BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker Payudara
2.1.1 Defenisi
Kanker payudara adalah proliferasi neoplastik pada sel-sel payudara Brashers, 2008. Artinya terjadi suatu pertumbuhan sel-sel yang sifatnya
abnormal yang disebut sel neoplastik. Hasil proliferasi sel-sel menjadi masa abnormal yang disebut tumor, yang dalam keadaan ganas disebut kanker.
2.1.2 Manifestasi klinis
Gejala yang paling sering terjadi pada pasien kanker payudara yaitu dijumpainya massa keras, ireguler, dan tidak nyeri tekan atau penebalan pada
payudara atau aksila. Rabas puting payudara unilateral, persisten, spontan yang mempunyai karakter serosanguinosa, mengandung darah, atau encer. Retraksi atau
inverse puting susu. Perubahan ukuran, bentuk atau tekstur payudara asimetris. Pengerutan atau pelekukan kulit disekitarnya. Kulit yang bersisik di sekeliling
puting susu Gejala penyebaran local ataupun regional dari kanker payudara antara lain
adanya kemerahan, ulserasi, edema, atau pelebaran vena. Perubahan kulit payudara seperti kulit jeruk peau d’orange. Didapati juga pembesaran kelenjar
getah bening aksila Otto, 2005. 2.1.3
Etiologi dan faktor resiko Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara. Diduga faktor
genetic, hormonal, dan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker
Universitas Sumatera Utara
ini. Bukti yang bermunculan menunjukkan kaitan perubahan genetik dengan kanker payudara. Namun penyebab dari perubahan genetic ini masih belum
diketahui. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium yaitu estrogen dan progesterone mempunyai peran penting pada kanker payudara. Bila kedua
hormone tersebut mengalami perubahan dalam lingkungan seluler, pertumbuhan sel-sel payudara juga akan terpengaruh.
Faktor risiko kanker payudara antara lain a.
Riwayat menderita kanker payudara. Risiko mengalami kanker payudara pada payudara sebelahnya meningkat hampir 1 setiap
tahun. b.
Hubungan keluarga langsung dari wanita dengan kanker payudara. Risikonya meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker sebelum
berusia 60 tahun; risiko meningkat 4 sampai 6 kali jika kanker payudara terjadi pada dua orang saudara langsung.
c. Menarche dini. Risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang
mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun. d.
Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai
risiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara dibanding dengan wanita yang mempunyai anak pertama mereka pada usia
sebelum 20 tahun. e.
Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara. Dalam
Universitas Sumatera Utara
perbandingan, wanita yang telah mengalami ooforektomi bilateral sebelum usia 35 tahun mempunyai risiko sepertiganya.
f. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor
payudara disertai perubahan epitel proliferative mempunyai risiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara; wanita dengan
hyperplasia tipikal mempunyai risiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini.
g. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan
sebelum usia 30 tahun beresiko hampir dua kali lipat. h.
Obesitas- risiko terendah diantara wanita pascamenopause. Bagaimanapun, wanita gemuk yang didiagnosa penyakit ini
mempunyai angka kematian lebih tinggi, yang paling sering berhubungan dengan diagnosis yang lambat.
i. Kontrasepsi oral. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral beresiko
tinggi untuk mengalami kanker payudara. Bagaimanapun risiko tinggi ini menurun dengan cepat setelah penghentian medikasi.
j. Terapi penggantian hormone. Terdapat laporan yang membingungkan
tentang risiko kanker payudara pada terapi penggantian hormone. Wanita yang berusia lebih tua menggunakan estrogen suplemen dan
menggunakannya untuk jangka panjang lebih dari 10-15 tahun dapat mengalami peningkatan risiko. Sementara penambahan progesteron
terhadap penggantian estrogen meningkatkan insidens kanker endometrium, hal ini tidak menurunkan risiko kanker payudara.
Universitas Sumatera Utara
k. Masukan alkohol. Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita
yang mengkonsumsi alkohol bahkan hanya dengan sekali minum dalam sehari. Di negara di mana minuman anggur dikonsumsi secara
teratur misalnya Prancis dan Italia, angkanya lebih tinggi. Beberapa temuan riset menunjukkan bahwa wanita muda yang minum alcohol
lebih rentan untuk mengalami kanker payudara pada tahun-tahun terakhirnya.
2.1.4 Pentahapan dan prognosis kanker payudara
Pentahapan klinik yang paling banyak digunakan untuk kanker payudara adalah system klasifikasi TNM yang mengevaluasi ukuran tumor, jumlah nodus
limfe yang terkena, dan metastasis yang jauh. Sistem klasifikasi ini dikutip dari American Joint Committee on Cancer, Manual for Staging of Cancer tahun1992
dalam Brunner Suddarth, 2001. Pentahapannya adalah sebagai berikut : T Tumor size, ukuran tumor :
a. T 0 : tidak ditemukan tumor primer b. T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
c. T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm d. T 3 : ukuran tumor diameter 5 cm
e. T 5 : ukuran tumor berapa saja, tapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau bengkak,
kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama.
