Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas dengan Tingkat Kecemasan Pasien kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan
HUBUNGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUALITAS
DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KANKER
DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN
TESIS
Oleh
BUDIANA YAZID
127046015 / KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
HUBUNGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUALITAS
DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KANKER
DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep) dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi Keperawatan Medikal Bedah pada Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Oleh
BUDIANA YAZID
127046015 / KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
(4)
Telah diuji
Pada tanggal : 25 Agustus 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet., MPH Anggota : 1. Siti Zahara Nasution, S.Kp., MNS
2. Ir. Etti Sudaryati, MKM., Ph.D 3. Nunung F Sitepu, S.Kep, Ns., MNS
(5)
(6)
Judul Tesis : Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas dengan Tingkat Kecemasan Pasien kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan
Nama Mahasiswa : Budiana Yazid
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah
Tahun : 2014
ABSTRAK
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Setiap faktor diperlukan untuk membangun dan mempertahankan hubungan dinamis pribadi seseorang dengan Tuhan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan spiritualitas, tingkat kecemasan, hubungan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pasien kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan. Jenis penelitian yang digunakan dengan studi pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 96 orang dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Dari hasil analisa univariat menunjukan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien kanker mayoritas kategori baik sebanyak 76 orang (79,2%) dan tingkat kecemasan pasien kanker mayoritas kategori sedang sebanyak 31 orang (32,3%). Dari hasil analisa bivariat dengan uji chi square, menunjukkan bahwa variabel pemenuhan kebutuhan spiritualitas berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien kanker di
(7)
RSUP. H. Adam Malik Medan dengan nilai p=0,030<0,05 dan nilai PR=0,50 (95% CI=0,27-0,89). Dari hasil analisa multivariat dengan uji multiple correlation
menunjukkan bahwa harapan dan kepercayaan mempunyai hubungan dengan tingkat kecemasan. Disarankan kepada pihak RSUP. H. Adam Malik Medan agar seluruh perawat yang berada dilingkungan RSUP. H. Adam Malik Medan benar-benar melakukan pelayanan kebutuhan spiritual dan mendokumentasikannya.
(8)
Thesis Title : Correlation Spiritual Need with Anxiety Level of Cancer Patients in RSUP. H. Adam Malik Medan
Name : Budiana Yazid
Study Program : Master of Nursing
Field of Specialization : Medical-Surgical Nursing
Year : 2014
ABSTRACT
Spiritual needs is the basic needs of every human being. Each factor is needed to develop and maintain one's dynamic relationship with God. The objective of the research was to find out the correlation of spiritual need, anxiety level, correlation spiritual need with anxiety level of cancer patients in RSUP. H. Adam Malik Medan. The type of research with a cross sectional study. The samples consisted of 96 respondents, taken by using technique purposive sampling. Based on the result of univariate analysis, it was found that 76 respondents (79.2%) have a spiritual need in the good category, 31 repondents (32.3%) have a level anxiety in the moderate category. Based on the result of bivariat analysis with chi square test, it was found that the variable of the spiritual need, correlated with the level of 0.030 < 0,05 and PR value = 0.50 (95% CI = 0.12-0.92). Based on the results of the multivariate analysis with multiple correlation test, hope and trust have a correlation with anxiety level. It is recommended to RSUP. H. Adam Malik Medan that all nurses who are hospital
(9)
environment. H. Adam Malik Medan actually doing spiritual needs and document services.
(10)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan”, disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Keperawatan di Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk melanjutkan studi ke jenjang Magister Keperawatan.
2. Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan USU dan Achmad Fathi, S.Kep, Ns., MNS selaku Sekretaris Program Studi atas bantuannya dalam melengkapi prosedur administrasi di Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku ketua komisi pembimbing, Ibu Siti Zahara Nasution, SKp., MNS selaku anggota komisi pembimbing atas segala kontribusi serta ketulusannya dalam menyediakan waktu untuk
(11)
memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatian dalam penyelesaian tesis ini
4. dr. Etti Sudaryati, MKM., Ph.D dan Nunung F Sitepu, S.Kep, Ns., MNS selaku tim penguji yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang sangat berharga, bimbingan dan perhatian selama penulisan tesis.
5. dr. Lukmanul Hakim Nasution, SpKK, M.Kes selaku direktur Utama RSUP. H. Adam Malik Medan serta jajarannya yang telah memberikan izin penelitian kepada peneliti.
