Tinjauan Pengarang

A. Tinjauan Pengarang

1. Riwayat Hidup

Dalam penelitian sebuah karya sastra pengarang merupakan hal yang cukup penting untuk ikut dibahas. Berhasil tidaknya sebuah karya sastra tergantung dari luas tidaknya wawasan pengetahuan yang dimilikinya. Kepandaian dalam mengolah cerita serta kejelian pengamatan terhadap sendi-sendi kehidupan yang amat beragam dan

di sekitarnya. Oleh karena itu, segala aspek yang menyangkut diri pribadi pengarang perlu sekali untuk diperhatikan. Latar belakang kehidupan keluarganya, pengarang dalam dunia kesastrawanannya, hubungan pengarang dengan pengarang yang lain. Hal ini penting mengingat banyak kemungkinan yang terjadi tentang proses kelahiran karya sastra itu sendiri dengan kehidupan pengarang. Ada suatu hubungan kausal yang menyangkut dirinya maupun orang lain sehubungan dengan eksistensinya dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu, eksistensi seorang pengarang dalam menulis karya sastra serta potensi pengarang di dalam berkarya juga ada pengaruhnya dengan karya sastra yang ditulisnya. Karena, pengalaman pengarang dalam karya sastra juga cukup berpengaruh dalam hasil karyanya.

Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut di atas, penulis akan menguak tentang kehidupan pengarang dan latar belakangnya membuat cerbung yang berjudul Dalane Isih Peteng karya Sartono Kusumaningrat. Sartono Kusumaningrat merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang berusaha melestarikan budaya Jawa yang kemampuannya sudah cukup teruji. Beliau juga sosok pengarang yang cukup produktif dalam berkarya. Beliau adalah sosok seorang pria yang sangat ramah yang usianya telah mencapai hampir setengah abad yang lahir pada tanggal 12 November 1964 di Sleman. Sartono Kusumaningrat dulu sekolah di TK Kanisius, Sekolah Dasar Kanisius, Sekolah Menengah Pertama Kanisius. Kemudian untuk SMA melanjutkan sekolah di SMA BUPGRI (Badan Usaha Pendidikan Gereja Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut di atas, penulis akan menguak tentang kehidupan pengarang dan latar belakangnya membuat cerbung yang berjudul Dalane Isih Peteng karya Sartono Kusumaningrat. Sartono Kusumaningrat merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang berusaha melestarikan budaya Jawa yang kemampuannya sudah cukup teruji. Beliau juga sosok pengarang yang cukup produktif dalam berkarya. Beliau adalah sosok seorang pria yang sangat ramah yang usianya telah mencapai hampir setengah abad yang lahir pada tanggal 12 November 1964 di Sleman. Sartono Kusumaningrat dulu sekolah di TK Kanisius, Sekolah Dasar Kanisius, Sekolah Menengah Pertama Kanisius. Kemudian untuk SMA melanjutkan sekolah di SMA BUPGRI (Badan Usaha Pendidikan Gereja

Adapun karya-karyanya yang diciptakannya yaitu berupa cerkak / cerpen, kartun yang berbahasa Jawa maupun yang berbahasa Indonesia, cerbung, novelet, novel, dan lain-lain. Di dalam menulis, Sartono Kusumaningrat juga sering kali mendapat penghargaan-penghargaan dari berbagai Yayasan / Instansi. Di antara penghargaan-penghargaan yang pernah dia terima yaitu:

a. Pada tahun 1975 sewaktu kelas 5 SD, Sartono Kusumaningrat pernah mendapat juara 2 se-propinsi DIY yang pada waktu itu ditunjuk untuk mewakili kabupaten Sleman.

b. Pada tahun 1977, mendapat juara ke 2 mengarang se-propinsi DIY.

c. Pada tahun 1998, pernah mendapat juara harapan 3 dalam menulis di majalah Kartini.

Dalam profesinya di Rumah Budaya Tembi, Sartono Kusumaningrat masih eksis menulis hingga sekarang. Meskipun semuanya itu hanya bersifat hobi atau kesenangan, namun karya-karyanya cukup membanggakan. Bahkan hingga mendapatkan beberapa penghargaan-penghargaan.

Cerbung berjudul Dalane Isih Peteng ini, dibuat oleh pengarang yang bernama Sartono Kusumaningrat hanya sekedar rekaan atau fiksi semata. Pengarang yang setiap harinya selalu berpenampilan necis dan rapi itu, mendapat inspirasi dari sekumpulan para sopir taksi yang tidak lazim, dan inspirasi satunya lagi merupakan satu hal negatif yaitu narkoba atau obat-obatan terlarang yang kemudian menjurus pada pergaulan bebas sehingga cerbung yang ditulis itu diberi judul Dalane Isih Peteng.

Sartono Kusumaningrat membuat cerita ini sebenarnya pada intinya ingin menceritakan, ingin menguak para pemuda jaman sekarang yang sering kali dan tidak sedikit yang terjerumus ke lembah hitam. Selain hal di atas, pengarang juga ingin para pemuda-pemudi dan para remaja yang ikut menikmati karya sastra (cerbung) yang dibuatnya supaya mereka lebih berhati-hati dalam pergaulan dan agar tidak ikut terjun ke lembah hitam.