Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan, dan Profit Margin terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN METODE ARUS BIAYA

PERSEDIAAN, NILAI PERSEDIAAN, DAN PROFIT MARGIN

TERHADAP NILAI PERSUHAAN PADA PERUSAHAAN

FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

O l e h :

ARTHA SITUMORANG 070503112

PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan, dan Profit Margin terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 04 Mei 2011 Yang membuat pernyataan,

Artha Situmorang NIM : 070503112


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan, dan Profit Margin terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, saya banyak memperoleh bimbingan, dorongan semangat, nasehat, dan bantuan lain baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan dan bantuan dari awal hingga selesainya skripsi ini.

4. Bapak Drs. Abikusno Dharsuky, MM, Ak, selaku Dosen Penguji I dan Bapak Drs. Sucipto, MM, Ak, selaku Dosen Penguji II, atas segala saran dan masukan yang telah diberikan.

5. Orang tua penulis, Ayahanda Longser Situmorang dan Ibunda Rosdiana Sibarani yang telah memberikan doa dan dukungan yang tulus baik moril maupun materil selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

6. Buat Abangku Parulian dan Agus, keluarga Kakak Frida/ Abang Pasaribu, keluarga Kakak Henny/ Abang Panjaitan dan ponakanku Rachel dan Agatha, dan juga adikku Anita.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini berguna bagi pembaca dan dapat dipergunakan untuk menambah pengetahuan dan bahan masukan bagi penelitian selanjutnya. Semoga Tuhan yang Maha Esa menyertai kita semua.Amin.

Medan, 04 Mei 2011 Penulis,

Artha Situmorang NIM: 070503112


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai persedaan dan profit margin secara bersama-sama terhadap nilai perusahaan pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007-2009.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya dengan populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan dari 19 perusahaan yang go public diperoleh 11 perusahaan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder.

Penelitian ini menganalisis pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin terhadap nilai perusahaan. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode arus biaya persediaan, nilai persedaan dan profit margin secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan karena Fhitung < Ftabel (2,522< 3,23) dan nilai signifikansi penelitian > 0,05 yaitu 0,077 > 0,05.

Kata Kunci : Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan, Profit


(6)

ABSTRACT

The objective of this research is to know the simultaneous influence between inventory cost flow method, inventory value and profit margin to Value of the Firm of food and beverages companies that listed in Indonesian Stock Exchange since 2007 up to 2009.

This research is classified as causal research and replication of former research. Population of this research are food and beverages firms on Indonesian Stock Exchange during the period of 2007 to 2009. The samples are obtained by using purposive sampling method. As the result, from 19 food and beverages firms, 11 are used as the samples of this research. The used data of this research is secondary data.

This research has analyzed the influence between inventory cost flow method, inventory value and profit margin to Value of the Firm. The used statistic method is linear duoble regression with assumption classic test for the first.

The result of this research shows that inventory cost flow method, inventory value and profit margin didn’t have simultaneous significant effect to Value of the Firm because Fcount < Ftable (2,522< 3,23) and significancy value more than 0,05 as 0,077 > 0,05.

Keywords: Cost Flow Method, Inventory Value, Profit Margin,Value Of The Firm


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN...i

KATA PENGANTAR ...ii

ABSTRAK ...iv

ABSTRACT ...v

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Penelitian ...1

B. Rumusan Masalah Penelitian ...5

C. Tujuan Penelitian ...5

D. Manfaat Penelitian ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...6

A. Persediaan ...6

1. Definisi dan Pengklasifikasian Hutang...6


(8)

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang...8

1. Struktur Kepemilikan ...8

a. Kepemilikan Manajerial...8

b. Kepemilikan Institusional ...10

2. Free Cash Flow ...10

C. Teori Keagenan ...11

1. Agency Theory ...11

D. Tinjauan Penelitian Terdahulu ...12

E. Kerangka Konseptual dan Hipotesis penelitian ...14

1. Kerangka Konseptual ...14

2. Hipotesis penelitian ...17

BAB III METODE PENELITIAN ………18

A. Desain Penelitian ………18

B. Populasi dan Sampel ………...18

C. Jenis dan Sumber Data ………20

D. Metode Pengumpulan Data ………20

E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ……….20

F. Metode Analisis Data ...23

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...28


(9)

B. Analisis Hasil Penelitian ...28

1. Analisis Statistik Deskriptif ...28

2. Uji Asumsi Klasik ………..30

a. Uji Normalitas ………30

b. Uji Multikolonieritas ………..34

c. Uji Heteroskedasitas ………...34

d. Uji Autokorelasi ……….36

3. Analisis Regresi ………...37

a. Persamaan Regresi ………..37

b. Pengujian Hipotesis ………39

c. Analisis Koefisien determinasi ………...41

C. Pembahasan Hasil Penelitian ………...42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...45

A. Kesimpulan ...45

B. Keterbatasan ...46

C. Saran ...46

DAFTAR PUSTAKA ...48


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 13

Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan ... 19

Tabel 3.2 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel………23

Tabel 4.1 Descriptive statistic ... 29

Tabel 4.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 31

Tabel 4.3 Coefficients ... 34

Tabel 4.4 Hasil Uji Durbin Watson ...36

Tabel 4.5 Coefficientsa ... 38

Tabel 4.6 Coefficientsa ... 39

Tabel 4.7 ANOVAb ... 40


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian... 15

Gambar 4.1 Regression Standardized Residual... 32

Gambar 4.2 Observed Cum Prob ... 33


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

Lampiran i Data Penelitian...50

Lampiran ii Descriptive ...54

Lampiran iii Regression ... 54

Lampiran iv Multikolonieritas ... 56

Lampiran v One Sample Kolmogorov Smirnov Test ... 57

Lampiran vi Autokorelasi... 57

Lampiran vii Normalitas ... 58


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai persedaan dan profit margin secara bersama-sama terhadap nilai perusahaan pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007-2009.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya dengan populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan dari 19 perusahaan yang go public diperoleh 11 perusahaan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder.

Penelitian ini menganalisis pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin terhadap nilai perusahaan. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode arus biaya persediaan, nilai persedaan dan profit margin secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan karena Fhitung < Ftabel (2,522< 3,23) dan nilai signifikansi penelitian > 0,05 yaitu 0,077 > 0,05.

Kata Kunci : Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan, Profit


(14)

ABSTRACT

The objective of this research is to know the simultaneous influence between inventory cost flow method, inventory value and profit margin to Value of the Firm of food and beverages companies that listed in Indonesian Stock Exchange since 2007 up to 2009.

This research is classified as causal research and replication of former research. Population of this research are food and beverages firms on Indonesian Stock Exchange during the period of 2007 to 2009. The samples are obtained by using purposive sampling method. As the result, from 19 food and beverages firms, 11 are used as the samples of this research. The used data of this research is secondary data.

This research has analyzed the influence between inventory cost flow method, inventory value and profit margin to Value of the Firm. The used statistic method is linear duoble regression with assumption classic test for the first.

The result of this research shows that inventory cost flow method, inventory value and profit margin didn’t have simultaneous significant effect to Value of the Firm because Fcount < Ftable (2,522< 3,23) and significancy value more than 0,05 as 0,077 > 0,05.

Keywords: Cost Flow Method, Inventory Value, Profit Margin,Value Of The Firm


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengelolaan perusahaan lazimnya bertujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (stokcholders). Kemakmuran para pemegang saham dapat dilihat dari nilai perusahaannya, semakin tinggi nilai perusahaan, semakin tinggi pula kemakmuran pemegang saham, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai perusahaan yang tinggi akan menjadi keinginan para pemilik modal (pemegang saham). Dewasa ini, perkembangan dunia usaha yang semakin meningkat dan banyaknya persaingan usaha, untuk dapat menarik minat investor, perusahaan dituntut untuk dapat memiliki manajemen yang baik. Manajemen harus dapat menetapkan arah kebijakan yang tepat bagi perusahaannya agar dapat mempertahankan eksistensinya di dalam dunia usaha.

Pada umumnya, faktor keuangan merupakan kunci utama yang akan mempengaruhi perkembangan perusahaan. Faktor keuangan berbicara tentang bagaimana mencari dana, mendapatkan dana, dan mengalokasikan dana tersebut agar efisien dalam penggunaannya. Terdapat tiga fungsi manajemen keuangan, yang terdiri dari tiga keputusan atau kebijakan utama yang harus dilakukan oleh perusahaan yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan dividen. Dikatakan bahwa kombinasi ketiganya akan memaksimumkan nilai perusahaan (Sutrisno, 2000:7).