6. Ayahanda H. Yaziddin dan Ibunda Hj. Ilmiwati Br. Sagala atas segala dukungan moral dan materil serta doa yang tidak henti-hentinya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
7. Kakak, Abang dan Adik ku tersayang Razimah Yazid, SKM., Zur Erwina Yazid, S.Kep, Ns., Heris Sayuti Simatupang, SPd.I., Yasir Mahfudz Siregar, ST., Sari Purnama Yazid, SKM., Rahmadsyah Yazid Putra, ST dan Ridhosyah Yazid Putra yang penuh keceriaan, pengertian, perhatian, kesabaran, doa, motivasi dan dukungan moril agar dapat menyelesaikan pendidikan ini.
8. Juliandra Harahap, S.St.Pi selaku suami yang telah memberikan motivasi dan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan ini.
9. Ketua STIKes Flora Medan atas kesempatan dan dukungan yang diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini dengan baik.
10. Rekan-rekan Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Angkatan II 2012/2013 dan semua
(12)
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberi dorongan untuk menyelesaikan laporan tesis ini.
Penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini dan harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan.
Medan, 25 Agustus 2014 Penulis
(13)
RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Budiana Yazid
Tempat/Tanggal Lahir : Kampung Mesjid/30 Nopember 1986 Alamat : Jl. dr. Hamka No. 58, Rantau Prapat No. HP :082369681487
Riwayat Pendidikan :
Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus
SD SD Negeri 112147 Bakaran Batu 1998 SLTP SMP N2 Rantau Prapat 2001 SMA SMA Negeri 1 Rantau Prapat 2004
S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
2008
Ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
2009
Magister Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
2014
Riwayat Pekerjaan :
Bekerja sebagai staf dosen STIKes Flora Medan mulai 4 April 2010- sekarang.
(14)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... v
RIWAYAT HIDUP ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Pertanyaan Penelitian ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Hipotesa Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Spiritual ... 9
2.1.1. Kebutuhan Spiritualitas ... 9
2.1.2. Komponen Kebutuhan Spiritualitas ... 12
2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas ... 17
2.1.4. Peran Perawat dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pasien ... 20
2.2. Kecemasan ... 23
2.2.1. Pengertian Kecemasan ... 23
2.2.2. Penyebab Kecemasan ... 23
2.2.3. Tanda dan Gejala Kecemasan ... 25
2.2.4. Respon Kecemasan ... 27
2.2.5. Tingkat Kecemasan ... 28
2.3. Kanker ... 30
2.3.1. Pengertian Kanker ... 30
2.3.2. Penyebab Kanker ... 30
2.3.3. Kebutuhan Spiritual Pasien kanker ... 32
2.4. Landasan Teori Keperawatan ... 33
2.4.1. Konsep Teori ... 34
2.4.2. Elemen Spiritual ... 34
2.5. Kerangka Konsep Teoritis ... 38
2.6. Kerangka Konsep Penelitian ... 38
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 40
3.1. Desain Penelitian ... 40
(15)
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 40
2.4.1. Waktu Penelitian ... 40
3.3. Populasi dan Sampel ... 41
3.3.1. Waktu Penelitian ... 41
3.3.2. Waktu Penelitian ... 41
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 43
3.4.1. Waktu Penelitian ... 44
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 47
3.6. Metode Pengukuran ... 50
3.6.1. Metode Pengukuran Variabel Independen ... 55
3.6.2. Metode Pengukuran Variabel Dependen ... 56
3.7. Metode Analisa Data ... 57
3.8. Pertimbangan Etik ... 57
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 59
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitain ... 59
4.2. Karaktersitik Responden ... 60
4.3. Analisa Univariat ... 63
4.3.1. Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan ... 63
4.3.2. Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan………. 68
4.4. Analisa Bivariat ... 70
4.5. Analisa Multivariat………. .. 78
4.5.1. Pemilihan Variabel Multivariat ………... 78
4.5.2. Penentuan Variabel yang Dominan……… 80
BAB 5. PEMBAHASAN ... 85
5.1.Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan……….. 85
5.2.Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan………. 87
5.3.Hubungan Harapan dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan………. 90
5.4.Hubungan Arti dan Tujuan dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan………. 92
5.5.Hubungan Pengampunan dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan………. 94
5.6.Hubungan Keyakinan dan Nilai-Nilai dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan……….. 95
5.7.Hubungan yang Harmonis dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan……….. 97
5.8.Hubungan Kepercayaan dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan……….. 99 5.9.Hubungan Kreativitas dengan Tingkat Kecemasan Pasien
(16)
Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan……….... 100
5.10.Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas yang Diberikan Perawat dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan………... 101
5.11.Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan……….. ... 104
5.12.Keterbatasan Penelitian……… ... 106
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 108
6.1. Kesimpulan ... 108
6.2. Saran ... 109
DAFTAR PUSTAKA ... 111
(17)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pasien Kanker
di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=20) ... 45 Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pemenuhan Kebutuhan
Spiritualitas yang Diberikan Perawat Pada Pasien Kanker
di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=20) ... 46 Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Tingkat Kecemasan
Pasien Kanker di RSUp. H. Adam Malik Medan (n=20) ... 46 Tabel 3.4. Kerangka Operasional Pemenuhan Kebutuhan Spiritual
Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker………... 48 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96) … 62 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas
Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)……. 63
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik
Medan (n=96)……… 65 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Pernyataan
Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pasien Kanker di
RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)……… 66 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Pernyataan
Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas yang Diberikan Perawat
di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)………. 67 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pasien kanker
di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)……… 68 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Pernyataan
Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam
Malik Medan (n=96)……….. 69
(18)
Halaman Tabel 4.8. Hubungan Harapan dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)….. 71
Tabel 4.9. Hubungan Arti dan Tujuan dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)…. 72 Tabel 4.10. Hubungan Pengampunan dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)… 73 Tabel 4.11. Hubungan Keyakinan dan Nilai – Nilai dengan
Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam
Malik Medan (n=96)………... 73 Tabel 4.12. Hubungan yang Harmonis dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)… 74 Tabel 4.13. Hubungan Kepercayaan dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)…… 75 Tabel 4.14. Hubungan Kreativitas dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)……. 76 Tabel 4.15. Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas
yang Diberikan Perawat dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)……. 77 Tabel 4.16. Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas
dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H.
