68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis
Sekolah Dasar Masjid Syuhada SDMS merupakan SD yang terletak di jantung kota Yogyakarta. SDMS beralamatkan di jalan I Dewa Nyoman Oka
nomor 11 A, Kota Baru Yogyakarta. Lokasi SD ini terletak tepat di selatan Masjid Syuhada, yang dikelilingi oleh jalan raya. Sebelah timur atau belakang SDMS
adalah jalan Ahmad Jazuli. SDMS menempati kompleks yang sama dengan Taman Kanak-Kanak Masjid Syuhada. Secara umum SDMS merupakan lokasi
yang ramai dipadati oleh masyarakat yang beraktivitas di masjid ataupun di lingkungan sekolah.
b. Kondisi Sekolah
SDMS berdiri pada tanggal 17 Juli 1994 dengan izin pendirian dari Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 50IZKTPS1995 tertanggal, 25
Juli 1995. Bangunan SDMS terdiri dari tiga lantai, dengan 24 ruang kelas untuk 4 rombel setiap jenjang kelasnya, ruang guru yang terdapat di setiap lantai,
laboratorium sains, laboratorium agama, ruang musik, dapur, ruang konseling, perpustakaan, ruang Front Office, ruang Usaha Kesehatan Sekolah UKS, kantin,
pos satpam, lapangan upacara, dan koperasi sekolah. Bangunan SDMS dilengkapi dengan Closed Circuit Television CCTV dan pengeras suara yang tersebar di
beberapa tempat. Fasilitas yang disediakan SDMS untuk siswanya antara lain air mineral dari galon yang ada di berbagai sudut sekolah, pesawat telepon, dan
69 katering sekolah yang disediakan bagi yang siswa memesan. Masjid yang biasa
digunakan oleh warga sekolah adalah Masjid Syuhada yang berlokasi tepat bersebelahan dengan lokasi gedung.
Gedung sekolah SDMS merupakan bangunan tiga lantai dan satu lantai bawah tanah yang digunakan sebagai Taman Kanak
– kanak Masjid Syuhada. Gedung sekolah yang luas menyebabkan ruang guru terpisah menjadi beberapa
bagian menyesuaikan dengan kedekatan guru kelas dengan kelas yang diampunya. Setiap warga sekolah yang masuk ke setiap ruangan kelas SDMS tidak boleh
memakai sepatu, sehingga di setiap kelasnya SDMS memiliki rak sepatu. c.
Visi dan Misi Visi dan misi SDMS terpampang di bawah plakat sekolah, lobby masuk
ruang Front Office, dan tertempel dipapan pengumuman tiap kelasnya. Visi SDMS adalah “Mencetak generasi islami yang unggul dalam prestasi
berlandaskan imtaq dan iptek serta berwawasan lingkungan. ”. Misi SDMS adalah
sebagai berikut: 1
Menciptakan kegiatan pembelajara yang efektif sehingga potensi siswa berkembang optimal, dan tuntas sebagai realisasi manajemen berbasis sekolah.
2 Melaksanakan kegiatan ilmiah sederhana di berbagai mata pelajaran.
3 Menciptakan kondisi sekolah yang kondusif melalui komunkasi intensif
sehingga tumbuh semangat belajar dan kerja yang terprogram pada semua warga sekolah.
4 Melestarikan dan mengembangkan seni budaya bangsa.
70 5
Meningkatkan pembinaan kompetensi dan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan.
6 Meningkatkan kegiatan keagamaan secara kontinyu.
7 Meningkatkan pembinaan berbahasa Inggris.
8 Melaksanakan pembinaan dalam bidang olahraga.
9 Menjalin kerjasama dan hubungan dengan berbagai pihak sebagai jaringan
usaha pengembangan pendidikan. 2.
Hasil Penelitian Penelitian mulai dilakukan pada bulan Oktober 2016 dan secara intensif
dilakukan dari tanggal 23 Maret 2017 sampai dengan tanggal 25 April 2017. Penelitian tersebut dilakukan dengan teknik pengambilan data yang dilakukan
melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sumber atau subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, dua orang guru yang terdiri dari guru kelas
III dan guru kelas IV, dan masing-masing perwakilan satu orang siswa dari setiap jenjang kelas.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, pihak sekolah berpendapat bahwa pendidikan politik memang harus sejak dini diberikan pada
anak. Hal tersebut diungkap oleh kepala sekolah dalam wawancara sebagai berikut.
P : “Bagaimana urgensi pendidikan politik untuk siswa Sekolah Dasar?”
KS : “Secara umum anak-anak juga sudah mulai kita arahkan ke hal-hal yang
bersifat politik.” P
: “Bagaimana strategi sekolah untuk melakukan pendidikan politik di sekolah dasar?”
KS : “Dengan melakukan kegiatan kegiatan seperti PKS sebagai
ekstrakulikuler wajib, dan ekstra-ekstra lainnya. Seperti pramuka yang
71 diwajibkan sejak kelas 1, pramuka juga mengarah ke kegiatan
demokrasi..” Guru SD Masjid syuhada berpendapat bahwa anak SD memang harus mulai
dikenalkan terhadap politik sebagai bentuk pendidikan politik, tetapi bukan ke arah politik praktis. Hal tersebut diungkapkan oleh guru sebagai berikut:
P : “Bagaimana penerapan pendidikan politik yang sesuai untuk anak usia
sekolah dasar?” G1
: “Pendidikan politik untuk anak SD tidak diarahkan untuk politik partai tetapi bagaimana kita bisa membimbing anak di usia kelas IV yang sudah
beralih dari masa kekanak-kanakan menjadi lebih kecenderungan bagaimana ia menghimpun teman yang akan muncul pengelompokkan,
maka dalam hal ini muncul peranan guru untuk mengarahkan ke arah positif dalam hal membina sosial yang baik, mengurangi keegoisan antar
teman.” Informasi bahwa pendidikan politik memang di terapkan di sekolah juga
terbukti dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada siswa dengan menanyakan siapa nama presiden Indonesia saat ini, walaupun secara langsung
siswa belum dapat memahami arti pendidikan politik secara harafiah, apabila mereka mampu menyebutkan nama presiden dengan benar sudah merupakan salah
satu hasil pendidikan politik yang dilakukan oleh sekolah. Hal tersebut ditunjukan oleh wawancara sebagai berikut.
