Pembaruan Pembelajaran di MTs. HM

2. Pembaruan Pembelajaran di MTs. HM

a. Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas

1) Waktu

  Proses KBM di kelas berarti pengajaran dan pembelajaran yang dilakukan pada jam-jam pokok sekolah. Kegiatan ini dilakukan selama 6 (enam) hari dalam seminggu, selain hari Jum’at, pada jam 19.00-23.00 wis. Pembelajaran dilakukan pada malam hari karena lokal kelas di waktu pagi digunakan KBM untuk siswa Ibtida’iyah dan I’dadiyah. Dalam satu hari KBM di MHM dibagi kedalam 2 (dua) tatap muka, atau lebih dikenal dengan istilah hisshoh (Indonesia: bagian), yaitu hisshoh ula dan hisshoh tsaniyah.

  Proses KBM di MHM Lirboyo menggunakan sistem kwartal, yaitu pergantian periodik kependidikan setiap 3 (tiga bulan), sehingga dalam satu tahun ajaran terdapat 4 (empat) kali kwartal. Adapun untuk sistem tahun ajaran, MHM Lirboyo berpedoman pada tahun Hijriyah. Awal tahun dimulai pada bulan

  Syawwal tanggal 13, dan berakhir pada akhir bulan Rajab. Pembagian waktu kwartal adalah sebagai berikut 85 :

  TABEL 3 PEMBAGIAN KWARTAL

  I 13 Syawwal (awal tahun ajaran Akhir bulan Dzul Hijjah baru)

  II Awal bulan Muharrom

  Akhir bulan Robi’ul Awal

  III

  Awal bulan Robi’us Tsani

  Akhir bulan Jumadal Ula

  IV Awal bulan Jumada as-Tsaniyah Akhir bulan Rajab (akhir

  tahun ajaran)

  Penggunaan sistem kwartal ini ditujukan untuk mempermudah evaluasi KBM per-kwartal, karena rentang waktu KBM tidak terlalu panjang, sehingga cepat untuk diambil tindakan manakala terdapat kekurangan. Disamping itu, setiap pergantian periodik kwartal juga dibarengi dengan rolling Mustahiq dengan Mustahiq yang lain dalam satu tingkatan kelas. Adapun teknisnya sebagai berikut: dalam satu tingkatan kelas dibagi beberapa bagian, masing- masing bagian terdiri dari 3 (tiga) sampai 4 (empat) kelas. Masing-masing kelas berisi 35 – 40 siswa. 86

  Pembagian kelas ke dalam bagian-bagian seperti di atas dapat diilustrasikan sebagai berikut:

  TABEL 4 PEMBAGIAN BAGIAN KELAS

  Jumlah Siswa

  I Tsanawi

  Ketika jatuh tempo perpindahan kwartal, Mustahiq yang mengajar di kelas bagian A-1 dirolling mengajar di kelas A-2, Mustahiq yang semula mengajar di kelas A-2 dirolling mengajar di kelas A-3, begitu seterusnya terjadi rolling ketika terjadi pergantian kwartal.

  Walaupun menggunakan sistem kwartal, namun untuk pelaksanaan ujian tetap diselenggarakan tiap setengah tahun, atau dalam kata lain disebut semester, yang meliputi semester ganjil dan semester genap. Rangkaian ujian semester ganjil meliputi koreksian kitab dan ujian utama, sedangkan rangkaian ujian semester genap meliputi muhafadzhoh, korekian kitab dan ujian utama.

2) Pengajar

  Jalannya proses KBM tentulah tak bisa lepas dari peran pengajar pendidik. Di MHM Lirboyo, pengajar diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Mustahiq dan Munawwib. Secara etimologi, Mustahiq berarti ‘orang yang berhak atas sesuatu’. Sedangkan secara terminologi, Mustahiq adalah pengajar Jalannya proses KBM tentulah tak bisa lepas dari peran pengajar pendidik. Di MHM Lirboyo, pengajar diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Mustahiq dan Munawwib. Secara etimologi, Mustahiq berarti ‘orang yang berhak atas sesuatu’. Sedangkan secara terminologi, Mustahiq adalah pengajar

  dengan istilah ‘Guru Kelas’. Banyaknya mata pelajaran yang diampu Mustahiq secara otomatis menjadikan jam mengajar Mustahiq sangat banyak. Rata-rata

  jam mengajar Mustahiq adalah 5 (lima) hari dalam satu minggu. Bahkan ada yang setiap hari mempunyai jam tatap muka.

  Intensitas tatap muka Mustahiq yang begitu besar berimplikasi pada eratnya jalinan komunikasi antara Mustahiq dan siswa. Inilah yang menjadi alasan kontribusi Mustahiq atas anak didiknya dalam proses pendidikan sangat tinggi. Karena Mustahiq tak hanya mengemban tugas menyampaikan materi ajar belaka, namun juga bertanggung jawab atas baik-buruknya siswa yang dimanajeri olehnya, dzhohiron wa bathinan. Mulai dari menyampaikan dan memahamkan pelajaran, mengontrol dan mengembangkan musyawarah kelas, bertanggung jawab atas kedisiplinan dan keaktifan siswa kelasnya, ketercapaian target belajar dan hafalan, bahkan urusan akhlaq siswa. Dari sini nampak kesesuaian arti harfiyah kata Mustahiq dengan tugasnya, bahwa Mustahiq adalah orang yang berhak –dalam arti bertanggung jawab dan bertugas- atas pendidikan anak asuhnya.

