sesuai dengan metode yang dipakai serta melakukan pembahasan sesuai dengan pengkelompokkan pada tiap-tiap katagori yang tergambar pada kerangka
pemikiran di atas.
4.2 Analisis Data
Analisis data yangakan dilakukan oleh peneliti didasarkan kerangka konseptualyang telah digambarkan pada Bab II di atas. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah peneliti dalam melakukanverifikasi, analisis data dan penarikan kesimpulan. Berikut analisis data berdasarkan karangka konseptual:
A. Program Pembibitan dan Pembinaan
Program pembibitan dan pembinaan pemain sepak bola selama dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami stagnanisasi. Hal ini disebabkan dalam
lima tahun belakangan ini, pengurusan sepak bola yang selama ini berada di bawah naungan PSSI mengalami dualisme kepengurusan. Dualisme kepengurusan
ini kemudian melahirkan dua kompetisi yang berbeda pada tingkat nasional.Ada yang berada dibawah naungan Indonesia Primer Laguage IPL dan ada juga yang
berada dibawah naungan Indonesia Super Laguage ISL.Hal ini diakui oleh Wakil Ketua I PSSI Kota Medan Bidang Kompetisi dan Pembinaan, Asrul Sani P
Batubara. “Selama lima tahun belakangan ini, sepak bola pada level
nasional dan juga pada level provinsi mengalami dualisme kepengurusan. Dualisme ini kemudian membuat pembinaan
sepak bola terhambat karena adanya dua kompetisi yang berbeda. Di mana ada kompetisi di di bawah Indonesia Primer
Laguage IPL dan juga ada kompetisi yang berjalan di bawah Indonesia Super Laguage ISL,”
Universitas Sumatera Utara
Hasil wawancara dengan Wakil Ketua I PSSI Kota Medan, Asrul Sani P Batubara Tanggal 19 April 2014
Asrul juga mengatakan dualisme yang terjadi pada tingkat nasional juga terjadi pada tingkat provinsi dan kabupatenkota dan itu yang kemudian membuat
pembinaan sepak bola pada level kabupatenkota atau pada level daerah menjadi terhambat. Asrul mencontoh pada beberapa kota yang memiliki klub sepak bola
yang mengalami dualisme.Bahkan dirinya menyebutkan PSMS Medan sebagai salah satu klub yang terkena dampak atas dualisme yang ada pada tubuh PSSI
Pusat dan hal itu menurutnya berdampak peningkatan prestasi yang minim. “Karena terjadinya dualisme kepengurusan dan kompetisi
membuat pembinaan pada bawah – provinsi dan juga kabupaten kota – menjadi terganggu. Contoh itu bisa kita lihat pada
beberpa kota yang memiliki klub sepak bola yang kemudian terpecah dua pada dua kepengurusan yang ada,”
“Tidak usah jauh-jauh, PSMS Medan saja bisa menjadi contohnya. Di mana PSMS juga mengalami dualisme
kepengurusan yang berdampak pada peningkatan prestasi yang sulit diraih karena sponsorship tidak ada yang bergabung
karena terjadi dualisme dan penggajian pemain pun sulit dilakukan. Bukan itu saja, pengcab PSSI juga sulit untuk
menjalankan kompetisi,” Hasil wawancara dengan Wakil Ketua I PSSI Kota Medan,
Asrul Sani P Batubara, Tanggal 19 April 2014
Begitupun, menurut Plt Ketua Koni Medan, Eddy H Sabarani perkembangan sepak bola di Kota Medan secara alamiah telah mengalami
kemajuan. Hanya saja baginya, kemajuan sepak bola di Kota Medan sering diidentikkan dengan perkembangan PSMS Medan yang dalam beberapa tahun
belakangan ini mengalami dualisme kepengurusan dan menurutnya itu berpengaruh pada pembinaan sepak bola itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
“Jadi kalau kita lihat rentang waktu perkembangan sepak bola kota medan memang secara alamiah sih ada kemajuan. Cuma
kita sering mengacu perkembangan sepak bola dimedan itu diidentikkan dengn PSMS,kan gitu. Jadi kalau kita lihat
keberadaan PSMS sekarang ini mau tak mau harus kita akui ada pengaruhnya dari gonjang ganjing kepengurusan yang ada.
Saya lihat disitu, sehingga memang mau tak mau dia berpengaruh kepada pembinaan itu sendiri gitu,”
Hasil wawancara dengan Plt Ketua Koni Medan, Eddy H Sabarani, tanggal 24 April 2014
Bagi Eddy pengaruh pembinaan itu dapat dilihat dari keberadaan37 klub anggota PSMS Medan yang tidak ada melakukan aktifitas sepak bola.Hal tersebut
menurutnya terjadi dikarenakan dua faktor.Pertama, tidak bergulirnya kompetisi antar klub yang berada di bawah naungan PSMS Medan.Kedua, ada faktor
dualisme kepengurusan yang ada di PSMS Medan akibat dari dualisme kepengurusan yang ada di PSSI Pusat.Faktor kedua ini bagi Eddy menjadi faktor
dominan yang kemudian mempengaruhi berjalan atau tidaknya satu kompetisi yang merupakan bagian dari upaya pembinaan sepak bola khususnya di Kota
Medan. “Latihan tanpa kompetisi itu membuat orang jenuh, kan
begitu.Sehingga, memang berpengaruh lah dia dalam pembinaan itu. Kalau kita boleh jujur faktor itu menjadi
dominan terjadi karena gonjang ganjing kepengurusan sehingga berpengaruh lah dia,”
“Kalau acuan kita pengembangan bola di Medan adalah PSMS itulah ceritanya.Walaupun itu terjadi adalah tanda kutip
problem turunan, bukan di Medan aja tetapi mulai dari IPL ada ISL. Jadi turun kebawah, jadi tidak langsung dari PSMS nya.
