41 pemberitaan tetapi juga berlaku sebagai pedoman dalam menyajikan dan
menilai layak tidaknya suatu berita untuk dimuat.
4. Berita Keislaman di Media Massa
Begitu banyak berita mengenai Islam yang bisa dimuat di media massa, namun hanya sebagian berita saja yang menjadi fokus perhatian
media massa. Hampir keseluruhan berita yang kita dapat di media massa lebih menyudutkan Islam.
Berita keislaman dalam pemberitaan media massa tidak bisa dilepaskan dari posisinya dalam masyarakat, karena struktur dan
pemberitaan media massa sebenarnya adalah cermin dari situasi masyarakat. Dengan berbagai kejadian-kejadian yang melibatkan pemeluk
Islam seperti pemboman WTC, bom bunuh diri yang dilakukan oleh orang- orang yang tidak cinta kemanusiaan dan mereka nota bene sebagai Muslim
membawa opini bahkan phobia terhadap slam.
72
Media Barat dengan mudah menyebut Islamic terrorists untuk kasus-
kasus pengeboman di Indonesia. Mungkin benar bahwa pengebomnya beragama Islam, tetapi menempelkan label agama bersandingan dengan kata
teroristerorisme adalah sebuah bentuk stigmatisasi sistematis. Tidak pernah ada penyebutan Hindi Terrorists, Christian Terrorists, Catholic
Terrorists, Budhist Terrorists, Shinto Terrorist, dll. Meskipun teror yang dilakukan di Irlandia, India, Jepang, bahkan Amerika, juga didasarkan pada
agama. Tidak pernah kita membaca koran atau melihat siaran berita televisi yang menyebut Teroris Yahudi di Israel, meskipun tindakan teror yang
dilakukan terhadap penduduk Arab Islam maupun Kristen itu didasarkan pada kepercayaan Judaisme mereka.
73
Media Barat juga gencar memberitakan tentang kemiskinan di kalangan umat Islam, keterbelakangan, seringnya terjadi pembunuhan,
72
Nasution, Analisis Isi, h. 83.
73
http:sirikitsyah.wordpress.com20110403ketidakadilan-media-dalam-isu- isu-keislaman, Selasa, 24 Januari 2012.
42 pemerkosaan, pemboman, bencana alam, berita itu semua membuat orang di
luar Islam merasa takut dengan Islam. Namun yang disayangkan, media massa di Indonesia yang mayoritas
pekerjanya Muslim juga ikut-ikutan membentuk frame negatif tentang berita mengenai Islam. Sebagaimana yang kita lihat beberapa tahun terakhir
banyak berita negatif mengenai Islam dimuat di media massa nasional. Jika pemberitaan yang disajikan mengarah kepada hal-hal yang
bersifat konstruktif maka image terhadap Islam akan semakin baik. Demikian juga sebaliknya, jika porsi pemberitaan yang disajikan lebih dominan
menyudutkan Islam, maka citra terhadap Islam akan semakin buruk. Dari hasil penelitian Hasan Maksum Nasution pada tahun 2010
Analisis si Berita Keislaman Pada Surat Kabar arian Terbitan Medan , menyimpulkan bahwa, berita keislaman yang paling banyak dimuat adalah
berita lokal, lalu nasional, dan kemudian internasional. Orientasi berita keislaman cenderung positif, sebab lebih separuh pemberitaan yang diteliti
orientasinya positif, namun tingkat pemberitaan yang mengarah kepada negatif tetap lebih tinggi sebesar 37,28, selebihnya 11,8 bersifat netral.
Dari keselurahan berita yang mengandung unsur negatif lebih disebabkan karena rasa sensasional dan kecendrungan mengutip berita-berita dari luar
negeri.
74
Oleh karena itu, Pers harus memiliki komitmen untuk memegang amanah kemanusiaan sebagai amanah slam. Mungkin masih perlu waktu
panjang untuk membicarakan nilai-nilai kemanusiaan yang harus diemban
pers. Tetapi setidaknya, pers harus mendasarkan pada keadilan, tidak mencederai
kemanusiaan dan
tidak bermaksud
secara sengaja
menghancurkan kelompok tertentu tanpa memberikan hak jawab sama sekali.
Pers harus memiliki komitmen yang kuat dan dikontrol oleh publik, untuk memberikan pendidikan publik, pendidikan orang dewasa yang tidak
74
Nasution, Analisis Isi, h. 106.
43 memaksa dan tidak menggurui. Salah satu prinsip yang harus dipegang juga,
tidak menyalahkan korban apalagi mencederai dan melecehkan. Karena dalam kehidupan yang kapitalistik ini, korban seringkali tidak lagi memiliki
pilihan-pilihan bebas untuk kemuliaan dirinya. Ketika korban mengalami persoalan dalam relasinya dengan mereka yang lebih kuat, pers sebisa
mungkin memberikan komitmen untuk pembelaan dan pemulihan. Ini yang harus menjadi kesadaran bagi pers ketika melakukan kerja-kerja jurnalisme.
Mulai dari pengumpulan data sampai pemberitaan kepada publik. Inilah yang mungkin bisa kita sebut sebagai Jurnalisme Kemanusiaan Islam. Setidaknya
adalah sebagai gambaran awal.
75
F. Pedoman Dalam Penulisan Bidang Agama