N Node, kelenjar getah bening regional kgb :
Universitas Sumatera Utara
a. N 0: tidak terdapat metastis pada kgb regional di ketiak aksilla b. N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakan
c. N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakan d. N 3: ada metastasis ke kgb diatas tulang selangka supraclavicula atau
pada kgb di mammary interna di dekat tulang sternum. M Metastasis, penyebaran jauh :
a. M 0 : tidak terdapat metastasis jauh b. M 1 : terdapat metastasis jauh
Setelah masing-masing faktor T, N, M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabungkan dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :
1. Stadium 0 : T0 N0 M0
2. Stadium 1 : T1 N0 M0
3. Stadium II A : T0 N1 M0 T1 N1 M0 T2 N0 M0
4. Stadium II B : T2 N1 M0 T3 N1 M0
5. Stadium IIIA : T0 N2 M0 T1 N 2 M0 T2 N2 M0 T3 N1 M0 T3 N2 M0
6. Stadium IIIB : T4 Sembarang N M0 Sembarang T N3 M0
7. Stadium IV : Sembarang T Sembarang N M1
Secara umum, semakin kecil tumor, makin baik prognosisnya. Pada diagnosis, hampir 45 dari pasien membuktikan penyebaran regional atau
metastasis jauh. Kelangsungan hidup pasien tergantung pada penyebaran regional dari penyakit. Sebagai contoh, jika tumor masih tetap dalam payudara,90 angka
bertahan dapat sampai 5 tahun. Namun bila kanker telah menyebar sampai nodus regional, angka bertahan menurun sampai 60. Metastasis jauh dapat mencapai
Universitas Sumatera Utara
organ-organ lain. Tempat yang paling umum adalah tulang 71, paru-paru 69, hepar 65, pleura 51, adrenal 49, dan otak 20.
2.1.5 Klasifikasi kanker payudara
a. Karsinoma duktal in situ DCIS
Merupakan tipe non-invasif yang paling umum terjadi. DCIS sering kali terdeteksi pada mammogram sebagai microcalcification tumpukan kalsium dalam
jumlah kecil. Dengan deteksi dini, setara tingkat bertahan hidup penderita DCIS mencapai hampir 100, dengan catatan kanker tidak menyebar dari saluran susu
ke jaringan lemak payudara dan bagian lain dari tubuh. Terdekat beberapa tipe DCIS. Sebagai contoh, ductal comedocarsinoma, yang merujuk pada DCIS
dengan necrosis area dengan sel kanker yang mati atau mengalami degenerasi. Pengobatan yang paling umum adalah mastektomi dengan angka kesembuhan
98 atau 99. b.
Karsinoma in situ lobular LCIS Ditandai dengan adanya proliferasi sel-sel di dalam lobules payudara.
Biasanya merupakan temuan incidental dan jarang berhubungan dengan kanker invasive. Penyakit ini lebih sering pada wanita yang berusia lebih muda dan
dianggap pertanda keganasan untuk terjadinya kanker payudara. c.
Karsinoma duktal infiltratif Kanker ini merupakan tipe histologist yang paling umum, 75 dari semua
jenis kanker payudara. Kanker ini sangat jelas karena keras saat dipalpasi. Prognosisnya lebih buruk disbanding kanker lainnya.
d. Karsinoma lobular infiltratif.
Universitas Sumatera Utara
Kanker tipe ini jarang terjadi 5 sampai 10. Kanker ini biasanya bermetastasis ke tempat-tempat yang tidak lazim seperti permukaan meningeal
dan tempat lainnya. e.
Karsinoma medular Menempati 6 dari kanker payudara dan tumbuh dalam kapsul di dalam
duktus. Tipe tumor ini dapat menjadi besar tetapi meluas dengan lambat sehingga prognosisnya seringkali lebih baik.
f. Kanker musinus
Menempati sekitar 3 dari kanker payudara. Penghasil lender, juga tumbuh dengan lambat sehingga mempunyai prognosis yang lebih baik dari jenis kanker
lainnya. g.
Karsinoma inflamatori Adalah tipe kanker payudara yang jarang dan menimbulkan gejala yang
berbeda dari kanker payudara lainnya . Tumor setempat ini nyeri tekan dan sangat nyeri, payudara keras dan membesar. Kulit di atas tumor merah dan agak hitam.
Gejala ini mendorong pasien mencari bantuan medis. Dapat menyebar ke bagian tuguh lain.
