terlarang dan sikap lainnya. Tasripiyah dkk 2012 dalam penelitiannya menemukan adanya hubungan antara koping dengan citra tubuh pasien post
mastektomi. Dari ulasan di atas dapat dilihat adanya kaitan antara citra tubuh dengan koping pasien kanker payudara, yang menurut Roy termasuk dalam bagian
konsep diri seseorang . Citra tubuh menentukan koping yang digunakan individu. Koping yang
digunakan pasien berkaitan erat pengambilan keputusan pasien terhadap pengobatan Cash Pruzinsky, 2002 . Berdasarkan fenomena di atas peneliti
tertarik untuk menyatakannya melalui sebuah pendekatan yang ilmiah untuk membuktikan apakah terdapat hubungan antara citra tubuh dengan koping pasien
kanker payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
1.2 Pertanyaan Penelitian
a. Bagaimanakah gambaran citra tubuh pasien kanker payudara di Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. b.
Bagaimana gambaran koping pasien kanker payudara Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
c. Bagaimana hubungan citra tubuh dengan koping pasien kanker payudara
di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan citra tubuh dengan koping pasien kanker payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.3.2 Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui gambaran citra tubuh pasien kanker payudara di Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. b.
Untuk mengetahui gambaran koping pasien kanker payudara Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
c. Untuk mengetahui hubungan citra tubuh dengan koping pasien kanker
payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
1.4 Manfaat penelitian
a.
Bagi pendidikan keperawatan
Menambah wawasan dalam bidang ilmu keperawatan mengenai aspek psikologis individu, khususnya citra tubuh dan koping pada pasien kanker
payudara. b.
Bagi Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber data dan acuan bagi
penelitian yang ingin melakukan penelitian selanjutnya mengenai hal-hal yang dapat meningkatkan citra tubuh dan koping pasien kanker payudara.
c. Bagi praktik keperawatan
Dengan memahami hubungan citra tubuh terhadap koping individu, diharapkan perawat mempersiapkan aspek psikologis pasien dalam
Universitas Sumatera Utara
menghadapi perubahan bentuk atau fungsi tubuh yang mungkin terjadi akibat penyakit maupun terapi. Perawat juga diharapkan memfasilitasi
pasien ketika menghadapi perubahan akibat penyakit dan pengobatan dengan cara yang tepat .
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker Payudara
2.1.1 Defenisi
Kanker payudara adalah proliferasi neoplastik pada sel-sel payudara Brashers, 2008. Artinya terjadi suatu pertumbuhan sel-sel yang sifatnya
abnormal yang disebut sel neoplastik. Hasil proliferasi sel-sel menjadi masa abnormal yang disebut tumor, yang dalam keadaan ganas disebut kanker.
2.1.2 Manifestasi klinis
Gejala yang paling sering terjadi pada pasien kanker payudara yaitu dijumpainya massa keras, ireguler, dan tidak nyeri tekan atau penebalan pada
payudara atau aksila. Rabas puting payudara unilateral, persisten, spontan yang mempunyai karakter serosanguinosa, mengandung darah, atau encer. Retraksi atau
inverse puting susu. Perubahan ukuran, bentuk atau tekstur payudara asimetris. Pengerutan atau pelekukan kulit disekitarnya. Kulit yang bersisik di sekeliling
puting susu Gejala penyebaran local ataupun regional dari kanker payudara antara lain
adanya kemerahan, ulserasi, edema, atau pelebaran vena. Perubahan kulit payudara seperti kulit jeruk peau d’orange. Didapati juga pembesaran kelenjar
getah bening aksila Otto, 2005. 2.1.3
Etiologi dan faktor resiko Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara. Diduga faktor
genetic, hormonal, dan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker
Universitas Sumatera Utara
ini. Bukti yang bermunculan menunjukkan kaitan perubahan genetik dengan kanker payudara. Namun penyebab dari perubahan genetic ini masih belum
diketahui. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium yaitu estrogen dan progesterone mempunyai peran penting pada kanker payudara. Bila kedua
hormone tersebut mengalami perubahan dalam lingkungan seluler, pertumbuhan sel-sel payudara juga akan terpengaruh.
Faktor risiko kanker payudara antara lain a.
Riwayat menderita kanker payudara. Risiko mengalami kanker payudara pada payudara sebelahnya meningkat hampir 1 setiap
tahun. b.
Hubungan keluarga langsung dari wanita dengan kanker payudara. Risikonya meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker sebelum
berusia 60 tahun; risiko meningkat 4 sampai 6 kali jika kanker payudara terjadi pada dua orang saudara langsung.
c. Menarche dini. Risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang
mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun. d.
Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai
risiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara dibanding dengan wanita yang mempunyai anak pertama mereka pada usia
sebelum 20 tahun. e.
Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara. Dalam
Universitas Sumatera Utara
perbandingan, wanita yang telah mengalami ooforektomi bilateral sebelum usia 35 tahun mempunyai risiko sepertiganya.
f. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor
payudara disertai perubahan epitel proliferative mempunyai risiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara; wanita dengan
hyperplasia tipikal mempunyai risiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini.
g. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan
sebelum usia 30 tahun beresiko hampir dua kali lipat. h.
Obesitas- risiko terendah diantara wanita pascamenopause. Bagaimanapun, wanita gemuk yang didiagnosa penyakit ini
mempunyai angka kematian lebih tinggi, yang paling sering berhubungan dengan diagnosis yang lambat.
i. Kontrasepsi oral. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral beresiko
tinggi untuk mengalami kanker payudara. Bagaimanapun risiko tinggi ini menurun dengan cepat setelah penghentian medikasi.
j. Terapi penggantian hormone. Terdapat laporan yang membingungkan
tentang risiko kanker payudara pada terapi penggantian hormone. Wanita yang berusia lebih tua menggunakan estrogen suplemen dan
menggunakannya untuk jangka panjang lebih dari 10-15 tahun dapat mengalami peningkatan risiko. Sementara penambahan progesteron
terhadap penggantian estrogen meningkatkan insidens kanker endometrium, hal ini tidak menurunkan risiko kanker payudara.
Universitas Sumatera Utara
k. Masukan alkohol. Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita
yang mengkonsumsi alkohol bahkan hanya dengan sekali minum dalam sehari. Di negara di mana minuman anggur dikonsumsi secara
teratur misalnya Prancis dan Italia, angkanya lebih tinggi. Beberapa temuan riset menunjukkan bahwa wanita muda yang minum alcohol
lebih rentan untuk mengalami kanker payudara pada tahun-tahun terakhirnya.
2.1.4 Pentahapan dan prognosis kanker payudara
Pentahapan klinik yang paling banyak digunakan untuk kanker payudara adalah system klasifikasi TNM yang mengevaluasi ukuran tumor, jumlah nodus
limfe yang terkena, dan metastasis yang jauh. Sistem klasifikasi ini dikutip dari American Joint Committee on Cancer, Manual for Staging of Cancer tahun1992
dalam Brunner Suddarth, 2001. Pentahapannya adalah sebagai berikut : T Tumor size, ukuran tumor :
a. T 0 : tidak ditemukan tumor primer b. T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
c. T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm d. T 3 : ukuran tumor diameter 5 cm
e. T 5 : ukuran tumor berapa saja, tapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau bengkak,
kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama.
N Node, kelenjar getah bening regional kgb :
Universitas Sumatera Utara
a. N 0: tidak terdapat metastis pada kgb regional di ketiak aksilla b. N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakan
c. N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakan d. N 3: ada metastasis ke kgb diatas tulang selangka supraclavicula atau
pada kgb di mammary interna di dekat tulang sternum. M Metastasis, penyebaran jauh :
a. M 0 : tidak terdapat metastasis jauh b. M 1 : terdapat metastasis jauh
Setelah masing-masing faktor T, N, M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabungkan dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :
1. Stadium 0 : T0 N0 M0
2. Stadium 1 : T1 N0 M0
3. Stadium II A : T0 N1 M0 T1 N1 M0 T2 N0 M0
4. Stadium II B : T2 N1 M0 T3 N1 M0
5. Stadium IIIA : T0 N2 M0 T1 N 2 M0 T2 N2 M0 T3 N1 M0 T3 N2 M0
6. Stadium IIIB : T4 Sembarang N M0 Sembarang T N3 M0
7. Stadium IV : Sembarang T Sembarang N M1
Secara umum, semakin kecil tumor, makin baik prognosisnya. Pada diagnosis, hampir 45 dari pasien membuktikan penyebaran regional atau
metastasis jauh. Kelangsungan hidup pasien tergantung pada penyebaran regional dari penyakit. Sebagai contoh, jika tumor masih tetap dalam payudara,90 angka
bertahan dapat sampai 5 tahun. Namun bila kanker telah menyebar sampai nodus regional, angka bertahan menurun sampai 60. Metastasis jauh dapat mencapai
Universitas Sumatera Utara
organ-organ lain. Tempat yang paling umum adalah tulang 71, paru-paru 69, hepar 65, pleura 51, adrenal 49, dan otak 20.
2.1.5 Klasifikasi kanker payudara
a. Karsinoma duktal in situ DCIS
Merupakan tipe non-invasif yang paling umum terjadi. DCIS sering kali terdeteksi pada mammogram sebagai microcalcification tumpukan kalsium dalam
jumlah kecil. Dengan deteksi dini, setara tingkat bertahan hidup penderita DCIS mencapai hampir 100, dengan catatan kanker tidak menyebar dari saluran susu
ke jaringan lemak payudara dan bagian lain dari tubuh. Terdekat beberapa tipe DCIS. Sebagai contoh, ductal comedocarsinoma, yang merujuk pada DCIS
dengan necrosis area dengan sel kanker yang mati atau mengalami degenerasi. Pengobatan yang paling umum adalah mastektomi dengan angka kesembuhan
98 atau 99. b.
Karsinoma in situ lobular LCIS Ditandai dengan adanya proliferasi sel-sel di dalam lobules payudara.
Biasanya merupakan temuan incidental dan jarang berhubungan dengan kanker invasive. Penyakit ini lebih sering pada wanita yang berusia lebih muda dan
dianggap pertanda keganasan untuk terjadinya kanker payudara. c.
Karsinoma duktal infiltratif Kanker ini merupakan tipe histologist yang paling umum, 75 dari semua
jenis kanker payudara. Kanker ini sangat jelas karena keras saat dipalpasi. Prognosisnya lebih buruk disbanding kanker lainnya.
d. Karsinoma lobular infiltratif.
Universitas Sumatera Utara
Kanker tipe ini jarang terjadi 5 sampai 10. Kanker ini biasanya bermetastasis ke tempat-tempat yang tidak lazim seperti permukaan meningeal
dan tempat lainnya. e.
Karsinoma medular Menempati 6 dari kanker payudara dan tumbuh dalam kapsul di dalam
duktus. Tipe tumor ini dapat menjadi besar tetapi meluas dengan lambat sehingga prognosisnya seringkali lebih baik.
f. Kanker musinus
Menempati sekitar 3 dari kanker payudara. Penghasil lender, juga tumbuh dengan lambat sehingga mempunyai prognosis yang lebih baik dari jenis kanker
lainnya. g.
Karsinoma inflamatori Adalah tipe kanker payudara yang jarang dan menimbulkan gejala yang
berbeda dari kanker payudara lainnya . Tumor setempat ini nyeri tekan dan sangat nyeri, payudara keras dan membesar. Kulit di atas tumor merah dan agak hitam.
Gejala ini mendorong pasien mencari bantuan medis. Dapat menyebar ke bagian tuguh lain.
h. Penyakit paget
Adalah tipe kanker payudara yang jarang terjadi. Gejala yang sering timbul antara lain rasa terbakar dan gatal pada payudara. Tumornya sendiri dapat duktal
atau invasif. Massa tumor sering tidak teraba di bawah puting tempat dimana penyakit ini muncul Brunner Suddarth, 2001.\
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Pengobatan kanker payudara
1. Pengobatan lokal kanker payudara
a. Mastektomi
Mastektomi adalah suatu istilah untuk eksisipengangkatan payudara. Terdiri dari mastektomi segmental, quadranteltomi, diseksi nodus aksilaris,
mastektomi radikal dimodifikasi dan mastektomi radikal. Mastektomi segmental lumpektomi adalah pengangkatan beragam jumlah
jaringan payudara termasuk jaringan malignan dan sebagian jaringan di dekitarnya, Nodus aksila di-diseksi. Quadranteltomi merupakan mastektomi
parsial dimana kuadran jaringan mungkin diangkat. Diseksi nodus aksilaris adalah pengangkatan sebagian nodus aksilari yang terbenam dalam lemak untuk
keperluan biopsi. Matektomi radikal dimodifikasi adalah pengangkatan semua jaringan payudara dan diseksi nodus aksilaris. Mastektomi radikal adalah
pengangkatan keseluruhan payudara serta otot-otot pektoralis mayor dan minor yang berhubungan dengan diseksi nodus aksilaris.
Pada pasien pasca operasi dapat mengalami efek fisik maupun psikologis. Infeksi maupun hematom di tempat insisi dapat terjadi. Selain itu trauma saraf
akibat sensasi phantom payudara dapat terjadi selama masa pemulihan dan selama beberapa tahun setelah mastektomi. Kerusakan mobilitas lengan dan bahu serta
kekakuan dinding dada dapat terjadi akibat terganggunya drainase limfatik dan venosa. Secara psikologis, kehilangan payudara mengakibatkan perubahan citra
tubuh dan konsep diri. Kekhawatiran psikososial utama termasuk ketidakpastian
Universitas Sumatera Utara
tentang masa depan, ketakutan akan kekambuhan dan dampak kanker serta pengobatannya pada keluarga dan pekerjaan.
b. Terapi radiasi
Terapi radiasi biasanya dilakukan setelah insisi massa tumor untuk mengurangi kecenderungan kambuh dan untuk menyingkirkan kanker residual.
Radiasi dengan menggunakan foton yang diberikan melalui akselerator linier, diberikan setiap hari selama lebih dari 45 minggu pada seluruh region payudara.
Umumnya efek radiasi akan dapat ditoleransi dengan baik. Efek sampingnya bersifat sementara dan biasanya bersifat sementara dan biasanya terdiri dari reaksi
kulit yang ringan dan sedang sampai keletihan. 2.
Pengobatan sistemik kanker payudara a.
Kemoterapi Kemoterapi adalah penggunaan preparatobat antineoplastik sebagai usaha
untuk membunuh sel-sel tumor dengan mengganggu fungsi dan reproduksi seluler. Tujuan kemoterapi adalah untuk pengobatan, pengontrolan dan paliatif.
Efek samping dari kemoterapi umumnya mual, muntah, perubahan rasa, alopesia rambut rontok, mukositis, dermatitis, keletihan, penambahan berat
badan, dan depresi sumsum tulang. Selain itu pada wanita premenstrual yang mendapat kemoterapi dapat mengalami amenore temporer atau permanen yang
mengarah pada sterilitas. Kemoterapi dapat memberikan efek negatif pada harga diri, citra tubuh, seksualitas dan kesejahteraan pasien disertai dengan stres tentang
diagnosis yang secara potensial mengancam jiwa dapat sangat membebani.
Universitas Sumatera Utara
b. Terapi hormonal
Keputusan tentang terapi hormonal untuk kanker payudara didasarkan pada indeks reseptor estrogen dan progesteron yang didasarkan pada ujung jaringan
tumor yang diambil selama biopsi baja. Jaringan payudara normal mengandung tempat untuk reseptor estrogen. Estrogen berperan dalam proliferasi sel-sel
payudara, karenanya tindakan mengurangi pembentukan hormon dapat membatasi kemajuan penyakit.
Terapi hormonal dapat mencakup pembedahan untuk mengangkat kelenjar endokrin yaitu ovarium, pituitari, atau kelenjar adrenal dengan tujuan untuk
menekan sekresi hormone. Terapi hormonal juga dilakukan melaui pemberian obat seperti Tamoxifen, Megace, dietilbestrol DES, fluksimesteron Halotestin
dan aminogluthethimind Cytadren. Medikasi ini dapat menimbulkan efek seperti perubahan vasomotor dan hipereklamsi Brunner Suddarth, 2001.
2.2 Citra tubuh
2.2.1 Defenisi
Citra tubuh adalah sebuah abstraksi gagasan yang sifatnya multidimensional yang dapat didefenisikan berdasarkan standar yang berbeda-
beda Dorian Garfinkel dalam Barcalow, 2006. Beberapa orang mendefenisikan citra tubuh sebagai kepuasan terhadap berat badan, penilaian
terhadap penampilan, perhatian terhadap tubuh, danatau penyimpangandistorsi tubuh Thompson dkk dalam Barcalow, 2006 . Kashubeck-West Saunders
Universitas Sumatera Utara
2001 menyebutkan citra tubuh berhubungan dengan persepsi individu terhadap ukuran, bentuk dan berat badan.
Stuart Laraia 2005 mengungkapkan bahwa citra tubuh merupakan komponen paling utama dalam konsep diri. Citra tubuh adalah persepsi atau
perasaan tentang ukuran, penampilan, fungsi atau potensi tubuh baik yang disadari maupun tidak disadari. Citra tubuh bersifat dinamis karena merupakan perubahan
yang terjadi secara konstan sebagai persepsi baru dan pengalaman dalam kehidupan Stuart Laraia, 2005
Citra tubuh adalah komponen vital dari konsep diri, mengacu pada konsep dan sikap subjektif individu terhadap tubuh mereka sendiri. Citra tubuh
merupakan fenomena kompleks yang muncul dan berubah selama proses pertumbuhan dan perkembangan Wong, 2002.
Dari hasil penelitian beberapa ahli, Barcalow 2006 menyimpulkan citra tubuh adalah kombinasi dari persepsi, perasaansikap, dan tingkah laku individu
terhadap bentuk dan ukuran tubuh. Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa citra tubuh adalah
kombinasi dari persepsi, perasaansikap, dan tingkah laku individu terhadap bentuk , ukuran, penampilan dan fungsi potensi tubuh.
2.2.2 Komponen citra tubuh
Price 1997 mengidentifikasi tiga komponen citra tubuh yaitu : realita tubuh, presentasi tubuh, dan bagaimana realita dan presentasi tubuh dibandingkan
dengan ideal tubuh. Realita tubuh atau kenyataan tubuh meliputi tinggi atau
Universitas Sumatera Utara
pendek, gemuk atau kurus, gelap atau terang. Realita bukan merupakan keadaan yang konstan, tetapi bergantung pada usia dan perubahan fisik. Realita tubuh
adalah sesuatu yang sifatnya dapat berubah oleh penyakit ataupun trauma. Realita tubuh tidak tergantung pada sikap kita terhadap tubuh, melainkan pada atribut
fisik pada tubuh. Presentasi penampilan, terkait dengan pakaian dan mode, kontrol fungsi, pergerakan, dan sikap tubuh. Ideal tubuh yaitu bagaimana tubuh
harus terlihat dan bersikap ditentukan secara budaya dan mencakup bentuk, ukuran, proporsi, bau, dan wangi. Ideal tubuh menggambarkan seperti apa tubuh
yang kita harapkan. Ideal tubuh didapatkan melalui identifikasi ideal tubuh orang lain yang mempengaruhi kita melalui interaksi dengan masyarakat Brooker,
2009. Komponen citra tubuh terdiri dari persepsi, attitudinal, dan behavioral.
Persepsi berhubungan dengan bagaimana seseorang menggambarkan ukuran dan bentuk tubuhnya yang berhubungan erat dengan persepsi seseorang pada dirinya
secara keseluruhan. Aspek attitudinal berhubungan dengan apa yang seseorang pikirkan dan rasakan tentang tubuhnya dan seberapa besar komitmen seseorang
untuk mencapai tubuh yang ideal. Secara umum seseorang yang puas dengan tubuhnya cenderung mempunyai harga diri yang lebih tinggi. Aspek behavioral
merupakan manifestasi perilaku yang berhubungan dengan citra tubuh, diantaranya menahan makan dan minum, mengkonsumsi obat pencahar, olahraga
yang berlebihan, dan diet bila citra tubuhnya negatif, bercermin, dan penghindaran terhadap situasi atau lingkungan tertentu Dorian Garfinkel dalam
Barcalow, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Citra tubuh tidak hanya bergantung pada respon individu terhadap tubuhnya sendiri, tetapi juga pada penampilan, sikap, dan respon orang lain. Sangat penting
bagi perawat untuk mengingat ini saat memberikan perawatan, karena respon pribadi mereka dapat berdampak besar terhadap cara klien mempersepsikan
dirinya sendiri Brooker, 2009. 2.2.3
Perubahan citra tubuh Citra tubuh bersifat dinamis karena merupakan perubahan yang terjadi
secara konstan sebagai persepsi baru dan pengalaman dalam kehidupan Stuart Laraia, 2005. Perubahan citra tubuh dapat muncul dari dua sumber yaitu sumber
terbuka terlihat seperti pada arthritis dan sumber tersembunyi tidak terobservasi seperti kolostomi. Respon personal terhadap perubahan citra tubuh muncul dari
interaksi berbagai faktor, yang mencakup : rasa bersalah atau rasa malu yang terkait, berarti untuk masa depan-kerja, kehidupan sosial, personal; dukungan
selama transisi;strategi koping personal;tahap proses berduka Brooker, 2009. Pasien dengan gangguan citra tubuh, secara subjektif akan menunjukkan
sikap-sikap berikut, rasa takut atau penolakan atau reaksi dari orang lain, berfokus pada kekuatan atau fungsi penampilan di masa lalu, perasaan negatif
tentang tubuh misalnya perasaan putus asa, tidak mampu atau tidak berdaya, menolak memverifikasi perubahan aktual namun mengungkapkan perubahan gaya
hidup. Dan secara objektif dapat dilihat adanya perubahan aktual pada struktur dan fungsi tubuh, perubahan pada keterlibatan sosial, menutupi atau terlalu
Universitas Sumatera Utara
memperlihatkan bagian tubuh, tidak mau melihat atau menyentuh bagian tubuh tertentu yang terkena perubahan struktur maupun fungsi Wilkinson, 2006.
2.2.4 Citra tubuh pasien kanker payudara
Beberapa penelitian menunjukkan terjadi masalah citra tubuh pada pasien kanker payudara. Penelitian terhadap 112 wanita yang mengalami kanker
payudara dan pengobatan kanker payudara di Turki menunjukkan 33 wanita merasa dirinya berbeda dari orang lain setelah pengobatan, 12 merasa orang lain
menyadari bahwa mereka sedang menjalani pengobatan dan membuat khawatir 25 dari mereka. Diagnosa dan pengobatan kanker payudara memiliki efek yang
besar terhadap citra tubuh Baxter dkk., 2006, berkaitan dengan kehilangan rambut, perubahan berat badan dan perubahan payudara itu sendiri Helms dkk.,
2008. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tasripiyah S. dkk. terhadap 40 orang pasien kanker payudara post mastektomi juga ditemukan terdapat 47
pasien yang memiliki citra tubuh negatif Tasripiyah dkk.,2009. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diagnosa maupun pengobatan kanker
payudara dapat menimbulkan perubahan citra tubuh pada pasien. 2.3
Koping 2.3.1
Defenisi Koping dapat dideskripsikan sebagai keberhasilan menghadapi atau
menangani masalah dan situasi Kozier et al, 2010. Menurut Stuart Sundeen 1998, koping merupakan upaya perilaku dan kognitif seseorang dalam
menghadapi ancaman fisik dan psikososial. Koping adalah pemecahan masalah
Universitas Sumatera Utara
yang dipergunakan untuk mengelola stres atau kejadian dimana manusia itu berada.
Lazarus dan Folkman - seperti yang dikutip oleh Michael Kellmann dalam bukunya- mendefenisikan koping sebagai usaha-usaha kognitif maupun perilaku
untuk mengelola tuntutan spesifik internal dan atau eksternal yang dinilai melebihi sumber dayaresources yang dimiliki individu . Koping merupakan suatu
bentuk perlawanan terhadap ancaman dengan cara mengubah persepsi terhadap stress dalam situasi tertentu Kellmann, 2002.
Koping dianggap sebagai strategi psikologis yang dikerahkan untuk menurunkan, mengubah pengaruh kejadian hidup yang memicu stress. Koping
adalah konsep teoritis terkait dengan fenomena yang beraneka segi tentang bagaimana manusia berfikir, merasakan dan bertindak dalam situasi spesifik yang
memicu stress, dan terutama dilihat sebagai proses yang bertujuan untuk mengurangi level stress yang diterima Kellman, 2002.
2.3.2 Strategi koping
Para ahli menggolongkan strategi koping dalam berbagai penggolongan. Yang pertama, koping digolongkan menjadi koping berfokus pada masalah
problem-solving focused coping dan koping yang berfokus pada emosi emotion-focused coping Lazarus Folkman, 1984. Yang kedua, koping
digolongkan menjadi reaksi yang berfokus pada tugas task oriented reaction dan reaksi yang berfokus pada ego ego oriented reaction Freud, dalam Kozier,
2010. Dan yang terakhir, koping digolongkan menjadi koping adaptif dan maladaptif Carver dkk., 1989.
Universitas Sumatera Utara
Problem-solving focused coping adalah strategi koping yang berfokus pada masalah dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk
menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress, sedangkan emotion- focused coping adalah strategi koping yang berfokus pada emosi dimana individu
melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang
penuh tekanan dan seringkali membuat individu merasa lebih nyaman. Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk
mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari Lazarus Folkman, 1984. Dalam 57 penelitian
keperawatan yang ditelaah, ditemukan lima cara penting yang digunakan dalam menghadapi masalah yaitu 1 mencoba merasa optimis mengenai masa depan, 2
menggunakan dukungan sosial, 3 menggunakan sumber spiritual, 4 mencoba tetap mengontrol situasi maupun perasaan, dan 5 mencoba menerima kenyataan
yang ada Jalowiec dalam Brunner Suddarth, 2002. Baik pasien maupun keluarga menggunakan kombinasi antara koping yang berfokus pada masalah
maupun koping yang berfokus pada emosi untuk menghadapi stresor yang berhubungan dengan penyakit.
Reaksi yang berfokus pada tugas task oriented reaction adalah reaksi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah, konflik dan memenuhi kebutuhan dasar.
Terdapat tiga macam reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu perilaku menyerang fight, perilaku menarik diri, dan kompromi.
Universitas Sumatera Utara
Perilaku menyerang fight adalah perilaku dimana individu menggunakan energinya dalam member perlawanan untuk mempertahankan integritas
pribadinya. Perilaku dapat konstruktif maupun destruktif. Tindakan yang konstruktif berupa upaya individu untuk menyelesaikan masalahnya secara asertif
yaitu dengan mengungkapkan dengan kata-kata terhadap rasa ketidaksenangannya. Sedangkan tindakan yang destruktif berupa tindakan agresif
menyerang terhadap sasaran objek dapat berupa benda atau orang atau bahkan terhadap dirinya sendiri. Sikap bermusuhan yang ditampilkan berupa rasa benci,
dendam dan rasa marah yang memanjang. Perilaku menarik diri adalah perilaku yang menunjukkan pengasingan diri
dari lingkungan dan orang lain yang secara sadar dilakukan individu untuk menghindari sunber stresor. Misalnya individu menampilkan diri seperti apatis,
pendiam munculnya perasaan tidak berminat yang menetap pada individu. Kompromi merupakan tindakan konstruktif yang dilakukan oleh individu
dengan cara bermusyawarah atau negosiasi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dan secara umum dapat mengurangi ketegangan Rasmun, 2004.
Reaksi yang selanjutnya yaitu reaksi yang berorientasi pada ego. Reaksi ini jika digunakan dalam waktu sesaat akan dapat mengurangi kecemasan, tetapi
penggunaannya dalam waktu yang lama mengakibatkan gangguan orientasi realita, memburuknya hubungan interpersonal dan menurunnya produktivitas
kerja. Sigmund Freud menyebutnya sebagai mekanisme pertahanan ego. Mekanisme pertahanan ego yang tak disadari dapat merupakan mekasisme adaptif
Universitas Sumatera Utara
psikologik yang artinya bahwa mekanisme tersebut berkembang saat seseorang berusaha mempertahankan diri, menciptakan gangguan terhadap impuls yang
betentangan, dan meredakan ketegangan di dalam diri. Mekanisme ini kemudian dapat dipertimbangkan sebagai prekusor mekanisme koping kognitif yang disadari
yang pada akhirnya dapat memecahkan masalah. Mekanisme pertahanan diri yang berorientasi pada ego antara lain kompensasi, penyangkalan, pemindahan
mengalihkan, identifikasi, intelektualisasi, introyeksi, minimisasi, proyeksi, rasionalisasi, formasi reaksi, regresi, represi, sublimasi, substitusi dan undoing.
Kompensasi artinya menutupi kelemahan dengan meningkatkan kemampuan di bidang lain. Mekanisme ini bertujuan untuk memfasilitasi
mengatasi kelemahan dan mencapai keberhasilan. Sebagai contoh mahasiswa yang memiliki prestasi belajar rendah akan memperkuat kemampuan di bidang
lain misalnya olahraga. Penyangkalan adalah usaha untuk melindungi atau mengabaikan realitas
yang terjadi pada dirinya dengan menolak mengakuinya.Hal ini bertujuan memberi waktu untuk mengisolasi individu dari dampak penuh situasi traumatis.
Misalnya seorang pasien yang divonis menderita kanker mengatakan bahwa di dalam tubuhnya tidak terjadi apa-apa.
Pemindahan mengalihkan artinya memindahkan atau menghentikan reaksi emosi dari satu objek atau seseorang ke objek atau orang lain yang dianggap
kurang menimbulkan bahaya. Mekanisme ini bertujuan memfasilitasi pengaungkapan perasaan melalui atau kepada objek yang tidak terlalu berbahaya.
Universitas Sumatera Utara
Contohnya seorang suami yang sangat marah terhadap isterinya memukul pintu dan bukan isterinya.
Identifikasi adalah usaha untuk mengelola ansietas dengan meniru perilaku seseorang yang ditahuti atau dihormati. Hal ini memfasilitasi individu
menghindari devaluasi diri. Intelektualisasi : alasan atau logika berlebihan untuk menekan perasaan
yang tidak menyenangkan terhadap suatu kejadian. Tujuannya adalah melindungi individu dari peristiwa traumatis.
Introyeksi merupakan satu bentuk identifikasi yang memungkinkan penerimaan norma dan nilai orang lain ke dalam dirinya sendiri, meskipun
bertentangan dengan asumsinya sebelumnya. Tujuannya membantu individu menghindari batasan atau hukuman sosial.
Minimisasi artinya seseorang tidak mengakui makna perilakunya. Tujuannya adalah memungkinkan individu menurunkan tanggung jawab atas
perilakunya sendiri. Proyeksi artinya menempatkan kesalahan pada orang lain atau pada
lingkungan untuk keinginan, pikiran, kelemahan, dan kesalahan yang tidak dapat diterima. Tujuannya untuk melindungi citra diri.
Rasionalisasi berarti memberikan alasan tertentu dengan logika yang salah tetapi dapat diterima secara sosial untuk membenarkan perilakunya. Tujuannya
Universitas Sumatera Utara
membantu individu menghadapi ketidakmampuan mencapai tujuan atau standar tertentu.
Formasi reaksi adalah mekanisme yang menyebabkan individu melakukan tindakan yang sebenarnya bertentangan dengan apa yang mereka rasakan.
Tujuannya membantu menguatkan represi dengan mengizinkan pengungkapan perasaan melalui perilaku yang lebih dapat diterima.
Regresi artinya menghindari stress dengan menunjukkan perilaku yang kembali ke tingkat perkembangan sebelumnya yang lebih nyaman dan menuntut
lebih sedikit tanggung jawab. Contoh seorang pasien yang sakit kritis mengijinkan perawat menyuapi dan memandikannya.
Represi artinya menekan perasaan atau pengalaman yang tidak diinginkan atau menyakitkan dan membuarkannya agar tidak sisadari atau tidak masuk ke
alam sadar. Tujuannya melindungi individu dari pengalaman traumatis sampai ia memiliki sumber untuk menghadapinya.
Sublimasi adalah pemindahan energi terkait dorongan seksual agresif atau primitif ke dalam aktivitas yang lebih dapat diterima. Tujuanya melindungi
individu agar tidak berperilaku dengan cara yang impulsif dan tidak rasional. Substitusi yaitu penggantian objek yang sangat bernilai, tidak dapat
diterima, dan tidak tersedia dengan objek yang kurang bernilai, dapat diterima dan tersedia. Tujuannya membantu individu mencapai tujuan dan meminimalkan
frustasi dan kekecewaan.
Universitas Sumatera Utara
Undoing adalah tindakan atau kata-kata yang digunakan untuk membatalkan beberapa pikiran , impuls atau tindakan yang tidak disetujui yang membuat rasa
bersalah seseorang berkurang dengan melakukan perbaikan.Tujuannya memfasilitasi individu mengurangi rasa bersalah dan menebus kesalahan
Fontaine Fletcher dalam Kozier dkk., 2010. Mekanisme koping juga dapat di golongkan menjadi 2 dua yaitu :
mekanisme koping adaptif dan mekanisme koping maladaptif. Tan dkk 2011 menyatakan koping adaptif berarti menangani atau mengatasi stresor secara
efektif atau positif, sedangkan koping maladaptif berarti mengatasi stresor secara negative atau tidak efektif. Mekanisme koping adaptif merupakan mekanisme
yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara
efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif kecemasan yang dianggap sebagai sinyal peringatan dan individu menerima peringatan dan
individu menerima kecemasan itu sebagai tantangan untuk di selesaikan. Sedangkan mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme yang menghambat
fungsi integrasi, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan tidak makan, bekerja berlebihan,
menghindar dan aktivitas destruktif mencegah suatu konflik dengan melakukan pengelakan terhadap solusi Carver,dalam Rubbyana 2012.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi koping
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi koping seseorang meliputi karakter internal sumber-sumber pribadi dan sumber-sumber eksternal. Karakter
internal diantaranya kesehatan dan energi, sistem kepercayaan seseorang termasuk kepercayaan eksistensial iman, kepercayaan agama, komitmen atau tujuan
hidup property motivasional, dan perasaan senang seperti harga diri, kontrol dan kemahiran pengetahuan, keterampilan pemecahan masalah, dan keterampilan
sosial yaitu kemampuan berinteraksi dengan orang lain, gaya hidup yang mendukung kesehatan, dan ketangguhan indvidu Ruiz Bueno dalam Brunner
Suddarth, 2002 . Faktorsumber –sumber eksternal terdiri dari dukungan sosial sebagai
sumber utama dan sumber material. Dukungan sosial didefenisikan sebagai rasa memiliki informasi terhadap seseorang atau lebih. Pengaruh dukungan sosial
terhadap penyelesaian masalah telah diteliti secara ekstensif dan terbukti efektif. Dukungan sosial terbagi atas tiga kategori informasi. Kategori informasi pertama
disebut juga dukungan emosional merupakan dukungan yang sering muncul dalam hubungan antara dua orang dan membuat seseorang percaya bahwa dirinya
diperhatikan atau dicintai. Kategori informasi kedua disebut dukungan harga diri merupakan dukungan yang dapat membuat seseorang merasa bahwa dirinya
dianggap atau dihargai. Kategori informasi ketiga membuat seseorang merasa dirinya merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan saling ketergantungan,
artinya bahwa individu sebagai anggota dalam jaringan telah mendapatkan informasi dan menyadari bahwa pelayanan selalu tersedia baginya sesuai
Universitas Sumatera Utara
permintaan, contohnya seseorang dapat memanggil teman dekat dalam keadaan darurat. Dukungan sosial berawal dari in utero dan berkembang dalam keluarga,
teman dan komunitas. Berbagai teori sosiologis dan keluarga yang menguatkan adanya peningkatan stress dan penyakit apabila terjadi guncangan struktur
penyakit. Dukungan sosial yang dapat memfasilitasi koping benar-benar bisa dirasakan bila ada keterlibatan dan perhatian yang mendalam Brunner
Suddarth, 2002 . Sumber eksternal yang berikutnya yaitu sumber material. Sumber material
adalah sumber dukungan eksternal lain dan meliputi barang dan jasa yang dapat dibeli. Individu yang memiliki sumber finansial yang memadai akan lebih mudah
mengatasi keterbatasan karena perasaan ketidakberdayaan terhadap ancaman menjadi berkurang Cobb dalam Brunner Suddarth, 2002
2.3.4 Koping pasien kanker payudara
Wanita yang didiagnosa kanker payudara mengalami perubahan yang drastis dalam kehidupan mereka dan dapat menimbulkan berbagai gejala psikologis
seperti gangguan kecemasan umum, depresi, kesulitan berkonsentrasi, keletihan, pemikiran negatif, ide bunuh diri, ketidakpastian terhadap pengobatan dan
ketakutan terhadap kekambuhan dan kematian Al-Azri dkk, 2009. Wanita yang menghadapi penyakitnya menggunakan strategi koping yang
berbeda-beda. Hal ini berhubungan dengan beberapa faktor seperti karakteristik demografi pekerjaan, status pernikahan, tingkat pendidikan, pemikiran positif,
dan dukungan sosial.
Universitas Sumatera Utara
Pada wanita pekerja, kemampuan menggunakan metode koping yang positif meningkat dan kesejahteraanya meningkat. Juga ditemukan bahwa wanita
berpendidikan lebih baik dalam menggunakan strategi koping yang adaptif dan wanita dengan tingkat pendidikan yang rendah, melajang, bercerai ataupun janda
lebih banyak menggunakan koping denial pengingkaran. Pada wanita berpendidikan, penggunaan koping yang berfokus pada emosi meningkat dan
tingkat stress berkurang. Wanita yang menggunakan koping berfokus pada pemecahan masalah
secara aktif atau yang tampak optimis dapat lebih baik dalam menghadapi penyakit. Penggunaan jenis koping menyalahkan diri sendiri berhubungan dengan
distress psikologis dan strategi koping yang tidak efektif yang berakibat pada kesejahteraankesehatan yang rendah. Wanita yang secara aktif menerima
penyakit pada waktu didiagnosis cenderung memiliki penyesuaian yang lebih positif, sementara koping yang sifatnya menghindari kenyataan penyakit
cenderung dihubungkan dengan ketakutan yang lebih besar akan kekambuhan penyakit.
Ungkapan emosional setelah diagnosa kanker payudara berhubungan dengan angka kelangsungan hidup pasien. Pasien yang menyatakan tingkat
ungkapan emosional dan dukungan sosialnya rendah memiliki kelangsungan hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang lebih tinggi ungkapan
dan dukungan emosionalnya.
Universitas Sumatera Utara
Menggunakan keyakinan dan praktek keagamaan dilaporkan merupakan respon koping yang paling sering digunakan oleh wanita yang menderita kanker
payudara. Telah terbukti bahwa pasien yang percaya kepada Tuhan mengenai penyakitnya menjadi orang percaya yang lebih tangguh dan ketakutan akan
kematian berkurang. Wanita yang menganggap kanker sebagai hukuman dari Tuhan dan ia berdoa meminta pengampunan merasakan stress yang lebih besar
dibandingkan dengan wanita yang berdoa meminta kekuatan, dukungan dan tuntunan. Acklin dkk. menemukan bahwa kehadiran yang lebih sering ke gereja
berhubungan dengan penurunan perasaan marah, permusuhan, dan isolasi sosial. Sebuah studi menunjukkan bahwa wanita Muslim di Iran yang baru didiagnosa
kanker payudara menggunakan strategi yang hampir sama dalam menghadapi kanker yaitu menerima penyakit sebagai kehendak Tuhan. Di Chile, wanita
menggunakan agama dan spiritualitas sebagai sumber utama dalam menghadapi kanker payudara yang dinyatakan dengan berdoa dan merasakan kebergantungan
kepada Tuhan yang memandu mereka melewati penyakitnya Al-Azri dkk, 2009. 2.3.5
Hubungan citra tubuh dan koping pasien kanker payudara
Model adaptasi Roy menunjukkan bahwa konsep diri memiliki hubungan dengan respon koping individu dimana terjadi pertukaran antara sistem adaptif
individu dengan berbagai stimulus dari lingkungan maupun dari individu tersebut. Stimulus diproses melalui dua mekanisme kontrol yaitu subsistem
regulator dan kognator serta empat model adaptasi yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan interdependen. Mekanisme kontrol subsistem regulator
berspon secara otomatis melalui system saraf, kimiawi dan endokrin tubuh dimana
Universitas Sumatera Utara
stimulus dari dalam maupun luar tubuh melalui indera menjadi input bagi sistem di tubuh. Kognator menerima input dari stimulus internal maupun eksternal yang
melibatkan respon psikologis terkait proses persepsi, belajar, pertimbangan, dan emosi Kozier dkk, 2010 . Menurut Roy, adaptif maupun maladaptif merupakan
respon individu terhadap berbagai stresor yang ada dan ditentukan oleh keempat model yang dipaparkan oleh Roy yaitu konsep diri, fungsi fisiologis, fungsi peran,
dan interdependen. Citra tubuh merupakan komponen dari konsep diri yang merupakan model dalam mempertahankan adaptasi. Dari model adaptasi ini dapat
dilihat kaitan antara citra tubuh dengan koping. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tasripiyah dkk. 2010 juga ditemukan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara koping dengan citra tubuh pada pasien post mastektomi di Rumah Sakit RSHS Bandung.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lain dari masalah yang diteliti Notoadmodjo, 2002. Dalam
kerangka konsep di bawah ini dijelaskan bahwa variabel X yaitu citra tubuh memiliki hubungan dengan variabel Y yaitu koping pasien kanker payudara.
Bagan 3.1. Kerangka penelitian
Variabel X Variabel Y
Keterangan : : Variabel yang diteliti
3.2 Defenisi konseptual
Citra tubuh adalah persepsi atau perasaan tentang ukuran, penampilan, fungsi atau potensi tubuh baik yang disadari maupun tidak disadari Stuart
Laraia, 2005
Koping Klien Citra Tubuh
Universitas Sumatera Utara
Koping adalah usaha-usaha kognitif maupun perilaku untuk mengelola tuntutan spesifik internal dan atau eksternal yang dinilai melebihi sumber
dayaresources yang dimiliki individu Lazzarus Folkman dalam Kellmann, 2002
3.3 Defenisi operasional variabel penelitian
Tabel 3.3 Defenisi operasional variabel
No Variabel Defenisi Operasional
Cara Ukur Hasil Ukur
Skala 1
Citra tubuh
pasien kanker
payudara Persepsi,
perasaansikap, dan tingkah laku pasien
kanker payudara terhadap ukuran,
penampilan, fungsi potensi tubuhnya.
Menggunakan kuisioner
sebanyak 10 pertanyaan.
Jawaban pertanyaan:
1: Tidak pernah
2: Kadang- kadang
3: Sering 4: Selalu
Baik Kurang baik
Buruk Ordinal
2 Koping
pasien kanker
payudara Usaha-usaha kognitif
maupun perilaku yang digunakan oleh
pasien kanker payudara untuk
mengelola tuntutan spesifik internal dan
atau eksternal yang dinilai melebihi
sumber daya yang dimilikinya.
Menggunakan Kuisioner
sebanyak 28 pertanyaan
dengan pilihan jawaban
1 : Tidak Pernah
2 : Kadang - kadang
3 : Sering 4 : Selalu
Adaptif Maladaptif
Ordinal
3.4 Hipotesis penelitian
Terdapat hubungan antara citra tubuh dengan koping pasien kanker payudara di Rumah Sakit Umum Pendidikan Haji Adam Malik Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi yang berfokus mengidentifikasi hubungan
citra tubuh dengan koping pada pasien kanker payudara. 4.2
Populasi dan sampel penelitian 4.2.1
Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien kanker payudara yang
dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pendidikan Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012 rata-rata 60 orang Rekam Medik RSUP HAM Medan, 2012.
4.2.2 Sampel
Besar sampel minimum dalam penelitian ini menurut tabel Krejcie dengan signifikansi 5 adalah sebesar 52 orang Krejcie Morgan.
4.2.3 Teknik Sampling
Teknik sampling diambil oleh peneliti dalam penelitian ini adalah accidental sampling dimana yang akan menjadi responden adalah yang kebetulan
ada atau tersedia Notoadmodjo, 2010. Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah pasien kanker payudara yang kebetulan ada atau tersedia di RSUP HAM Medan
sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah pasien kanker payudara yang dirawat di RSUP HAM Medan serta
Universitas Sumatera Utara
bersedia menjadi responden penelitian. Dan jumlah sampel yang dapat dikumpulkan oleh peneliti adalah 28 orang.
4.3 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dan dilaksanakan selama bulan Mei sampai Juli 2013. Rumah sakit ini
dipilih sebagai tempat penelitian karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa keperawatan Universitas Sumatera Utara dengan
fasilitas pelayanan yang mendukung dan juga sebagai rumah sakit rujukan sehingga sampel yang diperoleh akan memadai untuk dilakukan penelitian.
4.4 Pertimbangan etik
Penelitian ini dilakukan dengan terlebih dahulu mendapat surat rekomendasi dari Dekan Fakultas Keperawatan USU dan pemberian ijin oleh Direktur Rumah
Sakit Umum Pendidikan Haji Adam Malik Medan. Dalam penelitian ini peneliti tetap berpedoman pada prinsip-prinsip etik penelitian yaitu: pertama prinsip
manfaat beneficence, berpedoman pada prinsip ini peneliti lebih dahulu memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan
prosedur pelaksanaan penelitian. Jika calon responden bersedia maka responden harus menandatangani surat persetujuan menjadi responden informed consent.
Tetapi jika responden menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya sesuai dengan prinsip autonomi. Ketiga adalah prinsip
kerahasiaan yaitu untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, maka peneliti tidak akan mencantumkan nama responden dalam lembar kuesioner. Pada lembar
Universitas Sumatera Utara
kuesioner hanya ditulis nomor kode tertentu oleh peneliti. Kerahasiaan informasi dari responden dijamin oleh penulis confidentiality Kozier dkk, 2010.
4.5 Instrumen penelitian
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang terdiri dari tiga bagian yaitu kuisioner data demografi, kuisioner citra tubuh,
dan kuisioner koping. 4.5.1
Kuisioner data demografi Terdiri dari umur, agama, pendidikan, suku, pekerjaan, status pernikahan,
besar penghasilan per bulan ,lama menderita, stadium dan jenis pengobatan yang sudah dijalani. Data demografi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik
responden, deskripsi frekuensi dan presentasi demografi responden. 4.5.2
Kuisioner citra tubuh Kuisioner citra tubuh yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari
kuisioner BIS Body Image Scale yang dikembangkan oleh Dr. P.Hopwood 2000 dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kuisioner ini bertujuan
untuk mengetahui citra tubuh yang meliputi persepsi, perasaan dan tingkah laku pasien kanker payudara terhadap ukuran, penampilan, fungsi potensi tubuhnya.
Kuisioner ini terdiri dari 10 pertanyaan. Penilaian dalam kuisioner ini ditentukan oleh peneliti dengan jawaban
berskala likert dengan skor pilihan yaitu empat pilihan jawaban tidak pernah TP, kadang-kadang KD, atau sering SR dan selalu SL. untuk pernyataan, jawaban
TP mempunyai bobot 1, jawaban KD mempunyai bobot 2, dan SR mempunyai
Universitas Sumatera Utara
bobot 3, serta SL mempunyai bobot 4. Nursalam, 2003 Total skor adalah 10 - 40. Semakin tinggi jumlah skor maka frekuensi distres citra tubuh semakin tinggi
dan citra tubuh semakin buruk. Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana 1992 panjang kelas p adalah
rentang nilai tertinggi dikurang nilai terendah sebesar 30 dibagi banyak kelas dibagi atas 3 kategori kelas untuk citra tubuh baik, kurang baik, buruk, maka
akan diperoleh panjang kelas sebesar 10. Dengan menggunakan nilai p , maka citra tubuh dikategorikan sebagai berikut:
10-20 = Citra tubuh dikatakan buruk
21-30 = Citra tubuh dikatakan kurang baik
31-40 = Citra tubuh dikatakan baik
4.5.3 Kuisioner Koping
Kuisioner ini diadopsi dari kuisioner BRIEF COPE yang dikembangkan oleh Carver 1997 yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kuisioner ini
bertujuan untuk mengetahui respon koping seseorang. Kuisioner ini berisi 28 item berskala Likert dengan skor pilihan yaitu empat pilihan jawaban tidak pernah
TP, kadang-kadang KD, atau sering SR dan selalu SL Nursalam, 2003. Untuk item 1-8,10-18 berisi pernyataan untuk koping yang sifatnya
adaptifpositif. Jawaban TP mempunyai bobot 1, jawaban KD mempunyai bobot 2, dan SR mempunyai bobot 3, serta SL mempunyai bobot 4. Dan item 9, 19-28
berisi pernyataan yang sifatnya maladaptif negatif maka bobot jawaban dibalik
Universitas Sumatera Utara
menjadi 4 untuk jawaban TP, 3 untuk jawaban KD, 2 untuk jawaban SR, dan 1 untuk jawaban SL. Skor total untuk semua item yaitu 28-112.
Banyak kelas untuk koping dibagi menjadi 2 kategori yaitu adaptif dan maladaptif. Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana 1992, didapatkan
panjang kelas : 28-70
= Koping maladaptif
71- 112 = Koping adaptif 4.6
Uji validitas dan realibilitas instrumen Uji validitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji validitas isi.
Validitas isi adalah suatu keputusan tentang bagaimana instrumen dengan baik mewakili karakteristik yang diteliti. Pengujian validitas isi dilakukan oleh Dosen
Departemen Keperawatan Jiwa Fakultas Keperawatan USU dan dinyatakan valid. Realibilitas instrument adalah kemampuan suatu instrumen untuk
mendapatkan hasil yang konsisten saat dipakai ulang untuk mengukur variabel dalam lingkup yang sama Hastono, 2007. Uji reliabililitas dilakukan di tempat
yang sama yaitu Rumah sakit HAM Medan namun pada responden yang berbeda sebanyak 15 orang. Uji reliabilitas menggunakan uji formula Chronbach Alpha
dengan nilai 0,7 - 0,95 agar dikatakan realibel maka kuisioner ini layak digunakanPolit Hungler, 1995. Hasil uji reliabilitas untuk kuisioner citra
tubuh Body Image Scale sebesar 0,7 dan kuesioner koping BRIEF COPE sebesar 0,841.
Universitas Sumatera Utara
4.7 Pengumpulan data
Data pengumpulan ini dilakukan di RSUP HAM Medan. Pengumpulan data dilakukan mulai 7 Mei – 7 Juli 2013. Pengumpulan data dilakukan setelah
mendapat rekomendasi dari pihak Fakultas Keperawatan USU. Rekomendasi dari Fakultas Keperawatan USU akan di kirim ke RSUP HAM Medan sebagai tempat
penelitian. Setelah mendapat izin dari institusi, peneliti mengumpulkan data secara langsung. Peneliti menentukan responden berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan. Sebelum menanyakan pernyataan dalam kuisioner, peneliti terlebih dahulu membina hubungan saling percaya dengan responden dengan menjelaskan
maksud dan tujuan penelitian. Peneliti juga menanyakan riwayat penyakit dan pengobatan calon responden, serta respon mereka terhadap pengalaman tersebut.
Lalu menanyakan kesediaan untuk menjadi responden. Calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani lembar
persetujuan secara lisan. Kemudian peneliti menanyakan apakah responden ingin membaca dan mengisi sendiri kuisioner atau dibacakan oleh peneliti. Apabila
responden meminta untuk mengisi sendiri, maka peneliti memberikan kuesioner kepada responden dan meminta untuk menjawabnya. Peneliti mendampingi
responden dalam mengisi kuesioner sehingga hal –hal yang tidak dimengerti responden dapat segera dijelaskan dan juga untuk menghindari terjadinya
kesalahan dalam pengisian kuesioner. Setelah selesai peneliti mengumpulkan kembali kuesioner. Namun jika responden meminta kuisioner dibacakan oleh
peneliti, maka peneliti membacakan dan meminta responden menjawab pernyataan dalam kuisioner. Waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan data 30-
Universitas Sumatera Utara
45 menit masing-masing responden. Pengolahan atau analisa data dilakukan setelah semua data yang diperlukan terkumpul.
4.8 Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahapan. Pertama editing melakukan pengecekan terhadap kelengkapan
identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai dengan petunjuk. Dilanjutkan dengan mengklarifikasi data yang telah
dikumpulkan dengan membuat kode lalu melakukan tabulasi data yaitu membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah diberi kode, sesuai dengan analisis yang
dibutuhkan. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi .
Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1
Statistik univariat Statistik univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari suatu
variable yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian Polit Hungler, 1999. Pada penelitian ini analisa data dengan metode statistik univarat
akan digunakan untuk menganalisa data demografi, variabel X citra tubuh dan variabel Y koping . Data akan ditampilkan dalam distribusi frekuensi.
2 Statistik bivariat
Statistik bivariat adalah suatu prosedur untuk menganalisis hubungan antar dua variabel. Untuk melihat hubungan antara variabel X citra tubuh terhadap
variabel Y koping digunakan uji korelasi Spearman karena variabel X citra tubuh berskala ordinal dan variabel Y koping berskala ordinal juga.
Universitas Sumatera Utara
Hasil dari analisa korelasi Spearman ini koefisian korelasi r. Nilai r berkisar antara -1 sampai +1 untuk menunjukkan derajat hubungan antar kedua
variabel tersebut, dan untuk menentukan apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel, maka dilakukan pengamatan terhadap nilai
signifikan p pada hasil analisa data yaitu p0.05 dan pengelolaan dengan teknik komputerisasi. Untuk menafsirkan hasil pengujian statistik tersebut lebih lanjut
digunakan penfsiran korelasi Spearman Dahlan, 2008.
Tabel 4.8 .Panduan interpretasi hasil uji hipotesa berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasinya
No Parameter Nilai
Interpretasi 1
Kekuatan Korelasi 0,00-0,199
0,20-0,399 0,40-0,599
0,60-0,799 0,80-1,000
Sangat lemah Lemah
Sedang Kuat
Sangat kuat 2
Nilai p P 0,05
P 0,05 Terdapat korelasi yang
bermakna antara dua variabel Tidak terdapat korelasi yang
bermakna antara dua variabel 3
Arah Korelasi + positif
- negatif Searah, semakin besar nilai
suatu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya
Berlawanan arah, semakin besar nilai suatu variabel,
semakin kecil nilai variabel lainnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil penelitian
Peneliti akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan antara lain tentang deskripsi karakteristik responden, deskripsi citra tubuh pasien kanker
payudara, deskripsi frekuensi koping pasien kanker payudara, serta analisa hubungan citra tubuh dengan koping pasien kanker payudara di RSUP H. Adam
Malik Medan pada bab ini.
5.1.1 Analisa Univariat 1. Deskripsi Karakteristik Demografi Responden
Karakteristik demografi responden yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: dari responden sebanyak 28 orang diketahui bahwa
mayoritas responden yang berada direntang usia dewasa madya 78,6 Mayoritas responden beragama Islam 78,6 dan responden yang memiliki latar
belakang pendidikan SMA sebanyak 46,6, serta mayoritas dari responden adalah suku Batak 46,4. Pekerjaan responen mayoritas Ibu Rumah Tangga
46.4
dengan frekuensi tertinggi penghasilan diatas Rp 1500.000.- 60,7. Lama menderita kanker payudara dengan frekuensi tertinggi lebih dari 1 tahun
71.4
dan sebahagian stadium IIAIIB 32,1 dan pengobatan yang dijalani kemoterapi dan pembedahan 39,3 Untuk lebih jelasnya, gambaran
karakteristik demografi responden dapat dilihat pada tabel berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Yang Menderita Kanker Payudara Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan n = 28
Karakteristik Frekuensi
Persentase 1.
Umur Hurlock,1999 Dewasa awal 20-40 tahun
Dewasa madya 41-60 tahun Dewasa akhir 60 tahun
4 22
2 14.3
78.6 7.1
2. Agama
Islam Kristen
22 6
78.6 21.4
3. Pendidikan Terakhir
SD SMP
SMA Perguruan Tinggi
4 2
13 9
14.3 7.1
46.4 32.1
4. Suku
Batak Jawa
Minang Aceh
Melayu 13
7 1
3 4
46.4 25.0
3.6 10.7
14.3 5.
Pekerjaan PNSTNIPOLRIDosen
Wiraswasta Karyawan
Ibu Rumah tangga 10
4 1
13 35.7
14.3 3.6
46.4 6.
Status pernikahan Menikah
Janda 24
4 85.7
14.3 7.
Penghasilan Rp 500.000
Rp 500.000-1.500.000 Rp 1.500.000
2 9
17 7.1
32.1 60.7
8. Lama menderita
6 bulan 6 bulan-1 tahun
1 tahun 1
7 20
3.6 25.0
71.4 9.
Stadium Stadium I
Stadium IIAIIB Stadium III A
Stadium III B Stadium IV
3 9
5 3
8 10.7
32.1 17.9
10.7 28.6
10. Pengobatan yang sudah dijalani
Kemoterapi Pembedahan
Kemoterapi dan pembedahan Kemoterapi, radioterapi dan
pembedahan Lain-lain
6 3
11 5
3 21.4
10.7 39.3
17.9
10.7
Universitas Sumatera Utara
2. Analisa citra tubuh pasien kanker payudara Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Dari tabel di bawah ini didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki citra tubuh yang baik yaitu sebanyak 25 orang 89,3, dan 3 orang
responden memiliki citra tubuh kurang baik 10,7.
Tabel 5.1.2 Distribusi frekuensi citra tubuh responden yang menderita kanker payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan n = 28
Citra tubuh Frekuensi
Persentase Citra tubuh baik
Citra tubuh kurang baik Citra tubuh buruk
25 3
89.3 10.7
3. Analisa koping pasien kanker payudara Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Berdasarkan tabel 5.1.3 diperoleh data hasil penelitian bahwa semua responden memiliki koping yang adaptif sebanyak 28 responden 100
Tabel 5.1.3 Distribusi frekuensi koping responden yang menderita kanker payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan n = 28
Koping
Frekuensi Persentase
Adaptif Maladaptif
28 100
5.2 Analisa Bivariat 5.2.1 Hubungan citra tubuh dengan koping pasien kanker payudara di