(16)

Secara umum setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mendapatkan laba yang optimal, memaksimumkan kemakmuran pemegang saham, menjaga kelangsungan hidup perusahaan serta untuk mengembangkan usahanya. Salah satu sumber informasi yang penting dan dapat memberikan gambaran kondisi keuangan perusahaan pada periode waktu tertentu yang dapat dicapai perusahaan adalah laporan keuangan. Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, laporan keuangan harus dapat dipahami dan mudah dimengerti, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai laporan keuangan dalam proses pengambilan keputusan, serta harus dilakukan secara konsisten agar dapat diperbandingkan.

Alasan perusahaan dalam memilih metode akuntansi adalah untuk memenuhi keinginan para investor dalam kaitannya dengan market value perusahaan, sehingga dalam memilih metode tersebut selayaknya berdampak pada tingkat return yang diharapkan oleh investor (SAK, 2002). Tujuan utama perusahaan umumnya bukanlah memaksimumkan profit akan tetapi memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan (maximization wealth of stockholders). Mereka memaksimumkan kemakmuran pemegang saham melalui maksimalisasi nilai perusahaan.

Persediaan barang, sebagai elemen utama dari modal kerja, merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar karena secara terus menerus mengalami perubahan. Masalah investasi dalam persediaan merupakan masalah pembelanjaan aktif. Bagi perusahaan makanan dan minuman, persediaan menjadi begitu penting karena kesalahan dalam investasi persediaan ini akan mengganggu


(17)

kelancaran operasi perusahaan. Apabila persediaan terlalu kecil maka kegiatan operasi perusahaan kemungkinan besar mengalami penundaan, atau perusahaan beroperasi pada kapasitas yang rendah (Sartono, 1996). Jika perusahaan tidak bekerja dengan full-capacity, berarti aset dan tenaga kerja langsung tidak dapat didayagunakan dengan sepenuhnya, sehingga hal ini akan mempertinggi biaya produksi rata-ratanya, yang pada akhirnya akan menekan keuntungan yang diperoleh (Riyanto, 1990). Sebaliknya apabila persediaan terlalu besar maka akan mengakibatkan perputaran persediaan yang rendah sehingga profitabilitas perusahaan menurun. Jika perusahaan memiliki persediaan yang cukup besar, perusahaan dapat memenuhi pesanan dengan cepat. Namun, persediaan yang besar tersebut juga membawa konsekuensi berupa biaya yang timbul untuk mempertahankan persediaan. Selain itu bahaya yang mungkin timbul adalah keusangan atas persediaan.

Keadaan perekonomian dunia yang mengalami ketidakstabilan pada periode 2008-2009 menjadi sebuah fenomena yang sangat signifikan sehingga berdampak terjadinya krisis global, yang pada akhirnya menjadi ancaman bagi perusahaan, tidak terlepas terhadap perusahaan makanan dan minuman. Hal ini mengakibatkan para investor dan kreditor berhati-hati dalam melakukan penanaman modal pada suatu perusahaan demi mengantisipasi risiko yang terjadi. Ditambah dengan tingginya persaingan pada industri ini tentunya akan menambah tantangan bagi manajemen untuk mendapatkan modal tambahan. Kinerja perusahaan yang baik diperlukan untuk menarik minat investor untuk berinvestasi di perusahaan. Oleh karena itu, pengelolaan persediaan harus lebih diperhatikan


(18)

karena sangat berhubungan dengan profit yang dapat mempengaruhi tingkat kemakmuran perusahaan dimana hal ini sangat berhubungan dengan keputusan investor dalam investasi.

Besarnya investasi perusahaan pada persediaan harus dikelola dengan tepat. Penentuan besarnya investasi atau alokasi modal mempunyai efek yang langsung terhadap profit margin perusahaan (Riyanto, 1990). Profit margin adalah rasio yang mengindikasikan kemampuan suatu badan usaha untuk menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu. Berbagai metode perlu dicoba untuk mengatur persediaan dengan tujuan untuk menyeimbangkan antara biaya yang timbul karena memiliki persediaan dan kerugian yang mungkin terjadi jika kehabisan persediaan yang secara tidak langsung akan mempengaruhi profit (Husnan dan Pudjiastuti, 1996).

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya. Puspitaningtyas (2002), meneliti pengaruh penerapan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin terhadap market value perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa metode arus biaya persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap market value, nilai persediaan berpengaruh signifikan dan profit margin tidak berpengaruh signifikan positif terhadap market value.

Purwanto (2005), meneliti pengaruh penerapan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan gross profit margin terhadap market value perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan hasil penelitian menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian Puspitaningtyas, untuk variabel metode arus biaya


(19)

persediaan dan nilai persediaan, untuk variabel gross profit margin hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan gross profit margin terhadap market value. Sementara Sari (2007), meneliti analisis pengaruh profit margin dan metode arus biaya persediaan terhadap market value (studi kasus pada industri barang konsumsi yang terdaftar di BEJ tahun 2004-2005), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa profit margin berpengaruh signifikan positif terhadap market value.

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat dilihat adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian mereka. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian kembali untuk mengetahui pengaruh penerapan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin terhadap nilai perusahaan. Dalam hal ini peneliti mengambil variabel dependen yang berbeda yaitu nilai perusahaan karena nilai market value masih sangat berpengaruh dengan nilai perusahaan

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah data yang digunakan sebagai sampel dan penggunaan tahun dalam menguji dampak yang ditimbulkan penerapan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin terhadap nilai perusahaan. Dalam hal ini penulis mengambil sampel perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, sehingga diharapkan penelitian ini dapat memperbaharui penelitian sebelumnya.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis melakukan penelitian terhadap masalah tersebut dengan mengambil judul “Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan dan


(20)

Profit Margin terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dibahas sebelumnya, maka masalah yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah penerapan metode arus biaya berpengaruh terhadap nilai perusahaan? 2. Apakah nilai persediaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

3. Apakah profit margin berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

4. Apakah penerapan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya maka tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui apakah penerapan metode arus biaya berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2. Untuk mengetahui apakah nilai persediaan nilai perusahaan.

3. Untuk mengetahui apakah profit margin berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

4. Untuk mengetahui apakah penerapan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin berpengaruh terhadap nilai perusahaan.


(21)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan antara lain:

1. Sebagai tambahan informasi bagi calon investor demi ketepatan keputusan investasi yang diambil.

2. Sebagai masukan bagi manajemen perusahaan dalam mengambil kebijakan penggunaan metode dalam menentukan akuntansi persediaan yang dapat meningkatkan nilai perusahaan.

3. Memperluas wawasan penulis khususnya mengenai pengaruh penerapan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin terhadap nilai perusahaan.

4. Sebagai bahan referensi dan sumber informasi bagi pembaca dan pihak-pihak lainnya dalam melakukan penelitian-penelitian sejenis berikutnya.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persediaan

1. Pengertian Persediaan

Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi kegiatan perusahaan dagang. Persediaan juga merupakan aktiva lancar terbesar dari perusahaan manufaktur maupun dagang. Pengaruh persediaan terhadap laba lebih mudah terlihat ketika kegiatan bisnis sedang berfluktuasi.

Menurut Stice dan Skousen (2004:653), “persediaan ditujukan untuk barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam kasus perusahaan manufaktur, maka kata ini ditujukan untuk proses produksi atau yang ditempatkan dalam kegiatan produksi”. Kieso et al (2002:443) mengatakan bahwa “persediaan (inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual”. Pendapat Warren et al (2005:440) mengatakan persediaan adalah “barang dagang yang disimpan untuk dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau disimpan untuk tujuan itu”.

Persediaan yang diperoleh perusahaan langsung dijual kembali tanpa mengalami proses produksi selanjutnya disebut persediaan barang dagang. Dengan demikian, persediaan adalah barang untuk dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan sesuai dengan pendapat Warren et al maka perusahaan bisa


(23)

saja menyimpan persediaan sebelum dijual didalam sebuah gudang yang sering berlaku untuk pedagang-pedagang besar seperti retail yang perputaran persediaannya cukup tinggi dan beragam untuk mengantisipasi penjualan supaya tidak terjadi kekurangan persediaan.

Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting dan mempunyai peranan yang sangat besar bagi perusahaan, seperti memperlancar jalannya operasi perusahaan yang dilakukan secara berurut- urut mulai dari bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi yang selanjutnya akan didistribusikan kepada konsumen. Bagi banyak perusahaan, terutama yang berkiprah dalam bisnis eceran dan grosir, persediaan merupakan aktiva paling besar yang dimiliki oleh perusahaan dibanding dengan unsur aktiva lancar lainnya.

