Aspek-aspek Identitas Diri Remaja

30 identitas, dan apabila benar, mereka tidak dapat mengatasinya. 3. Moratorium: Remaja yang telah mulai melakukan eksperimen dengan pilihan-pilihan pekerjaan dan idelogi namun belum membuat komitmen yang pasti terhadap salah satu pilihan. Remaja yang berada pada status moratorium langsung berada di tengah-tengah suatu krisis identitas dan sedang mencari pilihan- pilihan hidup. 4. Pencapaian identitas identity achievement. Remaja yang telah mengetahui tentang dirinya, mampu membuat keputusan-keputusan tegas tentang pekerjaan dan ideologi. Mereka yakin bahwa keputusan-keputusan itu dibuat berdasarkan otonomi dan kebebasan serta komitmen internal. Dari pemaparan teori identitas diri, penulis memilih teori Erikson yaitu identitas versus kebingungan identitas. Teori ini dapat mendukung penelitian tentang identitas diri yang dapat mencakup berbagai aspek dari masa pengembangan identitas diri.

2.2.5 Aspek-aspek Identitas Diri

Erikson 1968 telah menuliskan tentang pentingnya identitas diri. Lingkungan sosial dan budaya, turut memberikan pengaruh pada pengembangan identitas diri remaja, bahkan selama masa remaja tidak semua remaja berhasil mencapai identitas diri yang positif. Berdasarkan 31 teori Erikson dalam Oya, Zeynep, Aly: 1999, menuliskan aspek-aspek identitas diri sebagai berikut: 1. Social Identity Keanggotaan dalam suatu kelompok dan peran dalam kelompok merupakan unsur yang penting dalam identitas sosial. Kelompok merupakan suatu hal yang penting bagi seorang remaja memiliki teman dilingkungan sekolah kelas dan teman dalam suatu regu atau kelompok. Mereka akan merasa nyaman ketika berada dengan sahabat karib dan akan merasa kesepian tanpa sahabat. Remaja akan merasa lebih dekat dengan teman daripada dengan orangtua karena dengan teman, mereka akan lebih banyak berbagi pengalaman dan perhatiannya. Penerimaan teman sebaya sangat penting bagi suatu pemahaman diri. Griffith 1993 menuliskan bahwa diri merupakan suatu proses yang berkelanjutan dari penerimaan dan penolakan suatu kelompok, misalnya seorang remaja membutuhkan penerimaan dalam satu tim sepak bola, basket, musik, tarian, diskusi tugas-tugas sekolah, dan lain-lain. Hubungan persahabatan dapat membantu remaja mengembangkan kemampuan menjalin relasi sosial. Pada dasarnya remaja ingin memiliki teman dan ingin diterima, dipahami, dihargai. Pemenuhan peran dalam kelompok sekolah, rumah, dan masyarakat secara umum merupakan aspek lain dari identitas sosial. Aspek identitas sosial secara terus menerus akan diperoleh melalui suatu proses dari penerimaan atau 32 penolakan oleh oranglain. Teman sebaya merupakan suatu keanggotaan dan persabatan yang sangat penting karena tanpa persahabatan dan keanggotaan dalam kelompok remaja akan mengalami kegoncangan emosi. 2. Physical Identity Penampilan secara fisik merupakan hal yang penting bagi pemahaman diri. Remaja mengalami rasa gelisah terhadap penampilan fisik, bahkan ada yang ingin merubah penampilannya. Sebagai contoh hasil wawancara kepada seorang remaja mengatakan bahwa: aku merasa terlalu tinggi dan kurus dan ini merupakan suatu kegelisahan secara emosi. Ia merasa tidak menarik namun kenyataannya ia tidak bisa merubah penampilannya secara fisik. Penilaian dari teman sangat memberikan pengaruh bagi rasa percaya diri remaja secara fisik. Identitas fisik sangat dipengaruhi oleh konteks sosial, terutama teman sebaya. Remaja ingin memiliki bentuk tubuh dan penampilan seperti para idola mereka, sehingga mereka berusaha dan bertindak seperti idola atau model yang mereka inginkan. Tindakan ini merupakan acuan yang digunakan oleh remaja untuk mengevaluasi penampilan fisik mereka. 3. Personal Identity Karakteristik dari kepribadian yang sangat menonjol adalah keakraban, kedewasaan, keramahan, keyakinan, pengendalian diri, dan jenis kelamin. 33 4. Familial Identity Keluarga memiliki peran yang penting dalam pengembangan identitas dan perilaku remaja. Pada umumnya remaja menghormati orangtua mereka walaupun mereka kadang-kadang tidak sependapat dengan orangtua namun mereka percaya orangtua selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Meskipun remaja mengalami konflik dengan orangtua yang otoriter, mereka marasa bahwa orangtua sedang malakukan yang terbaik bagi mereka. Dengan demikian, kesalahpahaman yang dialami orangtua dan remaja dapat diatasi dengan membangun komunikasi yang baik diantara mereka. 5. Moral-Ethical Identity Identitas moral-etika yaitu nilai-nilai yang dimiliki oleh remaja, seperti keinginan untuk menolong orang lain, peka terhadap kebutuhan orang lain. Misalnya membantu memberikan penjelasan kepada teman dalam mengerjakan tugas dari sekolah, berperan dalam masyarakat dengan bekerja keras untuk kemajuan lingkungannya. Selanjutnya Bourne dalam Santrock, 2003 menuliskan pandangan yang kompleks dari Erikson mengenai dimensi identitas diri, terdiri dari tujuh dimensi: 1. Genetik. Berkaitan dengan sifat yang diwariskan oleh orangtua yang akan memberikan sesuatu yang berbeda antara individu satu dengan lainnya. 34 2. Adapif. Penyesuaian remaja mengenai ketrampilan- ketrampilan khusus, kemampuan, dan kekuatan ke dalam masyarakat dimana mereka tinggal. 3. Struktural. Identity confusion dalam identitas merupakan suatu kemunduran dalam perspektif waktu, inisiatif, dan kemampuan untuk mengkoordinasikan perilaku di masa kini dengan tujuan di masa depan. 4. Dinamis. Proses identifikasi yang dialami oleh individu dengan orang dewasa yang kemudian menarik mereka ke dalam bentuk identitas baru, yang sebaliknya, menjadi tergantung dengan peran masyarakat bagi remaja. 5. Subyektif atau berdasarkan pengalaman. Erikson yakin bahwa individu dapat merasakan suatu perasaan kohesif atau pun tidak adanya kepastian dari dalam dirinya. 6. Timbal balik psikososial. Adanya hubungan timbal balik antara remaja dengan dunia dan masyarakat sosialnya. Perkembangan identitas tidak hanya merupakan representatif jiwa namun juga melibatkan hubungan dengan orang lain, komunitas, dan masyarakat. 7. Status Eksistensial. Individu mencari arti dalam hidupnya sekaligus arti dari hidup secara umum. 35 Berdasarkan teori Erikson, Dariyo 2004 menuliskan ciri-ciri dari identitas diri yaitu: 1. Konsep diri. Berkaitan dengan aspek fisiologis dan psikologis. Aspek fisik meliputi warna kulit, bentuk tubuh gemuk, kurus, ramping, tinggi badan, wajah cantik, tampan, biasa. Aspek psikologis meliputi: kebiasaan, watak, sifat-sifat, kecerdasan, minat- bakat, dan kebiasaan-kebiasaan lain. 2. Evaluasi diri. Penerimaan kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri individu yang baik, berarti ia akan memiliki kemampuan untuk menilai, menaksir, mengevaluasi potensi diri sendiri. 3. Harga diri. Penghargaan diri yang wajar dan proporsional merupakan tindakan yang tepat bagi seorang individu yang mempunyai identitas diri yang matang. Individu yang memiliki harga diri yang positif memiliki kemampuan dalam berkata-kata, bersikap, berpikir, maupun bertindak berdasarkan nilai-nilai norma, etika, kejujuran, kebenaran, maupun keadilan. 4. Efikasi diri. Kemampuan menyadari, menerima, dan mempertanggungjawabkan semua potensi, ketrampilan, atau keahlian secara tepat. Efikasi diri akan mendorong individu untuk menghargai dan menempatkan diri pada posisi yang tepat. 5. Kepercayaan diri. Kepercayaan diri akan tumbuh dari kehidupan kelompok sosial atau keluarga yang 36 hangat, penuh kasih sayang, menjunjung tnggi nilai- nilai kejujuran dan keadilan, serta saling mempercayai antara satu dengan yang lainnya. 6. Tanggungjawab. Individu yang bertanggungjawab mampu melaksanakan kewajiban dan tugas-tugasnya sampai tuntas, walau harus mengorbankan banyak tenaga, waktu, biaya. 7. Komitmen. Individu yang memiliki komitmen biasanya perhatian, pemikiran, tenaganya tercurah, untuk mencapai tujuan akhir dari komitmennya. Individu yang memiliki komitmen akan berusaha keras untuk mencapai keberhasilan, mampu mengatasi semua rintangan atau hambatan yang menyebabkan kegagalan. 8. Ketekunan. Ketekunan tidak mengenal putus asa dan selalu berorientasi pada masa depan. Individu yang tekun memiliki karakteristik kemandirian, rasa percaya diri, optimis, dan pantang menyerah. 9. Kemandirian. Berusaha untuk menyelesaikan masalah dengan segenap kemampuan, inisiatif, daya kreasi, kecerdasan dengan sebaik-baiknya. Dari uraian di atas, landasan teori yang digunakan dalam penelitain ini,berdasarkan teori Erikson dalam Oya, Zeynep, Aly: 1999 aspek-aspek dari identitas diri yaitu ada lima aspek: social identity, physical identity, personal identity, familial identity, moral-ethical identity. 37