  Mustahiq adalah pengajar yang sering diistilahkan ‘bapak asuh’ dalam perihal pendidikan di pesantren Lirboyo yang secara khusus mendapat tugas

  87 Prosentase pelajaran pokok yang diampu oleh Mustahiq bervariasi nilainya. Pada tingkat Ibtida’iyah, prosentase rata-rata 17 . Pada tingkat Tsanawiyah 17-25 , sedangkan pada tingkat 87 Prosentase pelajaran pokok yang diampu oleh Mustahiq bervariasi nilainya. Pada tingkat Ibtida’iyah, prosentase rata-rata 17 . Pada tingkat Tsanawiyah 17-25 , sedangkan pada tingkat

  setiap tahun Mustahiq juga mengalami ‘kenaikan kelas’ sebagaimana siswa didiknya. Begitu seterusnya sampai tamat kelas III Aliyah. Bahkan ada beberapa

  Mustahiq yang setelah tamat mengulangi mengajar lagi dari bawah, sampai pada akhirnya ia tamat sebagai Mustahiq sebanyak dua kali.

  Sedangkan Munawwib merupakan pengajar di MHM sebagai pendamping Mustahiq yang mengampu mata pelajaran non-pokok, seperti Akhlaq, Tafsir, Hadits, Sejarah, Bahasa, dan lain-lain. Ikatan emosional antara Munawwib dan siswa memang tidak terlalu besar, sekalipun demikian peran Munawwib tentu tak bisa dipandang sebelah mata. Ini dikarenakan sebagian besar Munawwib merupakan pengajar senior atau bahkan masyayikh dan dzurriyah (keluarga kiai) yang pada umumnya merupakan eks. Mustahiq yang telah tamat (rampung mengajar sampai kelas 3 Aliyah).

3) Pengajaran

  Strategi pertama yang dilakukan dalam konteks pembelajaran di MHM Lirboyo Tsanawiyah adalah pembagian siswa ke dalam kelas. Pembagian ini ruti dilaksanakan setiap tahun, tepatnya di awal tahun. Pembagian yang dimaksud adalah pengoplosan (pengacakan secara random) siswa

  ini menggunakan adalah Seperti dijelaskan diatas, pimpinan MHM Lirboyo hanya memberikan pembekalan kepada dewan pengajar berupa fondasi ini menggunakan adalah Seperti dijelaskan diatas, pimpinan MHM Lirboyo hanya memberikan pembekalan kepada dewan pengajar berupa fondasi

  Dalam teknis pengajaran, dewan Mustahiqqin 89 melakukan interpretasi atas kebijakan institusional dan intruksional di HSPK menjadi strategi

  pengajaran praktis. Diantara strategi pengajaran praktis yang dihasilkan adalah batasan materi pelajaran dan hafalan siswa yang harus dicapai dalam tatap muka periode tertentu.

  Terkait dengan metode pengajaran, pimpinan MHM memberikan kepercayaan dan otoritas sepenuhnya kepada para pengajar untuk mengelola, menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran yang akan digunakan oleh mereka sesuai dengan kemampuan dan keyakinannya akan suatu metode pengajaran, serta mempertimbangkan kebutuhan dan situasi-kondisi siswa. Hal ini tercermin dari penjelasan Bapak A. Mutohar bahwa “terkait trik ataupun teknis mengajar tidak secara eksplisit diarahkan oleh pimpinan MHM. Pimpinan MHM dalam hal ini hanya memberikan penekanan fondasi penataan hati dan

  niat dalam motivasi mengabdikan diri sebagai pengajar.” 90 .

  89 Dewan Mustahiqqin adalah perkumpulan mustahiq-mustahiq dalam satu tingkatan kelas. Dewan ini secara rutin mengadakan pertemuan untuk sharing dan membahas segala perkembangan

  yang terjadi di kelasnya masing-masing.

  90 A. Mutohar, wawancara, dewan mustahiq merangkap seksi keamanan MHM Lirboyo, 21

  Hal prinsip yang diketengahkan dalam penyampaian pelajaran adalah agar Mustahiq dan Munawwib menjelaskan materi dengan mencukupkan keterangan yang tertulis di dalam kitab dan dengan gaya penjelasan yang standar. Hal ini dilakukan agar semua siswa dapat menangkap penjelasan yang disampaikan, baik siswa dengan intelegensi tinggi, sedang maupun rendah.

  Pimpinan MHM juga menekankan agar dewan pengajar, baik Mustahiq maupun Munawwib senantiasa mempersiapkan diri dengan matang sebelum memberikan pengajaran, baik dalam hal penguasaan materi dan pengembangannya, maupun strategi pengajaran yang akan dilakukan. Hal ini secara efektif dipatuhi dan dijalankan oleh segenap dewan pengajar.

  Melihat kecendrungan bahwa Mustahiq mempunyai latar belakang dan kualitas individual yang berbeda, hal yang lumrah terjadi adalah beragamnya model pengajaran yang diterapkan Mustahiq. Mustahiq yang hobi ber-bahtsul masa’il misalnya, terlihat cenderung lebih mengarahkan siswa didiknya untuk lebih mengembangkan kegiatan musyawarah dalam kelas. Begitu juga Mustahiq yang hobi membaca literatur umum, terlihat sering berupaya mengorelasikan perkembangan dunia luar dengan materi pelajaran.