Jadi karena ada turunan itu terjadilah situasi dilapangan yang berantakan termasuk ke semua aspek sepakbola,”
Hasil wawancara dengan Plt Ketua Koni Medan, Eddy H Sabarani, tanggal 24 April 2014
Namun, Eddy mengatakan, Koni Medan tidak dapat berbuat banyak untuk bisa mendorong terjadinya kembali kompetisi antar klub anggota PSMS
Universitas Sumatera Utara
Medan.Mengingat PSMS Medan adalah anggota dari PSSI Pusat.Sehingga Koni Medan tidak memiliki wewenang penuh untuk mengatasi persoalan kompetisi
yang ada pada klub-klub anggota PSMS Medan.Pada beberapa kejadian Koni Medan hanya bisa menjadi fasilitator untuk para klub dan Pengurus Cabang PSSI
untuk bertemu.
“Sebenarnya sama dengan cabang olah raga yang lain.KONI itu berhubungan langsung kepada Pengcab. Sekarang untuk PSSI
berganti nama dengan asosiasi PSSI,bukan Pengcab lagi. Sebenarnya asosiasi PSSI itu anggota KONI.Sedangkan PSMS
itu sendiri klub dari PSSI Pusat.Kalau ceritanya PSMS Medan, KONI itu tidak bisa berbuat banyak.Untuk mengatasi
permasalahan mereka biasanya dilakukan dengan sharing dan pertemuan – pertemuan. Jadi dari pertemuan itu ada
kemungkinan kita bisa mendorong PSSI nya,” Hasil wawancara dengan Plt Ketua Koni Medan Eddy H
Sabarani, tanggal 24 April 2014
Senada dengan apa yang dikatakan oleh Eddy H Sabarani, Hengky Ahmad pemilik Klub Gumarang FC yang merupakan salah satu klub anggota klub PSMS
Medan mengutarakan dualisme yang terjadi dipengurusan PSSI sangat dirasakan oleh klub-klub amatir, khususnya Gumarang FC yang merupakan klub
binaanya.Bagi Hengky dualisme itu tentunya berdampak buruk terhadap keberlangsungan pembinaan sepak bola khususnya untuk klub-klub amatir.
“Ada, sampai ke level klub amatir seperti kita - kita ini terasa. Begini ini kan PSSI nya, ada dua pengprov-nya, Pengcab-nya
juga dua.nggak tahu lagi dimana salahnya?
Hasil wawancara dengan pemilik klub Gumarang FC, Hengky Ahmad tanggal 26 April 2014
Lebih lanjut Hengky menjelaskan pembinaan sepak bola di Kota Medan
dapat dikatakan menurun secara kualitas dan kuantitas. Jika dilihat dari keterpanggilan pemain asal Kota Medan untuk di Tim Nasional Senior PSSI
Universitas Sumatera Utara
maka sudah tidak ada lagi nama-nama pemain yang murni berasal dari medan. Tetapi untuk Tim Nasional Kelompok usia, Hengky mengatakan masih terdapat
setidaknya satu atau dua pemain asal Kota Medan.
“Ya, terjadi penurunan prestasi.Jadi dari segi kualitas turun dan kuantitas juga. Kita lihatlah barometernya dari yang dipanggil
timnas, siapa anak medan? Padahal sebenarnya potensial itu kita besar. Kita langganan sejak tahun 80an. Mayoritas di
timnas itu anak medan. Sekarang satu pun payah setelah terakhir kali ada Markus dan Saktiawan Sinaga. Tapi untuk
kelompok usia saya rasa masih adalah,” Hasil wawancara dengan Pemilik Klub Gumarang FC, Hengky
Ahmad, Tanggal 26 April 2014
Menurutnya, hal ini terjadi disebabkan tidak adanya keberlangsungan dalam usaha pembinaan sepak bola.Para pemain yang sudah selesai dari SSB
tidak tahu harus berlatih dan bermain di Klub mana.Banyak SSB di Kota Medan tidak memiliki klub-klub amatir pada tingkat lokal untuk menjadi wadah yang
siap menampung setiap bakat yang dimiliki pemain dari SSB.Padahal potensi yang ada pada diri pemain cukuplah besar.
“Kalau kita lihat mungkin, sebenarnya, potensinya itu sangat besar.Cuma kalau potensi besar tidak digali mana bisa
menghasilkan yang bagus. Maksudnya begini, ssb dimedan ini kanberjamur. cuman terputus dia setelah tamat ssb mau kemana
dia. padahal potensinya besar. Mungkin ada beberapalah, setelah ssb dia ada wadah, ya mungkin salah satunya SSB Tasbi
yang memiliki PS. Tasbi.Begitu juga SSB karisma, begitu dia tamat dari SSB sudah ada wadah di Klub nya. Ada juniornya, ada
seniornya dan memang itu ada mereka kegiatan latihannya,” Hasil wawancara dengan Pemilik Klub Gumarang FC, Hengky
Ahmad, Tanggal 26 April 2014
Hampir sama dengan Hengky Ahmad, pengamat sepak bola yang juga jurnalis senior untuk sepak bola, Abdi Panjaitan mengatakan kegagalan
pembinaan sepak bola di kota medan adalah akibat dari ketidakberlangsungannya
Universitas Sumatera Utara
pembinaan sepak bola di Kota Medan. Baginya, banyak pemain dari SSB yang memiliki potensi bagus tetapi bingung untuk bermain di mana, karena hanya
sedikit klub-klub lokal yang aktif melakukan pembinaan setelah tamat dari SSB. “Mungkin Saya bisa memulai dari sebuah contoh.Seorang
pemain yang berusia 16 tahun, atau yang baru saja tamat dari SSB kebingungan mau kemana melanjutkan karir sepak bolanya.