h. Penyakit paget
Adalah tipe kanker payudara yang jarang terjadi. Gejala yang sering timbul antara lain rasa terbakar dan gatal pada payudara. Tumornya sendiri dapat duktal
atau invasif. Massa tumor sering tidak teraba di bawah puting tempat dimana penyakit ini muncul Brunner Suddarth, 2001.\
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Pengobatan kanker payudara
1. Pengobatan lokal kanker payudara
a. Mastektomi
Mastektomi adalah suatu istilah untuk eksisipengangkatan payudara. Terdiri dari mastektomi segmental, quadranteltomi, diseksi nodus aksilaris,
mastektomi radikal dimodifikasi dan mastektomi radikal. Mastektomi segmental lumpektomi adalah pengangkatan beragam jumlah
jaringan payudara termasuk jaringan malignan dan sebagian jaringan di dekitarnya, Nodus aksila di-diseksi. Quadranteltomi merupakan mastektomi
parsial dimana kuadran jaringan mungkin diangkat. Diseksi nodus aksilaris adalah pengangkatan sebagian nodus aksilari yang terbenam dalam lemak untuk
keperluan biopsi. Matektomi radikal dimodifikasi adalah pengangkatan semua jaringan payudara dan diseksi nodus aksilaris. Mastektomi radikal adalah
pengangkatan keseluruhan payudara serta otot-otot pektoralis mayor dan minor yang berhubungan dengan diseksi nodus aksilaris.
Pada pasien pasca operasi dapat mengalami efek fisik maupun psikologis. Infeksi maupun hematom di tempat insisi dapat terjadi. Selain itu trauma saraf
akibat sensasi phantom payudara dapat terjadi selama masa pemulihan dan selama beberapa tahun setelah mastektomi. Kerusakan mobilitas lengan dan bahu serta
kekakuan dinding dada dapat terjadi akibat terganggunya drainase limfatik dan venosa. Secara psikologis, kehilangan payudara mengakibatkan perubahan citra
tubuh dan konsep diri. Kekhawatiran psikososial utama termasuk ketidakpastian
Universitas Sumatera Utara
tentang masa depan, ketakutan akan kekambuhan dan dampak kanker serta pengobatannya pada keluarga dan pekerjaan.
b. Terapi radiasi
Terapi radiasi biasanya dilakukan setelah insisi massa tumor untuk mengurangi kecenderungan kambuh dan untuk menyingkirkan kanker residual.
Radiasi dengan menggunakan foton yang diberikan melalui akselerator linier, diberikan setiap hari selama lebih dari 45 minggu pada seluruh region payudara.
Umumnya efek radiasi akan dapat ditoleransi dengan baik. Efek sampingnya bersifat sementara dan biasanya bersifat sementara dan biasanya terdiri dari reaksi
kulit yang ringan dan sedang sampai keletihan. 2.
Pengobatan sistemik kanker payudara a.
Kemoterapi Kemoterapi adalah penggunaan preparatobat antineoplastik sebagai usaha
untuk membunuh sel-sel tumor dengan mengganggu fungsi dan reproduksi seluler. Tujuan kemoterapi adalah untuk pengobatan, pengontrolan dan paliatif.
Efek samping dari kemoterapi umumnya mual, muntah, perubahan rasa, alopesia rambut rontok, mukositis, dermatitis, keletihan, penambahan berat
badan, dan depresi sumsum tulang. Selain itu pada wanita premenstrual yang mendapat kemoterapi dapat mengalami amenore temporer atau permanen yang
mengarah pada sterilitas. Kemoterapi dapat memberikan efek negatif pada harga diri, citra tubuh, seksualitas dan kesejahteraan pasien disertai dengan stres tentang
diagnosis yang secara potensial mengancam jiwa dapat sangat membebani.
Universitas Sumatera Utara
b. Terapi hormonal
Keputusan tentang terapi hormonal untuk kanker payudara didasarkan pada indeks reseptor estrogen dan progesteron yang didasarkan pada ujung jaringan
tumor yang diambil selama biopsi baja. Jaringan payudara normal mengandung tempat untuk reseptor estrogen. Estrogen berperan dalam proliferasi sel-sel
payudara, karenanya tindakan mengurangi pembentukan hormon dapat membatasi kemajuan penyakit.
Terapi hormonal dapat mencakup pembedahan untuk mengangkat kelenjar endokrin yaitu ovarium, pituitari, atau kelenjar adrenal dengan tujuan untuk
menekan sekresi hormone. Terapi hormonal juga dilakukan melaui pemberian obat seperti Tamoxifen, Megace, dietilbestrol DES, fluksimesteron Halotestin
dan aminogluthethimind Cytadren. Medikasi ini dapat menimbulkan efek seperti perubahan vasomotor dan hipereklamsi Brunner Suddarth, 2001.
2.2 Citra tubuh
2.2.1 Defenisi
Citra tubuh adalah sebuah abstraksi gagasan yang sifatnya multidimensional yang dapat didefenisikan berdasarkan standar yang berbeda-
beda Dorian Garfinkel dalam Barcalow, 2006. Beberapa orang mendefenisikan citra tubuh sebagai kepuasan terhadap berat badan, penilaian
terhadap penampilan, perhatian terhadap tubuh, danatau penyimpangandistorsi tubuh Thompson dkk dalam Barcalow, 2006 . Kashubeck-West Saunders
Universitas Sumatera Utara
2001 menyebutkan citra tubuh berhubungan dengan persepsi individu terhadap ukuran, bentuk dan berat badan.