2.2.6 Faktor-faktor yang Memengaruhi Identitas Diri Remaja.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Prestasi Belajar Pada Siswa SMA Kristen Satya Wacana Salatiga

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Orangtua Dan Harga Diri Sebagai Prediktor Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Kristen 1 Salatiga (Jateng) T2 832009017 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Orangtua Dan Harga Diri Sebagai Prediktor Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Kristen 1 Salatiga (Jateng) T2 832009017 BAB II

0 1 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Orangtua Dan Harga Diri Sebagai Prediktor Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Kristen 1 Salatiga (Jateng) T2 832009017 BAB IV

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Orangtua Dan Harga Diri Sebagai Prediktor Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Kristen 1 Salatiga (Jateng) T2 832009017 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Hubungan Orangtua-Remaja sebagai Prediktor Identitas Diri Siswa SMA Kristen 1 Salatiga

0 1 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Hubungan Orangtua-Remaja sebagai Prediktor Identitas Diri Siswa SMA Kristen 1 Salatiga T2 832009002 BAB I

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Hubungan Orangtua-Remaja sebagai Prediktor Identitas Diri Siswa SMA Kristen 1 Salatiga T2 832009002 BAB IV

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Hubungan Orangtua-Remaja sebagai Prediktor Identitas Diri Siswa SMA Kristen 1 Salatiga T2 832009002 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Hubungan Orangtua-Remaja sebagai Prediktor Identitas Diri Siswa SMA Kristen 1 Salatiga

0 0 14