Latar Belakang Masalah Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia m.anas

commit to user 1 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebijakan dividen dividend policy merupakan kebijakan manajemen yang berkaitan dengan penentuan berapa banyak laba yang akan dibagikan dan dibayarkan kepada para pemegang saham dan berapa banyak yang harus ditanam kembali di dalam perusahaan sebagai laba ditahan retained earnings pada setiap akhir periode. Kebijakan dividen merupakan bagian integral dari keputusan pembelanjaan perusahaan. Weston dan Copeland 1997 menyatakan dividend payout ratio DPR adalah dividen kas tahunan dibagi dengan laba perlembar saham LPS. Rasio ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada para pemegang saham biasa berupa dividen kas. Apabila laba ditahan perusahaan saat ini lebih besar jumlahnya, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil. Oleh karenanya, masalah dalam kebijakan dan pembayaran dividen tidak saja berdampak kepada perusahaan namun juga kepada investor. Para investor mempunyai tujuan meningkatkan kesejahteraannya dengan mendapatkan return baik dalam bentuk dividend yield maupun capital gain . Sementara di pihak lain perusahaan membutuhkan sumber dana, utamanya dari dalam perusahaan itu sendiri untuk mempertahankan dan meningkatkan kelangsungan hidupnya sekaligus dapat memberikan kesejahteraan kepada para pemegang saham. Brigham dan Houston 1996 mengemukakan bahwa isu tentang kebijakan dividen adalah sangat penting dengan alasan antara lain: pertama, commit to user 2 2 perusahaan menggunakan dividen sebagai cara untuk memperlihatkan kepada pihak luar atau calon investor sehubungan dengan stabilitas dan prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Kedua, dividen memegang peranan penting dalam struktur permodalan perusahaan. Menurut teori residual dividend , perusahaan akan membayarkan dividen kepada para pemegang saham hanya jika perusahaan tersebut sudah tidak mempunyai kesempatan melakukan suatu investasi yang menguntungkan, dalam hal ini jika memiliki net present value positif. Dalam menetapkan kebijakan dividen, seorang manajer keuangan menganalisis kebutuhan pembelanjaan yang dapat dipenuhi dari dalam perusahaan sendiri. Hal ini perlu dilakukan mengingat hasil operasi yang akan ditanamkan kembali dalam perusahaan sesungguhnya merupakan dana pemilik perusahaan yang tidak dibagikan sebagai dividen. Brigham dan Hoston 2006 menyatakan, dengan mempertimbangkan risiko dan hasilnya, perlu diputuskan apakah lebih baik hasil operasi tersebut dibagikan sebagai dividen ataukah ditanamkan kembali dalam bentuk laba ditahan, yang merupakan sumber dana permanen yang pemanfaatannya perlu mendapatkan pertimbangan dalam upaya perluasan dan pengembangan usaha. Dengan demikian wewenang dalam mengendalikan kebijakan dividen merupakan salah satu wewenang yang didelegasikan para pemegang saham kepada dewan direksi manajemen. Dengan demikian manajemen harus memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen tersebut. Penetapan kebijakan dividen perlu dilakukan secara cermat dan hati-hati karena berkaitan dengan kesejahteraan pemegang saham. commit to user 3 3 Dalam menentukan kebijakan dividen bukan persoalan mudah karena akan mempengaruhi kinerja, nilai dan harga saham perusahaan Brigham dan Hoston 2006 Masalah kebijakan dividen juga terkait dengan masalah keagenan. Pemegang saham menunjuk manajer untuk mengelola perusahaan agar dapat meningkatkan nilai perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham Sugeng 2009. Dengan kewenangan yang dimiliki, dalam praktiknya, sering terjadi manajer bertindak bukan untuk kepentingan pemegang saham melainkan untuk kepentingan pribadinya sendiri. Untuk mengawasi dan menghalangi perilaku oportunis manajer tersebut maka pemegang saham harus bersedia mengeluarkan kos pengawasan. Kos ini dinamakan kos keagenan agency cost . Fitrijanti dan Hartono 2002 menyatakan bahwa ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi agency cost , yaitu: 1 dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen, 2 dengan meningkatkan dividend payout ratio , 3 meningkatkan pendanaan dengan utang, 4 institutional investor sebagai monitoring agents . Adapun peranan kepemilikan institusional ini, Kania dan Bacon 2005 menyatakan bahwa distribusi saham antara pemegang saham dari luar yaitu institutional investor dan shareholders dispersion dapat mengurangi agency cost . Karena kepemilikan mewakili suatu sumber kekuasaan source of power akan dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen, maka adanya kepemilikan oleh investor institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan commit to user 4 4 kepemilikan oleh institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen. Menurut teori residual dividend , perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham hanya jika perusahaan tersebut sudah tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan suatu investasi yang menguntungkan, dalam hal ini net present value yang positif. Chang dan Rhee 1990 menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan asset growth maka semakin banyak dana yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut untuk investasi, sehingga dana yang tersedia dari laba akan ditahan sebagai retained earnings dan tidak dibayarkan sebagai dividen. Studi empiris terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen telah banyak dilakukan. Hasil penelitian Parthington 1989 menyatakan terdapat tujuh variabel yaitu profitabilitas, stabilitas dividen, earnings , likuiditas, cash flow , investasi dan pembiayaan yang perlu dipertimbangkan dalam kebijakan dividen karena terkait pula dengan kebijakan manajemen perusahaan. Penelitian ini bermaksud menguji variabel-variabel yang berhubungan dengan hasil operasional perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa apapun kebijakan manajemen perusahaan hasil operasionalnya disajikan dalam laporan keuangan. Kania dan Bacon 2005 menyatakan bahwa viriabel-variabel independen seperti: profitability return on equity, growth sales growth, risk beta, liquidity current ratio, control insider ownership dan expansion growth in capital spending berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio commit to user 5 5 sebagaimana dihipotesiskan, yang berarti semakin tinggi profitabilitas, pertumbuhan risiko, likuiditas, kontrol dan ekspansi semakin rendah dividend payout ratio nya. Adapun dua variabel independen yang lain yaitu financial leverage debt to total assets dan institutional ownership menghasilkan simpulan yang bertentangan dengan hipotesis teori yang kemukakannya. Hasil studi empiris Kania dan Bacon 2005 ini menyatakan bahwa financial leverage dan institutional ownership berpengaruh positif signifikan terhadap dividend payout ratio , yang berarti semakin besar financial leverage semakin besar pula dividend payout ratio , demikian halnya dengan institutional ownership , semakin besar prosentase saham yang dimiliki oleh institusi semakin besar pula dividend payout ratio nya. Myers dan Bacon 2004 menyatakan bahwa semakin tinggi price to earning perusahaan semakin rendah risiko yang dihadapinya dan semakin tinggi dividend payout ratio nya. Dengan mengidentifikasi faktor-faktor penentu, sebagai variabel independen, yang terdiri dari: price to earnings ratio, profit margin, the debt to equity ratio, the current ratio, percent of insider ownership, percent of institutional ownership, float, dan estimated five-year growth rates for earnings per share dan sales terhadap dividend payout ratio sebagai variabel dependent . Hasil penelitiannya menemukan bahwa price to earning ratio, sales growth dan profit margin berpengaruh positif terhadap dividend payout sebagaimana telah diprediksikan dalam hipotesis, sedangkan variabel institutional ownership dan debt to equity dalam penelitian ini ditemukan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout dan hal ini bertentangan dengan hipotesis commit to user 6 6 teori yang telah dikemukakannya. Pengaruh positif institutional ownership terhadap dividend payout dapat disebabkan karena institutional ownership tidak akurat dijadikan proksi dari share turnover , dan ada keinginan perusahaan untuk membagikan dividen yang lebih besar sebagai sinyal bagi pemilik institusional untuk meningkatkan reputasi dan akses modal. Pengaruh positif debt to equity terhadap dividend payout disebabkan kerena perusahaan ingin meyakinkan reputasinya dengan pendanaan yang kuat akan memungkinkan memperoleh akses yang mudah akan modal eksternal untuk mendapatkan peluang bertumbuh. Adapun variabel insider ownership, likuiditas dan float berpengaruh negatif terhadap dividend payout . Selanjutnya dikemukakan bahwa perusahaan- perusahaan dengan perolehan laba yang lebih besar lebih menyukai untuk membayarkan dividen yang lebih besar pula, sedangkan perusahaan yang menghadapi ketidakpastian terkait perolehan laba di masa yang akan datang akan memilih DPR yang lebih rendah yang berarti pula mereka menghindari risiko dengan memotong dividen di masa mendatang Myers dan Bacon 2004. Nugroho 2004 menyatakan bahwa secara parsial baik return on asset maupun growth masing-masing berpengaruh signifikan positif terhadap variabel DPR, dan cash ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan debt to total asset berpengaruh signifikan negatif terhadap DPR. Ini mengindikasikan bahwa apabila manajemen mengambil kebijakan meningkatkan jumlah utangnya maka akan berpengaruh terhadap penurunan dividen yang dibagikan. Namun demikian, hasil uji secara simultan menyatakan bahwa variabel independen yaitu: commit to user 7 7 ROA, cash ratio , DTA, growth dan size mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap variabel DPR. Abdelsalam et al. 2008 melakukan studi empiris untuk menguji pengaruh komposisi dewan direksi dan struktur kepemilikan terhadap kebijakan dividen di Mesir. Hasil penelitian juga menujukkan bahwa kepemilikan institusional dan kinerja perusahaan keduanya berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen yang diukur dengan DPR. Hasil penelitian ini mengonfirmasi bahwa perusahaan-perusahaan dengan ruturn yang