Deskripsi Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian a. Letak Geografis Sekolah Dasar Masjid Syuhada SDMS merupakan SD yang terletak di jantung kota Yogyakarta. SDMS beralamatkan di jalan I Dewa Nyoman Oka nomor 11 A, Kota Baru Yogyakarta. Lokasi SD ini terletak tepat di selatan Masjid Syuhada, yang dikelilingi oleh jalan raya. Sebelah timur atau belakang SDMS adalah jalan Ahmad Jazuli. SDMS menempati kompleks yang sama dengan Taman Kanak-Kanak Masjid Syuhada. Secara umum SDMS merupakan lokasi yang ramai dipadati oleh masyarakat yang beraktivitas di masjid ataupun di lingkungan sekolah. b. Kondisi Sekolah SDMS berdiri pada tanggal 17 Juli 1994 dengan izin pendirian dari Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 50IZKTPS1995 tertanggal, 25 Juli 1995. Bangunan SDMS terdiri dari tiga lantai, dengan 24 ruang kelas untuk 4 rombel setiap jenjang kelasnya, ruang guru yang terdapat di setiap lantai, laboratorium sains, laboratorium agama, ruang musik, dapur, ruang konseling, perpustakaan, ruang Front Office, ruang Usaha Kesehatan Sekolah UKS, kantin, pos satpam, lapangan upacara, dan koperasi sekolah. Bangunan SDMS dilengkapi dengan Closed Circuit Television CCTV dan pengeras suara yang tersebar di beberapa tempat. Fasilitas yang disediakan SDMS untuk siswanya antara lain air mineral dari galon yang ada di berbagai sudut sekolah, pesawat telepon, dan 69 katering sekolah yang disediakan bagi yang siswa memesan. Masjid yang biasa digunakan oleh warga sekolah adalah Masjid Syuhada yang berlokasi tepat bersebelahan dengan lokasi gedung. Gedung sekolah SDMS merupakan bangunan tiga lantai dan satu lantai bawah tanah yang digunakan sebagai Taman Kanak – kanak Masjid Syuhada. Gedung sekolah yang luas menyebabkan ruang guru terpisah menjadi beberapa bagian menyesuaikan dengan kedekatan guru kelas dengan kelas yang diampunya. Setiap warga sekolah yang masuk ke setiap ruangan kelas SDMS tidak boleh memakai sepatu, sehingga di setiap kelasnya SDMS memiliki rak sepatu. c. Visi dan Misi Visi dan misi SDMS terpampang di bawah plakat sekolah, lobby masuk ruang Front Office, dan tertempel dipapan pengumuman tiap kelasnya. Visi SDMS adalah “Mencetak generasi islami yang unggul dalam prestasi berlandaskan imtaq dan iptek serta berwawasan lingkungan. ”. Misi SDMS adalah sebagai berikut: 1 Menciptakan kegiatan pembelajara yang efektif sehingga potensi siswa berkembang optimal, dan tuntas sebagai realisasi manajemen berbasis sekolah. 2 Melaksanakan kegiatan ilmiah sederhana di berbagai mata pelajaran. 3 Menciptakan kondisi sekolah yang kondusif melalui komunkasi intensif sehingga tumbuh semangat belajar dan kerja yang terprogram pada semua warga sekolah. 4 Melestarikan dan mengembangkan seni budaya bangsa. 70 5 Meningkatkan pembinaan kompetensi dan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan. 6 Meningkatkan kegiatan keagamaan secara kontinyu. 7 Meningkatkan pembinaan berbahasa Inggris. 8 Melaksanakan pembinaan dalam bidang olahraga. 9 Menjalin kerjasama dan hubungan dengan berbagai pihak sebagai jaringan usaha pengembangan pendidikan. 2. Hasil Penelitian Penelitian mulai dilakukan pada bulan Oktober 2016 dan secara intensif dilakukan dari tanggal 23 Maret 2017 sampai dengan tanggal 25 April 2017. Penelitian tersebut dilakukan dengan teknik pengambilan data yang dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sumber atau subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, dua orang guru yang terdiri dari guru kelas III dan guru kelas IV, dan masing-masing perwakilan satu orang siswa dari setiap jenjang kelas. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, pihak sekolah berpendapat bahwa pendidikan politik memang harus sejak dini diberikan pada anak. Hal tersebut diungkap oleh kepala sekolah dalam wawancara sebagai berikut. P : “Bagaimana urgensi pendidikan politik untuk siswa Sekolah Dasar?” KS : “Secara umum anak-anak juga sudah mulai kita arahkan ke hal-hal yang bersifat politik.” P : “Bagaimana strategi sekolah untuk melakukan pendidikan politik di sekolah dasar?” KS : “Dengan melakukan kegiatan kegiatan seperti PKS sebagai ekstrakulikuler wajib, dan ekstra-ekstra lainnya. Seperti pramuka yang 71 diwajibkan sejak kelas 1, pramuka juga mengarah ke kegiatan demokrasi..” Guru SD Masjid syuhada berpendapat bahwa anak SD memang harus mulai dikenalkan terhadap politik sebagai bentuk pendidikan politik, tetapi bukan ke arah politik praktis. Hal tersebut diungkapkan oleh guru sebagai berikut: P : “Bagaimana penerapan pendidikan politik yang sesuai untuk anak usia sekolah dasar?” G1 : “Pendidikan politik untuk anak SD tidak diarahkan untuk politik partai tetapi bagaimana kita bisa membimbing anak di usia kelas IV yang sudah beralih dari masa kekanak-kanakan menjadi lebih kecenderungan bagaimana ia menghimpun teman yang akan muncul pengelompokkan, maka dalam hal ini muncul peranan guru untuk mengarahkan ke arah positif dalam hal membina sosial yang baik, mengurangi keegoisan antar teman.” Informasi bahwa pendidikan politik memang di terapkan di sekolah juga terbukti dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada siswa dengan menanyakan siapa nama presiden Indonesia saat ini, walaupun secara langsung siswa belum dapat memahami arti pendidikan politik secara harafiah, apabila mereka mampu menyebutkan nama presiden dengan benar sudah merupakan salah satu hasil pendidikan politik yang dilakukan oleh