Stuart Laraia 2005 mengungkapkan bahwa citra tubuh merupakan komponen paling utama dalam konsep diri. Citra tubuh adalah persepsi atau
perasaan tentang ukuran, penampilan, fungsi atau potensi tubuh baik yang disadari maupun tidak disadari. Citra tubuh bersifat dinamis karena merupakan perubahan
yang terjadi secara konstan sebagai persepsi baru dan pengalaman dalam kehidupan Stuart Laraia, 2005
Citra tubuh adalah komponen vital dari konsep diri, mengacu pada konsep dan sikap subjektif individu terhadap tubuh mereka sendiri. Citra tubuh
merupakan fenomena kompleks yang muncul dan berubah selama proses pertumbuhan dan perkembangan Wong, 2002.
Dari hasil penelitian beberapa ahli, Barcalow 2006 menyimpulkan citra tubuh adalah kombinasi dari persepsi, perasaansikap, dan tingkah laku individu
terhadap bentuk dan ukuran tubuh. Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa citra tubuh adalah
kombinasi dari persepsi, perasaansikap, dan tingkah laku individu terhadap bentuk , ukuran, penampilan dan fungsi potensi tubuh.
2.2.2 Komponen citra tubuh
Price 1997 mengidentifikasi tiga komponen citra tubuh yaitu : realita tubuh, presentasi tubuh, dan bagaimana realita dan presentasi tubuh dibandingkan
dengan ideal tubuh. Realita tubuh atau kenyataan tubuh meliputi tinggi atau
Universitas Sumatera Utara
pendek, gemuk atau kurus, gelap atau terang. Realita bukan merupakan keadaan yang konstan, tetapi bergantung pada usia dan perubahan fisik. Realita tubuh
adalah sesuatu yang sifatnya dapat berubah oleh penyakit ataupun trauma. Realita tubuh tidak tergantung pada sikap kita terhadap tubuh, melainkan pada atribut
fisik pada tubuh. Presentasi penampilan, terkait dengan pakaian dan mode, kontrol fungsi, pergerakan, dan sikap tubuh. Ideal tubuh yaitu bagaimana tubuh
harus terlihat dan bersikap ditentukan secara budaya dan mencakup bentuk, ukuran, proporsi, bau, dan wangi. Ideal tubuh menggambarkan seperti apa tubuh
yang kita harapkan. Ideal tubuh didapatkan melalui identifikasi ideal tubuh orang lain yang mempengaruhi kita melalui interaksi dengan masyarakat Brooker,
2009. Komponen citra tubuh terdiri dari persepsi, attitudinal, dan behavioral.
Persepsi berhubungan dengan bagaimana seseorang menggambarkan ukuran dan bentuk tubuhnya yang berhubungan erat dengan persepsi seseorang pada dirinya
secara keseluruhan. Aspek attitudinal berhubungan dengan apa yang seseorang pikirkan dan rasakan tentang tubuhnya dan seberapa besar komitmen seseorang
untuk mencapai tubuh yang ideal. Secara umum seseorang yang puas dengan tubuhnya cenderung mempunyai harga diri yang lebih tinggi. Aspek behavioral
merupakan manifestasi perilaku yang berhubungan dengan citra tubuh, diantaranya menahan makan dan minum, mengkonsumsi obat pencahar, olahraga
yang berlebihan, dan diet bila citra tubuhnya negatif, bercermin, dan penghindaran terhadap situasi atau lingkungan tertentu Dorian Garfinkel dalam
Barcalow, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Citra tubuh tidak hanya bergantung pada respon individu terhadap tubuhnya sendiri, tetapi juga pada penampilan, sikap, dan respon orang lain. Sangat penting
bagi perawat untuk mengingat ini saat memberikan perawatan, karena respon pribadi mereka dapat berdampak besar terhadap cara klien mempersepsikan
dirinya sendiri Brooker, 2009. 2.2.3
Perubahan citra tubuh Citra tubuh bersifat dinamis karena merupakan perubahan yang terjadi
secara konstan sebagai persepsi baru dan pengalaman dalam kehidupan Stuart Laraia, 2005. Perubahan citra tubuh dapat muncul dari dua sumber yaitu sumber
terbuka terlihat seperti pada arthritis dan sumber tersembunyi tidak terobservasi seperti kolostomi. Respon personal terhadap perubahan citra tubuh muncul dari
interaksi berbagai faktor, yang mencakup : rasa bersalah atau rasa malu yang terkait, berarti untuk masa depan-kerja, kehidupan sosial, personal; dukungan
selama transisi;strategi koping personal;tahap proses berduka Brooker, 2009. Pasien dengan gangguan citra tubuh, secara subjektif akan menunjukkan
sikap-sikap berikut, rasa takut atau penolakan atau reaksi dari orang lain, berfokus pada kekuatan atau fungsi penampilan di masa lalu, perasaan negatif
tentang tubuh misalnya perasaan putus asa, tidak mampu atau tidak berdaya, menolak memverifikasi perubahan aktual namun mengungkapkan perubahan gaya
hidup. Dan secara objektif dapat dilihat adanya perubahan aktual pada struktur dan fungsi tubuh, perubahan pada keterlibatan sosial, menutupi atau terlalu
Universitas Sumatera Utara
memperlihatkan bagian tubuh, tidak mau melihat atau menyentuh bagian tubuh tertentu yang terkena perubahan struktur maupun fungsi Wilkinson, 2006.