Persediaan digolongkan kedalam aktiva lancar (current asset) karena umumnya persediaan dapat diubah menjadi kas atau aktiva lainnya dalam suatu daur kegiatan usaha (operating cycle) perusahaan. Barang dagang yang usang dan tak dapat dijual, jika jumlahnya material harus dikeluarkan dari klasifikasi ini kecuali jika dapat dilempar ke pasar yang ada dalam periode penjualan normal.

2. Metode Pencatatan Persediaan a. Sistem Periodik

Weygandt et al (2007:262) mengemukakan bahwa “dalam sistem persediaan periodik (periodic inventory system), rincian persediaan


(24)

barang yang dimiliki tidak disesuaikan secara terus-menerus dalam satu periode”. Harga pokok penjualan barang ditentukan hanya pada akhir periode akuntansi (secara periodik)”. Dyckman et al (2008:381) mengatakan bahwa “dalam sistem persediaan periodik, dilakukan perhitungan periodik aktual atas barang-barang yang ada ditangan pada akhir periode akuntansi ketika menyiapkan laporan keuangan”.

b. Sistem Perpetual

Menurut Niswonger et al (1999:366) ”dalam sistem persediaan perpetual, semua kenaikan dan penurunan barang dagang dicatat dengan cara yang sama seperti mencatat kenaikan dan penurunan kas. Akun persediaan barang dagang pada awal periode akuntansi mengindikasikan stok pada tanggal tersebut”.

Penggunaan sistem perpetual memberikan sarana pengendalian yang paling efektif atas aktiva tersebut, demikian juga adanya kekurangan dapat ditentukan dengan mengadakan perhitungan periodik barang dan membandingkan perhitungan tersebut dengan saldo buku tambahan. Pemesanan kembali barang secara tepat waktu dan pencegahan kelebihan persediaan dapat dicapai dengan membandingkan saldo buku tambahan dengan tingkat persediaan maksimum dan minimum yang ditentukan terlebih dahulu.

Dyckman et al (2000:383) mengatakan bahwa, “ apabila sistem persediaan atas akun buku besar atas dasar lancar, catatan persediaan


(25)

perpetual untuk setiap barang harus memberikan informasi penerimaan, pengeluaran, dan saldo ditangan”. Dengan informasi ini, kuantitas periodik dan penilaian barang yang ada ditangan tersedia setiap waktu. Jadi perhitungan periodik tidak diperlukan kecuali memverifikasi jumlah persediaan. Perhitungan periodik biasanya dilakukan secara tahunan untuk tujuan audit yang membandingkan persediaan ditangan dengan catatan perpetual dan menyatakan data untuk setiap jurnal penyesuaian yang dibutuhkan (misalnya kesalahan dan kerugian). Catatan persediaan harus disesuaikan ke perhitungan periodik apabila terdapat perbedaan pencatatan.

3. Penilaian Persediaan

a. Pendekatan Dasar Biaya

Metode arus biaya persediaan adalah kebijaksanaan pengukuran yang digunakan sebagai media kontrak antara economic agent yang berkaitan dengan persediaan (Lee dan Hsieh, 2003:86).

Jadi metode arus biaya persediaan adalah kebijaksanaan pengukuran yang digunakan sebagai media kontrak antara economic agent yang berkaitan dengan persediaan yang mempengaruhi laporan keuangan dimana pemilihan metode arus biaya persediaan harus mempertimbangkan nilai-nilai yang dapat mendukung nilai perusahaan yang disesuaikan dengan karakteristik perusahaan. Empat metode arus biaya persediaan


(26)

yaitu metode identifikasi khusus, FIFO, LIFO, dan metode weighted average.

1) Metode Identifikasi Khusus

Dyckman et al (2000:392) mengatakan bahwa, “metode identifikasi biaya khusus mensyaratkan bahwa setiap barang yang disimpan harus ditandai secara khusus sehingga biaya per unitnya dapat diidentifikasi setiap waktu”. Jika barang yang terlibat berjumlah besar atau mahal atau hanya dalam jumlah kecil yang ditangani, mungkin bisa dilaksanakan pendanaan atau penomoran setiap barang ketika dibeli atau diproses. Metode ini memungkinkan dilakukannya identifikasi biaya per unit khusus untuk setiap barang yang terjual pada tanggal penjualan dan tiap barang yang tetap ada di persediaan. Dengan demikian, metode identifikasi biaya khusus menghubungkan arus biaya secara langsung dengan arus biaya periodik.

2) Metode LIFO (Last In First Out)

Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14) merumuskan metode LIFO sebagai berikut, “rumus MTKP/LIFO mengasumsikan barang yang dibeli atau diproduksi terakhir dijual atau digunakan terlebih dahulu, sehingga yang termasuk dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi terlebih dahulu”. Dyckman et al (2000:396) mengatakan bahwa, “metode LIFO untuk kalkulasi biaya persediaan menandingkan persediaan yang dinilai pada biaya per unit akuisisi terbaru dengan pendapatan penjualan periode berjalan”. Unit-unit yang


(27)

tetap ada persediaan akhir dibebankan pada biaya per unit terlama yang terjadi, dan unit-unit tersebut termasuk pada harga pokok penjualan yang dibebankan pada biaya per unit terbaru yang muncul.

3) Metode FIFO (First In First Out)

Ikatan Akuntan Indonesia (2007:200) merumuskan metode FIFO sebagai berikut,” formula MPKP/ FIFO mengasumsikan barang dalam persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian”.Sebagian perusahaan mengeluarkan barang sesuai dengan urutan pembeliannya. Hal ini terutama untuk barang-barang yang tidak tahan lama dan produk-produk yang modelnya cepat berubah. Sebagai contoh, toko bahan pangan menyusun produk-produk susu dalam rak-rak berdasarkan tanggal kadaluarsanya. Begitu juga dengan toko pakaian yang memajang pakaian sesuai dengan musim. Jadi, metode FIFO dapat dikatakan kosisten dengan arus periodik atau pergerakan barang.

4) Metode Rata-Rata

a) Rata-rata tertimbang (sistem pencatatan periodik)

Ikatan Akuntan Indonesia (2007:21) merumuskan metode rata-rata sebagai berikut:

Dengan rumus biaya rata-rata tertimbang, biaya setiap barang ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari barang serupa pada awal periode dan biaya barang serupa yang dibeli atau diproduksi selama periode. Perhitungan rata-rata dapat dilakukan


(28)

secara berkala atau pada setiap penerimaan kiriman, bergantung pada keadaan perusahaan.

Asumsi metode ini adalah unit dijual tanpa memperhatikan urutan pembeliannya dan menghitung harga pokok penjualan serta persediaan akhir. Biaya per unit rata-rata tertimbang dihitung dengan membagi jumlah biaya persediaan awal dan biaya pembelian periode berjalan. Biaya rata-rata tertimbang per unit yang sama digunakan dalam menentukan biaya persediaan barang pada akhir perode. Dyckman et al (2000:393) mengatakan bahwa, “biaya per unit rata-rata tertimbang dihitung dengan membagi jumlah biaya persediaan awal dan biaya pembelian periode berjalan dengan jumlah unit persediaan awal ditambah unit pembelian selama periode tersebut”

b) Rata-rata bergerak (sistem pencatatan perpetual)

Apabila digunakan sistem pencatatan perpetual, maka biaya per unit rata-rata bergerak digunakan. Metode rata-rata bergerak biasanya dipandang objektif, konsisten, dan tidak mudah melakukan manipulasi karena sistem perpetual yang melakukan pencatatan setiap terjadinya transaksi dalam metode ini memberikan biaya rata-rata periode berjalan atas dasar berkelanjutan.

Metode ini tidak menandingkan biaya unit paling akhir dengan pendapatan periode berjalan. Namun menandingkan


(29)

biaya rata-rata periode tersebut dengan pendapatan dan nilai persediaan akhir. Oleh karena itu, jika biaya per unit meningkat atau menurun maka metode rata-rata bergerak akan memberikan jumlah persediaan dan harga pokok yang berada diantara metode penilaian FIFO dan LIFO.

b. Penilaian Tambahan

Menurut Niswonger dan Fees dalam buku “Prinsip-Prinsip Akuntansi” yang diterjemahkan oleh Ruswinarto dan Wibowo (1999:406) menyatakan bahwa “dalam situasi tertentu, persediaan bisa dinilai selain dari pada harga pokok”. Situasi semacam ini timbul manakala harga pokok persediaan pengganti lebih rendah dari pada harga pokok yang dicatat dan persedian tidak dapat dijual pada harga jual normal karena ketidaksempurnaan, usang, perubahan gaya, atau sebab-sebab lain. Oleh karena itu, berbagai metode dicoba untuk mengatur persediaan dengan tujuan untuk menyeimbangkan antara biaya yang timbul karena memiliki persediaan dan kerugian yang mungkin terjadi jika kehabisan persediaan (Husna dan Pudjiastuti, 1996). Pencatatan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu nilai terendah antara harga pokok atau harga pasar, penilaian pada nilai realisasi bersih, metode eceran, dan metode laba kotor.