P : “Siapakah nama presiden Indonesia sekarang dan bagaimana perannya?”
S : “Jokowidodo, tugasnya adalah mengatur negara.”
Hal tersebut sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan di SD Masjid Syuhada yang menunjukkan bahwa memang terdapat pelaksanaan pendidikan
politik yang dilakukan baik di dalam ataupun di luar kelas, salah satunya adalah latihan upacara yang dilakukan oleh siwa kelas V C dengan didampingi oleh
seorang guru. Upacara bendera mengenalkan siswa cara penghormatan kepada Bendera Merah Putih, dan juga mengenalkan teks Pancasila, teks pembukaan
72 UUD 1945, dan berbagai nilai dan norma yang dibelajarkan melalui khidmat
upacara bendera.
Gambar 4. Latihan Upacara Bendera Hari Senin Dokumentasi diatas menunjukkan pelaksanaan latihan upacara hari Senin yang
dilakukan oleh siswa pada hari sabtu. Hal tersebut menunjukan bahwa SDMS melakukan pendidikan politik yang tercermin melalui pelaksanaan latihan upacara
bendera dan upacara bendera yang di laksanakan ada hari senin. Bentuk-bentuk pendidikan politik yang diterapkan di SD Masjid Syuhada
dibagai menjadi dua yaitu pendidikan politik yang dilaksanakan di dalam kelas dan pendidikan politik yang dilaksanakan di luar kelas. Hal tersebut dijelaskan
pada uraian sebagai berikut: a.
Pendidikan Politik di Dalam Kelas Penerapan pendidikan politik di dalam kelas oleh SDMS diungkapkan oleh
kepala melalui wawancara sebagai berikut: P
: “Bagaimana pelaksanaan pendidikan politik melalui kurikulum yang dipakai sekolah?”
KS : “Secara teknis kurikulum yang di berlakukan di SD Masjid Syuhada
adalah kurikulum 2006, pada tahun 2015 kemarin kamu sudah mencoba kurikulum 2013 tetapi tahun 2016 kita kembali lagi, tetapi secara program
73 kami memberlakukan pembelajaran seperti pada kurikulum 2013. Juga pasti
terdapat unsur pendidikan politik pada mata pelajaran seperti Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, ataupun Bahasa Indonesia”
Kepala sekolah SDMS mengungkapkan bahwa pelaksanaan pendidikan politik di dalam kelas dilakukan sesuai kurikulum yang berlaku. SDMS
menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang secara pasti terdapat diferensiasi mata pelajaran. Wawancara kepada kepala sekolah tersebut
menjelaskan bahwa penerapan pendidikan politik di SDMS melalui kurikulum yang tercermin dalam mata pelajaran seperti Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu
Pengetaahuan Sosial, ataupun Bahasa Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan data yang diperoleh dari guru melalui wawancara sebagai berikut:
P : “Apa saja bentuk pendidikan politik yang dilberikan oleh BapakIbu
kepada siswa? ”
G1 : “Anak-anak mulai dikenalkan dengan melalui karakter tokoh-tokoh masa
lampau siapa saja yang dapat menjadi panutan untuk kita, sistem pemerintahan sudah mulai dikenalkan, bahkan pendidikan PKn di kelas IV
dianggap lebih sulit dari pada pen
didikan PKn di kelas V.” Penerapan pendidikan politik di dalam kelas juga dibuktikan dengan kepahaman
siswa mengenai Pancasila yang dia dapatkan melalui pembelajaran di dalam kelas, seperti pada wawancara peneliti dengan siswa seperti berikut ini:
P : “Lambang sila kegita apa?”
T : “Pohon Beringin”
P : “Bunyi sila pertama bagaimana?”
T : “KeTuhanan Yang Maha Esa”
P : “Lambang sila kedua apa?”
T : “Kepala Banteng.”
Data penelitian yang didapatkan dari wawancara tersebut membuktikan bahwa penerapan pendidikan politik di dalam kelas dilakukan dengan pelaksanaan
pembelajaran sesuai kurikulum yang memuat mengenai pendidikan politik, salah satu pelajaran yang paling terlihat penerapan pendidikan politiknya adalah mata
74 pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Hal tersebut sesuai dengan hasil
observasi yang dilakukan oleh peneliti, bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan secara tersurat memang memuat pendidikan politik. Salah satu
bentuk penyaluran pendidikan politik yang disampaikan oleh kurikulum yang diturunkan melalui mata pelajaran adalah dengan menggunakan buku teks.
‘
Gambar 5. Buku Teks Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Gambar tersebut adalah contoh buku teks yang digunakan oleh siswa kelas IV D
pada saat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berlangsung Pendidikan politik di dalam kelas juga dilaksanakan melalui penerapan
nilai dan norma yang digunakan di dalam kelas. Penegakan nilai dan norma tersebut dipupuk dari karakter positif siswa yang didapatkan dengan pendidikan
politik seperti yang diungkapkan oleh guru melalui wawancara sebagai berikut: P
: “Bagaimana penerapan pendidikan politik yang sesuai untuk anak usia sekolah dasar?”
G1 : “...mengarahkan ke arah positif dalam hal membina sosial yang baik,
mengurangi keegoisan antar teman .”
G2 : “Anak kelas III lebih cocok diberikan materi untuk keanekaragaman dan
bagaimana cara menghargai perbedaan ras, agama. Yang kedua adalah kecintaan produk dalam negeri, anak-anak di arahkan agar cinta tanah air,
75 kemudian diarahkan untuk menjaga kerukunan sebagai pentuk penanaman
dalam bhineka tunggal ika.” Guru sebagai pendidik melaksanakan penerapan nilai dan norma tersebut
melalui strategi-strategi pembelajaran yang diungkapkan melalui wawancara sebagai berikut:
P : “Apakah BapakIbu guru pernah memberikan reward dan punishment
kepada siswa?” G1
: “Pernah, yang saya berikan beragam, ada yang secara langsung berupa pujian, ada berupa hadiah, di akhir semester.”