2.2.4 Citra tubuh pasien kanker payudara
Beberapa penelitian menunjukkan terjadi masalah citra tubuh pada pasien kanker payudara. Penelitian terhadap 112 wanita yang mengalami kanker
payudara dan pengobatan kanker payudara di Turki menunjukkan 33 wanita merasa dirinya berbeda dari orang lain setelah pengobatan, 12 merasa orang lain
menyadari bahwa mereka sedang menjalani pengobatan dan membuat khawatir 25 dari mereka. Diagnosa dan pengobatan kanker payudara memiliki efek yang
besar terhadap citra tubuh Baxter dkk., 2006, berkaitan dengan kehilangan rambut, perubahan berat badan dan perubahan payudara itu sendiri Helms dkk.,
2008. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tasripiyah S. dkk. terhadap 40 orang pasien kanker payudara post mastektomi juga ditemukan terdapat 47
pasien yang memiliki citra tubuh negatif Tasripiyah dkk.,2009. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diagnosa maupun pengobatan kanker
payudara dapat menimbulkan perubahan citra tubuh pada pasien. 2.3
Koping 2.3.1
Defenisi Koping dapat dideskripsikan sebagai keberhasilan menghadapi atau
menangani masalah dan situasi Kozier et al, 2010. Menurut Stuart Sundeen 1998, koping merupakan upaya perilaku dan kognitif seseorang dalam
menghadapi ancaman fisik dan psikososial. Koping adalah pemecahan masalah
Universitas Sumatera Utara
yang dipergunakan untuk mengelola stres atau kejadian dimana manusia itu berada.
Lazarus dan Folkman - seperti yang dikutip oleh Michael Kellmann dalam bukunya- mendefenisikan koping sebagai usaha-usaha kognitif maupun perilaku
untuk mengelola tuntutan spesifik internal dan atau eksternal yang dinilai melebihi sumber dayaresources yang dimiliki individu . Koping merupakan suatu
bentuk perlawanan terhadap ancaman dengan cara mengubah persepsi terhadap stress dalam situasi tertentu Kellmann, 2002.
Koping dianggap sebagai strategi psikologis yang dikerahkan untuk menurunkan, mengubah pengaruh kejadian hidup yang memicu stress. Koping
adalah konsep teoritis terkait dengan fenomena yang beraneka segi tentang bagaimana manusia berfikir, merasakan dan bertindak dalam situasi spesifik yang
memicu stress, dan terutama dilihat sebagai proses yang bertujuan untuk mengurangi level stress yang diterima Kellman, 2002.
2.3.2 Strategi koping
Para ahli menggolongkan strategi koping dalam berbagai penggolongan. Yang pertama, koping digolongkan menjadi koping berfokus pada masalah
problem-solving focused coping dan koping yang berfokus pada emosi emotion-focused coping Lazarus Folkman, 1984. Yang kedua, koping
digolongkan menjadi reaksi yang berfokus pada tugas task oriented reaction dan reaksi yang berfokus pada ego ego oriented reaction Freud, dalam Kozier,
2010. Dan yang terakhir, koping digolongkan menjadi koping adaptif dan maladaptif Carver dkk., 1989.
Universitas Sumatera Utara
Problem-solving focused coping adalah strategi koping yang berfokus pada masalah dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk
menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress, sedangkan emotion- focused coping adalah strategi koping yang berfokus pada emosi dimana individu
melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang
penuh tekanan dan seringkali membuat individu merasa lebih nyaman. Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk
mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari Lazarus Folkman, 1984. Dalam 57 penelitian
keperawatan yang ditelaah, ditemukan lima cara penting yang digunakan dalam menghadapi masalah yaitu 1 mencoba merasa optimis mengenai masa depan, 2
menggunakan dukungan sosial, 3 menggunakan sumber spiritual, 4 mencoba tetap mengontrol situasi maupun perasaan, dan 5 mencoba menerima kenyataan
yang ada Jalowiec dalam Brunner Suddarth, 2002. Baik pasien maupun keluarga menggunakan kombinasi antara koping yang berfokus pada masalah
maupun koping yang berfokus pada emosi untuk menghadapi stresor yang berhubungan dengan penyakit.
Reaksi yang berfokus pada tugas task oriented reaction adalah reaksi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah, konflik dan memenuhi kebutuhan dasar.
Terdapat tiga macam reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu perilaku menyerang fight, perilaku menarik diri, dan kompromi.