1. Nilai Terendah Antara Harga Pokok atau Harga Pasar

Jika biaya penggantian suatu persediaan lebih rendah daripada biaya pengembaliannya maka metode nilai terendah antara harga pokok atau harga pasar (Lower of Cost Market


(30)

Method-LCM) digunakan untuk menilai persediaan. Harga pasar yang digunakan dalam LCM adalah biaya untuk mengganti barang pada tanggal persediaan. Nilai pasar ini didasarkan pada jumlah yang biasanya dibeli dari sumber pemasok. Dalam bisnis yang sering dilanda inflasi, harga pasar jarang turun, tetapi dalam bisnis yang teknologinya berubah cepat ( misalnya televisi dan komputer), penurunan harga sering terjadi. Keunggulan utama dari metode LCM adalah bahwa laba kotor (dan laba bersih) akan berkurang dalam periode terjadinya penurunan nilai pasar.

Skousen et al (2001:395) mengatakan dasar pedoman dalam penerapan aturan ini adalah:

a) Menetapkan nilai pasar sebagai berikut:

1. Biaya penggantian jika jatuh diantara harga tertinggi dan terendah.

2. Harga terendah, jika biaya penggantian lebih kecil dari harga terendah.

3. Harga tertinggi, jika biaya penggantian lebih tinggi dari pada harga tertinggi (sebagian dalam praktik, pada saat biaya penggantian, harga tertinggi dan harga terendah dibandingkan dengan harga pasar terendah selalu nilai di tengah-tengah).

b) Membandingkan nilai pasar dengan harga pertama-tama dan memilih jumlah yang lebih rendah.

2. Penilaian pada Nilai Realisasi Bersih

Barang dagang yang telah usang, rusak, cacat atau yang hanya bisa dijual dengan harga dibawah harga pokok harus diturunkan nilainya. Barang dagang semacam itu harus dinilai


(31)

dengan nilai realisasi bersih. Warren et al (2005:457) mengatakan bahwa, “nilai realisasi bersih (net realizable) adalah estimasi harga jual dikurangi biaya pelepasan langsung, seperti komisi penjualan.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14,5) menjelaskan bahwa “persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, yang lebih rendah (The Lower of Cost and Net Realizable Value)”. Nilai persediaan bersih yang telah ditentukan harus ditinjau kembali pada setiap periode berikutnya. Apabila kondisi yang semula mengakibatkan penurunan nilai persediaan dibawah biaya ternyata tidak lagi berlaku, maka jumlah penurunan nilai harus dieliminasi balik (reversed) sedemikian rupa sehingga jumlah tercatat baru persediaan adalah yang terendah dari biaya atau nilai realisasi bersih yang telah direvisi. Hal ini timbul misalnya, jika suatu barang persediaan yang dicantumkan sebesar nilai realisasi karena harga jualnya telah turun masih dimiliki pada periode berikutnya dan harga jualnya telah meningkat.

3. Metode Eceran

Untuk penentuan harga pokok persediaan, Warren et al (2005:459) mengatakan, “metode persediaan eceran (retail inventory method) mengestimasikan biaya persediaan berdasarkan


(32)

hubungan antara harga pokok barang dagang yang sama”. Untuk menggunakan metode ini harga eceran dari semua barang dagang harus ditetapkan dan dijumlahkan. Berikutnya, persediaan eceran ditentukan dengan mengurangi penjualan selama periode berjalan dari harga eceran barang yang tersedia untuk dijual selama periode bersangkutan. Estimasi biaya persediaan kemudian dihitung dengan mengalihkan persediaan eceran dengan rasio biaya terhadap harga jual (eceran) barang dagang yang tersedia untuk dijual.

4. Metode Laba Kotor

Soemarso (2002:394) menyatakan bahwa, “metode laba bruto atau metode laba kotor (gross profit method): metode penerapan harga pokok persediaan secara taksiran yang didasarkan atas hubungan yang terdapat dalam periode yang lalu antara laba bruto dengan harga jual”. Metode laba kotor menggunakan estimasi laba kotor yang direalisasi selama periode dimaksud untuk mengestimasi persediaan pada akhir periode. Laba kotor biasanya diestimasikan dari tahun sebelumnya yang disesuaikan dengan setiap perubahan yang terjadi dengan harga pokok dan harga jual selama periode berjalan. Dengan menggunakan tingkat laba kotor, penjualan untuk suatu periode dapat dibagi dalam dua komponen: laba kotor dan harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan


(33)

dapat dikurangkan dari harga pokok barang yang tersedia untuk dijual guna mendapat estimasi persediaan akhir barang dagang.

Metode laba kotor sangat berguna dalam mengestimasi persediaan untuk laporan keuangan bulanan atau triwulan dalam sistem persediaan periodik. Metode ini juga berguna dalam mengestimasi harga pokok barang dagang yang rusak akibat kebakaran atau bencana lainnya.

B. Profit Margin

Profit margin adalah rasio pendapatan terhadap penjualan yang diperoleh selisih antara penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan dibagi dengan penjualan bersih. Rasio ini mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu dan juga menilai kemampuan manajemen perusahaan untuk mengontrol berbagai pengeluaran yang langsung digunakan dalam menghasilkan penjualan yaitu pengeluaran untuk pembelian bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik.

Untuk keputusan investasi, investor lebih menyukai perusahaan yang melaporkan laba yang lebih besar (dengan asumsi besaran perusahaan sama dan berada dalam satu industri). Ini bermakna bahwa perbedaan dalam laba mencerminkan perbedaan kinerja perusahaan yang sesungguhnya dan bukan semata-mata karena perbedaan artifisial sebagai akibat pemilihan teknik-teknik akuntansi. Penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam persediaan


(34)

mempunyai efek yang langsung terhadap profit margin perusahaan yang akan direspon oleh investor (Riyanto, 1990:69).

Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam persediaan akan menekan profit margin perusahaan. Besar kecilnya profit margin juga akan mempengaruhi perhitungan laba bersih perusahaan yang tercantum dalam laporan laba rugi. Respon investor biasanya berupa keinginan investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut yang pada akhirnya akan menaikkan harga saham perusahaan. Kenaikan harga saham perusahaan mencerminkan nilai perusahaan, sehingga dapat dilihat bahwa profit margin berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Berkenaan dengan laporan laba rugi perusahaan, Wolk dan Tearney (1997) menyatakan bahwa “manajer melihat laba stabil sebagai aliran earning yang lebih stabil atau earning yang rendah akan mendorong penilaian yang lebih tinggi bagi perusahaan”. Ronen dan Sadan (1997:84) memberi penjelasan alternatif bahwa “laba yang stabil memfasilitasi para manajer untuk memprediksi secara lebih baik aliran kas masa depan yang didasarkan pada nilai perusahaan”. Sementara itu, Beaver dan Dukes dalam Belakoui (1993:84) menyatakan bahwa “metode yang menghasilkan angka-angka laba yang mempunyai hubungan paling dekat dengan harga-harga surat berharga adalah metode yang paling konsisten dengan informasi yang dihasilkan dalam suatu harga-harga saham yang efisien”.


(35)

C. Nilai perusahaan

Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalisasi nilai perusahaannya. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan atau pemegang saham, sebab dengan nilai yang tinggi berarti menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Nilai perusahaan dapat tercermin melalui harga saham. Semakin tinggi harga saham berarti kemakmuran pemegang saham akan meningkat. Harga pasar saham juga menunjukkan nilai perusahaan. Pada dasarnya harga saham dihitung dari nilai sekarang dividen yang akan diterima, jadi semakin tinggi harga saham berarti semakin tinggi tingkat pengembalian kepada investor dan itu berarti semakin tinggi juga nilai perusahaan terkait dengan tujuan dari perusahaan itu sendiri, yaitu untuk memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.