G1 : “Iya ada, apabila ada anak yang terlambat saya berikan hukuman tidak
secara fisik, tetapi saya ingatkan, apabila tiga kali masih diulangi maka anak-anak saya suruh untuk menulis Surat dalam Al-Quran seperti surat An
Naba, atau doa sehari-hari, apabila keterlambatannya sudah berulang kali maka saya konfirmasi ke orang tua. Saya juga memberikan reward kepada
anak yang bagus dalam program hafalan kelas tiga, seperti hafalan surat An-
Naba pertamakalinya.” Penerapan pendidikan politik melalui karakterisasi nilai dan norma tersebut
juga terlihat pada perilaku siswa yang teramati oleh peneliti ketika melakukan observasi. Hal tersebut ditunjukan dengan rasa saling berbagi siswa kepada siswa
lainnya yang tidak membawa buku, berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, penghormatan siswa kepada guru ketika akan meninggalkan kelas dan masuk lagi
ke dalam kelas dengan melakukan izin terlebih dahulu, mengangkat tangan ketika akan berbicara, dan lain-lain. Guru kelas III C memberikan penguatan penerapan
nilai dan norma ini bersama dengan ketentuan-ketentuan lain seperti pukul masuk kelas, pakaian seragam, sepatu, kaos kaki, dan lain sebagainya melalui peraturan
dan sanksi yang disepakati bersama dengan siswa yang berbentuk peraturan tertulis sebagai berikut.
76 Gambar 6. Peraturan dan Sanksi SD Masjid Syuhada
Peraturan tersebut ditempelkan di papan pengumuman di belakang kelas berampingan dengan jadwal piket dan struktur pengurus kelas.
Pendidikan politik di dalam kelas juga dilakukan melalui praktek demokratis pemilihan ketua kelas. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan
oleh kepala sekolah sebagai berikut ini. P
: “Apa saja bentuk-bentuk pendidikan politik yang dapat diterapkan untuk siswa Sekolah Dasar?”
KS : “Anak-anak sudah mulai dikenalkan dengan politik salah satunya dalam
hal pembentukan pengurus kelas, bagaimana cara memilih ketua kelasnya, dari sini maka anak-
anak akan dikenalkan kemampuan untuk berpolitik.” Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh guru melalui wawancara
tentang pemilihan pengurus kelas yang merupakan bagian dari pendidikan politik sebagai berikut.
P : “Apa saja bentuk pendidikan politik yang dilberikan oleh BapakIbu
kepada siswa? ”
G1 : “Pendiikan politik juga ada pada pemilihan ketua kelas dimana anak-anak
memilih berdasarkan pilihannya dengan arahan dari guru.” G2
: “Pada pemilihan ketua kelas, misalnya mencalonkan berapa anak, nantinya akan di pilih ketua, bendahara, sekretaris, dan ketertiban.”
77 Keberadaan pengurus kelas tersebut sejalan dengan observasi yang
dilakukan oleh peneliti di dalam kelas, yaitu pada saat pembukaan pelajaran sebelum guru memasuki kelas, salah satu anak memimpin temannya secara
mandiri untuk berdoa bersama. Pemimpin doa bersama tersebut adalah wakil ketua kelas yang secara bergantian dengan ketua kelas memimpin doa teman-
temannya sebelum pelajaran dimulai. Keberadaan pengurus kelas juga dibuktikan dengan bagan struktur pengurus kelas yang terpajang di papan pengumuman kelas
sebagai berikut.
Gambar 7. Struktur Organisasi Pengurus Kelas Data tersebut menunjukkan bahwa keberadaan struktur pengurus kelas sebagai
salah satu sarana pendidikan politik dilaksanakan oleh SDMS. Pendidikan politik politik dalam kelas selain dibelajarkan melalui
kepengurusan kelas juga dibelajarkan dengan pembagian tugas piket setiap harinya dan kelompok ketugasan belajar lainnya pada pelajaran-pelajaran tertentu.
Hal tersebut diketahui melalui wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah sebagai berikut ini.
P : “Bagaimana menurut Bapak mengenai penerapan pendidikan politik di
Sekolah Dasar?”
78 KS
: “Anak-anak sejak dini memang sudah harus tahu politik, tanpa mereka sadari mereka juga telah melakukan kegiatan politik dalam pemilihan ketua
kelas, ketua kelompok ketugasan pembelajaran, dan bahkan dalam kegiatan
ekstrakulikuler pramuka.” Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru juga menunjukkan hal yang
sama sebagai berikut. P
: “Apa saja bentuk pendidikan politik yang dilberikan oleh BapakIbu kepada siswa?
.” G1
: “Dan juga pada pemilihan petugas piket, guru memberikan beberapa kriteria dan melihat persebaran kemampuan siswa, tidak sembarangan
membiarkan anak untuk memilih kelompoknya.
Pemberlakuan kelompok piket dan kelompok ketugasan belajar juga diketahui peneliti melalui wawancara yang dilakukan dengan siswa. Pertama,
mengenai pemberlakukan tugas piket siswa yang dilakukan melalui wawancara sebagai berikut ini.
P : “Bagaimana kamu dalam melaksanakan tugas piket ataupun tugas-tugas
kegiatan sekolah yang sudah terjadwal?” A
: “Saya piket, tapi kadang-kadang tidak “ M
: “Saya selalu piket, tetapi ada teman saya yang tidak piket.” S
: “Ya, saya melakukan tugas piket, tetapi beberapa teman-teman ada yang tidak melakukan
.” Q
: “Piket yang bersih.” R
: “Saya selalu piket kelas setiap hari sabtu.” L
: “Saya selalu piket, tanpa harus disuruh oleh guru.” Kedua, mengenai pembagian ketugasan belajar melalui mata pelajaran tertentu
yang diungkap oleh peneliti dengan siswa melalui wawancara sebagai berikut ini. P
: “Apakah kamu mempunyai kelompok bermain atau kelompok belajar tertentu?”
S : “Ya, punya kelompok untuk jualan di Market Day.”
Q : “Ya, punya kelompok belajar bersama untuk percobaan IPA..”