Universitas Sumatera Utara
Perilaku menyerang fight adalah perilaku dimana individu menggunakan energinya dalam member perlawanan untuk mempertahankan integritas
pribadinya. Perilaku dapat konstruktif maupun destruktif. Tindakan yang konstruktif berupa upaya individu untuk menyelesaikan masalahnya secara asertif
yaitu dengan mengungkapkan dengan kata-kata terhadap rasa ketidaksenangannya. Sedangkan tindakan yang destruktif berupa tindakan agresif
menyerang terhadap sasaran objek dapat berupa benda atau orang atau bahkan terhadap dirinya sendiri. Sikap bermusuhan yang ditampilkan berupa rasa benci,
dendam dan rasa marah yang memanjang. Perilaku menarik diri adalah perilaku yang menunjukkan pengasingan diri
dari lingkungan dan orang lain yang secara sadar dilakukan individu untuk menghindari sunber stresor. Misalnya individu menampilkan diri seperti apatis,
pendiam munculnya perasaan tidak berminat yang menetap pada individu. Kompromi merupakan tindakan konstruktif yang dilakukan oleh individu
dengan cara bermusyawarah atau negosiasi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dan secara umum dapat mengurangi ketegangan Rasmun, 2004.
Reaksi yang selanjutnya yaitu reaksi yang berorientasi pada ego. Reaksi ini jika digunakan dalam waktu sesaat akan dapat mengurangi kecemasan, tetapi
penggunaannya dalam waktu yang lama mengakibatkan gangguan orientasi realita, memburuknya hubungan interpersonal dan menurunnya produktivitas
kerja. Sigmund Freud menyebutnya sebagai mekanisme pertahanan ego. Mekanisme pertahanan ego yang tak disadari dapat merupakan mekasisme adaptif
Universitas Sumatera Utara
psikologik yang artinya bahwa mekanisme tersebut berkembang saat seseorang berusaha mempertahankan diri, menciptakan gangguan terhadap impuls yang
betentangan, dan meredakan ketegangan di dalam diri. Mekanisme ini kemudian dapat dipertimbangkan sebagai prekusor mekanisme koping kognitif yang disadari
yang pada akhirnya dapat memecahkan masalah. Mekanisme pertahanan diri yang berorientasi pada ego antara lain kompensasi, penyangkalan, pemindahan
mengalihkan, identifikasi, intelektualisasi, introyeksi, minimisasi, proyeksi, rasionalisasi, formasi reaksi, regresi, represi, sublimasi, substitusi dan undoing.
Kompensasi artinya menutupi kelemahan dengan meningkatkan kemampuan di bidang lain. Mekanisme ini bertujuan untuk memfasilitasi
mengatasi kelemahan dan mencapai keberhasilan. Sebagai contoh mahasiswa yang memiliki prestasi belajar rendah akan memperkuat kemampuan di bidang
lain misalnya olahraga. Penyangkalan adalah usaha untuk melindungi atau mengabaikan realitas
yang terjadi pada dirinya dengan menolak mengakuinya.Hal ini bertujuan memberi waktu untuk mengisolasi individu dari dampak penuh situasi traumatis.
Misalnya seorang pasien yang divonis menderita kanker mengatakan bahwa di dalam tubuhnya tidak terjadi apa-apa.
Pemindahan mengalihkan artinya memindahkan atau menghentikan reaksi emosi dari satu objek atau seseorang ke objek atau orang lain yang dianggap
kurang menimbulkan bahaya. Mekanisme ini bertujuan memfasilitasi pengaungkapan perasaan melalui atau kepada objek yang tidak terlalu berbahaya.
Universitas Sumatera Utara
Contohnya seorang suami yang sangat marah terhadap isterinya memukul pintu dan bukan isterinya.
Identifikasi adalah usaha untuk mengelola ansietas dengan meniru perilaku seseorang yang ditahuti atau dihormati. Hal ini memfasilitasi individu
menghindari devaluasi diri. Intelektualisasi : alasan atau logika berlebihan untuk menekan perasaan
yang tidak menyenangkan terhadap suatu kejadian. Tujuannya adalah melindungi individu dari peristiwa traumatis.
Introyeksi merupakan satu bentuk identifikasi yang memungkinkan penerimaan norma dan nilai orang lain ke dalam dirinya sendiri, meskipun
bertentangan dengan asumsinya sebelumnya. Tujuannya membantu individu menghindari batasan atau hukuman sosial.
Minimisasi artinya seseorang tidak mengakui makna perilakunya. Tujuannya adalah memungkinkan individu menurunkan tanggung jawab atas
perilakunya sendiri. Proyeksi artinya menempatkan kesalahan pada orang lain atau pada
lingkungan untuk keinginan, pikiran, kelemahan, dan kesalahan yang tidak dapat diterima. Tujuannya untuk melindungi citra diri.
Rasionalisasi berarti memberikan alasan tertentu dengan logika yang salah tetapi dapat diterima secara sosial untuk membenarkan perilakunya. Tujuannya
Universitas Sumatera Utara
membantu individu menghadapi ketidakmampuan mencapai tujuan atau standar tertentu.
Formasi reaksi adalah mekanisme yang menyebabkan individu melakukan tindakan yang sebenarnya bertentangan dengan apa yang mereka rasakan.
Tujuannya membantu menguatkan represi dengan mengizinkan pengungkapan perasaan melalui perilaku yang lebih dapat diterima.