sekolah. Hal tersebut ditunjukan oleh wawancara sebagai berikut. P : “Siapakah nama presiden Indonesia sekarang dan bagaimana perannya?” S : “Jokowidodo, tugasnya adalah mengatur negara.” Hal tersebut sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan di SD Masjid Syuhada yang menunjukkan bahwa memang terdapat pelaksanaan pendidikan politik yang dilakukan baik di dalam ataupun di luar kelas, salah satunya adalah latihan upacara yang dilakukan oleh siwa kelas V C dengan didampingi oleh seorang guru. Upacara bendera mengenalkan siswa cara penghormatan kepada Bendera Merah Putih, dan juga mengenalkan teks Pancasila, teks pembukaan 72 UUD 1945, dan berbagai nilai dan norma yang dibelajarkan melalui khidmat upacara bendera. Gambar 4. Latihan Upacara Bendera Hari Senin Dokumentasi diatas menunjukkan pelaksanaan latihan upacara hari Senin yang dilakukan oleh siswa pada hari sabtu. Hal tersebut menunjukan bahwa SDMS melakukan pendidikan politik yang tercermin melalui pelaksanaan latihan upacara bendera dan upacara bendera yang di laksanakan ada hari senin. Bentuk-bentuk pendidikan politik yang diterapkan di SD Masjid Syuhada dibagai menjadi dua yaitu pendidikan politik yang dilaksanakan di dalam kelas dan pendidikan politik yang dilaksanakan di luar kelas. Hal tersebut dijelaskan pada uraian sebagai berikut: a. Pendidikan Politik di Dalam Kelas Penerapan pendidikan politik di dalam kelas oleh SDMS diungkapkan oleh kepala melalui wawancara sebagai berikut: P : “Bagaimana pelaksanaan pendidikan politik melalui kurikulum yang dipakai sekolah?” KS : “Secara teknis kurikulum yang di berlakukan di SD Masjid Syuhada adalah kurikulum 2006, pada tahun 2015 kemarin kamu sudah mencoba kurikulum 2013 tetapi tahun 2016 kita kembali lagi, tetapi secara program 73 kami memberlakukan pembelajaran seperti pada kurikulum 2013. Juga pasti terdapat unsur pendidikan politik pada mata pelajaran seperti Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, ataupun Bahasa Indonesia” Kepala sekolah SDMS mengungkapkan bahwa pelaksanaan pendidikan politik di dalam kelas dilakukan sesuai kurikulum yang berlaku. SDMS menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang secara pasti terdapat diferensiasi mata pelajaran. Wawancara kepada kepala sekolah tersebut menjelaskan bahwa penerapan pendidikan politik di SDMS melalui kurikulum yang tercermin dalam mata pelajaran seperti Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetaahuan Sosial, ataupun Bahasa Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan data yang diperoleh dari guru melalui wawancara sebagai berikut: P : “Apa saja bentuk pendidikan politik yang dilberikan oleh BapakIbu kepada siswa? ” G1 : “Anak-anak mulai dikenalkan dengan melalui karakter tokoh-tokoh masa lampau siapa saja yang dapat menjadi panutan untuk kita, sistem pemerintahan sudah mulai dikenalkan, bahkan pendidikan PKn di kelas IV dianggap lebih sulit dari pada pen didikan PKn di kelas V.” Penerapan pendidikan politik di dalam kelas juga dibuktikan dengan kepahaman siswa mengenai Pancasila yang dia dapatkan melalui pembelajaran di dalam kelas, seperti pada wawancara peneliti dengan siswa seperti berikut ini: P : “Lambang sila kegita apa?” T : “Pohon Beringin” P : “Bunyi sila pertama bagaimana?” T : “KeTuhanan Yang Maha Esa” P : “Lambang sila kedua apa?” T : “Kepala Banteng.” Data penelitian yang didapatkan dari wawancara tersebut membuktikan bahwa penerapan pendidikan politik di dalam kelas dilakukan dengan pelaksanaan pembelajaran sesuai kurikulum yang memuat mengenai pendidikan politik, salah satu pelajaran yang paling terlihat penerapan pendidikan politiknya adalah mata 74 pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan secara tersurat memang memuat pendidikan politik. Salah satu bentuk penyaluran pendidikan politik yang disampaikan oleh kurikulum yang diturunkan melalui mata pelajaran adalah dengan menggunakan buku teks. ‘ Gambar 5. Buku Teks Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Gambar tersebut adalah contoh buku teks yang digunakan oleh siswa kelas IV D pada saat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berlangsung Pendidikan politik di dalam kelas juga dilaksanakan melalui penerapan nilai dan norma yang digunakan di dalam kelas. Penegakan nilai dan norma tersebut dipupuk dari karakter positif siswa yang didapatkan dengan pendidikan politik seperti yang diungkapkan oleh guru melalui wawancara sebagai berikut: P : “Bagaimana penerapan pendidikan politik yang sesuai untuk anak usia sekolah dasar?” G1 : “...mengarahkan ke arah positif dalam hal membina sosial yang baik, mengurangi keegoisan antar teman .” G2 : “Anak kelas III lebih cocok diberikan materi untuk keanekaragaman dan bagaimana cara menghargai perbedaan ras, agama. Yang kedua adalah kecintaan produk dalam negeri, anak-anak di arahkan agar cinta tanah air, 75 kemudian diarahkan untuk menjaga kerukunan sebagai pentuk penanaman dalam bhineka tunggal ika.” Guru sebagai pendidik melaksanakan penerapan nilai dan norma tersebut melalui strategi-strategi pembelajaran yang diungkapkan melalui wawancara sebagai berikut: P : “Apakah BapakIbu guru pernah memberikan reward dan punishment kepada siswa?” G1 : “Pernah, yang saya berikan beragam, ada yang secara langsung berupa pujian, ada berupa hadiah, di akhir semester.” G1 : “Iya ada, apabila ada anak yang terlambat saya berikan hukuman tidak secara fisik, tetapi saya