Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Keparahan Klasifikasi Berdasarkan Pathoanatomic

7 Cedera kepala dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu : 1. Trauma Primer, terjadi akibat trauma pada kepala secara langsung maupun tidak langsung akselerasi dan deselerasi. 2. Trauma Sekunder, terjadi akibat trauma saraf melalui akson yang meluas, hipertensi intracranial, hipoksia, hiperkapnea, atau hipotensi sistemik Sibuea, 2009.

2.1.4. Klasifikasi

Terdapat beberapa macam klasifikasi cedera kepala dimulai dari klasifikasi berdasarkan tingkat keparahannya sampai dengan klasifikasi cedera kepala berdasarkan patofisiologinya. Namun demikian, terdapat tiga sistem klasifikasi yang umum digunakan, yaitu : 1. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahannya, klasifikasi ini seringkali digunakan untuk kepentingan penelitian klinis. 2. Klasifikasi berdasarkan tipe pathoanatomic-nya, klasifikasi ini terutama digunakan untuk menentukan penanganan pasien cedera kepala pada fase akut. 3. Klasifikasi berdasarkan mekanisme terjadinya cedera kepala, klasifikasi ini paling sering digunakan untuk kepentingan pencegahan Saatman, dkk, 2008.

2.1.4.1. Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Keparahan

Sampai saat ini, penelitian mengenai penanganan pasien-pasien dengan cedera kepala dilakukan berdasarkan pada kriteria tingkat keparahan kerusakan neurologis neurologic injury severity criteria pasien tersebut. Skala pengukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat keparahan kerusakan neurologis pada orang dewasa adalah GCS. Dasar dari pernyataan tersebut adalah, GCS memiliki realibilitas inter-observer dan kapabilitas dalam menentukan prognostik pasien yang baik Saatman, dkk, 2008. 8 GCS dibuat oleh Jennet dan Teasdale pada tahun 1974. Selain digunakan untuk menafsirkan tingkat kesadaran dan prognosis penderita cedera kepala, GCS juga dapat dipakai untuk menilai kelainan neurologis secara kuantitatif serta dapat digunakan secara umum untuk mendeskripsikan keparahan pasien-pasiencedera kepala.Nilai GCS dapat diperoleh dengan cara memeriksa kemampuan membuka mata, motorik, dan verbal pasien. Masing-masing komponen pemeriksaan memiliki nilai tertinggi sebesar 4,6, dan 5.Berdasarkan GCS, cedera kepala dapat dikategorikan menjadi cedera kepala ringan GCS 14 – 15, cedera kepala sedang GCS 9 – 13, dan cedera kepala berat GCS 3 – 8 Sibuea, 2009. Tabel 2.1. Glasgow Coma Scale Teasdale dan Jannet, 1974 Assesment Area Score Eye Opening E Spontaneus To speech To pain None 4 3 2 1 Motor Response M Obey command Localized pain Normal Flexion Abnormal flexion Abnormal extension None 6 5 4 3 2 1 9 Verbal Response V Oriented Confused conversation Inappropriate word Incomprehenble sound None 5 4 3 2 1

2.1.4.2. Klasifikasi Berdasarkan Pathoanatomic

Klasifikasi pathoanatomic menunjukkan lokasi atau ciri-ciri anatomis yang mengalami abnormalitas. Fungsi klasifikasi ini adalah untuk terapi yang tepat sasaran. Kebanyakan pasien dengan trauma yang parah akan memiliki lebih dari satu jenis perlukaan bila pasien diklasifikasikan menggunakan metode ini. Penilaian dilakukan dimulai dari bagian luar kepala hingga ke dalam untuk melihat tipe perlukaan yang terjadi dimulai dari laserasi dan kontusio kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, perdarahan epidural, perdarahan subdural, perdarahan subaraknoid, kontusio dan laserasi otak, perdarahan intraparenkimal, perdarahan intraventrikular, dan kerusakan fokal maupun difus dari akson. Masing-masing dari entitas tersebut dapat dideskripsikan lebih jauh lagi meliputi seberapa luas kerusakan yang terjadi, lokasi, dan distribusinya Saatman, dkk, 2008.

2.1.4.3. Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme Fisik