KONSEP DASAR

2.1.2. Langkah-langkah Pembayaran Dividen

Langkah-langkah atau prosedur pembayaran dividen adalah pengumuman emiten atas dividen yang akan dbayarkan kepada pemegang saham yang disebut juga dengan tanggal pengumuman dividen (Ang, 1997). Adapun rincian tanggal- tanggal yang perlu diperhatikan dalam pembayaran dividen adalah sebagai berikut:

a. Tanggal pengumuman (declaration date) Tanggal pengumuman merupakan tanggal yang mana secara resmi diumumkan oleh emiten tentang bentuk dan besarnya serta jadwal pembayaran dividen yang akan dilakukan. Pengumuman ini biasanya untuk pembagian dividen regular. Isi pengumuman tersebut menyampaikan hal-hal yang dianggap penting yakni:tanggal pencatatan, tanggal pembayaran, besarnya dividen kas per lembar.

b. Tanggal pencatatan (date of record) Pada tanggal ini perusahaan melakukan pencatatan nama-nama pemegang saham. Para pemilik saham yang terdaftar pada daftar pemegang saham tersebut diberikan hak, sedangkan pemegang saham yang tidak terdaftar pada tanggal pencatatan tidak diberikan hak untuk memperoleh dividen.

c. Tanggal cum-dividend Tanggal ini merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen saham.

d. Tanggal ex-dividend Tanggal perdagangan saham tersebut sudah tidak melekat lagi hak utnuk memperoleh dividen. Jadi jika investor membeli saham pada tanggal ini atau sesudahnya, maka investor tersebut tidak dapat mendaftarkan namanya untuk mendapatkan dividen .

e. Tanggal pembayaran (payment date) Tanggal ini merupakan saat pembayaran dividen oleh perusahaan kepada para pemegang saham yang telah mempunyai hak atas dividen . Jadi pada tanggal tersebut, para investor sudah dapat mengambil dividen sesuai dengan bentuk dividen yang telah diumumkan oleh emiten (dividen tunai.dividen saham).

2.1.3. Pola Pembayaran Dividen

Keputusan mengenai dividen payout ratio adalah keputusan yang menyangkut bagaimana cara dan dalam bentuk apa dividen dibayarkan kepada pemegang saham. Ada beberapa pola pembayaran dividen yang dapat dipilih sebagai alternatif dividen payout ratio perusahaan, yaitu : (Ang, 1997)

1. Stable and Occasionally Increasing Dividend per-share Kebijakan ini menetapkan dividen per saham yang stabil, selama tidak ada peningkatan yang permanen dalam earning power dan kemampuan membayar dividen . Manajemen akan menaikkan dividen , jika ada keyakinan bahwa tingkat yang lebih tinggi tersebut dapat dipertahankan. Hal ini dilandasi adanya psikologi pemegang saham, dimana bila dividen naik maka akan menaikkan juga harga saham dan sebaliknya.

2. Stable Dividen d per-share Dasar pemikirannya adalah bahwa pasar mungkin akan menilai suatu saham lebih tinggi bila dividen yang diharapkan tetap stabil daripada bila dividen berfluktuasi. Perusahaan yang memilih cara ini akan membayar dividen dalam jumlah yang tetap (stable amount) dari tahun ke tahun.

3. Stable Payout Ratio Dalam pola pembayaran dividen ini, jumlah dividen dihitung berdasar suatu prosentase tetap (constant) dari laba (earnings). Bila laba berfluktuasi, maka jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham pun akan ikut berfluktuasi.

4. Regular Dividend plus Extras Dalam cara ini, dividen regular ditetapkan dalam jumlah yang diyakini oleh manajemen mampu dipertahankan di masa mendatang tanpa menghiraukan fluktuasi laba dan kebutuhan investasi modal. Bila tambahan kas tersedia, perusahaan memberikan dividen ekstra (bonus) kepada pemegang saham. Pola ini mengakui bahwa dividen mempunyai 4. Regular Dividend plus Extras Dalam cara ini, dividen regular ditetapkan dalam jumlah yang diyakini oleh manajemen mampu dipertahankan di masa mendatang tanpa menghiraukan fluktuasi laba dan kebutuhan investasi modal. Bila tambahan kas tersedia, perusahaan memberikan dividen ekstra (bonus) kepada pemegang saham. Pola ini mengakui bahwa dividen mempunyai

5. Fluctuating Dividen ds and Payout Ratio Dalam pola pembayaran ini besarnya dividen dan payout ratio disesuaikan dengan perubahan laba dan kebutuhan investasi modal perusahaan untuk setiap periode. Oleh karena itu besar dividen dan payout ratio yang dibayarkan berfluktuasi mengikuti fluktuasi laba dan kebutuhan investasi.