Dalam usia segitu, seharusnya dia sudah masuk ke jenjang sepak bola klub yang akan mendapatkan cara dan strategi
bermain. Pertanyaannya, berapa banyak klub di Medan yang aktif menggelar latihan? Dari 40 klub anggota PSMS saja,
paling ada 10 yang rutin menggelar latihan,” “Menurut saya, permasalahan terbesar dalam pembinaan di
Medan adalah tidak berjenjang, tanpa kompetisi dan tanpa keseriusan serta dukungan pemerintah setempat.Apa saja dan
pola yang bagaimana, ada di jawaban saya selanjutnya”. Hasil wawancara dengan pengamat Sepak Bola, Abdi Pajaitan,
tanggal 11 Mei 2014
Meskidemikian, Asisten Pelatih Tim Porwildasu Koni Medan yang juga menjabat sebagai kordinator pelatih SSB Patriot, Syahril WP menilai pembinaan
pemain sepak bola untuk kelompok umur atau usia muda sama sekali tidak mengalami kemunduran. Hanya saja yang mengalami kemunduran adalah tim
senior. Hal itu bisa dibuktikan dari prestasi yang dihasilkan oleh tim atau klub- klub sepak bola asal Sumut.
“Kalau kelompok umur kita gak pernah mundur. Tapi kalau tim senior total sama sekali itu sudah 1000 mundur. Katakanlah
tim liga divisi utama asal sumut itu jauh kali kita mundur. Sudah habislah,sudah bisa dibilang sudah kiamat. Tapi kalau kelompok
umur kita tetap konsisten dan kita tetap di pandang orang,” Hasil wawancara dengan Asisten Pelatih Porwiladasu Koni
Medan, Syahril WP, tanggal 24 April 2014
Keberhasilan pembinaan pada kelompok usia muda dapat dilihat dari masih adanya perwakilan pemain asal Medan khususnya Sumut yang masuk
Universitas Sumatera Utara
dalam dafar pemain tim nasional pada tiap kelompok usia. Secara rinci Syahril mengatakan ada dua pemain asal Sumut yang masuk pada timnas U-19 dan satu
pemain asal Sumut yang memperkuat U-14. Keberhasilan itu terus berlanjut dengan keluarnya kelompok U-12 tahun sebagai runner-up piala danone pada
tahun 2012 dan U-13 menjadi runner-up dan juara Piala Yahama pada tahun 2011 dan 2012.
“Dikelompok 12 thn danone kita bisa runner up pada tahun 2012 dan itu diwakili oleh SSB Mabar Putra. Dan kita liat lagi
untuk piala Yahama tahun2011 dan 2012 itu kita juara dan runner up. Juara kita waktu itu di final lawan Jawa Tengah dan
kita Menang.Sekarang pemain kita yang ikut Piala Yamaha itu Egi asal SSB Tasbi dipanggil ke Timnas U-14.Sedangkan untuk
U-19 kita ada Paulo Sitanggang dan Reza Pahlevi Maldini Sitorus. Dari sini kita bisa liat kalau kita tidak ketinggalan,”
Hasil wawancara dengan Asisten Pelatih Porwiladasu Koni Medan, Syahril WP, tanggal 24 April 2014
Adanya prestasi yang berhasil diraih dalam lima tahun ini dan juga masih
adanya beberapa pemain asal Medan dan Sumut yang menjadi pemain Tim Nasional pada tiap-tiap kelompok usia. Setidaknya dapat menjadi bukti
keberhasilan pembinaan pada pemain muda meski pada saat yang bersamaan juga terjadi dualisme kepengurusan PSSI.Namun, pengamat sepak bola Liestiadi Lo,
menilai dualisme yang terjadi di PSSI berpengaruh negative terhadap perkembangan sepak bola khususnya dalam hal penataan organisasi dan aturan.
“Faktor dualisme yang sebelumnya terjadi di PSSI dan di pengurusan tingkat lokal baru baru ini sedikit banyak
berpengaruh negatif dengan perkembangan sepakbola Medan.Tertutama dalam hal penataaan organisasi dan aturan
yang jelas antara pengelolaan
klub amatir dan
professional.Termasuk kurangnya tenaga SDM, Infrastruktur dan stake holder yang benar benar ingin dan ikhlas untuk
memajukan sepakbola di Medan dalam hal organisasi, kompetisi dan prestasi. Sehingga dengan kendala diatas otomatis
perkembangan sepakbola di Medan berjalan di tempat,”
Universitas Sumatera Utara
Hasil wawancara dengan Pengamat Sepak Bola, Liestiadi Lo tanggal 27 April 2014
Terjadinya dualisme kepengurusan ini tentu bukan tanpa sebab.Asrul menilai, dualisme kepengurusan yang terjadi beberapa tahun belakangan ini
disebabkan oleh faktor politik.Di mana selama ini sepak bola dipandang sebagai olahraga rakyat yang selalu dapat mengundang banyak perhatiaan
masyarakat.Sehingga partai politik dan anggota partai politik tertarik untuk memanfaatkannya untuk satu kepentingan politik.