ingatkan, apabila tiga kali masih diulangi maka anak-anak saya suruh untuk menulis Surat dalam Al-Quran seperti surat An Naba, atau doa sehari-hari, apabila keterlambatannya sudah berulang kali maka saya konfirmasi ke orang tua. Saya juga memberikan reward kepada anak yang bagus dalam program hafalan kelas tiga, seperti hafalan surat An- Naba pertamakalinya.” Penerapan pendidikan politik melalui karakterisasi nilai dan norma tersebut juga terlihat pada perilaku siswa yang teramati oleh peneliti ketika melakukan observasi. Hal tersebut ditunjukan dengan rasa saling berbagi siswa kepada siswa lainnya yang tidak membawa buku, berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, penghormatan siswa kepada guru ketika akan meninggalkan kelas dan masuk lagi ke dalam kelas dengan melakukan izin terlebih dahulu, mengangkat tangan ketika akan berbicara, dan lain-lain. Guru kelas III C memberikan penguatan penerapan nilai dan norma ini bersama dengan ketentuan-ketentuan lain seperti pukul masuk kelas, pakaian seragam, sepatu, kaos kaki, dan lain sebagainya melalui peraturan dan sanksi yang disepakati bersama dengan siswa yang berbentuk peraturan tertulis sebagai berikut. 76 Gambar 6. Peraturan dan Sanksi SD Masjid Syuhada Peraturan tersebut ditempelkan di papan pengumuman di belakang kelas berampingan dengan jadwal piket dan struktur pengurus kelas. Pendidikan politik di dalam kelas juga dilakukan melalui praktek demokratis pemilihan ketua kelas. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh kepala sekolah sebagai berikut ini. P : “Apa saja bentuk-bentuk pendidikan politik yang dapat diterapkan untuk siswa Sekolah Dasar?” KS : “Anak-anak sudah mulai dikenalkan dengan politik salah satunya dalam hal pembentukan pengurus kelas, bagaimana cara memilih ketua kelasnya, dari sini maka anak- anak akan dikenalkan kemampuan untuk berpolitik.” Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh guru melalui wawancara tentang pemilihan pengurus kelas yang merupakan bagian dari pendidikan politik sebagai berikut. P : “Apa saja bentuk pendidikan politik yang dilberikan oleh BapakIbu kepada siswa? ” G1 : “Pendiikan politik juga ada pada pemilihan ketua kelas dimana anak-anak memilih berdasarkan pilihannya dengan arahan dari guru.” G2 : “Pada pemilihan ketua kelas, misalnya mencalonkan berapa anak, nantinya akan di pilih ketua, bendahara, sekretaris, dan ketertiban.” 77 Keberadaan pengurus kelas tersebut sejalan dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti di dalam kelas, yaitu pada saat pembukaan pelajaran sebelum guru memasuki kelas, salah satu anak memimpin temannya secara mandiri untuk berdoa bersama. Pemimpin doa bersama tersebut adalah wakil ketua kelas yang secara bergantian dengan ketua kelas memimpin doa teman- temannya sebelum pelajaran dimulai. Keberadaan pengurus kelas juga dibuktikan dengan bagan struktur pengurus kelas yang terpajang di papan pengumuman kelas sebagai berikut. Gambar 7. Struktur Organisasi Pengurus Kelas Data tersebut menunjukkan bahwa keberadaan struktur pengurus kelas sebagai salah satu sarana pendidikan politik dilaksanakan oleh SDMS. Pendidikan politik politik dalam kelas selain dibelajarkan melalui kepengurusan kelas juga dibelajarkan dengan pembagian tugas piket setiap harinya dan kelompok ketugasan belajar lainnya pada pelajaran-pelajaran tertentu. Hal tersebut diketahui melalui wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah sebagai berikut ini. P : “Bagaimana menurut Bapak mengenai penerapan pendidikan politik di Sekolah Dasar?” 78 KS : “Anak-anak sejak dini memang sudah harus tahu politik, tanpa mereka sadari mereka juga telah melakukan kegiatan politik dalam pemilihan ketua kelas, ketua kelompok ketugasan pembelajaran, dan bahkan dalam kegiatan ekstrakulikuler pramuka.” Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru juga menunjukkan hal yang sama sebagai berikut. P : “Apa saja bentuk pendidikan politik yang dilberikan oleh BapakIbu kepada siswa? .” G1 : “Dan juga pada pemilihan petugas piket, guru memberikan beberapa kriteria dan melihat persebaran kemampuan siswa, tidak sembarangan membiarkan anak untuk memilih kelompoknya. Pemberlakuan kelompok piket dan kelompok ketugasan belajar juga diketahui peneliti melalui wawancara yang dilakukan dengan siswa. Pertama, mengenai pemberlakukan tugas piket siswa yang dilakukan melalui wawancara sebagai berikut ini. P : “Bagaimana kamu dalam melaksanakan tugas piket ataupun tugas-tugas kegiatan sekolah yang sudah terjadwal?” A : “Saya piket, tapi kadang-kadang tidak “ M : “Saya selalu piket, tetapi ada teman saya yang tidak piket.” S : “Ya, saya melakukan tugas piket, tetapi beberapa teman-teman ada yang tidak melakukan .” Q : “Piket yang bersih.” R : “Saya selalu piket kelas setiap hari sabtu.” L : “Saya selalu piket, tanpa harus disuruh oleh guru.” Kedua, mengenai pembagian ketugasan belajar melalui mata pelajaran tertentu yang diungkap oleh peneliti dengan siswa melalui wawancara sebagai berikut ini. P : “Apakah kamu mempunyai kelompok bermain atau kelompok belajar tertentu?” S : “Ya, punya kelompok untuk jualan di Market Day.” Q : “Ya, punya kelompok belajar bersama untuk percobaan IPA..” R : “Iya punya, kelompok belajar untuk mengerjakan tugas diorama. Saya sekelompok dengan Darel, Burhan dan Navisa. ” 79 Pernyataan kepala sekolah, guru, dan siswa mengenai pembagian jadwal piket dan kelompok ketugasan belajar tersebut sejalan