2.1.4. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio

2.1.4.1. Cash Ratio

Cash ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas (liquidity ratio ) yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya (current liability) melalui sejumlah kas (dan setara kas, seperti giro atau simpanan lain di bank yang dapat ditarik setiap saat) yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi cash ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi (membayar) kewajiban jangka pendeknya (Brigham,1983). Dengan semakin meningkatnya cash ratio juga dapat meningkatkan keyakinan para investor untuk membayar dividen yang diharapkan oleh investor.

Posisi kas suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan, sebelum membuat keputusan menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Pembayaran dividen merupakan arus kas keluar. Semakin kuat posisi kas perusahaan, berarti semakin Posisi kas suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan, sebelum membuat keputusan menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Pembayaran dividen merupakan arus kas keluar. Semakin kuat posisi kas perusahaan, berarti semakin

2.1.4.2. Growth

Aset adalah aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar aset maka diharapkan semakin besar pula hasil operasional yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Peningkatan aset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar (kreditur) terhadap perusahaan, maka proporsi hutang semakin lebih besar dari modal sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditur atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh besarnya aset yang dimiliki perusahan (Ang, 1997).

Riyanto (2001:267) makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhanya. Perusahaan tersebut biasanya akan lebih senang untuk menahan pendapatanya daripada dibayarkan sebagai deviden dengan mengingat batasan- batasan biayanya. Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian rupa sehingga perusahaan telah well established, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana ekstern lainya, maka keadaanya adalah berbeda. Dalam hal yang demikian perusahaan dapat menetapkan devidend payout ratio yang tinggi.

Pertumbuhan perusahaan yang tinggi lebih disukai untuk mengambil keuntungan pada investasi yang memiliki prospek yang baik. Teori free cash flow hypothesis yang disampaikan oleh Jensen (1986) dalam Jensen et.al.,(1992) menyebutkan bahwa perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang lebih tinggi akan memiliki free cash flow yang rendah karena sebagian besar dana yang ada digunakan untuk investasi pada proyek yang memilki nilai Net Present Value (NPV) yang positif. Manajer dalam bisnis perusahaan dengan memperhatikan pertumbuhan lebih menyukai untuk menginvestasikan pendapatan setelah pajak dan mengharapkan kinerja dari dividen akan lebih kuat dalam pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan(Charitou dan Vafeas,1998). Saxena (2002) juga menyatakan bahwa dividend payout ratio sangat penting dengan berbagai alasan antara lain: Pertama, dalam penelitiannya, Saxena (2002) menemukan bahwa perusahaan menggunakan dividen sebagai sebuah tanda mekanisme keuangan yang dicerminkan kinerja perusahaan kepada pihak luar sehubungan dengan stabilitas dan prospek pertumbuhan dari perusahaan. Kedua, dividen memegang peranan penting pada struktur modal.

Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan, akan semakin besar tingkat kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi. Semakin besar kebutuhan dana di masa yang akan datang, akan semakin memungkinkan perusahaan menahan keuntungan dan tidak membayarkannya sebagai dividen. Oleh karenanya, potensi pertumbuhan perusahaan menjadi faktor penting yang menentukan kebijakan dividen (Chang dan Reee, 1990).

Pertumbuhan perusahaan menggambarkan tolak ukur keberhasilan perusahaan. Menurut Florentina (2002) dalam Yuniningsih (2002: p.169) menyatakan bahwa keberhasilan tersebut juga menjadi tolak ukur investasi untuk pertumbuhan pada masa yang akan datang.

2.1.4.3. Firm size

Ukuran untuk menentukan firm size adalah dengan log natural dari total aktiva (Farinha, 2002)Ukuran perusahaan mungkin suatu faktor yang penting bukan hanya sebagai proksi pada biaya keagenan (yang dapat diharapkan lebih tinggi pada perusahaan dengan ukuran yang lebih besar) tetapi juga disebabkan biaya transaksi yang berhubungan dengan penerbitan saham sehubungan dengan ukuran perusahaan (Smith,1977 dalam Farinha,2002). Bagaimanapun (Smith dan Watts,1992 dalam Farinha,2002)menunjukkan, dasar teori pada pengaruh dari ukuran (size) terhadap dividend payout ratio sangat kuat. Perusahaan besar dengan akses pasar yang lebih baik seharusnya membayar dividen yang tinggi kepada pemegang sahamnya, sehingga antara ukuran perusahaan dan pembayaran dividen memiliki hubungan yang positif (Cleary, 1999 dalam Farinha,2002).

Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memilki akses ke pasar modal. Karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memilki akses ke pasar modal. Karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan

2.1.4.4. Profitability (ROA)

Ang (1997) menyatakan bahwa Return on Asset adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Return On Asset diukur dari laba bersih setelah pajak (earning after tax) terhadap total assetnya yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan investasi yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam rangka menghasilkan probabilitas perusahaan. ROA (salah satu ukuran profitabilitas) juga merupakan ukuran efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan untuk operasi. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat kembalian investasi (return) yang semakin besar.

Menurut Hanafi (2004:375) perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar deviden atau meningkatkan deviden. Hal yangsebaliknya akan terjadi jika jika aliran kas tidak baik. Alasan lain pembayaran deviden adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain. Perusahaan yang mempunyai kas yang berlebihan seringkali menjadi target dalam akuisisi. Untuk menghindari akuisisi, perusahaan tersebut bisa membayarkan deviden, dan sekaligus juga membuat senang pemegang saham.

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa mendatang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang tinggi pula. (Kim et al.1993) dalam Supriyono dan Amin (2000) dalam Kusumawati dan Sudento (2005).

Oleh karena dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividen payout ratio . Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividen . Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen (Damayanti dan Achyani, 2006).

Dividen adalah merupakan sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karenanya dividen akan dibagikan jika perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada para pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya yaitu beban bunga dan pajak. Karena dividen diambil dari keuntungan bersih perusahaan maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividen payout ratio . Perusahaan yang memperoleh keuntungan cederung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar ssebagai dividen . Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen . Atribut profitabilitas ini diwakili oleh tingkat keuntungan setelah pajak dibagi dengan total asset (Chang dan Rhee,1990).

Faktor profitabilitas juga berpengaruh terhadap kebijakan deviden karena deviden adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu deviden akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Oleh karena itu deviden yang diambilkan dari keuntungan bersih akan mempengaruhi devidend payout ratio. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai deviden (Sudarsi 2002:79).

2.1.4.5. Debt to Total Asset(DTA)

Rasio ini menunjukkan besarnya hutang yang akan digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. Debt to total assets merupakan rasio antara total hutang (total debts) baik utang jangka pendek (current liability) maupun utang jangka panjang (long term debt) terhadap total aktiva (total assets) baik aktiva lancar maupun aktiva tetap dan aktiva lainnya. Semakin besar rasio DTA menunjukkan semakin besarnya tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayar oleh perusahaan. Dengan semakin meningkatnya rasio DTA, maka hal tersebut berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka profitabilitas (earnings after tax) semakin berkurang (karena Rasio ini menunjukkan besarnya hutang yang akan digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. Debt to total assets merupakan rasio antara total hutang (total debts) baik utang jangka pendek (current liability) maupun utang jangka panjang (long term debt) terhadap total aktiva (total assets) baik aktiva lancar maupun aktiva tetap dan aktiva lainnya. Semakin besar rasio DTA menunjukkan semakin besarnya tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayar oleh perusahaan. Dengan semakin meningkatnya rasio DTA, maka hal tersebut berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka profitabilitas (earnings after tax) semakin berkurang (karena

Tong dan Green (2004) dalam Siregar (2005) menguji keputusan keuangan perusahaan publik China yang terdaftar di bursa Shanghai dan Shenzen. Mereka menemukan bahwa utang berhubungan negatif dengan ketersediaan dana internal. Temuan ini menunjukkan bahwa apabila dana internal tidak cukup, maka perusahaan mendapatkan dana eksternal melalui utang. Mereka juga menemukan bahwa dividen berkorelasi positif dengan dengan utang. Apabila dividen dibayar oleh perusahaan kepada pemegang saham, maka dana internal tidak lagi cukup untuk melakukan investasi. Sehingga perusahaan berusaha memperoleh dana eksternal melalui utang.

2.1.4.6. Debt to Equity Ratio(DER)

Debt to equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Myers dan Majluf (1984) dalam menghubungkan profitabilitas dengan kebijakan debt lewat sebuah hipotesis “pecking order” yang dimodifikasi, ditunjukan bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih profitable akan menurunkan permintaannya akan debt, karena akan tersedia lebih banyak dana-dana internal untuk mendanai investasi.

Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan utang) terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki perusahaan (Ang 1997:18.35). Faktor ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya. Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini berarti berarti hanya sebagian kecil saja yang pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai deviden (Riyanto 2001:267). Peningkatan utang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan membayar deviden (Sudarsi 2002:80).