Adam Malik Medan (n=96)……….. 77 Tabel 4.17. Hasil Analisa Bivariat antara Harapan, Arti dan
Tujuan, Pengampunan, Keyakinan dan Nilai-Nilai, Hubungan yang Harmonis, Kepercayaan Terhadap Tuhan, Kreativitas dan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas yang Diberikan
Perawat di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)………… 80 Tabel 4.18. Hasil Analisa Multivariat Multiple Correlation antara
Harapan, Arti dan Tujuan, Pengampunan, Keyakinan dan Nilai-Nilai, Hubungan yang Harmonis, Kepercayaan Terhadap Tuhan dan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas yang Diberikan Perawat di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)…………. 81
(19)
Halaman Tabel 4.19. Hasil Analisa Multivariat Multiple Correlation antara
Harapan, Pengampunan, Keyakinan dan Nilai-Nilai,
Hubungan yang Harmonis, Kepercayaan Terhadap Tuhan dan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas yang Diberikan
Perawat di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96)……….. 81 Tabel 4.20. Hasil Analisa Multivariat Multiple Correlation antara
Harapan, Pengampunan, Hubungan yang Harmonis, Kepercayaan Terhadap Tuhan dan Pemenuhan
Kebutuhan Spiritualitas yang Diberikan Perawat di RSUP.
H. Adam Malik Medan (n=96)……… 82 Tabel 4.21. Hasil Analisa Multivariat Multiple Correlation antara
Harapan, Hubungan yang Harmonis, Kepercayaan Terhadap Tuhan dan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas yang
Diberikan Perawat di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=96) .. 83 Tabel 4.22. Hasil Analisa Multivariat Multiple Correlation antara
Harapan, Kepercayaan Terhadap Tuhan dan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas yang Diberikan Perawat di RSUP.
H. Adam Malik Medan (n=96)………. 83 Tabel 4.23. Hasil Akhir Analisa Multivariat Multiple Correlation
antara Harapan dan Kepercayaan Terhadap Tuhan di RSUP. H. Adam Malik Medan(n=96)……… 84
(20)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1 Kerangka Konsep Hubungan Pemenuhan Kebutuhan
Spiritualitas dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan………. 39
(21)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 115
a. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 116
b. Kuesioner Data Demografi ... 117
c. Kuesioner Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas ... 118
d. Kuesioner Tingkat Kecemasan ... 121
Lampiran 2 Biodata Expert ... 122
Lampiran 3 Izin Penelitian ... 123
a. Surat Pengambilan Data dari Dekan Fakultas Keperawatan ... 124
b. Surat Persetujuan Etik Peneltian ... 126
(22)
Judul Tesis : Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas dengan Tingkat Kecemasan Pasien kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan
Nama Mahasiswa : Budiana Yazid
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah
Tahun : 2014
ABSTRAK
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Setiap faktor diperlukan untuk membangun dan mempertahankan hubungan dinamis pribadi seseorang dengan Tuhan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan spiritualitas, tingkat kecemasan, hubungan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pasien kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan. Jenis penelitian yang digunakan dengan studi pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 96 orang dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Dari hasil analisa univariat menunjukan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien kanker mayoritas kategori baik sebanyak 76 orang (79,2%) dan tingkat kecemasan pasien kanker mayoritas kategori sedang sebanyak 31 orang (32,3%). Dari hasil analisa bivariat dengan uji chi square, menunjukkan bahwa variabel pemenuhan kebutuhan spiritualitas berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien kanker di
(23)
RSUP. H. Adam Malik Medan dengan nilai p=0,030<0,05 dan nilai PR=0,50 (95% CI=0,27-0,89). Dari hasil analisa multivariat dengan uji multiple correlation
menunjukkan bahwa harapan dan kepercayaan mempunyai hubungan dengan tingkat kecemasan. Disarankan kepada pihak RSUP. H. Adam Malik Medan agar seluruh perawat yang berada dilingkungan RSUP. H. Adam Malik Medan benar-benar melakukan pelayanan kebutuhan spiritual dan mendokumentasikannya.
