ILMU PADA ZAMAN KONTEMPORER

4.6 ILMU PADA ZAMAN KONTEMPORER

Zaman kontemporer adalah era perkembangan terakhir yang terjadi dari abad 20-an hingga sekarang. Perkembangan ilmu di zaman ini mengalami kemajuan pesat, sehingga spesialisasi ilmu semakin meningkat. Hampir seluruh bidang ilmu dan teknologi, ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, hukum, dan politik serta ilmu-ilmu eksakta seperti isika, kimia, dan biologi serta aplikasi-aplikasinya di bidang teknologi rekayasa genetika, informasi, dan komunikasi.

Menurut sejumlah pengamat perkembangan ilmu pengetahuan bahwa zaman kontemporer identik dengan rekonstruksi, dekonstruksi, dan inovasi-inovasi teknologi di berbagai bidang. Sasaran rekonstruksi dan dekonstruksi biasanya teori-teori ilmu sosial, eksakta, dan ilsafat yang ada sudah ada sebelumnya, sementara inovasi-inovasi teknologi semakin hari semakin cepat seperti yang kita saksikan dan nikmati sekarang ini. Teknologi merupakan buah dari perkembangan ilmu pengetahuan yang dikembangkan dari generasi ke generasi. Komputer merupakan hasil pengembangan dari perkembangan listrik (elektronika) yang pada awal penemuannya oleh Faraday belum diketahui kegunaannya. Penemuan bola lampu oleh Edison disusul oleh penemuan radio, televisi, dan komputer

FILSAFAT ILMU

Merajut Harmonisasi Antara Filsafat, Ilmu dan Islam

(Jasin, 2003: 202). Perkembangan IPTEK pada zaman ini yang ditandai oleh adanya rentetan temuan-temuan baru seperti temuan tentang listrik (Michael Faraday), gaya elektromagnetik (James Clerk Maxwell, 1870) dalil temuan Sinar-X (Henry Bacquerel), banyak masalah praktis dalam kehidupan manusia yang dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat. Manusia mulai menikmati dan mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam perkembangan teknologi pangan/pertanian, transportasi, genetika, industri dan komunikasi. Dampak dari kemajuan IPTEK tersebut adalah terjadinya akselerasi pertumbuhan penduduk dan peningkatan kemakmuran yang sangat pesat.

Puncak perkembangan IPTEK terjadi mulai awal abad

20 yang ditandai dengan munculnya Teori Relativitas Einstein (1905). Teori ini menyatakan bahwa empat komponen mekanistis yakni zat, gerak, ruang dan waktu (yang diasumsikan bersifat absolut oleh Newton) merupakan sesuatu yang bersifat relatif. Zat pada prinsipnya hanya merupakan bentuk lain dari energi, dengan rumus yang termasyur E = MC 2 . Munculnya teori ini sekaligus mengakhiri era kejayaan Newtonian. Teori Relativitas tersebut ternyata dalam waktu relatif singkat mendorong terjadinya revolusi besar di bidang pemanfaatan energi atom, komunikasi persenjataan dan bahkan sampai ke penjelajahan ruang angkasa. Sekali lagi, seolah-olah manusia dilecut untuk melihat kenyataan bahwa rasio atau akal telah ‘memandu’ dunia ke era yang spektakuler. Rasio seolah-olah menjadi tumpuan dan harapan utama dalam pengembangan kehidupan manusia di dunia Barat maupun di kalangan masyarakat lain yang berkiblat ke dunia Barat (Jasin, 2003).

Tahta kejayaan rasio Barat mulai tergetar saat bom atom yang dianggap merupakan salah satu “produk gemilang” IPTEK, menelan korban ratusan ribu jiwa manusia di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945 (http://id.wikipedia.org/wiki/ Serangan_bom_atom_di_Hiroshima_dan_Nagasaki)

FILSAFAT ILMU

Merajut Harmonisasi Antara Filsafat, Ilmu dan Islam

Serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki adalah serangan nuklir selama Perang Dunia II terhadap kekaisaran Jepang oleh Amerika Serikat atas perintah Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman. Setelah enam bulan pengeboman 67 kota di Jepang lainnya, senjata nuklir “Little Boy” dijatuhkan di kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945, diikuti dengan pada tanggal 9 Agustus 1945, dijatuhkan bom nuklir “Fat Man” di atas Nagasaki. Bom atom ini membunuh sebanyak 140.000 orang di Hiroshima dan 80.000 di Nagasaki pada akhir tahun 1945. Sejak itu, ribuan telah tewas akibat luka atau sakit yang berhubungan dengan radiasi yang dikeluarkan oleh bom.

Gambar 4.10 Albert Einstein (1879-1955 M) (Sumber: https://www.britannica.com/biography/Albert-Einstein)

FILSAFAT ILMU

Merajut Harmonisasi Antara Filsafat, Ilmu dan Islam

Manusia mulai tergelitik untuk berpikir “apakah rasio manusia boleh tetap dibiarkan terus menjelajah bebas tanpa kendali?”. Sampai di penghujung abad 20, kemajuan IPTEK masih terus berjalan pesat, bahkan temuan temuan terkini di bidang telekomunikasi, komputerisasi dan keruang-angkasaan telah membuat seolah-olah bumi menjadi sebuah titik kecil di tengah belantara rasio. Namun demikian kegelisahan semakin terasa mengingat manusia semakin diperhadapkan pada kenyataan yang bersifat kontroversial dengan ‘apa yang diharapkan orang dari penjelajahan rasionya. Kemajuan pesat IPTEK Barat telah menunjukan bukti munculnya kehancuran.

Seiring dengan waktu berjalan, peredaran ilmu pengetahuan mulai tidak saja berkiblat ke Barat saja, tetapi kini ilmu pengetahuan mulai dikembangkan di berbagai Negara, khususnya Negara-negara Asia, seperti Jepang, Cina, Korea, India, dan Iran.

Bagan 4.1 Periodesasi dan perkembangan Ilmu Pengetahuan

Demikianlah, periodesasi dan perkembangan ilmu pengetahuan, dimulai dari peradaban zaman kuno, peradaban abad pertengahan, pada zaman renainsans, pada zaman modern, dan pada zaman kontemporer. perkembangan ilmu pengetahuan pada masing-masing periode sangat dipengaruhi oleh kesadaran nalar yang berkembang, sebagaimana penjelasan pada bagan 4.1 di atas.***

FILSAFAT ILMU

| 67

Merajut Harmonisasi Antara Filsafat, Ilmu dan Islam

FILSAFAT ILMU

Merajut Harmonisasi Antara Filsafat, Ilmu dan Islam