Unsur Doa dalam Upacara Tradisi Pemberian Nama

5. Unsur Doa dalam Upacara Tradisi Pemberian Nama

Bapak Wagino (50), orang yang juga dituakan dalam masyarakat Warungboto menjelaskan bahwa berkaitan dengan waktu dan tempat yang dianggap mustajab untuk berdoa, kiranya setiap orang memiliki kepercayaan dan keyakinan yang berbeda-beda. Kedua faktor itu berpengaruh pula terhadap kemantapan hati dan tekad dalam mengajukan permohonan kepada Tuhan YME. Namun bagi masyarakat Warungboto semua tempat dan waktu adalah baik untuk melakukan doa. Banyak juga orang meyakini bahwa doanya akan dikabulkan Tuhan, walaupun doanya bersifat verbal atau sebatas ucapan lisan saja. Hal ini sebagai konsekuensi, bahwa dalam berdoa hendaknya kita selalu berfikir positif (prasangka baik) pada Tuhan.

Tidak mudah memahami apa “kehendak” Tuhan. Diperlukan kearifan sikap dan ketajaman batin untuk memahaminya. Dalam khasanah spiritual Jawa

disebut “bisa nggayuh kawicaksanane Gusti”. Agar doa menjadi mustajab (tijab atau makbul atau kuat) dapat dilakukan suatu kiat tertentu. Penting untuk memahami bahwa doa sesungguhnya bukan saja sekedar permohonan (verbal). Lebih dari itu, doa adalah usaha yang nyata netepi rumus atau kodrat atau hukum Tuhan sebagaimana tanda-tandanya tampak pula pada gejala kosmos. Permohonan kepada Tuhan dapat ditempuh dengan lisan. Tetapi yang paling penting adalah doa butuh penggabungan antara dimensi batiniah dan lahiriah (laten dan manifesto) metafisik dan fisik.

kekuatan doa, yaitu: doa adalah seumpama cermin. Doa akan terkabul atau tidak tergantung dari amal kebaikan yang pernah dilakukan terhadap sesama. Dengan kata lain terkabul atau gagalnya doa-doa merupakan cerminan akan amal kebaikan yang pernah dilakukan pada orang lain. Jika secara sadar atau tidak sering mencelakai orang lain maka doa mohon keselamatan akan sia-sia. Sebaliknya, orang yang selalu menolong dan membantu sesama, kebaikannya sudah menjadi “doa” sepanjang waktu, hidupnya selalu mendapat kemudahan dan mendapat keselamatan. Bila manusia gemar dan ikhlas mendermakan hartanya untuk membantu orang-orang yang memang tepat untuk dibantu. Selanjutnya cermati apa yang akan terjadi pada dirinya, rejeki seperti tidak ada habisnya. Semakin banyak beramal, akan semakin banyak pula rejeki. Bahkan sebelum mengucap doa, Tuhan sudah memenuhi apa-apa yang diharapkan. Itulah pertanda, bahwa perbuatan dan amal kebaikan pada sesama, akan menjadi doa yang tak terucap, tetapi sungguh yang mustajab. Ibarat sakti tanpa kesaktian. Bila berbuat baik pada orang lain, sesungguhnya perbuatan itu seperti doa untuk diri sendiri.

Upacara tradisi yang masih berlaku dalam masyarakat Jawa saat ini, selalu terdapat doa. Demikian pula dalam upacara tradisi pemberian nama orang dalam masyarakat Warungboto terdapat doa-doa yang sangat penting dalam upacara ini. Doa-doa tersebut menjadi unsur yang paling penting dan wajib ada dalam upacara ini. Doa tersebut ditujukan kepada Tuhan maupun kepada para leluhur untuk memperoleh ketentraman dan keselamatan dalam hidup. Doa selalu Upacara tradisi yang masih berlaku dalam masyarakat Jawa saat ini, selalu terdapat doa. Demikian pula dalam upacara tradisi pemberian nama orang dalam masyarakat Warungboto terdapat doa-doa yang sangat penting dalam upacara ini. Doa-doa tersebut menjadi unsur yang paling penting dan wajib ada dalam upacara ini. Doa tersebut ditujukan kepada Tuhan maupun kepada para leluhur untuk memperoleh ketentraman dan keselamatan dalam hidup. Doa selalu

Kutipan : Kyai among nyai among, ngaturaken pisungsung kagem para leluhur ingkang sami nurunaken j abang bayine…. (diisi nama anak) mugi tansah kersa njangkung lan njampangi lampahipun, dados lare/tiyang ingkang tansah hambeg utama, wilujeng rahayu, mulya, sentosa lan raharja. Wilujeng rahayu kang tinemu, bondo lan bejo kang teko. Kabeh saka kersaning Gusti.

Terjemahan : “Para pengasuh lahir dan batinku (kakang kawah adi ari-ari, sedulur papat

keblat dan kelima pancer ), dan seluruh leluhur pendahulu si jabang bayi … (sebutkan nama anak), ijinkan saya menghaturkan segala uborampe bancakan weton sebagai wujud rasa menghargai, rasa hormat, dan terimakasih. Semoga selalu bersedia untuk membimbing dan mengarahkan dalam setiap langkah. Agar menjadi orang yang berifat mulia, luhur budi pekerti, bermanfaat untuk seluruh makhluk. Selalu mendapat keselamatan dan kesentosaan, dan selalu mendapakan keberuntungan kapan dan di manapun berada. ”

Doa juga bisa dikatakan secara lisan. Dalam upacara tradisi pemberian nama bayi selalu dilingkupi oleh doa dalam rangkaian acara. Seperti contohnya saat sebelum acara bancakan diadakan, bancakan tersebut didoakan terlebih dahulu oleh orang yang dituakan oleh keluarga. Doa tersebut ditujukan pada Tuhan dengan harapan agar bayi selalu dilindungi oleh Tuhan, dijauhkan dari malapetaka, cepat bertumbuh besar, menjadi anak yang pintar, berguna bagi orang tua, masyarakat dan negara, dan bagi si bayi itu sendiri.

Semua unsur yang telah dijabarkan dalam penjelasan di atas adalah unsur yang membangun terciptanya upacara tradisi pemberian nama. Unsur-unsur tersebut seolah-olah merupakan penyangga dari satu kesatuan dalam upacara Semua unsur yang telah dijabarkan dalam penjelasan di atas adalah unsur yang membangun terciptanya upacara tradisi pemberian nama. Unsur-unsur tersebut seolah-olah merupakan penyangga dari satu kesatuan dalam upacara