(24)
Thesis Title : Correlation Spiritual Need with Anxiety Level of Cancer Patients in RSUP. H. Adam Malik Medan
Name : Budiana Yazid
Study Program : Master of Nursing
Field of Specialization : Medical-Surgical Nursing
Year : 2014
ABSTRACT
Spiritual needs is the basic needs of every human being. Each factor is needed to develop and maintain one's dynamic relationship with God. The objective of the research was to find out the correlation of spiritual need, anxiety level, correlation spiritual need with anxiety level of cancer patients in RSUP. H. Adam Malik Medan. The type of research with a cross sectional study. The samples consisted of 96 respondents, taken by using technique purposive sampling. Based on the result of univariate analysis, it was found that 76 respondents (79.2%) have a spiritual need in the good category, 31 repondents (32.3%) have a level anxiety in the moderate category. Based on the result of bivariat analysis with chi square test, it was found that the variable of the spiritual need, correlated with the level of 0.030 < 0,05 and PR value = 0.50 (95% CI = 0.12-0.92). Based on the results of the multivariate analysis with multiple correlation test, hope and trust have a correlation with anxiety level. It is recommended to RSUP. H. Adam Malik Medan that all nurses who are hospital
(25)
environment. H. Adam Malik Medan actually doing spiritual needs and document services.
(26)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Spiritualitas merupakan bagian inti dari individu (core of individuals) yang tidak terlihat (unseen, invisible) yang berkontribusi terhadap keunikan dan menyatu dengan nilai-nilai transendental (suatu kekuatan yang maha tinggi/high power dan Tuhan/God) yang memberikan makna, tujuan dan keterhubungan (McEwen, 2003).
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Setiap faktor diperlukan untuk membangun dan mempertahankan hubungan dinamis pribadi seseorang dengan Tuhan atau sebagimana didefenisikan oleh individu itu dan keluar dari hubungan itu untuk mengalami pengampunan, cinta, harapan, kepercayaan, makna dan tujuan dalam hidup. Kebutuhan spiritual tidak murni terkait dengan agama atau kepercayan terhadap Tuhan tetapi filosofi semantik terhadap kehidupan atau mencari makna dan tujuan (Stallwood & Stoll dalam McSherry, 2006).
Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebih pada saat pasien
(27)
kritis atau menjelang ajal. Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara keyakinan dengan pelayanan kesehatan, dimana kebutuhan dasar manusia yang diberikan melalui pelayanan kesehatan tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi juga aspek spiritual. Aspek spiritual dapat membantu membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhan (Hidayat, 2006).
Menurut Heber (1987 dalam Rohman, 2006) hasil riset telah membuktikan bahwa orang yang spiritualitasnya baik, mempunyai kemungkinan melanjutkan kehidupan lebih baik. Bagi yang spiritualistasnya tidak baik, menunjukan tujuan hidup kurang, tidak dicintai, ketidakbebasan dan takut mati. Sementara orang yang spiritualitasnya baik, tidak takut mati, dan lebih menerima kehidupan. Jika mereka cemas terhadap kematian disebabkan cemas pada proses bukan pada kematian itu sendiri. Musick et al (2000 dalam Rohman 2006) menyatakan bahwa adanya spiritualitas pada kesehatan dan kesejahteraan fisik, diperlihatkan dari hasil studi menyimpulkan bahwa tingkat spiritualitas yang tinggi berasosiasi dengan hasil yang positif pada individu dengan penyakit kanker
Penelitian Leeuwen et al (2006) menunjukkan bahwa kebutuhan spiritual merupakan hal yang umum dalam pelayanan kesehatan. Prevalensi kebutuhan spiritual telah ditemukan di beberapa pelayanan kesehatan seperti departemen emergensi, rumah sakit, unit perawatan anak, unit rehabilitasi, perawatan dirumah, klinik kanker.