“Itulah jika sepak bola sudah dimasuki kepentingan politik. Kita tau, sepak bola adalah olahraga rakyat yang dapat
mendatangkan jumlah massa yang besar. Dan itu kemudian itu membuat banyak partai atau pimpinan partai politik atau
anggota partai politik tertarik memanfaatkannya untuk kepentingan politik,”
“Namun, kini kedua kompetisi itu sudah bersatu kembali di bawah naungan PT Liga yang menjalankan Indonesia Super
Laguage ISL,” Hasil wawancara dengan Wakil Ketua I PSSI Kota Medan,
Asrul Sani P Batubara, tanggal 19 April 2014
Meski dualiasme yang terjadi di dalam tubuh PSSI berpengaruh pada keberlangsungan kompetisi pada level klub tetapi tidak terlalu berpengaruh
terhadap usaha pembinaan dan pembibitan pemain usia muda. PSSI selaku badan penyelenggara sepak bola masih tetap melakukan tournament-tournament pada
tiap-tiap kelompok usia. Begitu juga dengan KONI Medan dan Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Medan yang tetap melakukan usaha pembinaan dan pembibitan
atlet-atlet muda di Kota Medan. KONI Medan misalnya, meski tidak secara khusus melakukan pembinaan
dan pembibitan pemain sepak bola.Tetapi Koni Medan tetap melakukan
Universitas Sumatera Utara
pembinaan terhadap 37 jenis cabang olahraga yang berada di bawah naungannya.Namun dari 37 cabang olahraga tersebut tidak semua dapat
terakomodir dengan baik.Hal ini dikarenakan terbatasnya anggaran yang ada pada KONI Medan.Sehingga KONI Medan hanya dapat memberikan bantuan secara
stimulant kepada setiap Pengcab yang mengurusi cabang olahraga yang ada. Jadi KONI tidak memberikan dana stimulan langsung kepada klub-klub sepak bola
atau sasana-sasana tinju secara langsung tetapi harus melalui pengcab yang menaunginya.
“KONI Medan ini membina 37 cabang olahraga dan KONI itu bukan badan untuk mengakomodir semua kebutuhan cabang
yang ada. Jujur saja, mungkin ini lebih cerita ke dana. karena dana KONI sendiri terbatas. Kalau ada dukungan KONI sifatnya
Stimulan.KONI hanya menginjeksikan dana ketiap pengcab bukan klub-klub yang ada. Pengertian stimulant di sini adalah
kalau dia butuh sepuluh kita kasih dua,”
Hasil wawancara dengan Plt Ketua Koni Medan Eddy H Sabarani, tanggal 24 April 2014
Begitupun, sejauh ini Eddy menjelaskan, koordinasi yang dilakukan antara PSSI Medan dengan KONI Medan dalam melakukan pembinaan dan pencarian
atletsepak bola di Kota Medan berjalan cukup baik. Hal ini dapat dilihat ketika adanya pencarian atlet sepak bola untuk Pekan Olahraga Wilayah Porwil
Sumatera Utara. Di mana dalam melakukan seleksi pemain, KONI Medan bekerja sama dengan PSSI Kota Medan.
“Koordinasi dan komunikasi cukup bagus sampai penentuan atlitnya siapa. Kita memiliki tim pemantau, jadi komunikasinya
cukup bagus. Jadi utusan-utusan pemain sepak bola atas rekomendasi PSSI medan. Setelah ada itu lalu berani mengatakan
itulah atlit KONI Medan untuk di Porwil,”
Hasil wawancara dengan Plt Ketua Koni Medan, Eddy H Sabarani, tanggal 24 April 2014
Universitas Sumatera Utara
Oleh karenanya, Porwil dan juga Pekan Olahraga Kota Porkot yang dilaksanakan oleh KONI Medan dinilai Eddy sangat bermanfaat bagi pembinaan
dan pembibitan atlet-atlet muda, termasuk di dalamnya atlet sepak bola.Hal ini dikarenakan setiap penyelenggaraan Porkot selalu melibatkan seluruh kecamatan
yang ada di Kota Medan. Beberapa atlet yang ikut dalam Porkot akan dilihat kemampuan dan prestasinya untuk kemudian didaftarkan kembali menjadi atlet
yang akan membawa nama Kota Medan dalam Porwil. Untuk cabang sepak bola sendiri ada 60 pemain yang diseleksi dan sampai akhirnya menjadi 22 pemain.
“Sangat-sangat bermanfaat di Porkot itu.Porkot terakhir kalau saya tidak silap ada 19 atau 20 kecamatan yg ikut ambil bagian.
Artinya dari 21 kecamatan kota medan,ada 19 atau 20 kecamatan yang mengikuti cabang sepakbola. Ya jelas bola dikecamatan itu
melakukan seleksidan dari sini muncul dia atlit-atlit yang baik,” “Jadi sekarang ini, yang mereka seleksi itu untuk Porwil hasil
pantauan Porkot.Jadi kalau saya gak silap kemarin mereka melalui talent scouting yang dinilai oleh pelatih-pelatih
berpengalaman di Kota Medan seperti Suharto, Amrustian, Syahril WP.Merekalah yang mengakomodir setelah mendapat
sekitar 60 atlet dari Porkot dan kemudian selanjutnya di seleksi menjadi 22 pemain untuk dibawa pada Porwil. Jadi jelas sekali
lagi manfaat Porwil dan Porkot itu sangat sangat ada,”
Hasil wawancara dengan Plt Ketua Koni Medan, Eddy H Sabarani, tanggal 24 April 2014
Hampir sama dengan KONI Medan,Azzam Nasution selaku Kepala Bidang Peningkatan Prestasi dan Keolahragaan Dinas Pemuda dan Olahraga
DISPORAKota Medan menjelaskan Dinas Pemuda dan Olahraga tidak hanya mengelola cabang olahraga sepak bola saja. Tetapi hampir seluruh cabang
olahraga yang ada dikelola oleh DISPORA.Cabang-cabang olahraga tersebut adalah cabang-cabang olahraga yang selalu ikut serta dalam event-event nasional
dan internasional.Penetapan itu mengacu pada keputusan Menteri Pemuda Dan Olahraga.
Universitas Sumatera Utara
“Kalau Dinas Pemuda dan Olahraga mengelola olahraga tidak hanya cabang sepakbola saja, dia tetap mengacuh kepada event
yang terstruktur, artinya ada beberapa cabang olahraga yang kita utamakan dalam hal pembinaan. Sesuai dengan urutan
kompetisi yang telah dilaksanakan, artinya mengacu kepada Menegpora,”
Hasil wawancara dengan Kabid Peningkatan Prestasi dan Keolahragaan Dispora Medan, Azzam Nasution, tanggal 2 Mei
2014.