lebih tinggi atas equity dan semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional perusahaan maka semakin tinggi pula tingkat dividen yang dibagikan DPR, sedangkan variabel komposisi dewan direksi tidak berhubungan secara signifikan dengan kebijakan dividen DPR. Hasil uji empiris terkait faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen juga pernah dilakukan oleh Dewi 2008, yang hasilnya menyatakan bahwa semakin tinggi kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan utang dan profitabilitas akan semakin menurunkan kebijakan dividen DPR. Namun demikian, hasil penelitian juga menyatakan bahwa semakin besar suatu perusahan memiliki kecenderungan untuk menaikkan kebijakan dividen, dan demikian sebaliknya untuk perusahaan dengan ukuran yang lebih kecil. Hasil penelitian Kouki dan Guizani 2009 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh free cash flow yang kuat atas kebijakan dividen. Semakin banyak dana kas yang tersedia semakin tinggi dividen per lembar saham yang akan dibayarkannya. Hasil uji empiris yang telah dilakukannya juga menunjukkan commit to user 8 8 bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap DPR dan tingkat kepemilikan oleh negara berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Ini mengindikasikan bahwa yang terjadi di perusahaan-perusahaan di Tunisia adalah semakin tinggi kepemilikan perusahaan secara terkonsentrasi semakin besar dividen yang akan didistribusikan. Adapun pengaruh ukuran perusahaan atas dividen menunjukkan adanya pengaruh negatif dan signifikan. Jadi semakin besar ukuran perusahaan semakin kecil dividend payout ratio nya. Temuan berikutnya menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan kesempatan investasi yang lebih baik lebih menyukai untuk membayarkan dividen dan perusahaan- perusahaan dengan leverage yang tinggi memiliki kecenderungan menetapkan kebijakan dividend payout ratio yang lebih rendah. Studi empiris untuk menguji hubungan antara kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial dengan kebijakan dividen telah banyak dilakukan, namun menghasilkan inkonsistensi antara temuan yang satu dengan lainnya. Kania dan Bacon 2005 melakukan penelitian untuk menguji secara empirik pengaruh kepemilikan institusioal dengan kebijakan dividen. Hasilnya menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Demikian halnya dengan studi empiris yang dilakukan oleh Putri dan Nasir 2006; Dewi 2008; dan Kouki dan Guizani 2009 telah menghasilkan temuan yang memperkuat hasil penelitian Kania dan Bacon 2005. Namun, temuan yang berbeda telah ditunjukkan oleh Myers dan Bacon 2004. Melalui studi empirisnya ia menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen perusahaan. Temuan commit to user 9 9 Myers dan Bacon tersebut diperkuat hasil penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Abdelsalam et al . 2008. Sugeng 2009 menyimpulkan bahwa struktur kepemilikan, termasuk kepemilikan institusional yang lebih tinggi tidak terbukti secara meyakinkan berdampak kepada pembayaran dividen yang lebih kecil karena keberadaan mereka dianggap tidak mampu menekan agency problem . Sugeng 2009 meneliti pengaruh struktur kepemilikan dan struktur modal terhadap kebijakan inisiasi dividen di Indonesia dan diperoleh temuan bahwa variabel struktur kepemilikan terbukti tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend initiation policy . Penyebabnya diduga karena keunikan struktur kepemilikan di lingkungan perusahaan-perusahaan public di Indonesia yang umumnya didominasi oleh institutional holding yang tidak independen dengan pihak manajemen. Institutional holding ini umumnya terdiri dari holding companies yang merupakan perusahaan-perusahaan keluarga yang juga melibatkan manajemen di dalamnya. Sebaliknya, penelitian ini membuktikan adanya pengaruh positif signifikan variabel struktur modal terhadap kebijakan inisiasi dividen. Temuan ini juga menawarkan keunikan yang mengindikasikan bahwa keberadaan kreditur selaku pemilik dana utang di lingkungan perusahaan- perusahaan public di Indonesia tidak memberikan kontribusi yang signifikan pada upaya monitoring terhadap manjemen dalam rangka menekan agency problem . Diduga para kreditur sudah cukup merasa aman dengan collateralizable assets yang dimiliki perusahaan sehingga mereka tidak perlu melakukan tindakan- tindakan monitoring atau bonding yang signifikan termasuk di dalamnya pembatasan dividen. commit to user 10 10 Meskipun banyak penelitian dengan topik faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebijkan dividen telah dilakukan, namun masih terdapatnya inkonsistensi hasil penelitian-penelitian terdahulu sebagaimana telah dipaparkan di atas, memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan menguji secara empiris faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dengan menggunakan variabel-variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, leverage , profitabilitas dan ukuran perusahaan pada perusahaan- perusahaan public yang tercatat di Bursa Efek Indonesia BEI selama lima tahun terkahir 2006-2010.

B. Perumusan Masalah