  Adapula Mustahiq yang hobi pada mata pelajaran tertentu, terdapat kecendrungan lebih bersemangat untuk mengeleborasi mata pelajaran tersebut. Hal berbeda terjadi sebaliknya, Mustahiq yang kurang menguasai mata pelajaran tertentu cenderung memberikan pengajaran yang sekenanya.

  TABEL 5 PEMBAGIAN ALOKASI WAKTU KBM

  Jam (wis)

  kegiatan

  Penanggung Jawab

  19.00 – 19.30 Lalaran bersama

  Semua

  19.30 – 20.00 Musyawarah

  Tindak

  Lanjut Ro’is

  wis)

  Pendalaman dari hasil musyawarah pada siang hari

  20.00 – 20.30 Memaknai Kitab

  Mustahiq Munawwib

  0 20.30 – 21.00 Penjelasan Materi

  21.00 – 21.30 Istirahat

  Semua

  21.30 – 22.00 Musyawarah

  Tindak

  Lanjut

  Pendalaman dari hasil musyawarah

  KBM

  pada siang hari

  22.00-23.00

  Memaknai dan Penjelasan Materi

  Untuk menunjang pembelajaran utama yang telah dijalankan, pimpinan MHM Lirboyo mengintruksikan kepada dewan Mustahiqqin masing-masing kelas untuk mengadakan pengajian bandongan di luar jam sekolah yang ditujukan untuk menambah wawasan siswa. Kitab yang dibalah (dibacakan) diusahakan kitab yang menunjang pelajaran di sekolah. Sebenarnya, lingkup pengajian ini mulanya diprioritaskan untuk siswa didik dari Mustahiq yang ngorek (membacakan) kitab tersebut, namun siswa lain juga diperkenankan mengikuti.

  Disamping itu, pimpinan MHM juga memberi tugas tambahan kepada dewan Mustahiqqin agar memberikan perhatian dan sekaligus waktu tambahan pengajaran, seperti layaknya les privat. Tambahan pengajaran ini diprioritaskan untuk siswa yang memiliki kemampuan daya tangkap tinggi dan siswa yang daya tangkapnya rendah. Untuk siswa dengan daya tangkap tinggi, tambahan waktu pembelajaran berfaidah untuk lebih mengembangkan potensi siswa yang terpendam, hal mana mungkin proses KBM di kelas dirasa kurang memadai.

  berfaidah untuk menuntun siswa mengejar ketertinggalan pemahaman dari siswa lain.

  Kebijakan lain yang menunjang efektifitas pembelajaran di MHM Lirboyo adalah larangan bagi siswa yang masih kelas Tsanawiyah dan Ibtida’iyah merangkap mengikuti perkuliahan. Kebijakan ini diambil agar siswa tidak terpecah konsentra-sinya dalam mempelajari dan mendalami pelajaran di MHM Lirboyo, disamping itu juga karena pelaksanaan perkuliahan bersamaan dengan jam musyawarah, yaitu jam 11.00-13.00 wis.

  Disamping itu, siswa juga dilarang untuk mengikuti pengajian kitab bandongan yang tingkat kesulitannya diatas kemampuan siswa. Larangan ini terpampang dengan jelas di atas pintu masuk masjid Lawang Songo sebelah timur dengan redaksi: “ Santri dilarang nderek pengajian kitab engkang dereng pangkat-ipun “. Larangan ini muncul dari alm. KH. Marzuqi Dahlan dan alm. KH. Mahrus Ali sebagai bentuk antisipasi merebaknya siswa yang mengaji kitab dengan bobot tinggi padahal siswa tersebut belum mampu memahaminya, agar tidak terjadi pemahaman yang keliru atas kandungan kitab.

  Dalam konteks buku ajar, MHM Lirboyo melakukan inovasi dengan mewajibkan menulis ulang teks kitab tertentu. Tahapan teknisnya adalah siswa menulis ulang kitab-kitab tersebut di buku tulis khusus dalam format yang sama persis dengan format di kitab. Kemudian buku yang berisi tulisan salinan dari kitab itulah yang digunakan siswa dalam memaknai dan mencatat keterangan dari Mustahiq. Berhubung saking banyaknya kitab yang harus ditulis, beberapa siswa mensiasati dengan menulis kitab jauh-jauh hari sebelum materi yang Dalam konteks buku ajar, MHM Lirboyo melakukan inovasi dengan mewajibkan menulis ulang teks kitab tertentu. Tahapan teknisnya adalah siswa menulis ulang kitab-kitab tersebut di buku tulis khusus dalam format yang sama persis dengan format di kitab. Kemudian buku yang berisi tulisan salinan dari kitab itulah yang digunakan siswa dalam memaknai dan mencatat keterangan dari Mustahiq. Berhubung saking banyaknya kitab yang harus ditulis, beberapa siswa mensiasati dengan menulis kitab jauh-jauh hari sebelum materi yang

  Kewajiban menulis menyalin ulang kitab ini didasarkan pada pertimbangan bahwa

  Untuk keperluan evaluasi, pimpinan MHM Lirboyo mengagendakan acara Temu Wicara pada tiap akhir kwartal dengan para Mustahiq. Pada kesempatan tersebut, para Mustahiq per-tingkatan kelas dimintai laporan dan diajak sharing terkait dengan perkembangan siswa, pelajaran dan kondisi di kelas masing-masing. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar yang telah lewat untuk dicarikan solusi pemecahan masalahnya dan kemudian diimplementasikan pada kwartal selanjutnya. Seringkali Mufattisy dan Mudier memberi arahan teknis-implementatif dalam

  pengajaran berdasarkan kendala-kendala yang dihadapi oleh dewan mustahiq. 91 Sering kali dikatakan bahwa agenda Temu Wicara sebagai momen memperbarui

  motivasi dan orientasi mengajar.