R : “Iya punya, kelompok belajar untuk mengerjakan tugas diorama. Saya
sekelompok dengan Darel, Burhan dan Navisa. ”
79 Pernyataan kepala sekolah, guru, dan siswa mengenai pembagian jadwal
piket dan kelompok ketugasan belajar tersebut sejalan dengan hal yang ditemukan oleh peneliti melalui observasi. Peneliti menemukan bahwa siswa melaksanakan
piket kelas sesuai dengan yang dijadwalkan di akhir pelajaran, dan siswa terlihat bekerja sama dengan teman satu timnya dalam kegiatan market day. Keberadaan
pembagian jadwal piket tersebut ditunjukan dengan dokumentasi yang di dapatkan oleh peneliti yang diambil dari papan pengumuman di dalam kelas
sebagai berikut.
Gambar 8. Pembagian Jadwal Piket Dokumentasi pembagian jadwal piket tersebut akan lebih memudahkan siswa
untuk mengingat dan membelajarkan untuk melaksanakan kewajiban secara lebihnyata. Hal ini menunjukkan bahwa pembagian jadwal piket merupakan salah
satu sarana yang digunakan oleh SDMS utntuk melaksanakan pendidikan politik. Salah satu bentuk nyata pendekatan politis siswa terhadap bangsanya adalah
dengan mengenal presiden. Siswa usia sekolah dasar sudah mengetahui dan mulai memahami siapa dan apa peranan presiden dalam sistem pemerintahan. Hal
tersebut ditunjukkan dengan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada siswa sebagai berikut:
P : “Siapakah nama presiden Indonesia sekarang dan bagaimana perannya?”
80 A
: “Tugas presiden menurut Almer adalah belajar.” M
: “Saya lupa namun beberapa menit kemudian Tiko menyebutkannya. Namany
a Jokowi..” S
: “Jokowi presiden yang sekarang, dan Sukarno presiden pertama, tugasnya adalah memimpin negara.”
Q : “Jokowidodo.”
R : “Jokowidodo, tugasnya adalah mengatur ..., saya tidak tahu.”
L : “Joko Widodo, tugasnya untuk memimpin pemerintahan dan mengatur
negara.” Berdasarkan data tersebut anak-anak dengan mudahnya dapat menyebutkan nama
presiden Indonesia, hal ini merupakan salah satu bentuk dari hasil pendidikan politik. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa di
setiap ruangan formal di SDMS terdapat lambang negara, foto presiden dan wakil presiden, beberapa diantaranya juga terdapat slogan kebhinekaan. Bukti
dokumentasi mengenai data tersebut dibuktikan dengan gambar ruangan lobbi sebagai berikut.
Gambar 9. Atribut Kenegaraan di Kelas III C SDMS Gambar tersebut menunjukkan bahwa lambang negara dan foto presiden dipajang
di depan kelas sebagai salah satu bentuk pendidikan politik. Hal tersebut akan membantu siswa untuk lebih mengenal dan mengingat apa lambang negaranya
dan siapa nama presiden dan wakil presiden sehingga siswa memiliki kesadaaran
81 bahwa dia hidup dalam suatu negara yang mempunyai prinsip aturan dan
pemimpin tertentu. Keberhasilan pelaksanaan pendidikan politik erat kaitannya dengan
pengaruh yang diberikan oleh guru melalui pembelajaran dalam kelas. Pendidikan politik yang diberikan oleh guru di kelas tersebut dapat melalui peranan guru
dikelas, strategi mengajar guru, cara penanggulangan guru terhadap permasalahan di kelas, cara guru untuk menyiasati perbedaan latar belakang pada siswa, dan
pandangan guru terhadap bagaimana pendidikan politik yang sesuai diajarkan untuk anak usia sekolah dasar. Informasi-informasi tersebut penulis dapatkan
melalui wawancara yang dilakukan dengan guru sebagai berikut ini. P
: “Bagaimana peranan guru dalam pendidikan politik?” G1
: “Perlu mengarahkan siswa untuk menjadi sosok pemimpin yang baik, bagaimana menentukan sikap yang baik, bermusyawarah yang baik. “
G2 : “Mengarahkan dan memberikan asupan pengetahuan kepada siswa.”
P : “Bagaimana strategi yang BapakIbu lakukan untuk melakukan pendidikan
politik kepada siswa di kelas?” G1
: “Kita dapat menggunakan prioritas materi pembelajaran, misalnya menentukan standar minimal mana yang anak harus pahami, tidak harus
dihafalkan sem ua.”
G1 : “Melakukan dengan praktik langsung misalnya apabila ada anak yang
sedang bertengkar dikondisikan untuk saling memaafkan dan menjaga kerukunan, sebagai bentuk kebiasa
an.” Siswa memiliki tanggapan yang berbeda-beda terhadap pelaksanaan
pendidikan politik yang mereka dapatkan. Tanggapan siswa yang berbeda-beda tersebut diungkap guru melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai
berikut: P
: “Bagaimana tanggapan siswa mengenai pendidikan politik yang diberikan oleh bapakibu?
” G1
: “Tanggapan siswa mengenai pendidikan politik terutama melalui sosio drama adalah macam-macam, ada anak
– anak yang suka dan ada yang tidak
82 tergantung pada pengaruh yang diterimanya terutama dari orang tua. Anak-
anak merasa sulit untuk memahami ketugasan-ketugasan lembaga negara, sebelum belajar mereka sudah mengeluh.”
G2 : “Siswa memang banyak menghafal karena materi PKn memang demikian,
untuk pengenalan sistem pemerintahan belum diberikan di kelas III dan akan diberikan di kelas IV untuk materi tersebut pun anak-anak
kelihatannya juga belum paham saya rasa materi seperti jangan dulu
disampaikan ke anak, karena terlalu berat.” Penerapan pendidikan politik yang dilaksanakan di dalam kelas tentu saja
mengalami kendala yang dapat menghambat proses pembelajaran. Hal tersebut diungkap melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada guru sebagai
berikut: P
: “Kendala apa saja yang menghambat pelaksanaan pendidikan politik untuk siswa?”