Urutan yang diturunkan itu biasanya adalah cabang atletik, gulat dan tenis meja, renang, takraw, badminton, voli dan lain sebagainya.Itu semua
diselenggarakan berdasarkan acuan kepada urutan event yang dilaksanakan.Sedangkan untuk pembinaan cabang olahraga sepak bola, Dispora
Kota Medan telah membentuk klub-klub sepak bola di sekolah-sekolah.Tetapi klub-klub tersebut bukanlah berupa SBB. Klub-klub sepak bola yang sudah
terbentuk sampai saat ini sudah menurut Azzam sudah mencapai 60 klub olahraga. Semua klub yang terbentuk itu kini sudah dalam binaan Dispora Kota
Medan. “Kalau menyangkut masalah upaya pembinaan sepakbola yang
dilaksanakan Dinas Pemuda dan Olahraga membentuk klub-klub olahraga di sekolah.Artinya klub klub olahraga sepakbola bukan
termasuk SSB sekolah sepakbola. Artinya di setiap sekolah didorong dan dimotivasi untuk membentuk klub-klub olahraga
termasuk klub sepakbola,” “Ada sekitar 60 klub olahraga yang terbentuk yang kita bina dan
kita beri bantuan untuk pelaksanaannya diantaranya di SMP 30, Sekolah Al Azhar, dll. Ada klub – klub olahraganya termasuk
cabang sepakbola, sekalipun kita tidak spesifik hanya sepakbola saja karena Dinas Pemuda dan Olahraga mencakup seluruh
cabang olahraga,”
Hasil wawancara dengan Kabid Peningkatan Prestasi dan Keolahragaan Dispora Medan, Azzam Nasution, tanggal 2 Mei
2014.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu membentuk klub olahraga di beberapa sekolah, Dispora Kota Medan juga membentuk SBB Dispora yang melakukan latihan setiap sore di
lapangan kebun bunga.Tidak hanya SSB tetapi Dispora Kota Medan juga membentuk klub sepak bola Mayang Putra Kota Medan. Azzam juga
menyelaskan pembentukkan SSB ini didasari keinginan untuk berperan aktif dalam melaksanakan kegiatan pembinaan usia dini. Mengingat kelompok usia
binaan yang ada di dalam SSB adalah kelompok usia pelajar. “Kita ingin berperan aktif dalam melaksanakan kegiatan
pembinaan usia dini.Dispora inikan olahraga pendidikan, jadi di SSB itukan kelompok pelajar, umumnya di pelajar. Ya
sampai usia 17 itukan pelajar. Jadi pelajar itulah kita salurkan untuk bagaimana di bina, kalaupun ada beberapa sekolah yang
masuk ya silahkan saja,” Hasil wawancara dengan Kabid Peningkatan Prestasi dan
Keolahragaan Dispora Medan, Azzam Nasution, tanggal 2 Mei 2014.
Azzam menjelaskan, pembentukkan SSB ini didasari untuk menyalurkan bakat anak-anak yang ada diseputaran lokasi Kebun Bunga Medan.Untuk
menghidupkan SSB Dispora kembali, Azzam mengatakan, Dispora telah bekerjasama dengan stakeholder dan juga masyarakat setempat agar pembinaan
sepak bola khususnya diseputaran Kebun Bunga tidak kembali mati suri. Hal itu menurutnya untuk menumbuh kembangkan apa yang menjadi harapan dan
keinginan masyarkat. Untuk itu Azzam berharap adanya juga dukungan dari pihak pemerintah Provinsi.
“Taulah disekitar daerah kebun bunga itukan pengaruh lingkungan sangat besar, artinya kedepan apa-apa yang
diinginkan masyarakat kita tumbuh kembangkan, jangan dimatikan gitu. Jadi peran pemerintah terutama pemerintah kota
dengan segala keterbatasan yang ada memaksimalkan kegiatan-
Universitas Sumatera Utara
kegiatan itu.kita berharap juga maunya juga fungsi pembinaan itu menyangkut juga dari level daripada pemerintahan yang
diatasnya, artinya dorongan dari pemerintah provinsi itu kita sangat kita harapkan. Sehingga tidak terjadi stagnansi
pembinaan itu,” Hasil wawancara dengan Kabid Peningkatan Prestasi dan
Keolahragaan Dispora Medan, Azzam Nasution, tanggal 2 Mei 2014.
Azam sendiri tidak mengkawatirkan jika pembentukkan SSB Dispora ini akan membuat kecemburuan terhadap SSB lain yang seharusnya mendapatkan
perhatian dari pemerintah Kota Medan. Baginya, pembentukkan SSB Dispora memang merupakan bagian dari pembinaan. Namun sesungguhnya, Azzam
mengatakan hal ini ditujukan untuk merangsang steakholder yang lain agar dapat dan ikut serta dalam melakukan pembinaan sepak bola ini.
“Artinya kita tunjukkan saja Dispora melakukan pembinaan supaya menjadi rangsaan buat stakeholder yang lain untuk
melaksanakan itu. Ketika mereka sudah bisa mandiri, SSB itu kita lepas. Artinya upaya kita untuk melaksanakan upaya
pembinaan itu terus berkelanjutan agar ada niatan dari orang- orang ataupun lembaga ataupun yang berkemampuan untuk
melaksanakan pembinaan olahraga,” Hasil wawancara dengan Kabid Peningkatan Prestasi dan
Keolahragaan Dispora Medan, Azzam Nasution, tanggal 2 Mei 2014.