Regresi artinya menghindari stress dengan menunjukkan perilaku yang kembali ke tingkat perkembangan sebelumnya yang lebih nyaman dan menuntut
lebih sedikit tanggung jawab. Contoh seorang pasien yang sakit kritis mengijinkan perawat menyuapi dan memandikannya.
Represi artinya menekan perasaan atau pengalaman yang tidak diinginkan atau menyakitkan dan membuarkannya agar tidak sisadari atau tidak masuk ke
alam sadar. Tujuannya melindungi individu dari pengalaman traumatis sampai ia memiliki sumber untuk menghadapinya.
Sublimasi adalah pemindahan energi terkait dorongan seksual agresif atau primitif ke dalam aktivitas yang lebih dapat diterima. Tujuanya melindungi
individu agar tidak berperilaku dengan cara yang impulsif dan tidak rasional. Substitusi yaitu penggantian objek yang sangat bernilai, tidak dapat
diterima, dan tidak tersedia dengan objek yang kurang bernilai, dapat diterima dan tersedia. Tujuannya membantu individu mencapai tujuan dan meminimalkan
frustasi dan kekecewaan.
Universitas Sumatera Utara
Undoing adalah tindakan atau kata-kata yang digunakan untuk membatalkan beberapa pikiran , impuls atau tindakan yang tidak disetujui yang membuat rasa
bersalah seseorang berkurang dengan melakukan perbaikan.Tujuannya memfasilitasi individu mengurangi rasa bersalah dan menebus kesalahan
Fontaine Fletcher dalam Kozier dkk., 2010. Mekanisme koping juga dapat di golongkan menjadi 2 dua yaitu :
mekanisme koping adaptif dan mekanisme koping maladaptif. Tan dkk 2011 menyatakan koping adaptif berarti menangani atau mengatasi stresor secara
efektif atau positif, sedangkan koping maladaptif berarti mengatasi stresor secara negative atau tidak efektif. Mekanisme koping adaptif merupakan mekanisme
yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara
efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif kecemasan yang dianggap sebagai sinyal peringatan dan individu menerima peringatan dan
individu menerima kecemasan itu sebagai tantangan untuk di selesaikan. Sedangkan mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme yang menghambat
fungsi integrasi, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan tidak makan, bekerja berlebihan,
menghindar dan aktivitas destruktif mencegah suatu konflik dengan melakukan pengelakan terhadap solusi Carver,dalam Rubbyana 2012.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi koping
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi koping seseorang meliputi karakter internal sumber-sumber pribadi dan sumber-sumber eksternal. Karakter
internal diantaranya kesehatan dan energi, sistem kepercayaan seseorang termasuk kepercayaan eksistensial iman, kepercayaan agama, komitmen atau tujuan
hidup property motivasional, dan perasaan senang seperti harga diri, kontrol dan kemahiran pengetahuan, keterampilan pemecahan masalah, dan keterampilan
sosial yaitu kemampuan berinteraksi dengan orang lain, gaya hidup yang mendukung kesehatan, dan ketangguhan indvidu Ruiz Bueno dalam Brunner
Suddarth, 2002 . Faktorsumber –sumber eksternal terdiri dari dukungan sosial sebagai
sumber utama dan sumber material. Dukungan sosial didefenisikan sebagai rasa memiliki informasi terhadap seseorang atau lebih. Pengaruh dukungan sosial
terhadap penyelesaian masalah telah diteliti secara ekstensif dan terbukti efektif. Dukungan sosial terbagi atas tiga kategori informasi. Kategori informasi pertama
disebut juga dukungan emosional merupakan dukungan yang sering muncul dalam hubungan antara dua orang dan membuat seseorang percaya bahwa dirinya
diperhatikan atau dicintai. Kategori informasi kedua disebut dukungan harga diri merupakan dukungan yang dapat membuat seseorang merasa bahwa dirinya
dianggap atau dihargai. Kategori informasi ketiga membuat seseorang merasa dirinya merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan saling ketergantungan,
artinya bahwa individu sebagai anggota dalam jaringan telah mendapatkan informasi dan menyadari bahwa pelayanan selalu tersedia baginya sesuai
Universitas Sumatera Utara
permintaan, contohnya seseorang dapat memanggil teman dekat dalam keadaan darurat. Dukungan sosial berawal dari in utero dan berkembang dalam keluarga,
teman dan komunitas. Berbagai teori sosiologis dan keluarga yang menguatkan adanya peningkatan stress dan penyakit apabila terjadi guncangan struktur
penyakit. Dukungan sosial yang dapat memfasilitasi koping benar-benar bisa dirasakan bila ada keterlibatan dan perhatian yang mendalam Brunner
Suddarth, 2002 . Sumber eksternal yang berikutnya yaitu sumber material. Sumber material
adalah sumber dukungan eksternal lain dan meliputi barang dan jasa yang dapat dibeli. Individu yang memiliki sumber finansial yang memadai akan lebih mudah
mengatasi keterbatasan karena perasaan ketidakberdayaan terhadap ancaman menjadi berkurang Cobb dalam Brunner Suddarth, 2002
2.3.4 Koping pasien kanker payudara
Wanita yang didiagnosa kanker payudara mengalami perubahan yang drastis dalam kehidupan mereka dan dapat menimbulkan berbagai gejala psikologis
seperti gangguan kecemasan umum, depresi, kesulitan berkonsentrasi, keletihan, pemikiran negatif, ide bunuh diri, ketidakpastian terhadap pengobatan dan
ketakutan terhadap kekambuhan dan kematian Al-Azri dkk, 2009. Wanita yang menghadapi penyakitnya menggunakan strategi koping yang
berbeda-beda. Hal ini berhubungan dengan beberapa faktor seperti karakteristik demografi pekerjaan, status pernikahan, tingkat pendidikan, pemikiran positif,
dan dukungan sosial.
