Pemilihan dan Penentuan Lokasi Penelitian

Melalui pendekatan kualitatif dalam bentuk studi kasus ingin diungkapkan pula bagaimana cara, metode atau strategi yang ditempuh oleh guru untuk menciptakan dan meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa, disiplin belajar siswa, dan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika di Madrasah Tsanawiyah Negeri Winong Pati. Ingin diungkapkan pula faktor-faktor pendukung dan kendala bagi upaya peningkatan kualitas pembelajaran matematika.

3.2 Pemilihan dan Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di lembaga pendidikan Islam yaitu di Madrasah Tsanawiyah Negeri Winong Pati. Secara kelembagaan Madrasah Tsanawiyah Negeri Winong Pati diselenggarakan Depag. Lembaga ini memiliki visi menjadi sarana terwujudnya sumber daya manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berilmu yang siap melakukan transformasi sosial. Untuk mewujudkan visi itu lembaga ini telah memiliki misi dan program yang telah ditetapkan dan menjadi orientasi dalam menyelenggarakan pendidikan, serta menjadi pedoman dalam proses pembelajaran. Madrasah Tsanawiyah Negeri Winong Pati juga merasa terpanggil untuk turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagaimana keberadaan madrasah pada umumnya, Madrasah Tsanawiyah Negeri Winong Pati berada di daerah yaitu Kabupaten Pati Jawa Tengah. Pada umumnya siswa berasal dari keluarga menengah ke bawah. Madrasah pada umumnya akrab dengan masyarakat yang kurang beruntung, dihadapkan dengan dana, sarana dan prasarana yang seadanya. Ruang kelas yang kurang memadai, laboratorium dan perpustakaan yang tidak tersedia, kesejahteraan guru yang minimal merupakan problem besar yang melengkapi kondisi madrasah. Kondisi ini juga dihadapi oleh Madrasah Tsanawiyah Negeri Winong Pati. Adapun dasar pertimbangan Madrasah Tsanawiyah Negeri Winong Pati dijadikan lokasi penelitian adalah sebagai berikut: 3.2.1 Dengan segala keterbatasan yang ada Madrasah Tsanawiyah Negeri Winong Pati terus berkomitmen untuk memberikan layanan pendidikan yang bermutu, sesuai dengan dinamika, tuntutan dan perkembangan pendidikan nasional. Komitmen itu dipahami sebagai upaya ikut ambil bagian dalam pencerdasan bangsa. Komitmen itu diwujudkan dengan tindakan kongkrit seperti mendorong para guru studi lanjut, saat ini ada 3 orang sedang mengikuti pendidikan S2. Upaya yang lain, seperti pembinaan profesi secara rutin melalui kegiatan Forum Kajian Pendidikan setiap satu bulan sekali, mengikutsertakan guru-guru dalam kegiatan MGMP di tingkat kabupaten, mengirimkan gurupegawai untuk mengikuti pelatihanseminarworkshop, dan mengadakan penyegaran metodologi pengajaran. 3.2.2 Mata pelajaran matematika yang sangat berguna sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kecakapan akademis, sering dianggap sebagai “momok” oleh sebagian besar siswa. Pembelajaran matematika itu sulit, jamnya terlalu banyak, dan akhirnya menakutkan. Fenomena ini tidak jauh dari yang dinyatakan oleh Jaworski bahwa penyelenggaraan pembelajaran matematika tidaklah mudah karena fakta menunjukkan bahwa para siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika BNSP dan Direkturat Pembinaan SMP, 2006. Keadaan ini tidak menguntungkan, apalagi bagi Madrasah Tsanawiyah, yang dianggap bahwa Madrasah Tsanawiyah berbeda dengan Sekolah Menengah Pertama. Dianggap bahwa Madrasah Tsanawiyah lebih kental dengan nuansa agama, maka matematika kalau boleh “dihindari”. 3.2.3 Kendati mata pelajaran matematika sering dinaggap momok bagi sebagian besar siswa, namun rata-rata nilai ujian nasional dalam lima tahun terakhir, dari tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan untuk tahun terakhir peningkatan nilai rata-rata paling tinggi yaitu 8,33, melampaui pelajaran bahasa Indonesia yang mencapai 7,84 dan bahasa Inggris yang mencapai 7,19.

3.3 Pemilihan Informan