Kanker merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat karena insiden dan angka kematiannya terus meningkat. Kanker merupakan proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari
(28)
Deoxyribo Nucleat Acid (DNA) selular (Smeltzer & Bare, 2002). Penyakit kanker kini telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang komplek di Indonesia, yang perlu ditanggulangi secara menyeluruh, terpadu, efisien, ekonomis dan manusiawi. Kanker dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat. Bahkan di negara-negara maju, penyakit kanker menduduki urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler (Brunner & Suddarth, 2005).
Di wilayah Asia Tenggara, pada tahun 2008 diperkirakan terdapat 1,6 juta kasus kanker baru dan 1,1 juta kematian akibat kanker. Angka ini diproyeksikan meningkat menjadi 2,8 juta kasus kanker baru dan 1,9 juta kasus meninggal. Pada laki-laki diperkirakan terdapat 758.000 kasus kanker baru dengan jenis kanker terbanyak adalah kanker paru, diikuti dengan kanker mulut, kanker faring, kanker esofagus, kanker lambung, kanker kolorektal, kanker hati dan kanker laring. Pada perempuan diperkirakan terdapat 831.000 kasus kanker baru dengan jenis kanker terbanyak adalah kanker serviks dan payudara. Perbedaan jenis kanker ini menyebabkan jumlah kematian kanker yang lebih tinggi pada pria sebesar 557.000 kematian daripada wanita sebesar 515.000 kematian (International Agency for Research on Cancer, 2008 dalam Ferlay et al 2008
Data dari Kementerian Kesehatan tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi kanker di Indonesia mencapai 4,3 banding 1.000 orang. Data sebelumnya menyebutkan bahwa prevalensi kanker 1 banding 1.000 orang. Badan Kesehatan Dunia dan Serikat Pengendalian Kanker Internasional memprediksi akan terjadi peningkatan penderita kanker sebesar 300 % di seluruh dunia pada
(29)
tahun 2030. Jumlah tersebut 70 % berada di negara berkembang seperti Indonesia (Candra, 2013).
Hasil penelitian Oemiati et al (2011) menyatakan bahwa prevalensi kanker berdasarkan 33 provinsi didapatkan data bahwa ada lima provinsi yang prevalensi kankernya melebihi prevalensi kanker nasional yaitu lebih dari 5,03 % yaitu Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 9,66 %, Provinsi Jawa Tengah sebesar 8,06 %, Provinsi DKI Jakarta sebesar 7,44 %, Provinsi Banten sebesar 6,35 %, dan Provinsi Sulawesi Utara sebesar 5,76% sedangkan provinsi Sumatera Utara sebesar 2,88 %.
Kecemasan merupakan istilah yang menggambarkan keadaan khawatir dalam kehidupan hari. Kecemasan dapat ditimbulkan dari peristiwa sehari-hari yang dapat dialami manusia dan dapat juga dialami oleh siapapun. Ancaman terhadap harga diri atau identitas diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu merupakan sebagai sebab dari terjadinya kecemasan. Kecemasan menghasilkan peringatan yang berharga dan penting dalam upaya untuk memelihara keseimbangan dan melindungi diri yang dapat dikomunikasikan secara interpersonal dan merupakan bagian kehidupan sehari-hari (Suliswati, 2005).
Kecemasan merupakan masalah umum bagi orang-orang yang menjalani pengobatan kanker. Ini diyakini bentuk paling umum dari tekanan psikologis yang terjadi hingga 50% pada pasien kanker. Kecemasan ditandai dengan ketakutan terus-menerus, dapat disertai dengan berlebihnya kewaspadaan, konsentrasi yang buruk, gugup dan agitasi. Ketika dialami sebagai respon normal untuk diketahui
(30)
atau dianggap ancaman, kecemasan sering menghilang saat ancaman akan dihapus. Dalam kasus seseorang yang didiagnosis dengan kanker, ancaman sering berbahaya dan mungkin berlanjut setelah perawatan selesai. Kecemasan akan terjadinya kekambuhan dan kematian menyebabkan kecemasan kronis dan ketakutan tentang masa depan (Holland & Gooen 2000 dalam Tofthagen, 2006).