dengan hal yang ditemukan oleh peneliti melalui observasi. Peneliti menemukan bahwa siswa melaksanakan piket kelas sesuai dengan yang dijadwalkan di akhir pelajaran, dan siswa terlihat bekerja sama dengan teman satu timnya dalam kegiatan market day. Keberadaan pembagian jadwal piket tersebut ditunjukan dengan dokumentasi yang di dapatkan oleh peneliti yang diambil dari papan pengumuman di dalam kelas sebagai berikut. Gambar 8. Pembagian Jadwal Piket Dokumentasi pembagian jadwal piket tersebut akan lebih memudahkan siswa untuk mengingat dan membelajarkan untuk melaksanakan kewajiban secara lebihnyata. Hal ini menunjukkan bahwa pembagian jadwal piket merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh SDMS utntuk melaksanakan pendidikan politik. Salah satu bentuk nyata pendekatan politis siswa terhadap bangsanya adalah dengan mengenal presiden. Siswa usia sekolah dasar sudah mengetahui dan mulai memahami siapa dan apa peranan presiden dalam sistem pemerintahan. Hal tersebut ditunjukkan dengan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada siswa sebagai berikut: P : “Siapakah nama presiden Indonesia sekarang dan bagaimana perannya?” 80 A : “Tugas presiden menurut Almer adalah belajar.” M : “Saya lupa namun beberapa menit kemudian Tiko menyebutkannya. Namany a Jokowi..” S : “Jokowi presiden yang sekarang, dan Sukarno presiden pertama, tugasnya adalah memimpin negara.” Q : “Jokowidodo.” R : “Jokowidodo, tugasnya adalah mengatur ..., saya tidak tahu.” L : “Joko Widodo, tugasnya untuk memimpin pemerintahan dan mengatur negara.” Berdasarkan data tersebut anak-anak dengan mudahnya dapat menyebutkan nama presiden Indonesia, hal ini merupakan salah satu bentuk dari hasil pendidikan politik. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa di setiap ruangan formal di SDMS terdapat lambang negara, foto presiden dan wakil presiden, beberapa diantaranya juga terdapat slogan kebhinekaan. Bukti dokumentasi mengenai data tersebut dibuktikan dengan gambar ruangan lobbi sebagai berikut. Gambar 9. Atribut Kenegaraan di Kelas III C SDMS Gambar tersebut menunjukkan bahwa lambang negara dan foto presiden dipajang di depan kelas sebagai salah satu bentuk pendidikan politik. Hal tersebut akan membantu siswa untuk lebih mengenal dan mengingat apa lambang negaranya dan siapa nama presiden dan wakil presiden sehingga siswa memiliki kesadaaran 81 bahwa dia hidup dalam suatu negara yang mempunyai prinsip aturan dan pemimpin tertentu. Keberhasilan pelaksanaan pendidikan politik erat kaitannya dengan pengaruh yang diberikan oleh guru melalui pembelajaran dalam kelas. Pendidikan politik yang diberikan oleh guru di kelas tersebut dapat melalui peranan guru dikelas, strategi mengajar guru, cara penanggulangan guru terhadap permasalahan di kelas, cara guru untuk menyiasati perbedaan latar belakang pada siswa, dan pandangan guru terhadap bagaimana pendidikan politik yang sesuai diajarkan untuk anak usia sekolah dasar. Informasi-informasi tersebut penulis dapatkan melalui wawancara yang dilakukan dengan guru sebagai berikut ini. P : “Bagaimana peranan guru dalam pendidikan politik?” G1 : “Perlu mengarahkan siswa untuk menjadi sosok pemimpin yang baik, bagaimana menentukan sikap yang baik, bermusyawarah yang baik. “ G2 : “Mengarahkan dan memberikan asupan pengetahuan kepada siswa.” P : “Bagaimana strategi yang BapakIbu lakukan untuk melakukan pendidikan politik kepada siswa di kelas?” G1 : “Kita dapat menggunakan prioritas materi pembelajaran, misalnya menentukan standar minimal mana yang anak harus pahami, tidak harus dihafalkan sem ua.” G1 : “Melakukan dengan praktik langsung misalnya apabila ada anak yang sedang bertengkar dikondisikan untuk saling memaafkan dan menjaga kerukunan, sebagai bentuk kebiasa an.” Siswa memiliki tanggapan yang berbeda-beda terhadap pelaksanaan pendidikan politik yang mereka dapatkan. Tanggapan siswa yang berbeda-beda tersebut diungkap guru melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut: P : “Bagaimana tanggapan siswa mengenai pendidikan politik yang diberikan oleh bapakibu? ” G1 : “Tanggapan siswa mengenai pendidikan politik terutama melalui sosio drama adalah macam-macam, ada anak – anak yang suka dan ada yang tidak 82 tergantung pada pengaruh yang diterimanya terutama dari orang tua. Anak- anak merasa sulit untuk memahami ketugasan-ketugasan lembaga negara, sebelum belajar mereka sudah mengeluh.” G2 : “Siswa memang banyak menghafal karena materi PKn memang demikian, untuk pengenalan sistem pemerintahan belum diberikan di kelas III dan akan diberikan di kelas IV untuk materi tersebut pun anak-anak kelihatannya juga belum paham saya rasa materi seperti jangan dulu disampaikan ke anak, karena terlalu berat.” Penerapan pendidikan politik yang dilaksanakan di dalam kelas tentu saja mengalami kendala yang dapat menghambat proses pembelajaran. Hal tersebut diungkap melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada guru sebagai berikut: P : “Kendala apa saja yang menghambat pelaksanaan pendidikan politik untuk siswa?” G1 : “Proses belajar anak-anak pasti berbeda, setelah kita sharing dengan guru kelas yang lain ternyata ditemukan fakta bahwa pelajaran PKn merupakan pelajaran yang sulit bagi anak-anak karena mereka dituntut untuk mengafal.” G2 : “Hambatannya ketika anak sudah merasa jenuh susah menghafal dan susah masuk materinya. Ketika anak diberikan tugas masih susah memahami soal yang