  Dalam hal keaktifan dan kedisiplinan di Madrasah Tsanawiyah MHM, pimpinan dan pengajar sangat menekankan dapat dika

b. Musyafahah dan Tamrin

  Musyafahah secara etimologi berarti ‘berbicara mulut ke mulut,

  berdialog’. 92 Dalam istilah MHM Lirboyo, musyafahah berarti review atau

  testing yang dilakukan pengajar kepada daya ingat siswa atas materi pelajaran testing yang dilakukan pengajar kepada daya ingat siswa atas materi pelajaran

  Melihat kecendrungan ini, maka pimpinan MHM mengintruksikan kepada pengajar agar secara berkala mengadakan testing (musyafahah), misalnya setiap 2 (dua) minggu sekali. Waktu untuk mengadakan musyafahah

  diambilkan dari jam musyawarah. 93

  Adapun tamrin merupakan ‘ujian mini’ yang dilaksanakan setiap hari Senin pada hisshoh ula. Tamrin ini pada sekolah umum sering disebut dengan ‘ulangan ujian harian’. Dalam setiap tamrin, materi yang diujikan adalah satu mata pelajaran tertentu, dan setiap minggunya materi tamrin berganti secara estafet dengan mata pelajaran lain.

  Berbeda dengan musyafahah yang dalam pelaksanaannya kurang begitu berjalan, pelaksanaan tamrin terlihat lebih terstruktur dan terencana rapi. Ini terlihat dari pelaksanaan tamrin yang menggunakan buku khusus tamrin yang disediakan oleh MHM. Disamping itu, pada dewan Mustahiqqin tingkatan kelas masing-masing juga ditunjuk salah satu Mustahiq yang menjadi koordinator tamrin. Mustahiq ini bertugas mengkoordinir pembuat soal tamrin dan pelaksanaan tamrin secara keseluruhan. Bahkan, nilai tamrin menjadi salah satu aspek input penilaian dalam raport MHM.

c. Musyawaroh

  Musyawaroh (diskusi) merupakan sebuah tradisi menyampaikan sekaligus mendengarkan pendapat dalam Islam yang telah digalakkan sejak Nabi Muhammad SAW. Ini terbukti dalam al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang secara spesifik berisi anjuran melaksanakan musyawaroh.

  Dalam konteks MHM Lirboyo, musyawaroh merupakan salah satu pilar penting yang memegang peranan strategis dalam upaya menunjang pemahaman, pendalaman dan pengembangan materi-materi yang telah diajarkan serta mengasah mental dan kemampuan siswa dalam berdiskusi dan berargumentasi.

  Program musyawaroh di MHM Lirboyo ini diinisiasi oleh KH. Zamroji 94 pada tahun 1947 M. 95 Pada awalnya program ini hanyalah program sunnah, dalam arti tidak diwajibkan. Namun melihat kurangnya antusias siswa dalam mengikuti program ini dan memandang dampak positif yang dirasakan dengan adanya program musyawaroh, maka dalam perkembangannya program ini menjadi program wajib sebagai satu-kesatuan kumulatif pendidikan di MHM Lirboyo.

  Diantara dampak positif dari program musyawaroh adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh .............

  Adapun komponen personalia yang terlibat dalam kegiatan musyawarah meliputi ro’is moderator, katib notulis, perumus, mushohhih, dan peserta musyawarah. Masing-masing personalia dalam forum musyawarah memiliki Adapun komponen personalia yang terlibat dalam kegiatan musyawarah meliputi ro’is moderator, katib notulis, perumus, mushohhih, dan peserta musyawarah. Masing-masing personalia dalam forum musyawarah memiliki

  Dalam pelaksanaannya, tata laksana musyawarah tersusun sistematis. Acara musyawarah dimulai dari pembahasan hal yang prinsip dan berlanjut ke pengembangan. Secara rinci tahapan tata laksana yang biasa dijalankan dalam setiap kegiatan musyawaroh adalah sebagai berikut:

  1. Pembacaan kitab serta murad (tarjamah dan inti permasalahan)-nya,

  2. Penyimpulan materi bahasan,

  3. Pertanyaan sekitar Tarkib,

  4. Pertanyaan sekitar Tarjamah dan murad (pengertian), serta

  5. Pertanyaan yang berkaitan dengan materi bahasan. Adapun penekanan pemteknis

  Pada kegiatan musyawaroh tersebut, biasanya siswa dalam satu kelas membentuk beberapa halaqoh (kelompok belajar) yang dipimpin seorang ro’is. Forum halaqoh ini disebut musyawaroh kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan maksimal 7 (tujuh) orang.