Kecemasan pada pasien kanker dapat dikaitkan dengan aspek menakutkan untuk pengobatan atau ketidakpastian mengatasi dengan diagnosis yang mengancam potensi kehidupan. Orang dengan gangguan kecemasan yang sudah ada sebelumnya cenderung mengalami gangguan eksaserbasi ketika mereka didiagnosis kanker (Holland & Gooen 2000 dalam Tofthagen, 2006). Penelitian Schmidt (2003 dalam Tofthagen, 2006) menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa tertentu pada pasien kanker mengakibatkan meningkatnya kecemasan seperti gejala-gejala baru yang ditimbulkan ketika pertama kali didiagnosis, menunggu hasil tes, memulai pengobatan baru,
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada bulan Nopember 2013 di RSUP. H. Adam Malik Medan bahwa pihak rumah sakit telah menyediakan pastoral care atau pelayanan kerohanian sejak 4 Maret mengalami perubahan dalam pengobatan, mengakhiri pengobatan, memiliki kegagalan pengobatan, kesejahteraan, mempelajari bahwa penyakit itu telah berkembang dan mengalami tekanan ketahanan hidup dan menghadapi akhir kehidupan. Diagnosis kanker sering menyebabkan individu untuk menguji kembali arti hidup mereka, hubungan mereka dengan orang lain, hubungan mereka dengan alam semesta dan dengan pencipta mereka (Allgar et al, 2003 dalam Tofthagen, 2006).
(31)
2013 untuk memenuhi kebutuhan spiritualitas pasien. Pelayanan kegiatan kerohanian adalah kegiatan doa bersama untuk kesembuhan dan keselamatan pasien yang di pandu oleh petugas kerohanian yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit. Petugas kerohanian yang ada di RSUP. H. Adam Malik Medan berjumlah tiga orang yaitu petugas kerohanian untuk Agama Islam, Agama Kristen Protestan dan Agama Khatolik.
Petugas kerohanian selalu berada ditempat setiap hari dan mereka selalu berkunjung ke ruangan untuk memberikan pelayanan kegiatan kerohanian. Jika pasien membutuhkan pelayanan kerohanian maka pasien dan keluarga pasien melapor pada perawat yang berada di Ruang Rawat Inap RSUP. H. Adam Malik Medan dan perawat akan mendatangkan petugas kerohanian sesuai dengan standar prosedur operasional. Berdasarkan hasil observasi terhadap pasien di RSUP. H. Adam Malik Medan didapatkan data bahwa masih ada beberapa perawat yang tidak melaksanakan tugasnya dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dengan baik kepada pasien.
Dari pemaparan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pasien kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan.
1.2. Permasalahan
Apakah terdapat hubungan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pasien kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan ?
(32)
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui pemenuhan kebutuhan spiritualitas dan tingkat kecemasan pasien kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pemenuhan kebutuhan spiritualitas pasien kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan.
b. Mengetahui tingkat kecemasan pasien kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan.
c. Mengetahui hubungan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pasien kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan.
1.4. Hipotesa Penelitian
Ada hubungan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pasien kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.5.1. Aspek Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi serta menambah koleksi pustaka tentang pemenuhan kebutuhan spiritualitas untuk mengatasi tingkat kecemasan pada pasien kanker.
(33)
1.5.2 Aspek Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada petugas kesehatan mengenai pentingnya melakukan pemenuhan kebutuhan spritualitas untuk mengurangi tingkat kecemasan pasien kanker.
(34)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Spiritual
2.1.1. Kebutuhan Spiritualitas
Highfield dan Cason (1983 dalam McSherry, 2006) menggunakan pendekatan kebutuhan spiritual dalam penelitian deskriptif mereka menyelidiki kesadaran perawat bedah tentang kebutuhan spiritual. Para peneliti mengidentifikasi empat kebutuhan spiritual yaitu kebutuhan akan makna dan tujuan dalam hidup, kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta, kebutuhan akan harapan dan kebutuhan akan kreativitas.
Stallwood dan Stool dalam McSherry (2006) menyatakan bahwa spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Setiap faktor diperlukan untuk membangun dan mempertahankan hubungan dinamis pribadi seseorang dengan Tuhan atau sebagaimana didefenisikan oleh individu itu dan keluar dari hubungan itu untuk mengalami pengampunan, cinta, harapan, kepercayaan, makna dan tujuan dalam hidup. Kebutuhan spiritual tidak murni terkait dengan agama atau kepercayan terhadap Tuhan tetapi filosofi semantik terhadap kehidupan atau mencari makna dan tujuan.
Frankl (1987; Travelbee, 1966 dalam McSherry, 2006) menyatakan
bahwa kebutuhan spiritual dipandang sebagai persyaratan paling dalam pada diri sendiri. Jika seseorang mampu mengidentifikasi dan memenuhi
(35)
persyaratan, maka ia dapat berfungsi secara harmonis, mencari makna, nilai, tujuan dan harapan dalam hidup bahkan saat hidup mungkin akan terancam.