Dalam penelitian Sugihen (2003), dikatakan bahwa, “nilai perusahaan adalah ekspektasi nilai investasi pemegang saham (harga pasar ekuitas) dan/ atau ekspektasi nilai total perusahaan (harga pasar ditambah dengan nilai pasar utang, atau sama dengan ekspektasi harga pasar aktiva)”. Nilai perusahaan mencerminkan kemampuan manajemen pendanaan dalam menentukan target struktur modal (aktivitas pendanaan), kemampuan manajemen investasi dalam mengefektifkan penggunaan aktiva (aktivitas investasi) dan kemampuan manajemen operasi dalam mengefisienkan proses produksi dan distribusi (aktivitas operasi) perusahaan.

Perusahaan yang go public dapat diukur nilainya dengan melihat harga sahamnya, misalkan sebuah perusahaan menjual 100% sahamnya di pasar modal,


(36)

maka nilai perusahaan adalah sebesar kapitalisasi saham yang beredar tentunya dengan asumsi pasar modal yang efisien. Dengan demikian, apabila harga pasar saham meningkat berarti pula nilai perusahaan meningkat. Ini dapat dicapai dengan pengoptimalan kinerja perusahaan secara holistik. Semua usaha itu akan tercermin dari pengembalian kepada pemegang saham (berupa dividen tunai) dan harga saham yang semakin tinggi.

D. Tinjauan Penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu tersebut dapat diuraikan melalui tabel berikut: Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil penelitian 1. Ika Ratna Sari

(2007)

Analisis pengaruh profit margin dan metode arus biaya persediaan terhadap market value (studi kasus pada industri barang konsumsi yang terdaftar di BEJ tahun 2004-2005)

Variabel independen

adalah profit margin dan metode arus biaya persediaan.

Variabel dependen

adalah market value.

Profit margin dan metode arus biaya persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap market value.

Profit margin berpengaruh signifikan positif terhadap market value.

Metode arus biaya persediaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap market value.


(37)

2 Yudha putriani purwanto (2005) Analisis pengaruh penerapan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan gross profit margin terhadap market value

Variabel Independen

adalah metode arus biaya prsediaan, nilai persediaan, dan gross profit margin.

Variabel dependen

adalah market value.

Metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan gross profit margin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap market value perusahaan. Metode arus biaya persediaan tidak berpengaruh secara signifikan tehadap market value.

Nilai persediaan memiliki pengaruh yang signifikan tehadap market value.

Gross profit margin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap market value. Seluruh variabel independen (metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan gross profit margin) hanya mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen (market value) adalah sebesar 42.7%. Sedangkan sisanya (100%- 42.7%=57.3%) mampu dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam model.

3. Endang puspitaningtyas (2002) Analisis pengaruh penerapa metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin terhadap market

value perusahaan

manufaktur di bursa efek jakarta

Variabel independen adalah metode arus

biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin

Variabel dependen adalah market value

Metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin berpengaruh signifikan terhadap market value.

Metode arus biaya persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap market value.

Nilai persediaan berpengaruh signifikan positif terhadap market value.

Profit margin tidak berpengaruh

signifikan terhadap market value

E. Kerangka Konseptual dan Hipotesis penelitian 1. Kerangka Konseptual

Suatu kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antar variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Sedangkan dalam penelitian ini, variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh


(38)

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan ( Sugiyono, 2003). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain (Umar, 2003). Variabel terikat merupakan variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel independen (Umar, 2003). Kerangka konseptual yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang diteliti (Sugiyono, 2007).

Dari berbagai kerangka teori tersebut menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan, akan tetapi dalam penelitian ini akan dilihat tiga variabel yang dianggap cukup penting dan cukup dominan yang mempengaruhi nilai perusahaan. Adapun tiga variabel itu adalah metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin. Dengan demikian, maka dibangun sebuah kerangka konseptual penelitian sebagai berikut :


(39)

H1

H2

H3

H4 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Profit margin mengindikasikan kemampuan suatu badan usaha untuk menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu dan juga untuk menilai kemampuan manajemen perusahaan untuk mengontrol berbagai pengeluaran yang langsung digunakan dalam menghasilkan penjualan (Syahrul Nizar dan Ardiyos, 2000). Profit margin yang tinggi sangat diinginkan karena mengindikasikan pendapatan yang dihasilkan melebihi harga pokok penjualan. Informasi laba juga bermanfaat dalam menetapkan nilai perusahaan (Smith dan Skousen, 1999) sehingga profit margin berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Nilai perusahaan (Y)

Metode arus biaya persediaan

(X1)

Nilai persediaan (X2)

Profit Margin (X3)


(40)

Morse dan Richardson dalam Taqwa (2003:102) menyatakan bahwa “berbagai alternatif metode arus biaya persediaan memungkinkan manajemen memilih metode mana yang akan diterapkan dalam perusahaan sesuai dengan karakteristik perusahaan”. Oleh karena itu, manajemen dalam mengambil kebijakan pemilihan metode arus biaya persediaan pasti akan mempertimbangkan hal-hal yang dapat mendukung nilai perusahaan (Dyckman, 1999).

Berbagai metode dicoba untuk mengatur persediaan dengan tujuan untuk menyeimbangkan antara biaya yang timbul karena memiliki persediaan dan kerugian yang mungkin terjadi jika kehabisan persediaan (Husnan dan Pudjiastuti, 1996). Penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam persediaan yang mempunyai efek langung terhadap keuntungan perusahaan akan direspon oleh investor (Riyanto, 1990). Respon investor biasanya berupa keinginan investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut, sehingga akan menaikkan harga saham perusahaan. Kenaikan harga saham perusahaan mencerminkan kenaikan nilai perusahaan.


(41)

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu rumusan masalah yang masih harus dibuktikan kebenarannya secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah dan konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : metode arus biaya persediaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. H2 : nilai persediaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

H3 : profit margin berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

H4 : metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai perusahaan.


(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Penelitian menggunakan rancangan klausal yang berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin sebagai variabel bebas dan nilai perusahaan sebagai variabel terikat.

B.Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap yang biasanya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi suatu objek penelitian (Kuncoro, 2003:103). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI yang berjumlah 19 selama tahun 2007-2009.

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian (Kuncoro, 2003:107). Metode pengambilan sampel dilakukan berdasarkan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu dengan pertimbangan (judgement sampling) (Sugiyono, 2004:78). Jumlah sampel yang diteliti dalam penelitian


(43)

ini adalah 11 perusahaan. Adapun yang menjadi kriteria dalam penentuan sampel adalah :

1. Perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI pada tahun 2007-2009 dan tidak didelisting selama periode penelitian.

2. Perusahaaan tersebut memiliki laporan keuangan yang lengkap dan telah diaudit selama tahun 2007-2009.

3. Perusahaan sampel menerapkan satu dari metode persediaan apakah FIFO atau Weighted Average. Kriteria ini dipilih karena tujuan dalam penelitian ini untuk membandingkan antara penerapan FIFO dan Weighted Average. 4. Pada tahun sampel perusahaan tidak melakukan perubahan metode

akuntansi persediaan, misalnya dari FIFO ke rata-rata atau sebaliknya dari rata-rata ke FIFO.

Tabel 7.1

Daftar Populasi dan Sampel No

Emiten

Kriteria

Sampel

1 2 3 4

1 Ades Alfindo Putrasetia Tbk × × × ×

2 Aqua Golden Missisippi Tbk     1

3 Delta Djakarta Tbk     2

4 Indofood Indonesia Tbk     3

5 Mayora Indah Tbk     4

6 Pioneerindo Gourment International (d/h Putra Sejahtera Pioneerindo Tbk)

× × × ×

7 Prasida Aneka Niaga Tbk     5

8 Sekar Laut Tbk     6

9 Siantar Top tbk     7

10 Sinar Mas Agro Resources and Technology Corporation Tbk

    8

11 Tunas Baru Lampung Tbk × × × ×

12 Ultra Jaya Milk Industry and Trading Company Tbk

    9

13 Sierad produce Tbk × × × ×


(44)

15 Cahaya Kalbar Tbk × × × ×

16 Davomas Abadi Tbk × × × ×

17 Multi Bintang Indonesia Tbk     11

18 Fast Food Indonesia Tbk × × × ×

19 PT Sekar Bumi Tbk × × × ×

C.Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka. Data ini merupakan data sekunder yaitu data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (Indriantoro dan Supomo, 2002:147). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dan data dari ICMD (Indonesia Capital Market Directory). Penelitian ini menggunakan data yang diambil dari 19 perusahaan Food and Beverages (section) selama periode waktu 3 tahun (series) yaitu tahun 2007 sampai dengan tahun 2009.

