mempunyai jumlah populasi ternak ayam broiler sebanyak 639.399 ekor, merupakan daerah yang memiliki jumlah populasi ternak ayam broiler terbesar di
Kabupaten Langkat.
Karakteristik Responden Peternak Ayam Broiler
Peternak ayam broiler yang menjadi responden penelitian ini sebanyak 40 orang, yang terdiri dari 20 orang peternak pola kemitraan dan 20 orang peternak
pola mandiri. Gambaran umum responden meliputi usia peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, status pekerjaan sebagaimana diuraikan sebagai
berikut ini:
1. Usia Peternak
Data karakteristik responden di lokasi penelitian berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Karakteristik Responden di Lokasi Penelitian Berdasarkan Usia Usia
Kemitraan Mandiri
Responden Jumlah
Persentase Jumlah
Persentase Tahun
orang orang
27 - 35 2
10.00 1
5.00 36 - 44
13 65.00
10 50.00
45 - 53 2
10.00 8
40.00 54 - 62
3 15.00
1 5.00
Total 20
100 20
100
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
Tabel 9. Menunjukkan 65 responden peternak ayam pedaging bermitra dan 50 peternak ayam pedaging mandiri berumur 36-44 tahun, hal ini
menunjukkan bahwa umur responden terdiri dari masyarakat yang cukup produktif dalam mengelola ayam pedaging. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
muda usia peternak, umumnya rasa keingin tahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi
Chamdi, 2003. Dikuatkan lagi dengan pendapat dari Isbandi 2004 yang menyatakan bahwa peternak yang berada pada usia produktif akan lebih efektif
dalam mengelolah usahanya bila dibandingkan dengan yang lebih tua. Dan
Universitas Sumatera Utara
biasanya pada usia muda, peternak masih sangat antusias untuk mendapatkan program pemerintah untuk membantu pengembangan usahanya sesuai dengan
pernyataan Soekartawi 2002 yang menyatakan bahwa petani yang berusia lanjut biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberi pengertian yang dapat
mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidupnya apalagi menyangkut dengan program pemerintah yang banyak tata aturan dan prosedur untuk
mendapatkannya.
2. Tingkat Pendidikan
Dalam suatu usaha, tingkat pendidikan sangat berperan untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha. Pendidikan merupakan faktor pelancar
yang dapat mempercepat pembangunan usaha pertanian, dengan pendidikan yang baik seorang peternak akan mudah mengadopsi teknologi baru, mengembangkan
keterampilan dan memecahkan permasalahan yang dihadapi Mosher, 1983. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Tingkat Pendidikan Responden Tingkat
Pendidikan Kemitraan
Mandiri Jumlah
Persentase Jumlah
Persentase orang
orang SD
4 20.00
1 5.00
SLTP 4
20.00 2
10.00 SMU
10 50.00
11 55.00
Diploma-Sarjana 2
10.00 6
30.00 Total
20 100
20 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2013
Di lokasi penelitian terdapat data yaitu untuk responden bermitra yang berpendidikan SD sebanyak 4 orang 20.00, SLTP sebanyak 4 orang 20.00,
SMU sebanyak 10 orang 50.00 dan tingkat Diploma-Sarjana 2 orang 10.00. Sedangkan untuk kelompok mandiri didapat data yang berpendidikan
SD sebanyak 1orang 5.00, SLTP sebanyak 2 orang 10.00, SMU sebanyak 11 orang 55.00 dan yang Diploma atau Sarjana sebanyak 6 orang 30.00.
Jelas dapat dilihat bahwa yang pendidikannya tinggi, cara berfikir juga jauh lebih maju dan dengan adanya program yang didapat dengan
Universitas Sumatera Utara
bermitramengarahkan peternak untuk dapat mengembangkan usaha peternakannya untuk mendapat hasil yang jauh lebih baik. Tingkat pendidikan
peternak cendrung mempengaruhi cara berfikir dan dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan teknologi baru Soekartawi, 1986.
3. Pengalaman Beternak