G1 : “Proses belajar anak-anak pasti berbeda, setelah kita sharing dengan guru
kelas yang lain ternyata ditemukan fakta bahwa pelajaran PKn merupakan pelajaran yang sulit bagi anak-anak karena mereka dituntut untuk
mengafal.” G2
: “Hambatannya ketika anak sudah merasa jenuh susah menghafal dan susah masuk materinya. Ketika anak diberikan tugas masih susah memahami soal
yang tingkatannya berbau politik..” Pesebaran latar belakang siswa yang berbeda adalah hal pasti yang terjadi
pada setiap kelas, oleh karena itu guru mempunyai peran untuk memanajemen kemungkinan perbedaan yang terjadi akibat perbedaan latar belakang tersebut.
Perbedaan yang terjadi tidak jarang dapat menjadi penyebab konflik dan kesenjangan sosial di dalam kelas. Konflik dan kesenjangan sosial yang terjadi
dapat merupakan suatu sarana pendewasaan politis dalam sikap siswa untuk menghadapi konflik dan kesenjangan sosial tersebut. Hal ini diungkap oleh
peneliti melalui wawancara seperti berikut. P
: “Bagaimana pesebaran latar belakang siswa di kelas? Apakah siswa pernah mempunyai masalah dalam ha
l tersebut.” G1
: “Siswa berasal dari latar belakang yang beragam, bahkan sampai saat ini ada siswa yang saya belum pernah berkomunikasi dengan orang tuanya
83 tetapi dengan kakaknya, karena orang tuanya terlalu sibuk. Anak-anak
dikelas kami alhamdulillah tidak ada yang membentuk kelompok berdasarkan dengan segi ekonomi. Ketika pembentukan kelompok pun
mereka masih mau menerima anak yang nakal sekalipun.” G1
: “Latar belakang siswa variatif, majemuk, dari sumatera ada, dari sunda ada, rata-rata dai Yogyakarta, untuk perekonomian rata-rata menengah ke
atas. Selama ini perbedaan ini tidak berpengaruh dalam pemilihan teman,
anak yang kaya dengan enjoy bermain dengan siapa saja.” P
: “Bagaimana tanggapan BapakIbu tentang dinamika kelompok sosial siswa yang terjadi di luar kelas ataupun di dalam
kelas?” G1
: “Awal-awal memang terjadi, tetapi kelas saya adalah kelas sedikit yang tidak memungkinkan untuk itu terjadi, dan apabila terjadi akan mudah
dikenali. Memang pada awalnya anak-anak yang saya ampu memang berbeda dengan anak kebanyakan guru sebelumnya pun juga sudah berpesan
kepada saya tentang hal tersebut
.” G2
: “Anak-anak menerima materi kerukunan dengan baik, tapi yang namanya anak-anak mudah berubah sifatnya, tapi dalam keseharian tidak pernah
terlihat anak-anak yang ngegrup sendiri jadi satu, hanya yang belum bisa dikendalikan dari anak-anak adalah ejekan walaupun hanya dalam bentuk
ringan.Tetapi anak perempuan senang bikin grup sendiri, tetapi sudah saya
ingatkan untuk dapat berbaur dengan yang lain.” Wawancara yang dilakukan dengan guru juga mengungkapkan pendapat
guru mengenai pendidikan politik yang seharusnya diajarkan untuk anak SD, sebagai berikut ini:
P : “Bagaimana seharusnya pendidikan politik diajarkan untuk anak SD?”
G1 : “Anak anak diarahkan ke dalam hal yang positif dalam menentukan
pilihan, terlebih lagi dalam hal sosialisasi dan menentukan pilihan. Materi mengenai ketugasan lembaga negara masih terlalu sulit dipahami untuk
anak-
anak usia SD.” G2
: “Materi-materi mengenai struktur pemerintahan seharusnya disampaikan saat anak SMP bukan SD, karena materi tersebut terlalu berat untuk
dipahami.” Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara di atas, pendidikan politik
yang di berikan di dalam kelas salah satunya berupa pengajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang merupakan mata pelajaran wajib dalam
kurikulum. Pembelajaran dikelas yang diampu oleh guru memberikan kesempatan bagi guru untuk menyampaikan pendidikan politik melalui: 1 strategi yang
84 digunakan oleh guru dalam penyampaian pembelajaran, 2 manajemen kendala
belajar siswa beserta penanganannya, 3 manajemen keberagaman latar belakang siswa, dan 4 pandangan guru terhadap pendidikan politik yang harus diterima
oleh siswa. Hal tersebut sesuai dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti di dalam kelas yang membuktikan bahwa guru mengajarkan pendidikan politik
melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang saat itu sedang membelajarkan materi mengenai keanekaragaman budaya bangsa sehingga anak
akan dapat bersikap toleran yang mempunyai sikap politis yang baik, guru melakukan berbagai metode pembelajaran sebagai strategi pembelajaran
diantaranya adalah ceramah, diskusi, dan simulasi praktek. Metode pembelajaran yang digunakan tersebut juga difungsikan sebagai cara guru memanajemen
kendala belajar siswa, dengan mengajar menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi maka akan memperluas pengalaman pembelajaran siswa. Guru di setiap
kelas yang diampunya juga memiliki kewenangan untuk mengatur pembentukan struktur kelas dan pembagian tugas piket juga merupakan sarana pembelajaran
pendidikan politik yang secara praktis dapat dilakukan oleh siswa. Hal tersebut sebagai sarana untuk memanajemen keberagaman latar belakang siswa, sehingga
siswa yang berasal dari latar belakang yang berbeda akan mampu berinteraksi dan berdiplomasi satu sama lain. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti, guru juga melakukan pendidikan politik dengan mengungkapkan opini yang bersifat politis saat pembelajaran berlangsung. Opini yang disampaikan oleh
guru tersebut lebih mengarah kepada ajakan untuk bersikap toleran dan menghargai perbedaan budaya atau ciri khas masing-masing. Hal tersebut
85 merupakan sebuah upaya pencerdasan politis yang dapat dilakukan guru dalam
pembelajaran yang juga termasuk ke dalam improvisasi pandangan guru mengenai pendidikan politik yang sesuai dan harus didapatkan oleh siswa.
