Teori Identitas Diri Remaja

27 mengenai prestasi dan karir, dan mereka suka membentuk kelompok.

2.2.4 Teori Identitas Diri

Teori mengenai identitas diri ditulis oleh Erikson. Tahap perkembangan manusia menurut teori Erikson Santrock, 2007: 1. Kepercayaan versus ketidakpercayaan. Perasaan percaya menuntut adanya perasaan nyaman secara fisik dan setidaknya perasaan takut dan ragu- ragu terhadap masa depan. Masa bayi, kepercayaan akan menentukan tahap bagi harapan seumur hidup bahwa dunia akan menjadi tempat tinggal yang baik dan menyenangkan. 2. Otonomi versus rasa malu dan keragu-raguan. Setelah memperoleh kepercayaan dari pengasuhnya, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka mulai menyatakan rasa kemandirian atau otonominya. Jika bayi banyak dibatasi dan dihukum terlalu keras, mereka cenderung mengembangkan rasa malu dan ragu-ragu. 3. Prakarsa versus rasa bersalah Ketika anak-anak prasekolah mulai memasuki dunia sosial yang luas, mereka dihadapkan pada tantangan- tantangan yang lebih besar dibandingkan ketika mereka masih bayi. 28 4. Tekun versus rasa rendah diri Tidak ada saat lain yang lebih bersemangat atau antusias untuk belajar dibandingkan pada akhir periode pengembangan imajinasi pada masa kanak- kanak awal. Bahayanya yang dihadapi dimasa sekolah dasar adalah anak dapat mengembangkan rasa rendah diri-rasa tidak kompeten dan tidak produktif. 5. Identitas versus kebingungan identitas Individu diperhadapkan pada tantangan untuk menemukan siapakan mereka itu, bagaimana mereka nantinya, dan arah mana yang mereka tempuh dalam hidupnya. 6. Keintiman versus keterkucilan Individu menghadapi tugas perkembangan yang berkaitan dengan pembentukan relasi intim dengan orang lain. Erikson mendeskripsikan keintiman sebagai menemukan diri sendiri disatu sisi, namun kehilangan diri sendiri disisi lainnya. Jika seorang muda membentuk persahabatan yang sehat dan sebuah relasi yang intim dengan orang lain, keintiman akan dicapai, jika tidak maka ia akan merasa terkucil. 7. Bangkit versus stagnasi Persoalan utama yang dihadapi indivdu dimasa ini adalah membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna. 29 8. Interitas versus kekecewaan Masa dimana individu mulai merefleksikan kehidupan di masa lalu. Melalui banyak rute yang berbeda, manusia lanjut usia dapat mengembangkan pandangan positif mengenai sebagian besar atau semua tahap perkembangan sebelumnya. Berdasarkan teori Erikson, Marcia 1980 mengidentifikasikan empat status identitas melalui interview mendalam dengan remaja. Status identitas ini mencerminkan tingkat komitmen yang dibuat remaja terhadap nilai-nilai agama, politik, dan pekerjaan. Lebih jelas tentang status identitas, Damon dalam http:blog.tp.ac.id, 2011 menuliskan empat status identitas sebagai berikut: 1. Pengalihan identitas foreclosure. Remaja berada dalam pengalihan status identitas dan tidak pernah mengalami krisis identitas. Mereka telah membentuk suatu identitas prematur yang lebih berdasarkan pilihan orangtua daripada identitas mereka sendiri. Mereka telah membuat komitmen pekerjaan dan idiologi, tetapi komitmen ini lebih mencerminkan suatu penilaian tentang apa yang dapat dilakukan oleh orangtua. Ini merupakan identitas semu . 2. Kebingungan identitas identity diffusion. Remaja yang tidak menemukan arah pekerjaan atau komitmen ideologi, dan mencapai kemajuan kecil kearah tujuan- tujuan ini. Mereka kemungkinan telah mengalami krisis 30 identitas, dan apabila benar, mereka tidak dapat mengatasinya. 3. Moratorium: Remaja yang telah mulai melakukan eksperimen dengan pilihan-pilihan pekerjaan dan idelogi namun belum membuat komitmen yang pasti terhadap salah satu pilihan. Remaja yang berada pada status moratorium langsung berada di tengah-tengah suatu krisis identitas dan sedang mencari pilihan- pilihan hidup. 4. Pencapaian identitas identity achievement. Remaja yang telah mengetahui tentang dirinya, mampu membuat keputusan-keputusan tegas tentang pekerjaan dan ideologi. Mereka yakin bahwa keputusan-keputusan itu dibuat berdasarkan otonomi dan kebebasan serta komitmen internal. Dari pemaparan teori identitas diri, penulis memilih teori Erikson yaitu identitas versus kebingungan identitas. Teori ini dapat mendukung penelitian tentang identitas diri yang dapat mencakup berbagai aspek dari masa pengembangan identitas diri.

2.2.5 Aspek-aspek Identitas Diri

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Prestasi Belajar Pada Siswa SMA Kristen Satya Wacana Salatiga

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Orangtua Dan Harga Diri Sebagai Prediktor Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Kristen 1 Salatiga (Jateng) T2 832009017 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Orangtua Dan Harga Diri Sebagai Prediktor Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Kristen 1 Salatiga (Jateng) T2 832009017 BAB II

0 1 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Orangtua Dan Harga Diri Sebagai Prediktor Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Kristen 1 Salatiga (Jateng) T2 832009017 BAB IV

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Orangtua Dan Harga Diri Sebagai Prediktor Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Kristen 1 Salatiga (Jateng) T2 832009017 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Hubungan Orangtua-Remaja sebagai Prediktor Identitas Diri Siswa SMA Kristen 1 Salatiga

0 1 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Hubungan Orangtua-Remaja sebagai Prediktor Identitas Diri Siswa SMA Kristen 1 Salatiga T2 832009002 BAB I

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Hubungan Orangtua-Remaja sebagai Prediktor Identitas Diri Siswa SMA Kristen 1 Salatiga T2 832009002 BAB IV

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Hubungan Orangtua-Remaja sebagai Prediktor Identitas Diri Siswa SMA Kristen 1 Salatiga T2 832009002 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Hubungan Orangtua-Remaja sebagai Prediktor Identitas Diri Siswa SMA Kristen 1 Salatiga

0 0 14