biaya rata-rata periode tersebut dengan pendapatan dan nilai persediaan akhir. Oleh karena itu, jika biaya per unit meningkat
atau menurun maka metode rata-rata bergerak akan memberikan jumlah persediaan dan harga pokok yang berada
diantara metode penilaian FIFO dan LIFO.
b. Penilaian Tambahan
Menurut Niswonger dan Fees dalam buku “Prinsip-Prinsip Akuntansi” yang diterjemahkan oleh Ruswinarto dan Wibowo 1999:406
menyatakan bahwa “dalam situasi tertentu, persediaan bisa dinilai selain dari pada harga pokok”. Situasi semacam ini timbul manakala harga pokok
persediaan pengganti lebih rendah dari pada harga pokok yang dicatat dan persedian tidak dapat dijual pada harga jual normal karena
ketidaksempurnaan, usang, perubahan gaya, atau sebab-sebab lain. Oleh karena itu, berbagai metode dicoba untuk mengatur persediaan dengan
tujuan untuk menyeimbangkan antara biaya yang timbul karena memiliki persediaan dan kerugian yang mungkin terjadi jika kehabisan persediaan
Husna dan Pudjiastuti, 1996. Pencatatan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu nilai terendah antara harga pokok atau harga pasar,
penilaian pada nilai realisasi bersih, metode eceran, dan metode laba kotor.
1. Nilai Terendah Antara Harga Pokok atau Harga Pasar
Jika biaya penggantian suatu persediaan lebih rendah daripada biaya pengembaliannya maka metode nilai terendah
antara harga pokok atau harga pasar Lower of Cost Market
Universitas Sumatera Utara
Method-LCM digunakan untuk menilai persediaan. Harga pasar yang digunakan dalam LCM adalah biaya untuk mengganti
barang pada tanggal persediaan. Nilai pasar ini didasarkan pada jumlah yang biasanya dibeli dari sumber pemasok. Dalam bisnis
yang sering dilanda inflasi, harga pasar jarang turun, tetapi dalam bisnis yang teknologinya berubah cepat misalnya televisi dan
komputer, penurunan harga sering terjadi. Keunggulan utama dari metode LCM adalah bahwa laba kotor dan laba bersih akan
berkurang dalam periode terjadinya penurunan nilai pasar. Skousen et al 2001:395 mengatakan dasar pedoman
dalam penerapan aturan ini adalah: a
Menetapkan nilai pasar sebagai berikut: 1.
Biaya penggantian jika jatuh diantara harga tertinggi dan terendah.
2. Harga terendah, jika biaya penggantian lebih kecil dari
harga terendah. 3.
Harga tertinggi, jika biaya penggantian lebih tinggi dari pada harga tertinggi sebagian dalam praktik, pada saat
biaya penggantian, harga tertinggi dan harga terendah dibandingkan dengan harga pasar terendah selalu nilai di
tengah-tengah.
b Membandingkan nilai pasar dengan harga pertama-tama
dan memilih jumlah yang lebih rendah.
2. Penilaian pada Nilai Realisasi Bersih
Barang dagang yang telah usang, rusak, cacat atau yang hanya bisa dijual dengan harga dibawah harga pokok harus
diturunkan nilainya. Barang dagang semacam itu harus dinilai
Universitas Sumatera Utara
dengan nilai realisasi bersih. Warren et al 2005:457 mengatakan bahwa, “nilai realisasi bersih net realizable adalah estimasi
harga jual dikurangi biaya pelepasan langsung, seperti komisi penjualan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2007:14,5
menjelaskan bahwa “persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, yang lebih rendah The Lower of Cost
and Net Realizable Value”. Nilai persediaan bersih yang telah ditentukan harus ditinjau kembali pada setiap periode berikutnya.
Apabila kondisi yang semula mengakibatkan penurunan nilai persediaan dibawah biaya ternyata tidak lagi berlaku, maka
jumlah penurunan nilai harus dieliminasi balik reversed sedemikian rupa sehingga jumlah tercatat baru persediaan adalah
yang terendah dari biaya atau nilai realisasi bersih yang telah direvisi. Hal ini timbul misalnya, jika suatu barang persediaan
yang dicantumkan sebesar nilai realisasi karena harga jualnya telah turun masih dimiliki pada periode berikutnya dan harga
jualnya telah meningkat. 3.
Metode Eceran Untuk penentuan harga pokok persediaan, Warren et al
2005:459 mengatakan, “metode persediaan eceran retail inventory method mengestimasikan biaya persediaan berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
hubungan antara harga pokok barang dagang yang sama”. Untuk menggunakan metode ini harga eceran dari semua barang dagang
harus ditetapkan dan dijumlahkan. Berikutnya, persediaan eceran ditentukan dengan mengurangi penjualan selama periode berjalan
dari harga eceran barang yang tersedia untuk dijual selama periode bersangkutan. Estimasi biaya persediaan kemudian dihitung
dengan mengalihkan persediaan eceran dengan rasio biaya terhadap harga jual eceran barang dagang yang tersedia untuk
dijual. 4.
Metode Laba Kotor Soemarso 2002:394 menyatakan bahwa, “metode laba
bruto atau metode laba kotor gross profit method: metode penerapan harga pokok persediaan secara taksiran yang didasarkan
atas hubungan yang terdapat dalam periode yang lalu antara laba bruto dengan harga jual”. Metode laba kotor menggunakan
estimasi laba kotor yang direalisasi selama periode dimaksud untuk mengestimasi persediaan pada akhir periode. Laba kotor biasanya
diestimasikan dari tahun sebelumnya yang disesuaikan dengan setiap perubahan yang terjadi dengan harga pokok dan harga jual
selama periode berjalan. Dengan menggunakan tingkat laba kotor, penjualan untuk suatu periode dapat dibagi dalam dua komponen:
laba kotor dan harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan
Universitas Sumatera Utara
dapat dikurangkan dari harga pokok barang yang tersedia untuk dijual guna mendapat estimasi persediaan akhir barang dagang.
Metode laba kotor sangat berguna dalam mengestimasi persediaan untuk laporan keuangan bulanan atau triwulan dalam
sistem persediaan periodik. Metode ini juga berguna dalam mengestimasi harga pokok barang dagang yang rusak akibat
kebakaran atau bencana lainnya.
B. Profit Margin
Profit margin adalah rasio pendapatan terhadap penjualan yang diperoleh selisih antara penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan dibagi
dengan penjualan bersih. Rasio ini mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu dan juga menilai
kemampuan manajemen perusahaan untuk mengontrol berbagai pengeluaran yang langsung digunakan dalam menghasilkan penjualan yaitu pengeluaran untuk
pembelian bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Untuk keputusan investasi, investor lebih menyukai perusahaan yang
melaporkan laba yang lebih besar dengan asumsi besaran perusahaan sama dan berada dalam satu industri. Ini bermakna bahwa perbedaan dalam laba
mencerminkan perbedaan kinerja perusahaan yang sesungguhnya dan bukan semata-mata karena perbedaan artifisial sebagai akibat pemilihan teknik-teknik
akuntansi. Penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam persediaan
Universitas Sumatera Utara