tingkatannya berbau politik..” Pesebaran latar belakang siswa yang berbeda adalah hal pasti yang terjadi pada setiap kelas, oleh karena itu guru mempunyai peran untuk memanajemen kemungkinan perbedaan yang terjadi akibat perbedaan latar belakang tersebut. Perbedaan yang terjadi tidak jarang dapat menjadi penyebab konflik dan kesenjangan sosial di dalam kelas. Konflik dan kesenjangan sosial yang terjadi dapat merupakan suatu sarana pendewasaan politis dalam sikap siswa untuk menghadapi konflik dan kesenjangan sosial tersebut. Hal ini diungkap oleh peneliti melalui wawancara seperti berikut. P : “Bagaimana pesebaran latar belakang siswa di kelas? Apakah siswa pernah mempunyai masalah dalam ha l tersebut.” G1 : “Siswa berasal dari latar belakang yang beragam, bahkan sampai saat ini ada siswa yang saya belum pernah berkomunikasi dengan orang tuanya 83 tetapi dengan kakaknya, karena orang tuanya terlalu sibuk. Anak-anak dikelas kami alhamdulillah tidak ada yang membentuk kelompok berdasarkan dengan segi ekonomi. Ketika pembentukan kelompok pun mereka masih mau menerima anak yang nakal sekalipun.” G1 : “Latar belakang siswa variatif, majemuk, dari sumatera ada, dari sunda ada, rata-rata dai Yogyakarta, untuk perekonomian rata-rata menengah ke atas. Selama ini perbedaan ini tidak berpengaruh dalam pemilihan teman, anak yang kaya dengan enjoy bermain dengan siapa saja.” P : “Bagaimana tanggapan BapakIbu tentang dinamika kelompok sosial siswa yang terjadi di luar kelas ataupun di dalam kelas?” G1 : “Awal-awal memang terjadi, tetapi kelas saya adalah kelas sedikit yang tidak memungkinkan untuk itu terjadi, dan apabila terjadi akan mudah dikenali. Memang pada awalnya anak-anak yang saya ampu memang berbeda dengan anak kebanyakan guru sebelumnya pun juga sudah berpesan kepada saya tentang hal tersebut .” G2 : “Anak-anak menerima materi kerukunan dengan baik, tapi yang namanya anak-anak mudah berubah sifatnya, tapi dalam keseharian tidak pernah terlihat anak-anak yang ngegrup sendiri jadi satu, hanya yang belum bisa dikendalikan dari anak-anak adalah ejekan walaupun hanya dalam bentuk ringan.Tetapi anak perempuan senang bikin grup sendiri, tetapi sudah saya ingatkan untuk dapat berbaur dengan yang lain.” Wawancara yang dilakukan dengan guru juga mengungkapkan pendapat guru mengenai pendidikan politik yang seharusnya diajarkan untuk anak SD, sebagai berikut ini: P : “Bagaimana seharusnya pendidikan politik diajarkan untuk anak SD?” G1 : “Anak anak diarahkan ke dalam hal yang positif dalam menentukan pilihan, terlebih lagi dalam hal sosialisasi dan menentukan pilihan. Materi mengenai ketugasan lembaga negara masih terlalu sulit dipahami untuk anak- anak usia SD.” G2 : “Materi-materi mengenai struktur pemerintahan seharusnya disampaikan saat anak SMP bukan SD, karena materi tersebut terlalu berat untuk dipahami.” Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara di atas, pendidikan politik yang di berikan di dalam kelas salah satunya berupa pengajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang merupakan mata pelajaran wajib dalam kurikulum. Pembelajaran dikelas yang diampu oleh guru memberikan kesempatan bagi guru untuk menyampaikan pendidikan politik melalui: 1 strategi yang 84 digunakan oleh guru dalam penyampaian pembelajaran, 2 manajemen kendala belajar siswa beserta penanganannya, 3 manajemen keberagaman latar belakang siswa, dan 4 pandangan guru terhadap pendidikan politik yang harus diterima oleh siswa. Hal tersebut sesuai dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti di dalam kelas yang membuktikan bahwa guru mengajarkan pendidikan politik melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang saat itu sedang membelajarkan materi mengenai keanekaragaman budaya bangsa sehingga anak akan dapat bersikap toleran yang mempunyai sikap politis yang baik, guru melakukan berbagai metode pembelajaran sebagai strategi pembelajaran diantaranya adalah ceramah, diskusi, dan simulasi praktek. Metode pembelajaran yang digunakan tersebut juga difungsikan sebagai cara guru memanajemen kendala belajar siswa, dengan mengajar menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi maka akan memperluas pengalaman pembelajaran siswa. Guru di setiap kelas yang diampunya juga memiliki kewenangan untuk mengatur pembentukan struktur kelas dan pembagian tugas piket juga merupakan sarana pembelajaran pendidikan politik yang secara praktis dapat dilakukan oleh siswa. Hal tersebut sebagai sarana untuk memanajemen keberagaman latar belakang siswa, sehingga siswa yang berasal dari latar belakang yang berbeda akan mampu berinteraksi dan berdiplomasi satu sama lain. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, guru juga melakukan pendidikan politik dengan mengungkapkan opini yang bersifat politis saat pembelajaran berlangsung. Opini yang disampaikan oleh guru tersebut lebih mengarah kepada ajakan untuk bersikap toleran dan menghargai perbedaan budaya atau ciri khas masing-masing. Hal tersebut 85 merupakan sebuah upaya pencerdasan politis yang dapat dilakukan guru dalam pembelajaran yang juga termasuk ke dalam improvisasi pandangan guru mengenai pendidikan politik yang sesuai dan harus didapatkan oleh siswa. Peran guru dalam mengelola kelas sangat berpengaruh terhadap pembentukkan sikap politis siswa. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung guru memberikan pengaruh atau pendidikan politik melalui kewenangannya untuk membentuk budaya belajar siswa melalui pembiasaan yang dilakukan seperti berdoa, demokratis dalam menyampaikan pendapat, dan lain sebagainya. Guru di setiap kelas yang diampunya juga memiliki kewenangan untuk mengatur pembentukan struktur kelas dan pembagian tugas piket juga merupakan sarana pembelajaran pendidikan politik yang secara praktis dapat dilakukan oleh siswa. Keberadaan atribut politis seperti foto presiden dan wakil presiden, lambang negara pancasila, dan slogan kebinekaan juga merupakan salah satu cara membelajarkan anak-anak untuk dapat memahami lingkungan politis dalam tataran kenegaraan. Guru memberikan pendidikan politis secara integratif melalui mata pelajaran dan materi yang sedang dibelajarkan kepada siswa, guru dapat menggunaan berbagai macam pendekatan pembelajaran dan metode pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang didokumentasikan oleh peneliti mengenai metode pembelajaran yang dilakukan guru dalam pendidikan politik adalah menggunakan metode simulasi yang ditunjukkan oleh gambar berikut. 86 Gambar 10. Guru Mengajarkan Engklek Sebagai Metode Pembelajaran Gambar tersebut merupakan dokumentasi dari salah satu metode pembelajaran yang dilakukan guru sebagai bentuk peranan guru untuk memanajemen kelas baik dalam hal menangani kendala belajar siswa, atau dalam hal memanajemen dinamika perbedaan individu siswa. Metode pembelajaran ataupun strategi yang dilakukan oleh guru merupakan salah satu bentuk pendidikan politik yang dapat dilakukan oleh komponen sekolah di dalam kelas. Berikut adalah tabel yang berisi rangkuman mengenai pendidikan politik yang di laksanakan di SDMS di dalam kelas. Tabel 7. Pendidikan Politik di Dalam Kelas No. Indikator Bentuk Pelaksanaan Rincian Pelaksanaan 1. Pendidikan politik dilaksanakan di dalam kelas Pendidikan politik dilaksanakan melalui kurikulum sekolah Mengarjakan mata pelajaran yang memuat pendidikan politik misalnya PKn, IPS, dan Bahasa Indonesia Menggunakan buku teks pelajaran yang sesuai dengan ketentuan. 87 Melaksanakan nilai dan norma yang tercermin dalam pembelajaran Melaksanaan kebiasaan- kebiasaan dan pembiasaan yang dilakukan di kelas Pembentukan pengurus kelas raan Pemasangan atribut kenega Pembentukan kelompok ketugasan belajar ataupun kelompok piket kelas. Pendidikan politik yang dilakukan melalui peranan guru Strategi yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan pelajaran, Manajemen kendala belajar siswa dan penanganan masalah yang dilakukan oleh guru Manajemen dinamika perbedaan individu di kelas yang dilakukan oleh guru. Pandangan guru terhadap pendidikan politik yang harus diterima oleh siswa. b. Pendidikan Politik di Luar Kelas Peneliti melakukan pengamatan pendidikan politik di luar kelas selama empat belas kali di lingkungan sekolah. Keberadaan pendidikan politik di luar kelas dilakukan melalui dua hal besar, yaitu yang pertama adalah pendidikan siswa di lingkungan sekolah yang multikultural dan yang kedua adalah 88 pengembangan sikap politis siswa dalam kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler ataupun kegiatan lain yang dapat siswa ikuti untuk mengembangkan dirinya. Pendidikan politik yang dilakukan di luar kelas, diungkapkan oleh kepala sekolah melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut ini. P : “Bagaimana keadaan sekolah yang multikultural atau berasal dari latar belakang yang berbeda dan kebijakan ang diterapkan dalam hal pendidikan politik untuk menangani hal tersebut?” KS : “... terdapat perbedaan dalam hal ekonomi, tetapi yang membuat kami bangga bagi anak-anak hal tersebut tidak masalah, malah kadang-kadang orang tua yang merasa seperti itu, kami tidak mengkelas-kelaskan anak seperti itu sehingga kesenjangan tidak terlihat walaupun tanpa disadari hal tersebut masih ada .” P : “Bagaimana antisipasi sekolah terhadap pembentukan geng-geng yang terjadi diantara siswa?” KS : “Memang tidak dapat dihindari bahwa pengelompokkan anak mesti ada dan sedang menggejala untuk pembentukkan geng-geng, di sekolah kami juga pun pasti ada, tetapi sejauh ini masih kondusif.” Hal yang sama juga diungkapkan oleh guru kelas III mengenai perbedaan multikultural yang masih terjaga dalam kondusivitas melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru sebagai berikut. P : “Bagaimana pesebaran latar belakang siswa di kelas? Apakah siswa pernah mempunyai masalah dalam hal tersebut?” G : “Latar belakang siswa variatif, majemuk, dari sumatera ada, dari sunda ada, rata-rata dai Yogyakarta, untuk perekonomian rata-rata menengah ke atas. Selama ini perbedaan ini tidak berpengaruh dalam pemilihan teman, anak yang kaya dengan enjoy bermain dengan siapa saja.” Kondisi multikultural lingkungan sekolah akan menciptakan konsepsi pemilihan teman atau cara bergaul dengan baik menurut siswa. Siswa mengungkapkan cara bergaul dengan benar melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut. P : “Apa yang kamu ketahui tentang cara bergaul dengan teman yang benar? A : “Tidak nakal, membantu teman..” M : “Nggak pilih-pilih teman, menyangai teman, nggak marah-marah..” 