Untuk anggaran dalam pendanaan kegiatan pembinaan olaharaga di Kota Medan, Azzam mengatakan Pemko Medan tidak mungkin dapat memenuhi segala
kebutuhan yang diperlukan.Dibutuhkan peran dan dukungan dari pemerintah Provinsi untuk dapat membantu dan mendorong usaha pembangunan dan
pengembangan saran serta prasarana olahraga. Bagi Azzam, hal ini didasarkan atas animo masyarakat yang begitu antusias dengan olahraga. Idealnya, menurut
Azzam setiap pemerintah kabupatenkota dapat membangun infrastruktur yang
Universitas Sumatera Utara
memadai.Sehingga upaya pembinaan atlet olahraga dapat berjalan secara maksimal.
“Sarana dan prasarana olahraga itu sangat dibutuhkan melihat potensi ataupun antusias masyarakat untuk melakukan
pembinaan olahraga terutama atlit-atlit dari berbagai cabang olahraga, kalau melihat dari itu tentunya upaya pemerintah
sudah dilakukan, cuman masih, kalau persentase kita pelaksanaanya itu masih 60 persen lah,”
“Makanya terus terang, menyangkut pembinaan olahraga di Medan khususnya, tidak terlepas dari pemerintah Provinsi.Jadi
pemerintah Provinsi juga harus mendorong pemerintah KabupatenKota di Sumatera Utara agar melaksanakan fungsi
pembinaan terutama menyangkut pembangunan sarana dan prasarana olahraga”.
Hasil wawancara dengan Kabid Peningkatan Prestasi dan Keolahragaan Dispora Medan, Azzam Nasution, tanggal 2 Mei
2014.
Terkait dengan keterlibatan sponsor dalam setiap kegiatan keolahragaan, Azzam menyatakan biasanya pihak sponsor dari beberapa perusahaan lebih
banyak tertarik pada kegiatan keolahragaan yang bersifat rekreasi. Sedangkan untuk kegiatan olahraga yang bersifat pendidikan dan prestasi sangat jarang dapat
mendatangkan sponsor. Hal ini dikarenakan dalam olahraga prestasi dan pendidikan dibutuhkan sarana dan prasarana berupa infrastruktur yang jelas dan
hal ini kemudian mempengaruhi keputusan setiap prusahaan-prusahaan yang akan menjadi sponsorship.
“Mungkin olahraga rekreasi sering bekerja sama dengan sponsor.Tapi kalau olahraga prestasi itu persentase nya masih
sangat minim. Terus terang saja perusahaan-perusahaan yang di Medan ini kan mengacu kepada di pusat. Itu yang jadi
kendala buat kita. Jadi nggak sama dia, mungkin olahraga rekreasi seperti senam olahraga jasmani mengambil sponsor
dari sana sini, mungkin karena jumlahnya tidak gitu besar,”
Universitas Sumatera Utara
“Kalau bicara olahraga prestasi tentunya kita bicara tentang sarana dan prasarana infrastuktur.Jujur saja memang untuk
membina olahraga ini perlu antusias dari masyarakat itu sendiri.Contoh la ya, sarana dan prasarana ini tidak mendukung
kita, sangat-sangat tidak mendukung. Bagaimana prestasi mau didapat kalau sarana dan prasarana nya tidak ada, itu yang
harus menjadi pemikiran kita,” Hasil wawancara dengan Kabid Peningkatan Prestasi dan
Keolahragaan Dispora Medan, Azzam Nasution, tanggal 2 Mei 2014.
Sedangkan PSSI Kota Medan selaku otoritas organiasi yang khusus membidangi sepak bola tetap melakukan pembinaan dan pembibitan pemain pada
kelompok usia muda melalui kompetisi atau tournament digulirkan khusus untuk Sekolah Sepak Bola SSB. Tournament sepak bola untuk SSB tersebut biasanya
diklasifikasikan beradasarkan usia-usia pembinaan yang ada di setiap SSB. Mulai dari usia 10 tahun, 13 Tahun, 15 tahun, hingga 17 tahun.
“Untuk melakukan pembinaan pemain sepak bola, terkadang kita melakukan tournament antar SSB yang ada di bawah
naungan PSSI Kota Medan. Sekarang sudah ada 58 SSB yang berada di bawah naungan PSSI Kota Medan,”
“Biasanya tournament antar SSB tersebut dibatasi melalui usia- usia pembinaan yang ada di setiap SSB. Layaknya pembinaan
dan pembibitan pemain itu berlangsung dari usia 10 sampai dengan 15 tahun dan paling maksimal 17 tahun. Makanya setiap
tournament mengikuti rentang usia yang ada tersebut,” Hasil wawancara dengan Wakil Ketua I PSSI Kota Medan,
Asrul Sani P Batubara, tanggal 19 April 2014
Lebih lanjut Asrul menerangkan, untuk tiap usia mempunyai nama tournament yang berbeda-beda. Ia mencontohkan untuk tournament Under U 11
biasanya dinamai piala Danone. Sedangkan untuk U-13 tahun biasanya memperebutkan piala Yamaha dan untuk U-15 biasanya memperebutkan piala
Menpora. Setelah itu, para pemain sepak bola masuk pada pembinaan pada level Remaja. Di mana pada usia remaja ini para pemain akan memasuki kompetisi.
Universitas Sumatera Utara
“Setelah itu, baru masuk usia remaja, yaitu U-17 tahun. Di mana pada U-17 ini pemain sepak bola melakukan kompetisi memakai
nama klub langsung contohnya PSDS Junior, PSMS Medan Junior, Medan Jaya Junior dan lain sebagainya. Kompetisi atau
tournament pada U-17 tahun ini biasanya disebut sebagai piala suratin,”
Pada level yang lebih tinggi pembinaan kemudian masuk pada U- 19 tahun. Di mana pada U-19 tahun ini para pemain sepak bola
sudah masuk pada gelaran kompetisi antar klub, baik yang professional maupun yang amatir,”
Hasil wawancara dengan Wakil Ketua I PSSI Kota Medan, Asrul Sani P Batubara Tanggal 19 April 2014
Pemilik Klub dan SSB Gumarang FC, Hengky Ahmad juga mengatakan hal yang sama. Pria berusia 43 tahun ini menjelaskan SSB yang ia miliki sudah
melakukan pembinaan pemain sepak bola sejak usia 10 tahun sampai dengan usia 16 tahun. Setelah itu para pemain masuk kepada level junior untuk membela klub
Gumarang FC yang ia bina juga. Biasanya, setiap pemain pada kelompok usia akan diseleksi untuk dapat masuk ke dalam tim junior.
