DEFINISI EPIDEMIOLOGI TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong, yang akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. Pada pertengahan abad XVI, kekurangan zat besi digambarkan sebagai penyakit yang dikenal sebagai Klorosis. 26,27 Orang yang pertama sekali memakai istilah Klorosis adalah Verandeus untuk menggantikan nama ” de morbo vergineo ” yang dikemukan oleh Johannes Lange pada tahun 1554 untuk suatu penyakit dengan gejala-gejala muka pucat kehijauan, palpitasi, edem, sakit sendi, dan gangguan gastrointestinal berupa obstipasi, serta nyeri tekan pada epigastrium. Klorosis merupakan suatu anemia kekurangan zat besi yang dijumpai pada gadis-gadis berumur 14-17 tahun dan ibu-ibu muda. 26,27 Gambaran klinis dari penyakit tersebut ialah muka pucat warna kuning kehijauan sebagai akibat dari kadar zat besi dalam darah yang tidak adekuat, disamping adanya kebutuhan zat besi yang meningkat untuk pertumbuhan dan karena haid. Anemia defisiensi besi ialah anemia yang secara primer disebabkan oleh kekurangan zat besi dengan gambaran darah yang beralih secara 11,27 Universitas Sumatera Utara progresif dari normositer normokrom menjadi mikrositik hipokrom dan memberi respon terhadap pengobatan dengan senyawa besi WHO. 21,22 Anemia adalah keadaan kadar hemoglobin atau hematokrit kurang dari batas normal sesuai usia bayi dan anak atau jenis kelamin dewasa. Akibatnya, berkurangnya kemampuan menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh yang optimal. Anemia Defisiensi Besi ADB adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh depleted iron store sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin Hb berkurang. 28,29,30 22,31,32

2.2. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi ADB tinggi pada bayi, hal yang sama juga dijumpai pada anak usia sekolah dan anak praremaja. Angka kejadian ADB pada anak usia sekolah 5-8 tahun di kota sekitar 5,5 , anak praremaja 2,6 dan remaja 26. Di Amerika Serikat sekitar 6 anak berusia 1-2 tahun diketahui kekurangan besi, lebih kurang 9 remaja wanita kekurangan besi. sedangkan pada anak laki-laki sekitar 50 cadangan besinya berkurang saat pubertas. Prevalensi ADB lebih tinggi pada anak kulit hitam dibanding kulit putih. Keadaan ini mungkin berhubungan dengan status sosial ekonomi anak kulit hitam yang lebih rendah. 22,28 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia prevalensi ADB pada anak balita sekitar 25-35. Dari hasil SKRT tahun 1992 prevalens ADB pada anak balita di indonesia adalah 55,5. 20,23 Pada tahun 2002 prevalensi anemia pada usia 4-5 bulan di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur menunjukkan bahwa 37 bayi memiliki kadar Hb di bawah 10grdl sedangkan untuk kadar Hb di bawah 11grdl mencapai angka 71. 21 Pauline di Jakarta juga menambahkan selama kurun waktu 2001-2003 tercatat sekitar 2 juta ibu hamil menderita anemia gizi dan 8,1 juta anak menderita anemia. 22 Selain itu data menunjukkan bahwa bayi dari ibu anemia dengan berat bayi normal memiliki kecendrungan hampir 2 kali lipat menjadi anemia dibandingkan bayi dengan berat lahir normal dari ibu yang tidak menderita anemia. Berdasarkan data prevalensi anemia defisiensi gizi pada ibu hamil di 27 provinsi di Indonesia tahun 1992, Sumatera Barat memiliki prevalensi terbesar 82,6 dibandingkan propinsi lain di Indonnesia. 22,23

2.3. ETIOLOGI