Peran guru dalam mengelola kelas sangat berpengaruh terhadap pembentukkan sikap politis siswa. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh
peneliti selama proses pembelajaran berlangsung guru memberikan pengaruh atau pendidikan politik melalui kewenangannya untuk membentuk budaya belajar
siswa melalui pembiasaan yang dilakukan seperti berdoa, demokratis dalam menyampaikan pendapat, dan lain sebagainya. Guru di setiap kelas yang
diampunya juga memiliki kewenangan untuk mengatur pembentukan struktur kelas dan pembagian tugas piket juga merupakan sarana pembelajaran pendidikan
politik yang secara praktis dapat dilakukan oleh siswa. Keberadaan atribut politis seperti foto presiden dan wakil presiden, lambang negara pancasila, dan slogan
kebinekaan juga merupakan salah satu cara membelajarkan anak-anak untuk dapat memahami lingkungan politis dalam tataran kenegaraan. Guru memberikan
pendidikan politis secara integratif melalui mata pelajaran dan materi yang sedang dibelajarkan kepada siswa, guru dapat menggunaan berbagai macam pendekatan
pembelajaran dan metode pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang didokumentasikan oleh peneliti mengenai metode pembelajaran yang dilakukan
guru dalam pendidikan politik adalah menggunakan metode simulasi yang ditunjukkan oleh gambar berikut.
86 Gambar 10. Guru Mengajarkan Engklek Sebagai Metode Pembelajaran
Gambar tersebut merupakan dokumentasi dari salah satu metode pembelajaran yang dilakukan guru sebagai bentuk peranan guru untuk memanajemen kelas baik
dalam hal menangani kendala belajar siswa, atau dalam hal memanajemen dinamika perbedaan individu siswa. Metode pembelajaran ataupun strategi yang
dilakukan oleh guru merupakan salah satu bentuk pendidikan politik yang dapat dilakukan oleh komponen sekolah di dalam kelas.
Berikut adalah tabel yang berisi rangkuman mengenai pendidikan politik yang di laksanakan di SDMS di dalam kelas.
Tabel 7. Pendidikan Politik di Dalam Kelas
No. Indikator
Bentuk Pelaksanaan Rincian Pelaksanaan
1. Pendidikan
politik dilaksanakan
di
dalam kelas
Pendidikan politik
dilaksanakan melalui
kurikulum sekolah Mengarjakan
mata pelajaran yang memuat
pendidikan politik
misalnya PKn, IPS, dan Bahasa Indonesia
Menggunakan buku teks pelajaran yang sesuai
dengan ketentuan.
87 Melaksanakan nilai dan
norma yang tercermin dalam pembelajaran
Melaksanaan kebiasaan-
kebiasaan dan pembiasaan yang dilakukan di kelas
Pembentukan pengurus
kelas raan Pemasangan
atribut kenega
Pembentukan kelompok ketugasan
belajar ataupun kelompok piket
kelas. Pendidikan
politik yang
dilakukan melalui peranan guru
Strategi yang digunakan oleh
guru dalam
menyampaikan pelajaran, Manajemen
kendala belajar
siswa dan
penanganan masalah
yang dilakukan oleh guru Manajemen
dinamika perbedaan individu di
kelas yang
dilakukan oleh guru.
Pandangan guru terhadap pendidikan politik yang
harus diterima
oleh siswa.
b. Pendidikan Politik di Luar Kelas
Peneliti melakukan pengamatan pendidikan politik di luar kelas selama empat belas kali di lingkungan sekolah. Keberadaan pendidikan politik di luar
kelas dilakukan melalui dua hal besar, yaitu yang pertama adalah pendidikan siswa di lingkungan sekolah yang multikultural dan yang kedua adalah
88 pengembangan sikap politis siswa dalam kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler
ataupun kegiatan lain yang dapat siswa ikuti untuk mengembangkan dirinya. Pendidikan politik yang dilakukan di luar kelas, diungkapkan oleh kepala sekolah
melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut ini. P
: “Bagaimana keadaan sekolah yang multikultural atau berasal dari latar belakang yang berbeda dan kebijakan ang diterapkan dalam hal pendidikan
politik untuk menangani hal tersebut?” KS
: “... terdapat perbedaan dalam hal ekonomi, tetapi yang membuat kami bangga bagi anak-anak hal tersebut tidak masalah, malah kadang-kadang
orang tua yang merasa seperti itu, kami tidak mengkelas-kelaskan anak seperti itu sehingga kesenjangan tidak terlihat walaupun tanpa disadari hal
tersebut masih ada
.” P
: “Bagaimana antisipasi sekolah terhadap pembentukan geng-geng yang terjadi diantara siswa?”
KS : “Memang tidak dapat dihindari bahwa pengelompokkan anak mesti ada
dan sedang menggejala untuk pembentukkan geng-geng, di sekolah kami juga pun
pasti ada, tetapi sejauh ini masih kondusif.” Hal yang sama juga diungkapkan oleh guru kelas III mengenai perbedaan
multikultural yang masih terjaga dalam kondusivitas melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru sebagai berikut.
P : “Bagaimana pesebaran latar belakang siswa di kelas? Apakah siswa pernah
mempunyai masalah dalam hal tersebut?” G
: “Latar belakang siswa variatif, majemuk, dari sumatera ada, dari sunda ada, rata-rata dai Yogyakarta, untuk perekonomian rata-rata menengah ke
atas. Selama ini perbedaan ini tidak berpengaruh dalam pemilihan teman,
anak yang kaya dengan enjoy bermain dengan siapa saja.” Kondisi multikultural lingkungan sekolah akan menciptakan konsepsi
pemilihan teman atau cara bergaul dengan baik menurut siswa. Siswa mengungkapkan cara bergaul dengan benar melalui wawancara yang dilakukan
oleh peneliti sebagai berikut. P
: “Apa yang kamu ketahui tentang cara bergaul dengan teman yang benar? A
: “Tidak nakal, membantu teman..” M
: “Nggak pilih-pilih teman, menyangai teman, nggak marah-marah..”
89 S
: “Menyangai semua teman dan berbuat baik.” Q
: “Tidak memilih milih teman.” R
: “Berteman dengan semua teman dengan baik” L
: “Berteman dengan baik, semuanya teman, karena teman seiman.” Siswa akan selalu berkelompok dengan teman yang disukainya, memiliki
kesukaan yang sama, ataupun penempatan ketugasan belajar yang sama. Hal tersebut diungkapkan oleh siswa melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti
mengenai kelompok-kelompok siswa sebagai berikut. P
: “Apakah kamu mempunyai kelompok bermain atau kelompok belajar tertentu?”