“Ya awalnya kelompok usia 10, 12,14,16 kemudian masuk ke junior. Untuk bisa masuk ke junior itu kami batasi namanya bukan
ssb lagi.Kita saring dari SSB yang layak berapa.Kalau SSBsebanyak mungkin, karena di SSB ini kita butuh
kuantitas.Kalau di senior kita butuh kualitas.nggak butuh banyak- banyak. Layak ikut pelatih, bisa kita bina,”
Hasil wawancara dengan Pemilik Klub dan SSB Gumarang FC, Hengky Ahmad, tanggal 26 April 2014
Hengky selanjutnya mengatakan, biasanya ada sekitar 60 persen pemain yang berhasil diambil dari SBB untuk masuk ke level Junior. Begitupun, jika pada
kelompok usia 16 tahun terdapat semua pemain yang bagus maka tidak menutup kemungkinan untuk semuanya direkrut masuk memperkuat tim junior Gumarang
FC. Namun, Hengky juga menegaskan dirinya tidak menutup kemungkinan untuk
Universitas Sumatera Utara
melakukan rekrutment terhadap pemain-pemain yang berasal dari luar kota Medan.
“Ada yang dari aceh, dari Rao Pasaman,tapi kita nggak batasi itu. Kalau dia dari aceh kemudian ia kebetulan kuliah disini. Baru
tamat SMA dia kuliah.Mungkin bedanya kami mengalami keterbatasan dalam hal pendanaan. Pemain Junior itu belum ada
honornya,” Hasil wawancara dengan Pemilik Klub dan SSB Gumarang FC,
Hengky Ahmad, tanggal 26 April 2014.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, Hengky biasanya melakukan pendekatan secara emosional kepada pemain agar tetap dapat bertahan. Namun
Hengky tetap menegaskan kepada pemain agar membuat surat pemberitahuan dan pernyataan jika ingin keluar dari klub.
Hengky selanjutnya mengatakan, biasanya ada sekitar 60 persen pemain yang berhasil diambil dari SBB untuk masuk ke level Junior. Begitupun, jika pada
kelompok usia 16 tahun terdapat semua pemain yang bagus maka tidak menutup kemungkinan untuk semuanya direkrut masuk memperkuat tim junior Gumarang
FC. Namun, Hengky juga menegaskan dirinya tidak menutup kemungkinan untuk melakukan rekrutment terhadap pemain-pemain yang berasal dari luar kota
Medan. “Kalau mau keluar jangan sembarang, meski kita juga mendorong
mereka agar bermain keluar.Artinya gini, kalau keluar harus permisi.Tapi alhamdulilah sampai sekarang pembinaan kami terus
berjalan.Sampai kita kadang-kadang bingung mau disalurkan ke mana para pemain ini. Itulah yang kami terjunkan di kompetisi
PSSI divisi 3 kemarin,” Hasil wawancara dengan Pemilik Klub dan SSB Gumarang FC,
Hangky Ahmad, tanggal 26 April 2014.
Dari uraian dua uraian tersebut tampak bagaimana SSB memiliki peran yang sangat vital dalam melakukan pembinaan pemain sebelum pemain masuk ke
dalam klub amatir dan professional. Tidak salah jika kemudian dapat dikatakan
Universitas Sumatera Utara
SSB sebagai ujung tombak dari pembinaan pemain sepak bola. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Asrul Sani. Menurut Asrul aktifnya SSB sebagai
peserta kompetisi dan tournament sepak bolayang diselenggarakan oleh PSSI membuat SBB memiliki peran sentral dalam upaya pembinaan pemain sepak bola.
Selain karena ke ikut sertaan SSB, faktor lain yang dapat memperkuat SSB sebagai ujung tombak pembinaan dan pembibitan pemain menurut Asrul adalah
adanya hubungan interaksi antara SSB dengan pihak orang tua dan keluarga pemain yang terbangun secara intens.
“Memang benar, SSB sebagai ujung tombak dari pembinaan sepak bola.Karena SSB lah yang bersentuhan dan berinteraksi
langsung dengan pemain dan keluarga pemain. Jadi pengarahan dan pembinaan pemain bisa langsung dilakukan,”
Hasil wawancara dengan Wakil Ketua I PSSI Kota Medan, Asrul Sani P Batubara Tanggal 19 April 2014
Selain faktor kedekatan dengan keluarga pemain. SBB sebagai ujung tombak pembinaan sepak bola juga dapat dinilai dari adanya fasilitas yang
dimiliki oleh SSB berupa adanya pelatih dan data base pemain serta perlengkapan latihan seperti lapangan sepak bola sebagai tempat latihan.
“Kalau kita lihat, dalam pembinaannya, SSB selalu menyediakan fasilitas latihan.Baik itu lapangan latihan dan juga peralatan
latihan. Kemudian selain itu, SSB juga mempunyai data base pemain yang biasanya digunakan untuk regulasi pendaftaran
setiap adanya kompetisi atau tournament yang ingin dilaksanakan,”
Hasil wawancara dengan Wakil Ketua I PSSI Kota Medan, Asrul Sani P Batubara Tanggal 19 April 2014
Dari uraian analisi data di atas tampak bagaimana SSB memiliki peranan yang penting dalam usaha pembinaan dan pembibitan pemain sepak bola.Hal ini
dikarenakan SSB adalah subjek dan objek dari pembinaan pemain sepak bola itu sendiri.Maksud dari subjek pembinaan adalah SSB melakukan pembinaan kepada
Universitas Sumatera Utara
pemain sepak bola untuk dapat mengikuti setiap gelaran kompetisi dan tournament yang diadakan oleh PSSI dan atau steakeholder terkait.