Prihantoro (2003) menyatakan bahwa debt equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajibannya. Semakin besar proporsi utang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar jumlah kewajiban (Prihantoro ,2003: p.10). Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang Prihantoro (2003) menyatakan bahwa debt equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajibannya. Semakin besar proporsi utang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar jumlah kewajiban (Prihantoro ,2003: p.10). Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang

2.2. PENELITIAN TERDAHULU Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah (2001) untuk menguji hubungan antara variabel insider ownership, debt, dividen , firm size, business risk, profitability, dan growth. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan interdependensi diantara kepemilikan manajerial dan kebijakan dividen , dan variabel kepemilikan manajerial dan growth berpengaruh signifikan negatif terhadap dividen payout ratio.

2. Adelegan (1998) dalam penelitiannya melakukan penelitian terhadap pengaruh growth prospect, leverage dan firm size terhadap dividen payout ratio perusahaan di Nigeria periode 1984-1997.Sampel penelitiannya sejumlah 882 perusahaan yang ada di Nigeria. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kebijakan dividen dipengaruhi oleh growth prospect, leverage dan firm size.

3. Amidu dan dan Abor (2006) yang meneliti hubungan antara variabel profitability, cash flow, tax, risk, growth, institutional holding, MBV dengan dividen terhadap perusahaan di Ghana menyatakan bahwa terdapat hubungan 3. Amidu dan dan Abor (2006) yang meneliti hubungan antara variabel profitability, cash flow, tax, risk, growth, institutional holding, MBV dengan dividen terhadap perusahaan di Ghana menyatakan bahwa terdapat hubungan

4. Penelitian yang dilakukan oleh Anil dan Kapoor (2008) terhadap perusahaan- perusahaan IT di India memperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan positif tidak signifikan antara profitabilitas dan DPR, hubungan positif signifikan antara cash flow dengan DPR. Tetapi terjadi hubungan tidak signifikan untuk variabel lainnya.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti dan Achyani (2006) terhadap seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 1999-2003 untuk menguji pengaruh antara variabel independen investasi perusahaan, likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan dan variabel dependen dividen payout ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen payout ratio.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Dhatt (2000) di lima sektor industri yaitu air transport, chemicals, drugs, paper and forest products, dan the semi- conductor industry terhadap hubungan antara dividen payout ratio dengan debt equity ratio menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara debt equity ratio dan dividen payout ratio.

7. Penelitian yang dilakukan oleh Dharmastuti, Stella dan Eviyanti (2003) menunjukkan bahwa hanya variabel pertumbuhan yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap dividen sedangkan varibel lain seperti risiko pasar

(beta), volatilitas pendapatan, profitabilitas, dan hutang berpengaruh terhadap dividen .

8. Farinha (2002) dalam penelitian yang dilakukan di Inggris dengan menggunakan sampel sebanyak 600 perusahaan dan dalam dua periode yang berbeda terhadap variabel insider ownership dan dividen payout ratio untuk menemukan adanya hubungan di antara kedua variabel dengan menguji adanya hubungan signifikan antara insider ownership dengan dividen melalui analisis regresi.

9. Hairani (2001) melakukan penelitian terhadap 37 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2001-2003 mengenai pengaruh variabel cash position, growth, firm size, DER, profitability, tax rate dan times interset earned terhadap dividen payout ratio. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pembagian dividen payout ratio hanya dipengaruhi oleh DER dan profitability.

10. Indria, Andi, dan Yuliansyah (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa hanya tingkat laba yang berpengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam membagikan dividen. Sedangkan variabel lain yaitu leverage, cash flow, dan current ratio , tidak berpengaruh terhadap keputusan perusahaan dalam membagikan dividen.

11. Penelitian yang dilakukan oleh Nurmala (2006) bertujuan untuk mengatasi kebijakan dividen dan pengaruhnya pada perusahaan otomotif. Populasi penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama lima tahun berturut-turut (tahun 1996-2000) yang mengumumkan

Earning Per Share, Dividen per Share, dan Closing Price. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman dan pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa tingginya harga saham tidak mempengaruhi kebijakan dividen yang diterapkan oleh perusahaan otomotif tersebut karena harga saham bukan satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen.

12. Prihantoro (2003) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dividen payout ratio pada 148 perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta kurun waktu 1991-1996 menggunakan variabel posisi kas, potensi pertumbuhan, ukuran perusahaan, rasio hutang dan modal, profitabilitas, kepemilikan dan dividen payout ratio. Hasilnya hanya posisi kas dan rasio hutang dengan modal yang berpengaruh signifikan terhadap dividen payout ratio, sedangkan earning memiliki pengaruh yang kurang signifikan.