Burnard (1988 dalam McSherry, 2006) seorang individu dapat menyatakan kebutuhan untuk hubungan yang harmonis setelah mengalami gangguan pernikahan. Secara psikologis berorientasi untuk melihat kebutuhan psikologis, ketika pada kenyataannya orang tersebut adalah menyatakan keinginan untuk mengeksplorasi isu-isu yang mendasar, unik dan keberadaan mereka berada di tengah. Secara alami spiritual berasal dari dimensi psikososial, demikian juga, itu akan membuat kesalahpahaman yang serius dan kesalahan untuk menyimpulkan bahwa seorang ateis atau
agnostik tidak memiliki kebutuhan rohani karena mereka tidak mempunyai kepercayaan pada Tuhan.
Narayanasamy dan Owens (2001) menyatakan bahwa adanya kebutuhan spiritual lainnya dengan menerapkan konsep langsung ke keperawatan dan perawatan kesehatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sejumlah perawat mengidentifikasi pasien dari ekspresi perasaan emosional dan mencari makna dan tujuan. Dari hasil wawancara yang diperoleh, ketakutan merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa tegang, nyeri dan emosional. Para pasien takut akan kematian dan mereka tidak ingin suaminya mengetahui akan ketakutannya. Mereka membutuhkan bimbingan, mencari makna dan tujuan untuk mengatasi emosinya.
Yong et al (2008) menyatakan bahwa kebutuhan spiritual terdiri dari lima yaitu arti dan tujuan, harapan, mencintai dan hubungan yang
(36)
harmonis, hubungan dengan Tuhan dan menerima kematian. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kebutuhan harapan untuk kesembuhan, memiliki ketenangan dengan diri dan kehidupan serta merasakan kedamaian dan memiliki hubungan telah terbukti menjadi alat yang efektif untuk mengatasi penyakit. Makna dan tujuan hidup merupakan komponen utama dari spiritualitas karena ketika seseorang tidak dapat menemukan makna dan tujuan hidup selama masa-masa sulit, mereka mungkin mengalami depresi dan kebutuhan spiritual merupakan intervensi yang penting dalam mengatasinya. Mencintai dan hubungan yang harmonis dengan orang lain merupakan kebutuhan manusia secara universal karena menunjukkan bahwa mereka selalu harus ada dengan keluarga agar pasien menjadi lebih kuat. Menerimaan kematian termasuk kebutuhan untuk mengatasi tanggung jawab hidup dan mempersiapkan kematian
Galek et al (2005) menyatakan bahwa kebutuhan spiritual terdiri dari enam yaitu kebutuhan akan mencintai, harapan, arti dan tujuan, moral dan etik, apresiasi keindahan dan kematian. Shelly dan Fish (1988 dalam McSherry, 2006) mengidentifikasi tiga kebutuhan spiritual yaitu kebutuhan akan makna dan tujuan, kebutuhan akan cinta dan keterkaitan dan kebutuhan untuk pengampunan.
yang tujuannya mengatasi kekhawatiran setelah kematian.
Colliton (1981 dalam McSherry, 2006) menekankan bahwa kebutuhan spiritual adalah kebutuhan yang menyentuh inti dari seseorang yang menjadi tempat pencarian makna pribadi. Ini adalah peran para
(37)
profesional perawatan kesehatan untuk membantu individu dalam memahami dan menemukan makna di saat terjadinya krisis seperti penerimaan diagnosis terminal, kehilangan orang yang dicintai atau berpartisipasi dengan kehidupan dengan cacat permanen.
2.1.2. Komponen Kebutuhan Spiritualitas a. Arti dan tujuan
Kita semua memiliki keinginan dan kebutuhan untuk mengidentifikasi beberapa makna dalam hidup kita dan keberadaan yang akan membantu dalam menghasilkan motivasi atau tujuan, yang akan menyebabkan rasa pemenuhan. Pencarian ini dilakukan dalam masa sehat maupun sakit (McSherry, 2006). Kebutuhan untuk menemukan arti dan tujuan merupakan dimensi penting diseluruh literarur. Beberapa penulis menekankan bahwa penyakit fisik sering bertindak sebagai pemicu. Satu yang terpenting adalah sebuah perjalanan batin untuk mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan hidup dan mati serta untuk mengatur ulang prioritas berhubungan dengan fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Narayanasamy menyatakan bahwa penyakit juga dapat sebagai satu tantangan yang sudah ada pada sistem personal. Kebutuhan untuk memahami eksistensi manusia, dengan melihat adanya arti, dapat menemukan kedamaian, tidak peduli seberapa parah penyakitnya (Galek et al, 2005).
b. Kebutuhan akan cinta dan hubungan yang harmonis
Tanpa keintiman dan kenyamanan yang diperoleh dengan orang lain misalnya pasangan, rekan atau teman dekat, kita bisa merasa terisolasi,
(38)
sendirian dan kehilangan sentuhan, keamanan dan cinta. Kebutuhan akan hubungan yang harmonis penting yang berasal dari kontak pribadi dan keterlibatan dengan orang – orang. Namun, kasih sayang yang sama dihasilkan atau dialami melalui kontak dekat dengan penciptanya. Pengamantan telah dilakukan dan hasil yang diperoleh bahwa hubungan tidak akan selalu harmonis dan individu dapat tumbuh dan belajar dari semua pengalaman (McSherry, 2006).