89 S : “Menyangai semua teman dan berbuat baik.” Q : “Tidak memilih milih teman.” R : “Berteman dengan semua teman dengan baik” L : “Berteman dengan baik, semuanya teman, karena teman seiman.” Siswa akan selalu berkelompok dengan teman yang disukainya, memiliki kesukaan yang sama, ataupun penempatan ketugasan belajar yang sama. Hal tersebut diungkapkan oleh siswa melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti mengenai kelompok-kelompok siswa sebagai berikut. P : “Apakah kamu mempunyai kelompok bermain atau kelompok belajar tertentu?” A : “Tidak, tapi saya punya teman dekat, saya berteman dengan mereka karena mereka baik. “ M : “Iya, saya senang bermain dengan Dika, Irfan, Farel dan Rafi karena mereka omongannya baik-baik, ada orang dikelas saya mereka omongannya jorok- jorok dan pikirannya gimana gitu.” L : “Ya, saya senang bermain dengan Aurel dan Rahma, dan saya juga mempunyai sahabat di kelas yang sekarang sudang pulang.” Wawancara peneliti dengan ketiga sumber tersebut menunjukan bahwa kondisi lingkungan sekolah yang multikultural yang berlangsung dengan harmonis dan berbedaan latar belakang sosial atau budaya tidak bermasalah bagi siswa untuk menentukan teman bermainnya. Siswa kan bermain atau berkelompok berdasarkan kesukaan yang sama. Hal tersebut sejalan dengan data yang didapatkan oleh peneliti melalui observasi. Peneliti menemukan bahwa terjalin hubungan yang baik antar komponen sekolah, tidak ada diskriminasi di lingkungan sekolah, tidak terdapat kesenjangan sosial yang berarti, dan terbentuknya kelompok siswa berdasarkan kecenderungan kesukaan siswa karena kesamaan hobi ataupun kegiatan. Berikut ini adalah dokumentasi kerukunan dan kedekatan yang terjalin antar siswa di SDMS. 90 Gambar 11. Siswa Bermain dengan Temannya Keadaan multikultural yang ada dilingkungan sekolah akan membelajarkan siswa untuk bersikap toleran dan saling menghargai sebagai bentuk pendidikan politik. Multikulturalisme juga merupakan salah satu ciri khas nilai kebangsaan yang dipunyai oleh bangsa Indonesia, dengan mempelajarinya mulai dari lingkungan sekolah anak-anak akan lebih terampil dalam menjalani kehidupan multikultural sebagai bagian dari masyarakat di kemudian hari. Pendidikan politik diluar kelas juga dilakukan melalui kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan pengembangan diri lainnya yang dapat diikuti oleh siswa. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh kepala sekolah dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut ini: P : “Kegiatan apa saja yang mewadahi siswa untuk mendapatkan pendidikan politik di luar kelas?” KS : “Salah satunya adalah ekstrakulikuler wajib PKS atau Patroli Keamanan Sekolah. Hal tersebut berasal dari permasalahan kemacetan jalan saat siswa berangkat sekolah, maka anak dilibatkan untuk mengatur lalu lintas.” P : “Bagaimana langkah pembinaan yang dilakukan oleh sekolah untuk menerapkan pendidikan politik?” KS : “Sekolah sering mendapatkan berita atau informasi suatu lomba yang memberikan ke kami, dari sana kami mendelegasikan anak-anak agar berperan serta sebagai salah satu bentuk mengembangkan potensi siswa dalam hal non akademik.” 91 Keberadaan kegiatan ekstrakulikuler yang diikuti oleh siswa tersebut didukung oleh wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada siswa seperti berikut ini: P : “Kegiatan ekstrakulikuler apa saja yang kamu ikuti di sekolah?” A : “Tidak ikut, tapi saya ikut les.” M : “Saya hanya ikut musik saja, main pianika.” S : “Saya ikut ekstra tari dan silat.” Q : “Saya ikut ekstra tari dan silat. Ekstra tari dilaksanakan hari Rabu dan ekstra silat hari selasa. Saya juga menjadi petugas PKS Patroli Keamanan Sekolah yang bertugas pada setiap haru Jumat minggu ke-2 setiap bulannya.” R : “Saya hanya mengikuti kegiatan musik, yaitu ekstakulikuler angklung.” L : “Kelas enam tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler sekarang, tetapi dulu saya ikut menari dan musik.” Berdasarkan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa SDMS memiliki kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler yang dapat dipilih siswa untuk mengembangkan keterampilannya tidak terkecuali untuk mengembangkan jiwa politis siswa. Hal tersebut sejalan dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti yang menunjukkan hasil bahwa SDMS melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler bagi siswanya baik yang bersifat wajib seperti pramuka untuk semua kelas, Patroli Keamanan Sekolah PKS untuk kelas IV, Dokter Kecil untuk kelas V, maupun yang tidak wajib seperti Futsal, Pencak Silat, Musik, Hadroh, Musabaqoh Tilawatil Quran, dan Karate. Berbagai macam kegiatan ekstrakulikuler tersebut termasuk sarana pembelajaran politis dengan caranya masing-masing, beberapa kegiatan ekstrakulikuler yang mempunyai pengaruh kuat dalam penanaman sikap politis siswa adalah ekstrakulikuler wajib seperti PKS yang membelajarkan keberanian, rasa tanggung jawab, dan kepercayaan, dan dokter kecil yang membelajarkan tanggung jawab, dan rasa kepekaan sosial. Hasil observasi penelitian menunjukkan bahwa setiap siswa di SDMS pasti mengikuti minimal satu kegiatan ekstrakulikuler baik yang wajib maupun pilihan. Peneliti melihat 92 siswa-siswi di SDMS sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Siswa kelas IV yang memiliki PKS sebagai kegiatan ekstrakulikuler wajib pun terlihat antusias dalam bertugas. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari satpam sekolah siswa kelas IV sebelum menjadi petugas PKS akan dilatih oleh Polda dan Polres untuk memahami tugas pokok dan memantapkan keberanian, setelah itu mereka akan dilantik di Stadion Mandala Krida dan akan mendapat penguatan ketugasan pada semester berikutnya. Setiap bertugas, mereka akan mengenakan pakaian khusus yaitu setelan putih, topi, dan peluit. Berikut adalah bukti dokumentasi kegiatan PKS sebagai kegiatan ekstrakulikuler wajib yang diikuti oleh siswa kelas IV, sehingga setiap siswa kelas IV pasti memiliki giliran untuk bertugas menjadi petugas PKS. Gambar 12. Petugas PKS sedang Bertugas PKS sebagai ekstrakulikuler wajib bagi kelas IV merupakan salah satu pentuk kegiatan nyata untuk melatih sikap politis siswa, maka dari itu PKS merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh SDMS sebagai bentuk pendidikan politik. Kegiatan dokter kecil merupakan ekstrakuikuler yang diikuti oleh 93 sebagian kelas V di SDMS, untuk menjadi dokter kecil siswa kelas V harus melakukan tes, siswa dengan skor nilai tes yang baik akan terseleksi menjadi anggota dokter kecil yang kemudian akan mendapatkan pengarahan lebih lanjut dan tugas jaga. Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan ekstrakulikuler wajib yang diikuti oleh seluruh siswa di semua jenjang kelas. Masing-masing kelas akan mendapat pembelajaran Pramuka sesuai dengan jenjang kelasnya. Selama waktu penelitian, peneliti menjumpai kegiata pesta siaga yang dilakukan oleh siswa kelas I di Goa Selarong, dengan dokumentasi sebagai berikut. Gambar 13. Pemberangkatan Pesta Siaga ke Goa Selarong Kegiatan pramuka tersebut merupakan salah satu bentuk nyata pendidikan politik yang dilaksanakan oleh SDMS di luar kelas. Organisasi atau kegiatan siswa yang berperan untuk mengembangkan jiwa politik siswa di SDMS selain kegiatan PKS, upacara bendera dan latihan upacara bendera, adalah pemutaran lagu-lagu nasional melalui pengeras suara, kegiatan pembelajaran di luar outing class, sosialisasi informasi melalui mading sekolah, dan koperasi sekolah. SDMS memiliki sistem pengeras suara yang terpasang di 94 berbagai penjuru gedung sekolah, hal ini memungkinkan bagi semua warga sekolah untuk dapat mendengar bunyi-bunyian yang diperdengarkan oleh pengeras suara tersebut. Setiap pagi sebelum siswa ramai berdatangan, pengeras suara tersebut memperdengarkan muratal Al-Quran, kemudian setiap pergantian mata pelajaran, dan bel istirahat makan pengeras suara tersebut akan memperdengarkan lagu-lagu nasional, melalui pemutaran lagu ini rasa nasionalisme siswa dan karakterisasi jiwa kebangsaan siswa akan mudah tersampaikan dengan baik. Kegiatan outing class merupakan agenda wajib perkelas yang sudah tertera dalam kurikulum. Selama peneliti melakukan penelitian, peneliti menjumpai dua kali kegiatan outing class yang dilakukan oleh siswa kelas III dan siswa kelas IV. Siswa kelas III mengadakan outing class ke Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika dan Museum Merapi, sedangkan siswa kelas IV mengadakan outing class ke Bumi Merapi. Berikut adalah dokumentasi keberangkatan kegiatan outing class siswa kelas III ke BMKG dan Museum Merapi. Gambar 14. Persiapan Keberangkatan Outing Class Siswa Kelas III 95 Kegiatan outing class melatih siswa untuk mandiri dan lebih mengenal dirinya sendiri, maka dari itu kegiatan ini termasuk ke dalam bentuk pendidikan politik yang dilaksanakan SDMS di luar kelas. Kegiatan Market Day adalah kegiatan yang pertama kali dilaksanakan di SDMS yang dimaksudkan untuk melatih kemandirian dan jiwa wirausaha siswa. Berikut ini adalah salah satu dokumentasi foto kegiatan market day yang dilakukan oleh siswa. Gambar 15. Kegiatan Market Day Kegiatan market day sebagai bentuk kegiatan yang membantu mengembangkan jiwa entrepreneur siswa yang didalamnya mencakup bagaimana siswa menentukan pilihan dan berpihak pada sebuah kecenderungan merupakan salah satu bentuk pendidikan politik yang dilakukan oleh SDMS di luar kelas. Asupan informasi yang diterima siswa dapat mempengaruhi pandangan politis siswa terhadap sesuatu, melalui informasi tersebut siswa mendapatkan referensi sebagai acuan menentukan sebuah sikap. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti SDMS mempunyai mading sekolah dan koperasi sekolah sebagai media menyampaian informasi ataupun sarana menambah khasanah ilmu. 96 Mading sekolah menyediakan berbagai informasi mengenai dunia luar terutama informasi mengenai kompetisi atau lomba yag dapat menjadi sarana bagi siswa untuk melatih jiwa politisnya. Koperasi sekolah sebagai bagian dari sekolah menyediakan berbagai buku yang memuat informasi politis seperti Undang- Undang Dasar ataupun informasi kenegaraan lainnya, melalui hal ini siswa akan lebih dekat mengenal dasar negara dan hal-hal yang bersifat politis lainnya. Berikut adalah tabel yang berisi rangkuman mengenai pendidikan politik yang di laksanakan di SDMS di luar kelas. Tabel 8. Pendidikan Politik di Luar Kelas No. Indikator Bentuk Pelaksanaan Rincian Pelaksanaan 1. Pendidikan politik dilaksanakan di luar kelas Keadaan multikultural antar komponen sekolah yang berlangsung kondusif Hubungan antar komponen sekolah yang terjalin dengan baik Kecenderungan siswa dalam berkelompok tidak mempermasalahkan perbedaan latar belakang. Sekolah memiliki kegiatan pengembangan diri untuk melatih sikap politis siswa Kegiatan ekstrakulikuler baik yang bersifat wajib seperti pramuka untuk semua kelas, PKS untuk kelas IV, Dokter Kecil untuk kelas V 97 Organisasikegiatan, upacara bendera dan latihan upacara bendera, pemutaran lagu-lagu nasional melalui pengeras suara, kegiatan pembelajaran di luar outing class, kegiatan Market Day dan media penyampai informasi seperti mading sekolah dan koperasi sekolah

B. Pembahasan