  Ro’is merupakan istilah yang ditujukan bagi siswa yang memimpin jalannya musyawarah, seperti moderator, hanya saja tugas ro’is lebih kompleks. Secara berurutan ia bertugas memulai musyawarah, menjelaskan murod (arti pelajaran) dan mengupayakan ketercapaian pemahaman teman dalam

  96 Penjelasan terkait kewajiban, larangan dan hak masing-masing personalia dalam musyawarah bisa dilihat pada lampiran.

  kelompoknya. Selanjutnya ro’is bertugas memberikan perluasan dan pendalaman pemahaman dari kitab syarah yang telah ia baca dan setelah itu ia memimpin jalannya diskusi kelompok. 97

  Di kelas Ro’is merupakan sebuah jabatan struktural yang ditugaskan kepada siswa-siswa tertentu yang berprestasi secara akademik. Dalam struktural kero’isan, terdapat jabatan Ro’is ‘Am (kepala ro’is) sebagai pimpinan dan ro’is anggota. Ro’is anggota ini bertugas untuk menjadi ro’is musyawarah pada satu mata pelajaran tertentu. Atau dengan kata lain, di setiap mata pelajaran terdapat ro’is khusus yang bertugas memimpin ketika mata pelajaran tersebut dimusyawarahkan. Biasanya per-mata pelajaran mempunyai ro’is khusus lebih dari satu. Dalam satu periode tertentu diagendakan rolling personalia ro’is maupun bidang mata pelajaran yang diampu. Dengan adanya pengangkatan ro’is ini pada akhirnya merangsang siswa untuk belajar secara aktif dan mandiri.

  Materi yang dimusyarahkan pada jam musyawarah adalah materi pelajaran yang diajarkan oleh Mustahiq Munawwib pada pertemuan sebelumnya. Adapun jadwal musyawarah menyesuaikan jadwal KBM di setiap harinya. Teknisnya, pelajaran yang dimusyawarahkan pada hari ini adalah pelajaran yang dijadwalkan pada KBM hari besok. Hal ini dilakukan agar pelajaran yang telah diajarkan telah diserap seutuhnya oleh siswa, dan kalaupun ada kendala pemahaman akan diatasi oleh pengajar terlebih dahulu sebelum berlanjut ke materi lain.

  Halaqoh musyawaroh kelas ini sangat membantu dalam pembangunan mental menyuarakan pendapat, mengatur dan mempertahankan argumen serta mencerna pendapat orang lain. Maka sebenarnya tugas memimpin musyawarah ini tak hanya menjadi otoritas ro’is saja, namun menjadi tugas semua santri. Maka sering kali secara periodik santri lain diberikan kesempatan untuk mero’isi musyawarah. Hal ini secara gamblang dijelaskan oleh Bapak Irfan Zidni, “ tujuan dari adanya pembagian kedalam kelompok-kelompok adalah agar semua siswa –tak hanya ro’is saja- juga bisa murodi pelajaran. Maka dari itu M3HM menganjurkan agar setelah ro’is menjelaskan murod, masing-masing siswa

  diberi kesempatan untuk latihan murodi.” 98

  Tujuan utama dari pelaksanaan musyawarah adalah pemerataan pemahaman materi pelajaran. Dalam rangka mencapai pemahaman yang merata itu, M3HM menganjurkan agar pembahasan utama dalam musyawarah adalah terkait dengan materi pokok. Adapun teknisnya sebagai berikut:

  1. Untuk pelajaran yang berisi nadzhom, maka yang ditekankan adalah setidak-tidaknya pemahaman atas nadzhom itu sendiri, sementara qouluhu (keterangan pengkayaan nadzhom) bisa dieksplorasi lagi pada kesempatan lain.

  2. Untuk pelajaran yang bersifat deskriptif, agar sekiranya ro’is membuat skema ringkas terkait komponen-komponen pokok, agar siswa lain dapat dengan mudah memahami pelajaran.

  Manfaat musyawarah yang paling utama untuk siswa adalah dapat memahami pelajaran. 99 Begitu besarnya manfaat dari musyawarah

  ini, maka tak heran jika pengajar sangat antusias dengan mengawasi jalannya musyawarah secara langsung serta memberi pembinaan dan ta’zir (hukuman) kepada siswa yang tidak mengikuti musyawarah.

  Program musyawarah di MHM dilaksanakan pada jam 14.00 sd 16.00 wis (untuk tingkat Ibtida’iyah) dan jam 11.00 sd 13.00 wis (untuk tingkat Tsanawiyah dan ‘Aliyah). Program ini secara konsep terus mengalami

  pembenahan, diantaranya adalah pembenahan distribusi waktu musyawarah sebagai berikut:

  TABEL 6 PEMBAGIAN ALOKASI WAKTU MUSYAWARAH

  Standar Kompetensi

  bertugas

  11.00-11.30

  Lalaran bersama

  Semua

  Kelancaran melafalkan nadzhom membantu hafalan

  11.30-12.00

  Musyawarah

  Ro’is

  Pemahaman

  teks

  kelompok (pelajaran kelompok pelajaran (murod) hisshoh I)

  12.00-12.30

  Musyawarah

  Ro’is

  Pemahaman

  teks

  kelompok (pelajaran kelompok pelajaran (murod) hisshoh II)

  12.30- 13.00 Musyawarah

  Ro’is

  Pemecahan masalah yang

  Bersama

  Kelas

  belum terselesaikan di

  berkembang

  musyawarah kelompok

  Begitu vital dan strategis peranan musyawaroh di MHM Lirboyo, sehingga pimpinan madrasah memandang perlu untuk membentuk sebuah badan Begitu vital dan strategis peranan musyawaroh di MHM Lirboyo, sehingga pimpinan madrasah memandang perlu untuk membentuk sebuah badan

  Adapun profil singkat, personalia kepengurusan, serta tata kerja M3HM bisa dilihat di lampiran.

  Untuk lebih memaksimalkan hasil yang dicapai, M3HM melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Menstimulus masing-masing kelompok dalam satu kelas untuk saling berlomba menjadi yang terbaik.