13. Siregar (2005) dalam penelitiannya terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2001-2003 terhadap variabel dividen , leverage, dan investasi menemukan bahwa financial leverage dan dividen payout ratio saling mempengaruhi secara positif. Dan tidak ada hubungan yang signifikan antara investasi dan dividen payout ratio.

14. Suharli (2004) melakukan penelitian pengaruh variabel ROI, fixed assets dan likuiditas terhadap dividen payout ratio untuk perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2002-2003 diperoleh hasil bahwa kebijakan jumlah 14. Suharli (2004) melakukan penelitian pengaruh variabel ROI, fixed assets dan likuiditas terhadap dividen payout ratio untuk perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2002-2003 diperoleh hasil bahwa kebijakan jumlah

15. Hasil penelitian dari Suharli (2006) terhadap variabel profitabilitas, leverage, harga saham, dan dividen payout ratio ditemukan bahwa antara variabel profitabilitas dan harga saham berpengaruh signifikan terhadap dividen payout ratio , sedangkan variabel leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen payout ratio.

16. Suherli dan Harahap (2004) menyatakan bahwa ada dua variabel yang berpengaruh signifikan terhadap dividen payout ratio yaitu liquidity dan firm size . Sedangkan kelima variabel lainnya yaitu capital structure, company’s growth, stock price, number of stockholder , dan family leadership tidak berpengaruh secara signifikan.

17. Penelitian yang dilakukan oleh Usman (2006) terhadap variabel profitabilitas, ukuran perusahaan, struktur modal dan dividen payout ratio dengan sampel semua perusahaan yang terdaftar sebagai saham LQ 45 periode 2000-2002 menunjukkan bahwa variabel profitabilitas, ukuran perusahaan, dan struktur modal berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen kas.

18. Penelitian Winatha (2001) terhadap earning per share, cash ratio, DER, growth of sale, growth of assets, corporate tax, size of firm, dan dividen payout ratio membuktikan bahwa hanya variabel earning per share, growth of sale dan corporate tax yang berpengaruh langsung terhadap dividen payout ratio .

19. Dalam penelitian yang dilakukan Yuniningsih (2002) terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 1992-1995 dengan sampel sebanyak 159 perusahaan menunjukkan bahwa investasi berpengaruh negatif signifikan terhadap dividen payout ratio. Faktor lain seperti financial leverage , likuiditas, profitabilitas, dan risk tidak berpengaruh secara signifikan.

20. Chang dan Rhee (1990) dengan menggunakan metode analisis regresi terhadap variabel growth, earning variability, nondebt tax shields, firmsize dan profitability menemukan hasil bahwa variabel growth pada penelitian ini tidak signifikan tetapi tetap berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio . Sedangkan variabel earning variability, nondebt tax shields, firm size berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio.

21. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Saxena (1999) dengan variabel growth, beta coefficient,number of common, stockholders, insider, investment opportunity set terhadap dividend payout ratio menemukan hasil bahwa variabel growth, beta coefficient, dan investment opportunity set berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio, sedangkan variabel number of common stockholder berpengaruh positif pada dividend payout ratio.

22. Sutrisno (1999) menyatakan bahwa variabel independen cash position dan debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap DPR. Hal ini disebabkan karena penentu dividend payout ratio secara teoritis sangat erat berhubungan dengan posisi kas perusahaan, jumlah kewajiban, dan besarnya laba ditahan. Penelitian dilakukan terhadap variabel cash position, growth potential, firm size , debt to equity ratio, profitability, dan dividend payout ratio.

23. Dengan menggunakan variabel pertumbuhan asset, kepemilikan saham manajemen, free cash flow dan ukuran perusahaan, Hatta (2002) menunjukkan hasil penelitian bahwa growth dan ukuran perusahaan yang berpengaruh positif signifikan terhadap DPR sementara variabel lainnya yaitu kepemilikan saham manajemen, free cash flow dan tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR .

24. Hasil penelitian Sunarto dan Kartika (2003) menunjukkan bahwa hanya EPS yang berpengaruh signifikan terhadap dividen kas sementara empat variabel independen lainnya yaitu cash ratio, current ratio, DTA, dan ROI tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan.

25. Risaptoko (2007) menunjukkan dalam penelitiannya bahwa variabel cash ratio dan DTA berpengaruh positif terhadap DPR, sedangkan variabel growth, ROA , dan size tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. Penelitiannya dilakukan terhadap perusahaan yang terdaftar di BEJ yang sahamnya dimiliki oleh manajemen dan yang tidak dimiliki oleh manajemen.