9
mengoganisasikan beberapa
subak
, yang juga disebut
Pasedahan,
sebutan
asedahan
dikemudian hari berubah sebutannya menjadi
sedahan
yang saat itu mendapat kepercayaan untuk mengurus pungutan upeti yangdisebut
suwinih
atau
tigasana
atau pajak untuk pertanian.
2. Organisasi Subak
Sebagai organisasi pada umumnya,
subak
juga mempunyai struktur organisasi. Walau bentuknya sangat sederhana tetapi cukup efektif dalam mengatur kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh para petani anggota
subak
atau disebut
kerama subak
. Pemimpin dalam
subak
biasanya disebut
prajuru
. Seperti yang diuraikan oleh Pitana 1993, untuk subak yang kecil cukup hanya dipimpin oleh seorang ketua yang disebut
kelihan subak
atau
pekaseh
. Sedangkan untuk subak lebih besar maka
prajuru
terdiri dari:
Pekaseh
ketua.
Petajuh
wakil ketua. Tidak semua subak dilengkapi dengan wakil ketua.
Penyarikan
atau
juru tulis
sekretaris.
Patengen
atau
juru raksa
bendahara.
Kasinoman
atau
juru arah
penyalur informasi
Saya
pembantu khusus, biasanya dipilih berkitan dengan kegiatan keagamaan. Untuk
subak
yang sangat besar disebut
subak gede
, biasanya dilengkapi
pekaseh gede
dan wakil
pekaseh gede
. Sementara organisasi subak yang mencakup seluruh dalam satu daerah aliras sungai DAS disebut
Subak Agung
dan dipimpin oleh
Pekaseh Subak Agung
.
Subak
juga dapat dibagi-bagi lagi dengan bagian-bagian yang lebih kecil yang disebut
tempek
dan dipimpin oleh
kelihan tempek
,
kelihan tempek
berada dibawah
pekaseh
.
Dimasa lalu pembinaan
subak
dilakukan oleh yang disebut
Sedahan Yeh
pada tingkat kecamatan yang juga merupakan petugas pemungut pajak dulu dinamakan IPEDA,
sedangkan ditingkat kabupaten pembinaan dilakukan oleh
Sedahan Agung
dan merupakan pembina teringgi dari
subak
, biasanya langsung dijabat oleh Kepala Dinas Pendapatan Kabupaten. Salah satu peran yang paling menonjol peranan dari
Sedahan
dan
Sedahan Agung
adalah dalam mengatur pendistribusian air antar
subak
maupun antar bangunan pengambilan airbendung, umumnya para anggota
subak
sangat mematuhi keputusan
Sedahan
dan
Sedahan Agung
dalam pengaturan air dan mereka sangat berwibawa dan disegani oleh para anggota subak. Namun sejak
dicanangkannya Pemerintahan Otonomi Daerah di tingkat Kabupaten pada tahun 2000an, Sedahan maupun Sedahan Agung sebagai aparat pemerintah pembina subak
tidak jelas keberadaanya Norken, dkk, 2010.. Hal ini menyebabkan para pengurus
10
subak kehilangan koordinasi dalam menyelesaikan berbagai masalah sehingga sering kali menimbulkan konflik dalam pemanfaatan air diantara subak.
Selain itu
subak
juga dibina oleh Dinas Pekerjaan Umum yang dalam hal ini dilakukan oleh Sub Dinas Pengairan
berkaitan dengan pembangunan atau pemeliharaan bangunan-bangunan irigasi. Sedangkan untuk hal-hal yang berkaitan dengan pertanian dibina oleh Dinas Pertanian, serta yang
berkaitan dengan masalah adat-istiadat dibina oleh Dinas Kebudayaan. Pembinaan ini dilakukan sejak sektor pertanian mendapat perhatian yang cukup intensif dari pemerintah
sejak tahun 1970an, yang sebelumnya hanya dilakukan oleh
Sedahan
dan hanya berkaitan dengan pajak. Pembinaan-pembinaan tersebut sangat membantu para petani dalam
pengoperasian bangunan-bangunan irigasi, seperti pintu-pintu air, serta meningkatkan pengetahuan para petani dalam melakukan intensifikasi pertanian, sehingga para petani dapat
meningkatkan produksi. Pada saat ini berdasarkan Perda
Provinsi Bali, Nomor 9 Tahun 2012, Tentang Subak, tugas dan kewenangan pembinaan subak dilakukan Gubernur
berkoordinasi dan bekerjasama BupatiWalikota dibantu oleh lembaga dan instansi teknis yang terkait. Struktur organisasi subak dapat dilihat pada Gambar 1.
11
Gambar 1. Struktur Organisasi Subak Sushila 1996.
3. Jaringan Irigasi Subak