D.Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penelusuran dengan komputer yaitu teknik pengumpulan data-data atas kejadian historis yang tertulis dalam dokumen atau berupa arsip data dengan format elektronik. Data yang dikumpul adalah data yang berkenaan dengan objek yang diteliti yang diperoleh dari Indonesian Stock Exchange (IDX). Peneliti juga melakukan penelitian kepustakaan dengan cara pengkajian dan pendalaman literatur-literatur, seperti buku, jurnal dan laporan penelitian yang berkaitan dengan


(45)

masalah yang diteliti guna memperoleh dasar teoritis dan acuan untuk mengolah data yang diperoleh dari penelusuran internet.

E.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Independen

Variabel independen menurut Erlina dan Mulyani (2007:34) adalah “variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan positif dan negatif bagi variabel dependen lainnya”. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Metode arus biaya persediaan

Metode arus biaya persediaan merupakan metode yang digunakan perusahaan selama masa pengamatan. Variabel ini merupakan variabel dummy dimana ada dua pilihan metode, yaitu metode FIFO dan Weighted Average.

b. Nilai persediaan

Metode yang digunakan perusahaan untuk mengatur persediaan dengan tujuan menyeimbangkan antara biaya yang timbul karena memiliki persediaan dan kerugian yang mungkin terjadi jika kehabisan persediaan.


(46)

c. Profit margin

Profit margin adalah bagian dari rasio profitabilitas yang digunakan untuk menilai kemampuan manajemen perusahaan dalam mengontrol berbagai pengeluaran yang digunakan dalam menghasilkan penjualan.

Profit margin =

2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh besarnya variabel independen. Variabel Dependen dalam penelitian ini menggunakan market to book value of assets ratio (MKTBKASS). Rasio ini menjelaskan gabungan antara aset di tempat dengan kesempatan investasi. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio , semakin tinggi kesempatan investasi yang dimiliki perusahaan tersebut yang berkaitan dengan aset di tempat.


(47)

Tabel 3.2

Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Defenisi operasional Pengukuran Skala

Nilai

perusahaan (Y)

Rasio ini menjelaskan gabungan antara aset di tempat dengan kesempatan investasi

Total asset dikurang total ekuitas ditambah jumlah saham beredar yang dikalikan dengan harga penutupan saham dan kemudian dibagikan dengan total aset

Rasio

Metode arus biaya

persediaan (X1)

Metode perhitungan harga pokok yang digunakan oleh perusahaan selama periode pengamatan

Dummy variabel (menggunakan metode bernilai 1, dan

menggunakan metode FIFO bernilai 0)

Nominal

Nilai persediaan (X2)

Metode yang digunakan perusahaan untuk mengatur persediaan dengan tujuan menyeimbangkan antara biaya yang timbul karena memiliki persediaan dan kerugian yang mungkin terjadi jika kehabisan persediaan.

Ln Nilai Persediaan Akhir Rasio

Profit margin (X3)

rasio profitabilitas yang digunakan untuk menilai kemampuan manajemen perusahaan dalam mengontrol berbagai pengeluaran yang

digunakan dalam menghasilkan penjualan

Laba bersih setelah pajak per penjualan bersih

Rasio

F.Metode Analisis Data

Keseluruhan data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis untuk dapat memberikan jawaban dari masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan program SPSS. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(48)

Statistik Deskriptif adalah metode statistika yang digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan menjadi sebuah informasi.

2. Pengujian Asumsi Klasik

Untuk menghasilkan suatu model yang baik, maka analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian asumsi klasik tersebut meliputi:

b.Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2005:110) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal. Model regresi yang baik adalah model yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk melihat normalitas data dilakukan dengan melihat histogram atau pola distribusi data normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari nilai residualnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Analisis statistic dilakukan dengan uji statistic non parametrik kolmogorov smirnov (K-S). Kriteria pengambilan keputusan adalah apabila nilai signifikan < 0,05 berarti distribusi data tidak normal, sebaliknya bila nilai signifikan > 0,05 berarti distribusi data normal


(49)

(Ghozali, 2005). Jika data tidak normal, ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal menurut Jogiyanto (2005) yaitu:

1. Melakukan transformasi data ke bentuk lain, yaitu logaritma natural, akar kuadrat, logaritma 10.

2. Lakukan timing, yaitu memangkas observasi bersifat outlier, 3. Lakukan winsorising yaitu mengubah nilai-nilai data outliers

menjadi nilai-nilai minimum atau maksimum yang diizinkan supaya distribusinya normal.

c. Uji Heteroskedasitas

Menurut Ghozali (2005:11) uji heteroskedasitas bertujuan untuk melihat apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Suatu model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedasitas. Deteksi ada tidaknya gejala heteroskedasitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu. Jika membentuk pola tertentu maka telah terjadi gejala heteroskedasitas.

d.Uji Autokorelasi

Pada data time series sering ditemukan adanya masalah autokorelasi. Menurut Ghozali (2005:95) uji autokorelasi menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Cara yang dapat digunakan untuk menguji ada tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Durbin Watson.


(50)

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dillihat dari criteria berikut ini:

1. Bilai nilai DW lebih besar dari pada batas (DU) dan 4-DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, artinya tidak autokorelasi positif atau negatif,

2. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah (DL) koefisien autokorelasi lebih besar dari pada nol, artinya ada autokorelasi positif,

3. Bila nilai DW terletak diantara batas atas (DU) dan batas bawah (DL), maka tidak dapat disimpulkan apakah ada autokorelasi atau tidak,

4. Bila nilai DW > 4 – DL, maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol, artinya ada autokorelasi negatif.

e. Uji Multikolinieritas

Multikorelinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini, kita sebut variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal (Erlina, 2008:105). Variabel-variabel yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol. Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas, maka konsekuansinya adalah koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir dan nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga. Pengujian ini bermaksud untuk menguji apakah pada


(51)

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas.

Pengujiuan multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai variance inflation factor (VIF) dan korelasi diantara variabel independen. Jika nilai VIF lebih besar dari 10, maka terjadi multikolinieritas diantara variabel independen. Disamping itu, suatu model dikatakan terdapat gejala multikolinieritas, jika korelasi diantara variabel independen lebih besar dari 0,1 (Ghozali, 2005:95).

3. Pengujian Hipotesis

Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Analisis regresi ini digunakan untuk memperkirakan atau meramalkan hubungan antara dua variabel dengan membuat sebuah asumsi ke dalam suatu bentuk fungsi tertentu. Dimana varibel dependen dapat diprediksikan melalui variabel independen secara individual, sehingga dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik atau turunnya variabel dipenden dapat dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan variabel independen.

Dalam penelitian ini terdapat tiga varibel independen, yaitu metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin dan satu variabel dependen, yaitu nilai perusahaan, maka yang digunakan dalam penelitian


(52)

ini analisis regresi berganda. Persamaan umum regresi berganda adalah sebagai berikut :

Y = a + b1X1 +b2X2+b3X3+ e Dimana :

Y = nilai perusahaan

X 1 = metode arus biaya persediaan X2 = nilai persediaan

X3 = profit margin a = konstanta

b1 = angka arah (koefisien regresi) variabel DMET b2 = koefisien regresi variabel SED

b3 = koefisien regresi PM e = error

Dalam analisis data ini, penulis akan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 18.00, sehingga dapat diketahui hasilnya secara langsung.

a. Uji t (uji secara parsial)

Pengujian hipotesis secara statistik dilakukan dengan menggunakan “uji t” yang dilakukan untuk mengetahui hubungan (tingkat signifikansi) antara variabel independen terhadap variabel dependen. Secara statistik, nilai ini dapat diukur melalui nilai koefisien determinasi dan nilai statistik t yang diperoleh melalui program SPSS


(53)

for Windows versi 18.00. Uji statistik t menunjukkan apakah variabel independen X1, X2 dan X3 yang dimasukkan ke dalam model regresi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen Y. Dalam uji t digunakan hipotesis sebagai berikut:

- H0: b1 = 0, artinya DMET, SED, PM tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan pada Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

- H0: b1 ≠ 0, artinya DMET, SED, PM mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap nilai perusahaan pada Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Cara menguji hipotesis ini adalah dengan membandingkan nilai t hasil perhitungan (t hitung / (t*)) dengan nilai t menurut tabel, dengan tingkat signifikansi (α) = 5% dan derajat kebebasan df = n-k. Adapun kriteria uji t adalah sebagai berikut:

H0 diterima apabila t-hitung (t*) ≤ t-tabel (tt), pada α tertentu H1 diterima apabila t-hitung (t*) ≥ t-tabel (tt), pada α tertentu

b. Uji F (uji secara simultan)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Menurut Ghozali (2005) “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel


(54)

dependen/ terikat”. Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi Fhitung dengan ketentuan:

- Jika Fhitung < Ftabel pada α 0,05, maka H1 ditolak dan - Jika Fhitung < Ftabel pada α 0,05 maka H1 diterima.