  2. (lewat Mustahiq) mewajibkan kepada tiap-tiap siswa, atau setidaknya tiap-tiap ro’is, untuk memiliki kitab pembanding (syarah) sebagai bahan pengkayaan pemahaman.

  3. Melakukan kontrol musyawarah secara rutin disertai dengan pengawasan dan penilaian. Bagi kelas yang berprestasi dalam penilaian M3HM akan dinobatkan sebagai Kelas Teladan pada akhir tahun. Berikut adalah contoh blanko penilaian kontrol musyawarah:

  100 Badan M3HM ini merupakan metamorfosa dari Persatuan Pelajar Madrasah Hidayatul Mubtadi’ien (PPMHM), sebuah organisasi siswa layaknya OSIS yang bertugas menangani

  GAMBAR 1 CONTOH BLANKO PENILAIAN MUSYAWARAH

  Adapun mekanisme kontrol dan penilaian kelas ada di lampiran. Sebenarnya, kegiatan musyawarah tidak hanya dilaksanakan pada jam musyawarah diatas. Musyawarah juga dilaksanakan pada jam sekolah dan pada jam luar sekolah (jam ekstra), meliputi:

  a. Musyawarah pada jam sekolah, yang dilaksanakan pada waktu pra-KBM. Kegiatan ini dilaksanakan setelah selesainya kegiatan lalaran bersama. Musyawarah ini ditujukan sebagai tindak lanjut dari musyawarah sebelumnya untuk elabolasi dan eksplorasi lebih lanjut dalam forum yang lebih besar, yaitu dalam lingkup satu kelas.

  b. Musyawarah jam ekstra dilaksanakan di luar jam sekolah dan jam musyawarah. Sebagian besar dilaksanakan pada malam hari selekas b. Musyawarah jam ekstra dilaksanakan di luar jam sekolah dan jam musyawarah. Sebagian besar dilaksanakan pada malam hari selekas

  ndalem 101 , maupun kegiatan pribadi masing-masing. Kategori musyawarah ini pun bermacam-macam, meliputi:

  1) Musyawaroh yang ditangani oleh Lajnah Bahtsul Masa’il Lirboyo.

  Dalam pelaksanaannya, musyawarah dibagi kedalam dua tingkatan, yaitu musyawarah tingkatan kitab Fathul Qorib (untuk tingkatan Tsanawiyah) dan al- Mahalli (untuk tingkatan ‘Aliyah). Musyawarah untuk tingkatan Tsanawiyah dan ‘Aliyah ini mengambil pokok pembahasan pada disiplin ilmu Fiqih, karena siswa telah dibekali berbagai pisau analisis hukum, sehingga siswa dipandang mampu untuk memecahkan problem waqi’iyah dari sudut pandang hukum Islam.

  Hal ini berbeda dengan materi musyawarah untuk tingkatan Ibtida’iyah yang lebih menekankan pada disiplin ilmu Nahwu dan Shorof. Dengan pertimbangan bahwa fondasi keilmuan paling elementer dalam jenjang pendidikan pondok pesantren adalah ilmu Nahwu dan Shorof. Kedua ilmu tersebut dipandang sebagai kunci dari segala ilmu, mengingat kedua ilmu sangat berperan dalam kemampuan siswa menelaah berbagai referensi disiplin ilmu yang lain.

  Santri khodim ndalem adalah santri yang mengabdikan dirinya untuk membantu

  2) Musyawaroh yang ditangani oleh PPK (pengurus pusat kelas)

  3) Musyawaroh yang ditangani oleh jam’iyah

  4) Musyawaroh yang ditangani oleh pondok unit

  Agar musyawarah dapat berjalan dengan efektif dan efisien, M3HM telah mengadakan pembinaan-pembinaan khusus kepada ro’is pada setiap awal tahun. Kegiatan ini biasa disebut dengan penataran kero’isan. Isi materi penataran kero’isan bisa dilihat di lampiran.

  Upaya M3HM dalam memajukan musyawarah juga nampak dengan dibentuknya TIMSUS (Tim Khusus). Tugas pokok TIMSUS ini adalah membina siswa Ibtida’iyah secara khusus dalam teknis musyawarah yang benar, cara murodi, dan cara berargumen. TIMSUS beranggotakan siswa-siswa pilihan dari tingkat Tsanawiyah.

d. Muhafadzhoh

  Muhafadzhoh secara etimologi berarti menjaga 102 , sedangkan dalam pemakaian di MHM Lirboyo muhafadzhoh berarti kegiatan ngelalar lalaran (membaca berulang kali) inti materi pelajaran tertentu yang ditujukan untuk mempermudah dan memperkuat hafalan terhadap materi pelajaran tersebut.

  Muhafadzhoh merupakan program wajib di MHM Lirboyo yang rutin dilaksanakan saban hari, yaitu sebelum jam KBM berlangsung. Disamping itu, juga diagendakan muhafadzhoh mingguan yang dilaksanakan secara kolektif (gabungan antar kelas dalam satu tingkatan) setelah jam sekolah pada satu hari Muhafadzhoh merupakan program wajib di MHM Lirboyo yang rutin dilaksanakan saban hari, yaitu sebelum jam KBM berlangsung. Disamping itu, juga diagendakan muhafadzhoh mingguan yang dilaksanakan secara kolektif (gabungan antar kelas dalam satu tingkatan) setelah jam sekolah pada satu hari

  Di luar jam sekolah dan program wajib muhafadzoh dari MHM, siswa juga secara mandiri mengadakan kegiatan lalaran pada saat longgar. Sebagian besar melaksanakan lalaran di maqbaroh masyayikh Lirboyo, masjid Lirboyo, lokal kelas maupun tempat lain yang nyaman dan tidak mengganggu konsentrasi. Adapun waktunya sangat bervariasi, ada yang memanfaatkan waktu setiap setelah sholat wajib, di pagi hari ketika pikiran fresh dan rileks, ataupun waktu yang lain.