A : “Tidak, tapi saya punya teman dekat, saya berteman dengan mereka karena
mereka baik. “ M
: “Iya, saya senang bermain dengan Dika, Irfan, Farel dan Rafi karena mereka omongannya baik-baik, ada orang dikelas saya mereka omongannya
jorok- jorok dan pikirannya gimana gitu.”
L : “Ya, saya senang bermain dengan Aurel dan Rahma, dan saya juga
mempunyai sahabat di kelas yang sekarang sudang pulang.” Wawancara peneliti dengan ketiga sumber tersebut menunjukan bahwa
kondisi lingkungan sekolah yang multikultural yang berlangsung dengan harmonis dan berbedaan latar belakang sosial atau budaya tidak bermasalah bagi
siswa untuk menentukan teman bermainnya. Siswa kan bermain atau berkelompok berdasarkan kesukaan yang sama. Hal tersebut sejalan dengan data
yang didapatkan oleh peneliti melalui observasi. Peneliti menemukan bahwa terjalin hubungan yang baik antar komponen sekolah, tidak ada diskriminasi di
lingkungan sekolah, tidak terdapat kesenjangan sosial yang berarti, dan terbentuknya kelompok siswa berdasarkan kecenderungan kesukaan siswa karena
kesamaan hobi ataupun kegiatan. Berikut ini adalah dokumentasi kerukunan dan kedekatan yang terjalin antar siswa di SDMS.
90 Gambar 11. Siswa Bermain dengan Temannya
Keadaan multikultural yang ada dilingkungan sekolah akan membelajarkan siswa untuk bersikap toleran dan saling menghargai sebagai bentuk pendidikan politik.
Multikulturalisme juga merupakan salah satu ciri khas nilai kebangsaan yang dipunyai oleh bangsa Indonesia, dengan mempelajarinya mulai dari lingkungan
sekolah anak-anak akan lebih terampil dalam menjalani kehidupan multikultural sebagai bagian dari masyarakat di kemudian hari.
Pendidikan politik diluar kelas juga dilakukan melalui kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan pengembangan diri lainnya yang dapat diikuti oleh
siswa. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh kepala sekolah dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut ini:
P : “Kegiatan apa saja yang mewadahi siswa untuk mendapatkan pendidikan
politik di luar kelas?” KS
: “Salah satunya adalah ekstrakulikuler wajib PKS atau Patroli Keamanan Sekolah. Hal tersebut berasal dari permasalahan kemacetan jalan saat siswa
berangkat sekolah, maka anak dilibatkan untuk mengatur lalu lintas.”
P : “Bagaimana langkah pembinaan yang dilakukan oleh sekolah untuk
menerapkan pendidikan politik?” KS
: “Sekolah sering mendapatkan berita atau informasi suatu lomba yang memberikan ke kami, dari sana kami mendelegasikan anak-anak agar
berperan serta sebagai salah satu bentuk mengembangkan potensi siswa
dalam hal non akademik.”
91 Keberadaan kegiatan ekstrakulikuler yang diikuti oleh siswa tersebut didukung
oleh wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada siswa seperti berikut ini: P
: “Kegiatan ekstrakulikuler apa saja yang kamu ikuti di sekolah?” A
: “Tidak ikut, tapi saya ikut les.” M
: “Saya hanya ikut musik saja, main pianika.” S
: “Saya ikut ekstra tari dan silat.” Q
: “Saya ikut ekstra tari dan silat. Ekstra tari dilaksanakan hari Rabu dan ekstra silat hari selasa. Saya juga menjadi petugas PKS Patroli Keamanan
Sekolah yang bertugas pada setiap haru Jumat minggu ke-2 setiap
bulannya.” R
: “Saya hanya mengikuti kegiatan musik, yaitu ekstakulikuler angklung.” L
: “Kelas enam tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler sekarang, tetapi dulu saya ikut menari dan musik.”
Berdasarkan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa SDMS memiliki kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler yang dapat dipilih siswa untuk mengembangkan
keterampilannya tidak terkecuali untuk mengembangkan jiwa politis siswa. Hal tersebut sejalan dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti yang
menunjukkan hasil bahwa SDMS melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler bagi siswanya baik yang bersifat wajib seperti pramuka untuk semua kelas, Patroli
Keamanan Sekolah PKS untuk kelas IV, Dokter Kecil untuk kelas V, maupun yang tidak wajib seperti Futsal, Pencak Silat, Musik, Hadroh, Musabaqoh
Tilawatil Quran, dan Karate. Berbagai macam kegiatan ekstrakulikuler tersebut termasuk sarana pembelajaran politis dengan caranya masing-masing, beberapa
kegiatan ekstrakulikuler yang mempunyai pengaruh kuat dalam penanaman sikap politis siswa adalah ekstrakulikuler wajib seperti PKS yang membelajarkan
keberanian, rasa tanggung jawab, dan kepercayaan, dan dokter kecil yang membelajarkan tanggung jawab, dan rasa kepekaan sosial. Hasil observasi
penelitian menunjukkan bahwa setiap siswa di SDMS pasti mengikuti minimal satu kegiatan ekstrakulikuler baik yang wajib maupun pilihan. Peneliti melihat
92 siswa-siswi di SDMS sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler.
Siswa kelas IV yang memiliki PKS sebagai kegiatan ekstrakulikuler wajib pun terlihat antusias dalam bertugas. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
satpam sekolah siswa kelas IV sebelum menjadi petugas PKS akan dilatih oleh Polda dan Polres untuk memahami tugas pokok dan memantapkan keberanian,
setelah itu mereka akan dilantik di Stadion Mandala Krida dan akan mendapat penguatan ketugasan pada semester berikutnya. Setiap bertugas, mereka akan
mengenakan pakaian khusus yaitu setelan putih, topi, dan peluit. Berikut adalah bukti dokumentasi kegiatan PKS sebagai kegiatan ekstrakulikuler wajib yang
diikuti oleh siswa kelas IV, sehingga setiap siswa kelas IV pasti memiliki giliran untuk bertugas menjadi petugas PKS.