(55)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Data Penelitian

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 18 for windows. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, didapat 11 perusahaan food and beverages yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel dalam penelitian ini dan diamati selama periode 2007-2009.

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Statistik Deskriptif

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya tentang kondisi perusahaan dalam analisis. Statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai maksimum, dan nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi dari variabel-variabel independen dan variabel dependen. Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan


(56)

data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory berupa data keuangan sampel perusahaan food and beverages dari tahun 2007 sampai tahun 2009 yang dijabarkan dalam bentuk statistik.

Variabel dari penelitian ini terdiri dari metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, profit margin sebagai variabel bebas (independent variabel) dan nilai perusahaan sebagai variabel terikat (dependent variabel. Statistik deskriptif dari variabel tersebut dari sampel perusahaan food and beverages selama periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 disajikan dalam tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Selama Tahun 2007 sampai Tahun 2009

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DMET 33 .00 1.00 .7273 .45227

LNSED 33 23.84 29.43 25.7708 1.42363

PM 33 -.14 .22 .0547 .06325

MKTBKASS 33 .27 9.41 1.7931 1.64105

Valid N (listwise) 33

Tabel diatas menunjukkan bahwa metode arus biaya persediaan (DMET) dan variabel nilai persediaan (SED) dan variabel nilai perusahaan (MKTBKASS) memiliki nilai minimum positif, sedangkan profit margin (PM) memiliki nilai minimum negatif. Untuk nilai maksimum, semua variabel memiliki nilai yang positif. Berikut ini perincian data deskriptif yang telah diolah:

a Variabel metode arus biaya persediaan (DMET) memiliki nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum 1,0 dengan rata-rata DMET 0,7273 dengan jumlah sampel sebanyak 33 observasi


(57)

b Variabel nilai persediaan (SED) memiliki nilai minimum 23,84 dan nilai maksimum 29,43 dengan rata-rata SED 25,7708 dengan jumlah sampel sebanyak 33 observasi

c Variabel profit margin (PM) memiliki nilai minimum -0,14dan nilai maksimum 0,22 dengan rata-rata PM 0,0547 dengan jumlah sampel sebanyak 33 observasi

d Variabel nilai perusahaan (MKTBKASS) memiliki nilai minimum 0,27 dan nilai maksimum 9,41 dengan rata-rata MKTBKASS 1,7931 dengan jumlah sampel sebanyak 33 observasi

2. Uji Asumsi Klasik

Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik, analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Apabila terjadi penyimpangan dalam pengujian asumsi klasik perlu dilakukan perbaikan terlebih dahulu. Pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel residual berdistribusi normal. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini mengunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis:

H0 : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal


(58)

Dalam uji Kormogrov-Smirnov, pedoman yang digunakan dalam pengambilan keputusan yaitu:

1) jika nilai signifikansi < 0,05 maka distribisi data tidak normal, 2) jika nilai signifikansi > 0,05 maka distribusi data normal.

Tabel 4.2 Uji normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 33

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.46145241

Most Extreme Differences

Absolute .202

Positive .202

Negative -.115

Kolmogorov-Smirnov Z 1.162

Asymp. Sig. (2-tailed) .134

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Dari hasil pengolahan data tersebut, besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1,162 dan signifikansinya pada 0,134 maka disimpulkan data terdistribusi secara normal karena p = 0,134 > 0,05. Data yang terdistribusi secara normal tersebut juga dapat dilihat melalui grafik histogram dan grafik normal plot data berikut ini:


(59)

Gambar 4.1 Histogram

Berdasarkan gambar 4.1 terlihat bahwa grafik histogram pola distribusi tidak melenceng ke kiri atau ke kanan menunjukkan bahwa data telah terdistribusi normal.


(60)

Gambar 4.2 Grafik normal P-P Plot

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa distribusi data normal karena grafik histogram menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal yang tidak menceng (skewness) ke kiri maupun ke kanan. Demikian pula dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot. Pada grafik normal plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya agak mendekati dengan garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.


(61)

b. Uji multikolonieritas

Mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas adalah dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF), serta menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Besarnya tingkat multikolinearitas yang masih dapat ditolerir, yaitu: Tolerance > 0.10, dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) < 10. Berikut disajikan tabel hasil pengujian:

Tabel 4.3 Coefficients

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -10.641 4.954 -2.148 .040

DMET -.495 .609 -.136 -.813 .423 .971 1.030

LNSED .487 .193 .422 2.521 .017 .975 1.026

PM 4.627 4.311 .178 1.073 .292 .991 1.009

a. Dependent Variable: MKTBKASS

Berdasarkan pada tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolonieritas antara variabel independen yang diindikasikan dari nilai tolerance setiap variabel lebih besar dari 0,1. Nilai tolerance DMET adalah 0,971, LNSED 0,975,dan PM 0,991. nilai VIF dari keempat variabel independen juga lebih kecil dari 10 yaitu nilai DMET 1,030, LNSED 1,026, dan PM 1,009. maka dapat disimpulkan bahwa analisis lebih lanjut dapat dilakukan dengan menggunakan model regresi berganda.


(62)

c. Uji heterokedastisitas

Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat plot grafik yang dihasilkan dari pengolahan data dengan menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan keputusannya adalah:

1. jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang terartur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,

2. jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas.

Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas dengan mengamati penyebaran titik-titik pada gambar.


(63)

Gambar 4.3 Scatterplot

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi MKTBKASS berdasarkan masukan variabel independen DMET, LNSED, dan PM. Adanya titik yang menyebar menjauh dari titik-titik yang lain dikarenakan adanya data observasi yang sangat berbeda dengan data observasi yang lain.


(64)

d. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data time series. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson. Untuk uji Durbin Watson memiliki ketentuan sebagai berikut:

1) tidak ada autokorelasi positif, jika 0<d<dl, 2) tidak ada autokorelasi positif, jika dl≤d≤du, 3) tidak korelasi negatif, jika 4-dl<d<4

4) tidak ada korelasi negatif, jika 4-du≤d≤4-dl,

5) tidak ada autokorelasi, positif atau negatif, jika du<d<4-du Tabel 4.4

Hasil uji Durbin Watson Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson dimension0 1 .455

a

.207 .125 1.53518 2.242

a. Predictors: (Constant), PM, LNSED, DMET b. Dependent Variable: MKTBKASS

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa nilai DW sebesar 2,242(d). Nilai ini akan peneliti bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5%, jumlah pengamatan (n) sebanyak 33 perusahaan dan jumlah variabel independen 3 (k=3). Berdasarkan tabel Durbin Watson didapat nilai batas atas


(65)

(du) sebesar 1,651 dan nilai batas bawah (dl) sebesar 2,349. Oleh karena itu, nilai dw dapat dinyatakan 1,652(du) < 2,242(d) < 2,349(4-du). Berdasarkan pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif.

3. Analisis Regresi

Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) dan layak dilakukan analisis regresi. Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS 18, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Persamaan Regresi

Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linier, dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, melalui pengaruh DMET, LNSED,dan PM terhadap MKTBKASS. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS Versi 18, maka diperoleh hasil sebagai berikut:


(66)

Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -10.641 4.954 -2.148 .040

DMET -.495 .609 -.136 -.813 .423

LNSED .487 .193 .422 2.521 .017

PM 4.627 4.311 .178 1.073 .292

a. Dependent Variable: MKTBKASS

Berdasarkan tabel diatas didapatlah persamaan regresi sebagai berikut MKTBKASS = -10,641 - 0,495 DMET - 0,487 LNSED + 4,627 PM + e Keterangan:

1) konstanta sebesar -10,641 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel independen (X1 = 0, X2 = 0,dan X3 = 0) maka debt sebesar -10,641

2) β1 sebesar -0,495 menunjukkan bahwa setiap kenaikan metode arus biaya

sebesar 1% akan diikuti oleh penurunan nilai perusahaan sebesar 0,495 dengan asumsi variabel lain tetap,

3) β2 sebesar -0,487 menunjukkan bahwa setiap kenaikan nilai persediaan

sebesar 1% akan diikuti oleh penurunan nilai perusahaan sebesar 0,487 dengan asumsi variabel lain tetap,

4) β3 sebesar 4,627 menunjukkan bahwa setiap kenaikan profit margin sebesar

1% akan diikuti oleh kenaikan nilai perusahaan sebesar 4,627 dengan asumsi variabel lain tetap,


(67)

b. Pengujian hipotesis

Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji T (T test) dan uji F (F test).