  Banyaknya program MHM Lirboyo yang terkait dengan hafalan ini menunjukkan keseriusan MHM menjaga dan mengamalkan tradisi ulama’ as- salaf as-sholih untuk menjaga kemurnian ajaran

  Adapun materi pelajaran yang menjadi bahan muhafadzhoh adalah nadzhom ‘Uqudul Juman, al-Jauhar al-Maknun, Alfiyah ibn Malik, Tahsrif Lughowi dan Tashrif Ishtilahy, 103 . Mengamati dari data diatas, ada benang

  merah yang ditemukan bahwa semua bahan muhafadzhoh sebenarnya merupakan trah rumpun disiplin ilmu alat (ilmu ketatabahasaan bahasa Arab).

  Fenomena ini menjadi menarik dan penting untuk dicermati, mengingat tujuan utama pendidikan pondok pesantren adalah mengantarkan santri untuk menjadi insan yang tafaqquh fi ad-din (memahami hukum agama Islam) dan berkepribadian Islami, hal mana secara spesifik kedua misi ini menjadi ‘otoritas’ standar kompetensi dari ilmu fiqih dan akhlaq.

  Menanggapi atas tanda tanya besar tersebut, Bapak .... menjelaskan: Menanggapi atas tanda tanya besar tersebut, Bapak .... menjelaskan:

  Sebagaimana diketahui, bahwa buku ajar utama dan – bisa dibilang – satu-satunya di pondok pesantren salaf adalah kitab kuning. Kitab kuning ini juga populer dikenal dengan sebutan kitab gundhul. Disebut gundhul (Indonesia: botak) karena kitab ini dicetak tanpa menggunakan harakat maupun makna terjemah. Asal mula penyebutan gundhul ini adalah sebagai ‘respon’ dari

  kitab yang sudah diberi makna gandhul 104 dengan format penulisan sedemikian rupa sehingga ‘menjelmakan’ kitab yang ber-rambut 105 (mempunyai rambut).

  Sehingga kitab yang masing kosong dari makna gandhul ini disebut kitab gundhul.

  Karena menggunakan bahasa asing (bahasa Arab) sebagai bahasa pengantarnya, maka mutlak dibutuhkan media untuk memahami isi kandungan kitab kuning. Adapun media tersebut adalah bahasa Jawa yang dikemas dalam rumusan-rumusan tertentu dan ditulis menggunakan aksara Pegon di bagian bawah teks kitab kuning. Hal mana kegiatan memaknai kitab kuning dengan tata cara seperti diatas populer disebut dengan ngabsahi ngesahi kitab.

  Di pondok pesantren Lirboyo tradisi ngabsahi ngesahi (memberi makna) kitab ini masih terasa sangat kental, baik ketika kegiatan pengajian kitab di madrasah, pengajian bandongan wethonan, maupun di sesi sorogan. Ketika kiai membacakan kitab, semua santri terlihat serempak memaknai kitab mereka

  Disebut gandhul (indonesia: menggantung) karena makna dari sebuah teks Arab

  dituliskan tepat di bawah teks itu sendiri, sehingga seakan-akan makna itu ‘menggantung’ di bawah teks Arab.

  105 Rambut dalam hal ini adalah isti’aroh (personifikasi) dari tulisan terjemah yang ditulis 105 Rambut dalam hal ini adalah isti’aroh (personifikasi) dari tulisan terjemah yang ditulis

  Setidaknya ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam memaknai kitab, yaitu: memberi tanda tarkib 106 , memaknai mufrodat (kosa kata bahasa Arab)

  yang dianggap sulit, dan memberi tanda ruju’ dlomir 107 .

  Ada satu warna dari tradisi memaknai kitab di pesantren Lirboyo yang mungkin tidak ditemui di pondok pesantren lain, yaitu selalu menulis lengkap makna yang dibacakan oleh masyayikh ustadz. Hal ini menjadikan kitab santri Lirboyo selalu penuh dengan makna, ruju’ dlomir atau sekedar tanda tarkib. Yang menjadikan tradisi ini berbeda dengan tradisi di pondok pesantren lain adalah penekanan pentingnya – baca: wajib – memaknai kitab. Hal mana dijumpai di pondok pesantren lain tidak ada penekanan seperti itu, karena memegang prinsip kebolehan tidak memaknai pada lafadz kitab kuning yang sudah ma’lum (dimengerti maknanya). Sebagai contoh perbandingan adalah pondok pesantren al-Anwar Sarang, Rembang, yang memegang prinsip ‘pantang’ memaknai kitab kuning kecuali memang tidak tahu artinya. 108

  106 Tarkib adalah jabatan kata dalam tata bahasa Arab, misalnya fa’il (subjek), maf’ul bih (objek), dzhorof zaman (kata keterangan waktu), dan lain-lain.

  107 Ruju’ dlomir merupakan istilah untuk menyebut sebuah proses dimana kandungan kata ganti (dlomir) mengarah (ruju’) kepada sesuatu yang tertentu (marji’), biasanya sesuatu tersebut

  telah disebutkan sebelumnya, bisa berupa perorangan, kelompok, benda, suatu kejadian, atau mungkin lainnya. Biasanya dituliskan dengan tanda yang khas dan unik.