Gambar 12. Petugas PKS sedang Bertugas PKS sebagai ekstrakulikuler wajib bagi kelas IV merupakan salah satu pentuk
kegiatan nyata untuk melatih sikap politis siswa, maka dari itu PKS merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh SDMS sebagai bentuk pendidikan
politik. Kegiatan dokter kecil merupakan ekstrakuikuler yang diikuti oleh
93 sebagian kelas V di SDMS, untuk menjadi dokter kecil siswa kelas V harus
melakukan tes, siswa dengan skor nilai tes yang baik akan terseleksi menjadi anggota dokter kecil yang kemudian akan mendapatkan pengarahan lebih lanjut
dan tugas jaga. Kegiatan Pramuka merupakan kegiatan ekstrakulikuler wajib yang diikuti
oleh seluruh siswa di semua jenjang kelas. Masing-masing kelas akan mendapat pembelajaran Pramuka sesuai dengan jenjang kelasnya. Selama waktu penelitian,
peneliti menjumpai kegiata pesta siaga yang dilakukan oleh siswa kelas I di Goa Selarong, dengan dokumentasi sebagai berikut.
Gambar 13. Pemberangkatan Pesta Siaga ke Goa Selarong Kegiatan pramuka tersebut merupakan salah satu bentuk nyata pendidikan politik
yang dilaksanakan oleh SDMS di luar kelas. Organisasi atau kegiatan siswa yang berperan untuk mengembangkan jiwa
politik siswa di SDMS selain kegiatan PKS, upacara bendera dan latihan upacara bendera, adalah pemutaran lagu-lagu nasional melalui pengeras suara, kegiatan
pembelajaran di luar outing class, sosialisasi informasi melalui mading sekolah, dan koperasi sekolah. SDMS memiliki sistem pengeras suara yang terpasang di
94 berbagai penjuru gedung sekolah, hal ini memungkinkan bagi semua warga
sekolah untuk dapat mendengar bunyi-bunyian yang diperdengarkan oleh pengeras suara tersebut. Setiap pagi sebelum siswa ramai berdatangan, pengeras
suara tersebut memperdengarkan muratal Al-Quran, kemudian setiap pergantian mata pelajaran, dan bel istirahat makan pengeras suara tersebut akan
memperdengarkan lagu-lagu nasional, melalui pemutaran lagu ini rasa nasionalisme siswa dan karakterisasi jiwa kebangsaan siswa akan mudah
tersampaikan dengan baik. Kegiatan outing class merupakan agenda wajib perkelas yang sudah tertera
dalam kurikulum. Selama peneliti melakukan penelitian, peneliti menjumpai dua kali kegiatan outing class yang dilakukan oleh siswa kelas III dan siswa kelas IV.
Siswa kelas III mengadakan outing class ke Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika dan Museum Merapi, sedangkan siswa kelas IV mengadakan outing
class ke Bumi Merapi. Berikut adalah dokumentasi keberangkatan kegiatan outing class siswa kelas III ke BMKG dan Museum Merapi.
Gambar 14. Persiapan Keberangkatan Outing Class Siswa Kelas III
95 Kegiatan outing class melatih siswa untuk mandiri dan lebih mengenal dirinya
sendiri, maka dari itu kegiatan ini termasuk ke dalam bentuk pendidikan politik yang dilaksanakan SDMS di luar kelas.
Kegiatan Market Day adalah kegiatan yang pertama kali dilaksanakan di SDMS yang dimaksudkan untuk melatih kemandirian dan jiwa wirausaha siswa.
Berikut ini adalah salah satu dokumentasi foto kegiatan market day yang dilakukan oleh siswa.
Gambar 15. Kegiatan Market Day Kegiatan market day sebagai bentuk kegiatan yang membantu mengembangkan
jiwa entrepreneur siswa yang didalamnya mencakup bagaimana siswa menentukan pilihan dan berpihak pada sebuah kecenderungan merupakan salah
satu bentuk pendidikan politik yang dilakukan oleh SDMS di luar kelas. Asupan informasi yang diterima siswa dapat mempengaruhi pandangan
politis siswa terhadap sesuatu, melalui informasi tersebut siswa mendapatkan referensi sebagai acuan menentukan sebuah sikap. Berdasarkan observasi yang
dilakukan oleh peneliti SDMS mempunyai mading sekolah dan koperasi sekolah sebagai media menyampaian informasi ataupun sarana menambah khasanah ilmu.
96 Mading sekolah menyediakan berbagai informasi mengenai dunia luar terutama
informasi mengenai kompetisi atau lomba yag dapat menjadi sarana bagi siswa untuk melatih jiwa politisnya. Koperasi sekolah sebagai bagian dari sekolah
menyediakan berbagai buku yang memuat informasi politis seperti Undang- Undang Dasar ataupun informasi kenegaraan lainnya, melalui hal ini siswa akan
lebih dekat mengenal dasar negara dan hal-hal yang bersifat politis lainnya. Berikut adalah tabel yang berisi rangkuman mengenai pendidikan politik
yang di laksanakan di SDMS di luar kelas. Tabel 8. Pendidikan Politik di Luar Kelas
No. Indikator
Bentuk Pelaksanaan Rincian Pelaksanaan
1. Pendidikan
politik dilaksanakan
di luar kelas Keadaan multikultural antar
komponen sekolah yang
berlangsung kondusif Hubungan
antar komponen sekolah yang
terjalin dengan baik Kecenderungan
siswa dalam berkelompok tidak
mempermasalahkan perbedaan latar belakang.
Sekolah memiliki kegiatan pengembangan diri untuk
melatih sikap politis siswa Kegiatan ekstrakulikuler
baik yang bersifat wajib seperti pramuka untuk
semua kelas, PKS untuk kelas IV, Dokter Kecil
untuk kelas V
97 Organisasikegiatan,
upacara bendera
dan latihan upacara bendera,
pemutaran lagu-lagu
nasional melalui
pengeras suara, kegiatan pembelajaran
di luar
outing class, kegiatan Market Day dan media
penyampai informasi
seperti mading sekolah dan koperasi sekolah
B. Pembahasan