dipilih secara demokratis dan terbuka oleh segenap dewan pengajar yang dipilih dari draft beberapa kandidat yang sudah ditentukan. Anggota ini lebih difungsikan sebagai dewan pertimbangan dan penasehat dalam mengevaluasi serta merumuskan solusi dari kendala-kendala yang muncul.

  2. 5 orang Mudier, yaitu Mudier ‘Am, Mudier I, II, III dan IV sebagai pimpinan MHM Lirboyo. Anggota ini mutlak masuk dalam keanggotaan panitia HSPK, karena dipandang memahami seluk-beluk perkembangan yang terjadi di internal MHM Lirboyo.

  3. 2 orang bertindak sebagai notulis sekretaris. 84

  Ke-enam belas orang yang tergabung dalam panitia HSPK inilah yang memegang peranan penting dalam merumuskan garis besar kebijakan MHM Lirboyo dalam hal kurikulum, struktur dan personalia kepengurusan, personalia pengajar, badan otonom di bawah MHM, serta hal penting lainnya yang berkaitan dengan manajerial proses belajar mengajar dan administratif di MHM.

  Buku HSPK memiliki peranan yang strategis sebagai tolok ukur dan penentu arah pendidikan salaf di MHM. Bagi MHM, buku HSPK adalah ‘kitab suci’ yang menjadi pedoman dalam melangkah. Buku ini memuat pedoman-pedoman prinsip Buku HSPK memiliki peranan yang strategis sebagai tolok ukur dan penentu arah pendidikan salaf di MHM. Bagi MHM, buku HSPK adalah ‘kitab suci’ yang menjadi pedoman dalam melangkah. Buku ini memuat pedoman-pedoman prinsip

  Secara makro, pelaksanaan HSPK dalam proses KBM di MHM tidak mengalami kendala yang berarti. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari konsistensi dan kegigihan para pengajar dalam menjalankan HSPK secara sungguh-sungguh. Kesungguhan pengajar ini bisa dilihat dari besarnya rasa tanggung jawab mereka dalam mengemban amanah.