  108 Seringkali dilandasi dengan dalil لْعِلْع ُ لي الصُّ ُ رل ا لي الصُّ ُ رل (ilmu sejati itu ada di hati memori otak, bukannya di tulisan). Dalil ini berarti anjuran untuk memahami, meresapi dan

  menghafal ilmu yang diajarkan, agar setiap kali muncul permasalahan, tanpa repot-repot mencari- cari membuka-buka kitab bisa langsung mengetahui jawabannya, sehingga tidak terus-menerus

  Hal ini tak lepas dari petuah pengasuh Lirboyo, KH. Marzuqi Dahlan, yang berbunyi: “ padange kitab dadi petenge ati, petenge kitab dadi padange ati” 109 . ( kitab yang ‘terang’ [karena tidak diberi makna atau tidak banyak tulisan penjelas sehingga kelihatan ‘terang’] berimplikasi pada suramnya hati [hati menjadi suram karena tidak memahami ilmu], sedangkan kitab yang gelap [dikarenakan diberi makna atau banyak tulisan penjelas sehingga kelihatan ‘gelap’] berimplikasi pada bersinarnya hati [hati menjadi bersinar karena bisa memahami ilmu] ).

  Dawuh diatas secara eksplisit menganjurkan betapa urgennya menulis makna kitab maupun penjelasan-penjelasan lainnya dalam rangka membantu pemahaman dan mengingatkan kembali penjelasan yang terlupakan. Bahwa manusia adalah ‘makhluk pelupa’, hal ini dipahami betul oleh masyayikh Lirboyo dengan mewajibkan memaknai kitab, agar makna kitab itu bisa menjadi pengingat di kemudian hari tatkala lupa, pemantap hati ketika ragu akan makna yang benar, maupun sebagai bukti otentik kesinambungan (sanad) silsilah mengaji dengan masyayik.

  Manfaat memaknai kitab secara dramatis diungkapkan oleh seorang santri sebagai berikut: “makno gandhul iku ibarat alat gandhulane awake dewe mbesok neng masyarakat” (makna gandhul di kitab itu bagaikan tumpuan kita ketika bermasyarakat kelak).

  Akhirnya, sebagai follow up dari urgensi memaknai kitab sebagaimana dijelaskan di atas adalah dengan diterapkannya kewajiban memaknai kitab di

  MHM Lirboyo. Adapun sebagai instrumen kontrol dilakukan program koreksian kitab pada setiap menjelang ujian semester.

  Dalam pelaksanaan program koreksian kitab ini, semua kitab masing- masing siswa dikumpulkan menjadi satu. Kitab-kitab itu ditumpuk rapi sedemikian rupa menurut ‘derajat keilmuan’ kitab, dalam hal ini kitab mata pelajaran tafsir ditempatkan teratas, disusul hadits, tauhid, tashawwuf, fiqih, akhlak, nahwu, shorof, balaghah, ‘arudl, dan seterusnya. Sikap ini adalah cerminan penghargaan atas kitab yang telah mentradisi kuat di pondok pesantren. Masing-masing kitab ini dibuka pada halaman pertama dari batasan kitab yang diajarkan, kemudian satu persatu kitab dikoreksi kelengkapan maknanya oleh korektor yang dalam hal ini adalah pengajar kelas lain. Kitab yang lengkap maknanya diberi tanda stempel tamm, dan oleh karenanya si empunya kitab berhak untuk mengikuti ujian semester. Sebaliknya, kitab yang tidak lolos tidak diberi stempel, dengan konsekuensi harus nembel (melengkapi makna yang kosong) kitabnya terlebih dahulu, baru setelah itu diperbolehkan mengikuti ujian semester sebelum. Adapun ketentuan-ketentuan dalam koreksian kitab bisa dilihat pada lampiran.

  Dengan adanya koreksian kitab ini, proses KBM di kelas menjadi sangat tertunjang sehingga menjadi lebih kondusif. Dari pengamatan peneliti pada pelaksanaan KBM, seluruh siswa secara simultan memaknai kitab mereka masing-masing tanpa satu pun siswa yang menelantarkan kitabnya tanpa dimaknai. Fenomena ini secara tidak langsung juga turut andil dalam menumbuhkan kesadaran siswa akan menunaikan kewajibannya sebagai pelajar secara umum, khususnya dalam memaknai kitab.

f. Bahtsul Masa’il

  Secara etimologi, bahtsul masa’il terdiri dari dua kata, yaitu bahtsu yang berarti membahas, dan al-masa’il yang bermakna beberapa masalah. Dalam konteks keilmuan Islam, terminologi bahtsul masa’il merujuk pada sebuah forum diskusi untuk mencari dan memberikan jawaban atau solusi Islam

  terhadap problematika-problematika aktual (al-masâ’il al-wâqi’iyyah). 110

  Di pesantren Lirboyo terdapat suatu badan khusus yang menangani kegiatan bahtsul masa’il, yaitu Lajnah Bahtsul Masa’il Pondok Pesantren

  Lirboyo (LBM P2L). Pendirian LBM P2L ini merupakan ikhtiyar dan upaya meningkatkan kwalitas dan kreatifitas siswa melalu pengembangan forum bahtsul masa’il, kajian kitab kuning maupun forum kajian ilmiah lain, yang dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa siap dan mampu menjawab masalah- masalah waqi’iyah.