Universitas Sumatera Utara
Pada wanita pekerja, kemampuan menggunakan metode koping yang positif meningkat dan kesejahteraanya meningkat. Juga ditemukan bahwa wanita
berpendidikan lebih baik dalam menggunakan strategi koping yang adaptif dan wanita dengan tingkat pendidikan yang rendah, melajang, bercerai ataupun janda
lebih banyak menggunakan koping denial pengingkaran. Pada wanita berpendidikan, penggunaan koping yang berfokus pada emosi meningkat dan
tingkat stress berkurang. Wanita yang menggunakan koping berfokus pada pemecahan masalah
secara aktif atau yang tampak optimis dapat lebih baik dalam menghadapi penyakit. Penggunaan jenis koping menyalahkan diri sendiri berhubungan dengan
distress psikologis dan strategi koping yang tidak efektif yang berakibat pada kesejahteraankesehatan yang rendah. Wanita yang secara aktif menerima
penyakit pada waktu didiagnosis cenderung memiliki penyesuaian yang lebih positif, sementara koping yang sifatnya menghindari kenyataan penyakit
cenderung dihubungkan dengan ketakutan yang lebih besar akan kekambuhan penyakit.
Ungkapan emosional setelah diagnosa kanker payudara berhubungan dengan angka kelangsungan hidup pasien. Pasien yang menyatakan tingkat
ungkapan emosional dan dukungan sosialnya rendah memiliki kelangsungan hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang lebih tinggi ungkapan
dan dukungan emosionalnya.
Universitas Sumatera Utara
Menggunakan keyakinan dan praktek keagamaan dilaporkan merupakan respon koping yang paling sering digunakan oleh wanita yang menderita kanker
payudara. Telah terbukti bahwa pasien yang percaya kepada Tuhan mengenai penyakitnya menjadi orang percaya yang lebih tangguh dan ketakutan akan
kematian berkurang. Wanita yang menganggap kanker sebagai hukuman dari Tuhan dan ia berdoa meminta pengampunan merasakan stress yang lebih besar
dibandingkan dengan wanita yang berdoa meminta kekuatan, dukungan dan tuntunan. Acklin dkk. menemukan bahwa kehadiran yang lebih sering ke gereja
berhubungan dengan penurunan perasaan marah, permusuhan, dan isolasi sosial. Sebuah studi menunjukkan bahwa wanita Muslim di Iran yang baru didiagnosa
kanker payudara menggunakan strategi yang hampir sama dalam menghadapi kanker yaitu menerima penyakit sebagai kehendak Tuhan. Di Chile, wanita
menggunakan agama dan spiritualitas sebagai sumber utama dalam menghadapi kanker payudara yang dinyatakan dengan berdoa dan merasakan kebergantungan
kepada Tuhan yang memandu mereka melewati penyakitnya Al-Azri dkk, 2009. 2.3.5
Hubungan citra tubuh dan koping pasien kanker payudara
Model adaptasi Roy menunjukkan bahwa konsep diri memiliki hubungan dengan respon koping individu dimana terjadi pertukaran antara sistem adaptif
individu dengan berbagai stimulus dari lingkungan maupun dari individu tersebut. Stimulus diproses melalui dua mekanisme kontrol yaitu subsistem
regulator dan kognator serta empat model adaptasi yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan interdependen. Mekanisme kontrol subsistem regulator
berspon secara otomatis melalui system saraf, kimiawi dan endokrin tubuh dimana
Universitas Sumatera Utara
stimulus dari dalam maupun luar tubuh melalui indera menjadi input bagi sistem di tubuh. Kognator menerima input dari stimulus internal maupun eksternal yang
melibatkan respon psikologis terkait proses persepsi, belajar, pertimbangan, dan emosi Kozier dkk, 2010 . Menurut Roy, adaptif maupun maladaptif merupakan
respon individu terhadap berbagai stresor yang ada dan ditentukan oleh keempat model yang dipaparkan oleh Roy yaitu konsep diri, fungsi fisiologis, fungsi peran,
dan interdependen. Citra tubuh merupakan komponen dari konsep diri yang merupakan model dalam mempertahankan adaptasi. Dari model adaptasi ini dapat
dilihat kaitan antara citra tubuh dengan koping. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tasripiyah dkk. 2010 juga ditemukan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara koping dengan citra tubuh pada pasien post mastektomi di Rumah Sakit RSHS Bandung.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL