12
dan nucleosomal DNA secara progresif. Fase-fase ini secara bersamaan mendukung terjadinya proses degradasi membran vaskular dan struktur seluler
dan akhirnya menyebabkan terjadinya proses nekrotik ataupun kematian sel terprogram apoptosisWerner dan Engelhard, 2007.
2.2. Computed Tomography Scanning CT-Scan Kepala
Computed tomography CT merupakan sebuah teknologi yang secara ekstensif digunakan dalam bidang neuroradiologi yang mampu menghasilkan
gambaran cross-sectional suatu jaringan. Gambar yang dihasilkan CT merupakan hasil dari radiasi ion-ion yang diperoleh dari penyerapan X-ray pada jaringan
spesifik yang diperiksa. CT menawarkan berbagai keperluan yang berguna untuk memeriksa otak seseorang Jordan, dkk, 2010. CT juga merupakan pemeriksaan
diagnostik yang cepat, tidak menyakitkan, noninvasif, dan akurat. Hasil dari CT juga mampu mengurangi keperluan dilakukannya tindakan pembedahan
eksploratif maupun biopsi yang invasif Fertikh, dkk, 2013.
2.2.1. Prinsip Dasar Kerja CT-Scan
Prinsip dasar dari radiografi adalah bahwa sinar X diserap berbagai jenis jaringan dengan berbagai derajat yang berbeda. Penyerapan sinar X terbanyak
adalah oleh tulang. Alasannya, tulang merupakan jaringan padat yang menyebabkan perjalanan sinar X menuju film ataupun detektor yang berada pada
posisi bersebrangan dengan pemancar sinar menjadi terhambat. Sedangkan, jaringan dengan densitas yang rendah seperti udara dan lemak hampir tidak
menyerap sinar X sedikitpun sehingga, sinar X dapat menuju film atau detektor Perron, 2008.
2.2.2. Indikasi CT-Scan Kepala
Secara umum terdapat dua indikasi untuk melakukan CT-scan otak, yaituJordan, dkk, 2010:
1. Indikasi primer
a. Trauma kepala akut
13
b. Ada dugaan perdarahan intrakranial akut
c. Evaluasi terhadap aneurisma
d. Deteksi ataupun evaluasi proses kalsifikasi
e. Evaluasi segera paska pembedahan untuk terapi tumor,
perdarahan intrakranial, ataupun lesi perdarahan. f.
Adanya dugaan malfungsi shunt g.
Perubahan status mental h.
Peningkatan tekanan intrakranial i.
Sakit kepala j.
Defisit neurologis akut k.
Dugaan infeksi intrakranial l.
Dugaan hidrosepalus m.
Lesi kongenital seperti kraniosinostosis, makrosepali, dan mikrosepali
n. Evaluasi kelainan psikiatri
o. Herniasi otak
p. Dugaan adanya massa atau tumor
2. Indikasi sekunder
a. Bila magnetic resonance imaging MRI tidak tersedia atau di
kontraindikasikan bagi penderita b.
Diplopia c.
Disfungsi saraf kranialis d.
Kejang e.
Apnea f.
Sinkop g.
Ataksia h.
Dugaan penyakit neurodegeneratif i.
Pertumbuhan yang terlambat j.
Disfungsi neuroendokrin k.
Encefalitis
14
l. Toksisitas obat
m. Displasia kortikal ataupun kelainan morfologi otak lainnya
Selain dari berbagai kriteria tersebut, terdapat Canadian CT Head Rule yang menyebutkan bahwa pasien-pasien dengan cedera kepala ringan harus
dilakukan pemeriksaan CT kepala bila terdapat beberapa indikasi berikut Stiell, dkk, 2001:
1. Risiko tinggi
a. Skor GCS 15 setelah 2 jam paska trauma
b. Dicurigai adanya fraktur tengkorak terbuka ataupun depressed
c. Adanya tanda fraktur basis kranii hemotimpani, “racoon”
eyes, cairan serebrospinal yang keluar dari telinga ataupun hidung, battle’s sign
d. Muntah ≥ 2 kali
e. Usia ≥ 65 tahun
2. Risiko menengah
a. Amnesia before impact 30 mins
b. Mekanisme trauma yang berbahaya pejalan kaki yang ditabrak
oleh kendaraan bermotor, penumpang yang terlempar dari kendaraan bermotor, jatuh dari ketinggian lebih dari 3 kaki atau
5 tangga
2.2.3. Berbagai Kelainan Intrakranial pada CT-Scan Kepala 2.2.3.1. Fraktur Tengkorak