1. Uji t (t-test)

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independennya. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS versi 18, diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.6 Hasil Uji t Coefficientsa Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -10.641 4.954 -2.148 .040

DMET -.495 .609 -.136 -.813 .423

LNSED .487 .193 .422 2.521 .017

PM 4.627 4.311 .178 1.073 .292

a. Dependent Variable: MKTBKASS

Dari tabel regresi dapat dilihat besarnya thitung untuk variabel metode arus biaya persediaan sebesar -0,813 dengan nilai signifikan 0,423 sedangkan ttabel adalah 2,02, sehingga thitung < ttabel (-0,813 < 2,04), maka DMET secara individual tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Signifikansi penelitian juga menunjukkan angka > 0,05 yaitu 0,423 > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya DMET tidak berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan.

Nilai persediaan memiliki thitung sebesar 2,521 dengan nilai signifikan 0,017, sedangkan ttabel adalah 2,02, sehingga thitung > ttabel (2,521 > 2,04), maka


(68)

nilai persediaan secara individual mempengaruhi nilai perusahaan. Signifikansi penelitian menunjukkan angka < 0,05 yaitu 0,017 < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya nilai persediaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Besarnya thitung untuk variabel profit margin sebesar 1,073 sedangkan ttabel adalah 2,02, sehingga thitung < ttabel (1,271 < 2,04), maka profit margin tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara individual. Signifikansi 0,292 menyimpulkan bahwa signifikansi penelitian >0,05 yaitu 0,292 > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya profit margin tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2. Uji F (F-test)

Untuk melihat pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin terhadap nilai persusahaan secara simultan dapat dihitung dengan menggunakan F test. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS 18, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.7 Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 17.830 3 5.943 2.522 .077a

Residual 68.347 29 2.357

Total 86.177 32

a. Predictors: (Constant), PM, LNSED, DMET b. Dependent Variable: MKTBKASS


(69)

Dari uji ANOVA atau Ftest, diperoleh Fhitung sebesar 2,522 dengan tingkat signifikansi 0,077, sedangkan Ftabel sebesar 2,93 dengan signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan karena Fhitung < Ftabel (2,522< 2,93) dan sig penelitian > 0,05 yaitu 0,077 > 0,05.

c. Analisis koefisien determinasi

Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa besar korelasi atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen. Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila data nilai R berada diantara 0,5 dan mendekati 1. koefisien determinasi (R Square) menunjukkan seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R Square adalah 0 sampai dengan 1. Apabila nilai R Square semakin mendekati 1, maka variabel-variabel independen mendekati semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai R Square maka kemampuan variabel-variabel independen untuk menjelaskan variasi variabel dependen semakin terbatas. Nilai R Square memiliki kelemahan yaitu nilai R Square akan meningkat setiap ada penambahan satu variabel dependen meskipun variabel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.


(70)

Tabel 4.8 Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

dimension0 1 .455a .207 .125 1.53518

a. Predictors: (Constant), PM, LNSED, DMET b. Dependent Variable: MKTBKASS

Model Summary pada tabel diatas menunjukkan nilai koefisien (r) sebesar 0,455 yang berarti bahwa korelasi atau hubungan antara Nilai Perusahaan (MKTBKASS) dengan variabel independennya (DMET, LNSED, dan PM) lemah karena kurang dari 0,5. Angka adjusted R Square atau koefisien determinasi adalah 0,207. Hal ini berarti 20,7% variasi atau perubahan dalam nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh variasi dari metode arus biaya persediaan, nilai presediaan dan profit margin sedangkan sisanya (79,3%) dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam persamaan. Standar Error of Estimate (SEE) adalah 1,53518, yang mana semakin besar SEE akan membuat model regresi kurang tepat dalam memprediksi variabel dependen.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Nilai Adjusted R Square sebesar 0,125. Hal ini berarti bahwa 12,5% variasi atau perubahan dalam nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh variasi metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin sedangkan sisanya sebesar 87,5% dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.

Dari hasil uji t pada Tabel 4.6, secara parsial metode arus biaya persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan karena nilai


(71)

signifikansinya menunjukkan angka lebih besar dari 0,05 yaitu 0,423>0,05. Hal ini bertolak belakang dengan teori yang menyatakan bahwa metode arus biaya persediaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Tidak berpengaruhnya metode arus biaya persediaan karena metode arus biaya persediaan tidak dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi manajemen untuk maksimalisasi nilai perusahaan. Hal ini sesuai dengan artikel Modigliani dan Miller dalam teori Irelevansi, dimana ditegaskan bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan dari daya laba (earning power) dan aktiva perusahaan itu sendiri, atau kebijakan investasinya. Hal ini memdukung penelitian yang dilakukan oleh Sari (2007) dan Purwanto (2005), dan Puspaningtyas (2002) yang menyatakan bahwa metode arus biaya persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Variabel nilai persediaan pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa secara parsial nilai persediaan berpegaruh signifikan terhadap nilai perusahaan karena nilai signifikansinya yaitu 0,017 < 0,05. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Purwanto (2005) dan Puspaningtyas (2002) yang menemukan bahwa nilai persediaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap market value.

Variabel profit margin pada tabel 4.6 diperoleh hasil tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 (0,292 > 0,05). Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Puspaningtyas (2002) yang menemukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara profit margin terhadap market value tetapi tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan Sari (2007) yang menemukan bahwa profit margin mempunyai pengaruh signifikan yang positif terhadap market value.


(1)

Lampiran x

Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DMET 33 .00 1.00 .7273 .45227

LNSED 33 23.84 29.43 25.7708 1.42363

PM 33 -.14 .22 .0547 .06325

MKTBKASS 33 .27 9.41 1.7931 1.64105

Valid N (listwise) 33

Lampiran xi

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 33

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.46145241

Most Extreme Differences

Absolute .202

Positive .202

Negative -.115

Kolmogorov-Smirnov Z 1.162

Asymp. Sig. (2-tailed) .134

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(2)

Lampiran xi (lanjutan)


(3)

Lampiran xi (lanjutan)

Hasil Uji Multikolonieritas Coefficients

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -10.641 4.954 -2.148 .040

DMET -.495 .609 -.136 -.813 .423 .971 1.030


(4)

(5)

Lampiran xi (lanjutan) Hasil Uji Autokorelasi

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

dimension0 1 .455

a

.207 .125 1.53518 2.242

a. Predictors: (Constant), PM, LNSED, DMET b. Dependent Variable: MKTBKASS

Lampiran xii

Hasil Uji Hipotesis (Uji t)

Coefficientsa Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -10.641 4.954 -2.148 .040

DMET -.495 .609 -.136 -.813 .423

LNSED .487 .193 .422 2.521 .017

PM 4.627 4.311 .178 1.073 .292


(6)

Lampiran xiii (lanjutan)

Hasil Uji hipotesis (Uji F)

ANOVAb

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 17.830 3 5.943 2.522 .077a

Residual 68.347 29 2.357

Total 86.177 32

a. Predictors: (Constant), PM, LNSED, DMET b. Dependent Variable: MKTBKASS


Dokumen yang terkait

Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Net Profit Margin pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

63 376 83

Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan, dan Profit Margin Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar Di Bei Tahun 2009-2011

0 67 84

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN METODE ARUS BIAYA PERSEDIAAN DAN GROSS PROFIT MARGIN TERHADAP MARKET VALUE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTED DI BURSA EFEK INDONESIA

0 29 8

PENGARUH PROFIT MARGIN, KEBIAJAKAN PENDANAAN, DAN KEBIJAKAN INVESTASI TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015)

0 5 86

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN FOOD & BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2012-2015 Pengaruh Price Earning Ratio, Leverage, dan Profitabilitas terhadap nilai perusahaan Food & Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012

0 2 15

ANALISIS PENGARUH NET PROFIT MARGIN, DEBT EQUITY RATIO, CURRENT RATIO TERHADAP HATRGA SAHAM PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 82

PENGARUH KEPUTUSAN KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 85

ANALISIS NILAI PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

1 1 97

Analisis Pengaruh Profit Margin dan Metode Arus Biaya Persediaan terhadap Market Value.

0 0 1

ANALISIS NILAI PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 0 25