53 bahwa harus terdapat berbedaan untuk berinteraksi terhadap teman sebaya, orang
tua, ataupun teman yang lebih muda. Ketika anak-anak pada usia lebih muda telah mampu mengidentifikasi tugas
dan wewenang presiden dan penjabat pemerintahan lainnya, anak-anak pada masa ini lebih mampu untuk memahaminya dengan akurat berdasarkan resiko atas
jabatan tersebut. Anak-anak pada masa anak-anak awal telah mampu untuk menyebutkan nama presiden, maka pada masa anak-anak akhir dia telah mampu
untuk mengidentifikasi fungsi dan resiko dari jabatan tersebut.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Bayu Dwi Saputro dengan judul “Peranan Guru
Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pengembangan Organisasi Siswa Intra Sekolah sebagai Pendidikan Politik di Sekolah Menengah Pertama Negeri se-
Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa: 1 Guru Pkn di Sekolah Menengah Pertama SMP
Negeri se-Kecamatan Pengasih sudah melaksanakan pendidikan politik pada saat pembelajaran di kelas dengan berbagai macam metode pembelajaran.
Sedangkan peranan guru Pendidikan Kewarganegaraan PKn di SMP Negeri se-Kecamatan Pengasih dalam mengembangkan Organisasi Siswa Intra
Sekolah OSIS sebagai pendidikan politik masih belum dilaksanakan karena banyak kendala yang dihadapinya; 2 Kendala-kendala yang dihadapi guru
PKn dalam pengembangan OSIS sebagai pendidikan politik adalah sebagian guru PKn belum memahami konsep pendidikan politik, sulitnya menanamkan
nilai-nilai politik kepada siswa, sulitnya membangun keberanian siswa dalam
54 menyampaikan pendapat, kurangnya koordinasi antar guru disekolah untuk
mengembangkan OSIS sebagai pendidikan politik, kurangnya kehadiran guru PKn di sekolah masing-masing, kurangnya partisipasi guru PKn dalam
kegiatan OSIS dan kurangnya pembinaan mengenai pendidikan politik terhadap pengurus OSIS.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rahayuningsih dengan judul “Pendidikan
Politik pada Siswa Sekolah Menengah Atas SMA: Praksis Pendidikan Kewarganegaraan Kasus di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta”.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa: 1 Proses pendidikan politik di SMA Santo Yosef Surakarta terintegrasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar KBM
khususnya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan; 2 Proses pendidikan politik sebagai upaya membangun kultur demokrasi di SMA Santo Yosef
Surakarta termuat dalam program ekstrakurikuler dan penataan iklim organisasi sekolah; 3 Pemaknaan siswa terhadap sistem politik di Indonesia
sangat negatif, berbeda dengan pemaknaan guru dan kepala sekolah; 4 Pemaknaan siswa dan guru SMA Santo Yosef Surakarta terhadap Pancasila,
Undang – Undang Dasar 1945, dan Bhineka Tunggal Ika sangat positif, dan; 5
Pola pendidikan politik di SMA Santo Yosef Surakarta dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu pengintegrasian pada mata pelajaran PKn, program
ekstrakulikuler, dan program organisasi sekolah. Penelitian ini menyarankan teori
“School As A Learning Organization and Society System” sebagai landasan dalam pelaksanaan pendidikan politik: praksis pendidikan
kewarganegaraan sebagai upaya membangun kultur demokrasi di sekolah.
55 3.
Penelitian yang dilakukan oleh Lensa Reza Satria dengan judul “Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Politik di SMA Negeri Se-
Kabupaten Kulon Progo”. Hasil penelitian tersebut adalah: 1 Penerapan pembelajaran PKn sebagai pendidikan politik di SMA Negeri Se-Kabupaten
Kulon Progo adalah dengan cara guru menanamkan penghayatan nilai-nilai politik dan tatacara politik dengan didasarkan hak dan kewajiban yang
bertanggung jawab, bahwa seluruh element lapisan masyarakat terlibat dalam sistem politik, tiak terkecuali siswa agar nantinya tercipta sebuah paradigma
baru, cara berpikir baru yang akhirnya membuat budaya politik baru. 2 Berdasarkan dari beragam usaha pengembangan yang dilakukan guru untuk
melakukan pembelajaran PKn sebagai pendidikan politik disimpulkan bahwa guru dalam melakukan pengembangan Pembelajaran PKn sebagai Pendidikan
Politik adalah dengan mengembangkan praktek siswa, bagaimana cara siswa melaksanakan hak, kewajiban dan tanggung jawab di dalam pembelajaran,
guru mendidik siswa menempatkan dirinya, guru memberikan pengarahan bagaimana siswa dalam menentukan kepengurusan kelas dan bagaimana
mengatasi massalah yang timbul di dalam pembelajaran di kelas, guru juga mengarahkan bagaimana siswa bersikap di dalam lingkungan sekolah. 3
Berdasarkan dari
banyaknya kendala
yang dihadapi
guru dalam
mengembangkan pembelajaran PKn sebagai Pendidikan Politik secara demokratis dapat disimpulkan bahwa kendalanya dikategorikan menjadi dua
kategori, yaitu kendala dari luar dan kendala dari dalam, kendala yang didapati
56 dari dalam adalah keadaan siswa dan kondisi guru, kendala dari luar adalah
lingkungan dan fasilitas belajar. Berdasarkan ketiga penelitian yang relevan tersebut, secara garis besar
sekolah sebagai lembaga sosialisasi politik telah menerapkan pendidikan politik dengan berbagai dinamikanya melalui kurikulum sekolah yang tertuang dalam
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan atau melalui kebijakan sekolah seperti ekstrakurikuler ataupun organisasi intra. Penerapan pendidikan politik di
sekolah pada ketiga penelitian tersebut mengambil tempat pada jenjang pendidikan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas, perbedaan
antara ketiga penelitian yang relevan tersebut dengan penelitian ini adalah tempat penelitian. Sejauh ini, belum terdapat penelitian mengenai pendidikan politik yang
dilaksanakan di sekolah dasar, maka dari itu penelitian ini akan membahas mengenai pelaksanaan pendidikan politik di sekolah dasar.
C. Pertanyaan Penelitian