Biasanya pemain-pemain yang dinilai memiliki bakat bermain yang bagus akan dipanggil untuk mengikuti seleksi tim yang akan bermain untuk mewakili
satu kotakabupaten atau provinsi untuk bermain pada level nasional. Setelah itu apabila pemain dinilai bagus selama bermain untuk tim yang mewakili
KotaKabupaten atau Provinsinya maka kemudian pemain itu akan dipanggil untuk mengikuti seleksi pemain di level tim nasional.
Hal ini bisa dilihat dari beberapa kompetisi atau tournament seperti Piala Danone, Piala Yamaha dan juga Piala Menpora. Di mana setiap pemain yang
bagus pada kompetisi ini akan berpeluang besar untuk memperkuat tim nasional. Sedangkan SSB sebagai objek pembinaan adalah ketika SSB difasilitasi oleh
PSSI dan atau stakeholder lain untuk mengikuti kompetisi dan tournament. Di mana ketika SSB berhasil meraih juara ,SSB akan mendapatkan hadiah yang
berupa uang pembinaan untuk pemain dan tim. Hanya saja, pembinaan dan pembibitan pemain sepak bola terkadang
banyak dipengaruhi oleh faktor keberlangsungan pembinaan antara SSB dan klub-klub amatir serta professional. Kebanyakan pemain sepak bolausia muda,
selesai dari SSB mengalami kebingungan untuk bermain di klub mana. Klub-klub amatir dan klub-klub anggota PSMS Medan tidak banyak lagi yang aktif
melakukan kegiataan pembinaan dan pembibitan pemain.Sedangkan banyak dari SSB di Kota Medan yang tidak memiliki klub-klub amatir untuk keberlangsungan
pembinaan sepak bola.
Universitas Sumatera Utara
Atas dasar tersebut kita bisa melihat ketimpangan distribusi pemain sepak bola asal medan atau sumut yang membela tim nasional. Untuk tim nasional
kelompok usia, 12, 15, 17 dan 19 tahun Medan atau Sumut masih dapat mengirimkan perwakilannya. Sedangkan untuk level tim nasional U-23 tahun dan
tim nasional senior kita kemudian sulit menemukan lagi pemain-pemain asal kota Medan atau Sumut.
Tentunya hal ini dikarenakan ini dampak dari faktor pembinaan pemain usia remaja yang mulai menurun karena sedikitnya klub-klub amatir lokal yang
melakukan pembinaan pemain. Tidak hanya berdampak pada tiadanya utusan pemain untuk bermain di level senior. Tetapi ketiadaan pembinaan pada level
klub juga berdampak pada minimnya suplay pemain muda berkualitas untuk klub-klub lokal professional seperti PSMS Medan, Pro Duta, Kwarta, dan
Bintang Jaya. Hasilnya, klub-klub lokal professional mengalami penurunan prestasi. Tentunya faktor-faktor tadi sangat berpengaruh dalam hal pembinaan
pemain di luar dari faktor dualisme yang mendera tubuh PSSI baik pada level nasional dan atau lokal. Sedangkan pemerintah sendiri yang diwakili oleh
Dispora, Koni dan juga PSSI tidak dapat berbuat banyak. Selain dikarenakan faktor minimnya anggaran yang diperoleh oleh lembaga ini, tentunya juga
dipengaruhi oleh faktor lain di antaranya; a Ketiga lembaga tersebut – DISPORA, KONI, dan PSSI memiliki
tugas, fungsi dan wewenang tersendiri. Sehingga ketiga lembaga tersebut tidak bisa mencampuri ursan tiap-tipa lembaga dalam
melakukan pembinaan. Apalagi data hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa KONI Medan tidak-lah dapat melakukan
Universitas Sumatera Utara
pembinaan lanngsung kepada setiap SSB atau Sasana atau klub-klub yang ada. Tetapi KONI Medan melakukan pembinaan terhadap
lembaga atau badan yang menaungi bagian olahraga tersebut seperti PSSI untuk cabang olahraga sepak bola.
Pembinaan tersebut juga tersendat soal anggaran sehingga dalam setiap kegiatan pembinaan, KONI Medan hanya mampu memberikan
bantuan dana stimulus. Sedangkan DISPORA hanya menjadi lembaga yang menampung aspirasi KONI dan KNPI dalam hal kebutuhan
anggaran tahunan yang kemudian nantinya akan diajukan dan dibahas bersama BAPEDA sebelum diusulkan ke DPRD. Itu-pun tidak seluruh
anggaran dapat terpenuhi secara keseluruhan.Olehkarenanya, dalam usaha pembinaan olahraga khususnya sepak bola dibutuhkan bantuan-
bantuan dari sponsor dan atau dari donator. b Selain itu, KONI dan DISPORA Kota Medan tidaklah secara khusus
melakukan pembinaan pada cabang olahraga sepak bola. Namun kedua lembaga ini juga harus melakukan pembinaan olahraga terhadap
cabang lain. Sehingga pembinaan tidaklah focus pada sepak bola saja. Sedangkan PSSI sendiri hanya mampu menjadi penyelenggara
kompetisi sebagai upaya pembinaan dan pecarian bibit-bibit pemain sepak bola berkualitas. Olehkarenanya, pembinaan sepak bola lebih
bertumpu kepada SSB membuat SSB kemudian menjadi ujung tombak dari pembinaan sepak bola di Kota Medan.
B. Pengadaan Infrastruktur