Mencintai, memiliki dan menghormati merupakan kategori yang terbesar. Banyak pasien menyatakan bahwa pentingnya seorang ustad atau pendeta dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Dari hasil survey yang diperoleh kebutuhan spiritual pasien yaitu agar dapat diterima setiap orang, kasih sayang dan kebaikan, dapat merasakan hubungan dengan dunia, persahabatan dan menghargai fungsi tubuh (Galek et al, 2005).
c. Kebutuhan untuk pengampunan
Pada saat hidup akan terjadi hal yang mengganggu dan akan terjadi konflik. Namun, kemarahan dan rasa bersalah yang belum terselesaikan dapat menyebabkan hilangnya fisik, psikologis, sosial dan kesejahteraan spiritual. Oleh karena itu, untuk menjaga keseimbangan, ada kebutuhan untuk mencoba dan menyelesaikan konflik dalam kehidupan dan pada waktu memaafkan (McSherry, 2006).
Mickley dan Cowles (2001 dalam Kozier et al, 2004) menyatakan bahwa pengampunan (forgiveness) mendapatkan perhatian meningkat dari para profesinal pelayanan kesehatan. Bagi banyak klien, sakit atau kecacatan
(39)
berkaitan dengan rasa malu dan rasa bersalah. Masalah kesehatan diinterpretasi sebagai hukuman atas dosa dimasa lalu seperti melakukan hubungan sek sebelum menikah adalah penyebab dari kanker payudara yang di alaminya. Klien yang sedang menghadapi kematian dapat mencari atau meminta pengampunan dari yang lain termasuk dari Tuhan. dalam penelitiannya menganjurkan pada perawat yang mempunyai peran penting, agar membantu klien dengan memahami proses pengampunan ini dan memenuhi kebutuhan spiritualitas klien melalui pengampunan ini.
d. Kebutuhan untuk sumber harapan dan kekuatan
Spiritualitas sering disebut sebagai sumber kekuatan batin dan keyakinan harapan. Keyakinan seseorang, nilai-nilai dan sikap akankah membawa harapan pada orang, masa depan atau dari perspektif agama, seperti hidup yang kekal yang memungkinkan individu untuk menimba kekuatan dari komitmen dan keyakinan mereka (McSherry, 2006).
Galek et al (2005) menyatakan bahwa kekuatan harapan dan rasa syukur dapat memupuk dan memberi semangat pasien. Meskipun harapan itu dikonseptualisasikan dalam berbagai cara. Peneliti menekankan kapasitas harapan dapat berhubungan dengan kemungkinan dan realita dari luar diri. Dari hasil survey didapatkan bahwa kebutuhan akan harapan dapat memberikan kedamaian dan kepuasan, menjaga agar pandangan tetap positif, bersyukur atau berterima kasih.
Stephenson (1991 dalam Kozier et al, 2004) menyatakan bahwa harapan adalah inti dalam kehidupan dan merupakan dimensi esensial bagi
(40)
keberhasilan dalam menghadapi dan mengatasi keadaan sakit dan kematian. Harapan sebagai suatu proses antisipasi yang melibatkan interaksi pemikiran, tindakan, perasaan dan relasi, yang arahkan pada masa datang untuk pemenuhan akan kepribadian yang penuh makna. Jika tidak mempunyai harapan dan tidak ada yang memberikan harapan tersebut, maka sakit yang dialami, dirasakan seperti bekembang memburuk lebih cepat.
e. Kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang berfikir dan bertingkah laku. Kreativitas digunakan seseorang untuk mengekspresikan sifat dasarnya melalui suatu bentuk atau medium sehingga menghasilkan rasa puas baginya. Kemampuan untuk menemukan makna, ekspresi dan nilai dalam aspek kehidupan seperti sastra, seni, musik dan kegiatan lainnya yag berasal dari sifat kreatif individu, menyediakan ekspresi dan makna serta sarana komunikasi. Kreativitas dapat berbentuk inspirasi, mengangkat emosi seseorang dan perasaan untuk keindahan hadir dalam bentuk kreasi (McSherry, 2006).
f. Kepercayaan
Individu terisolasi dan diabaikan ketika kehilangan kepercayaan. Dipercaya dapat berbentuk diterapkan pada teman-teman masing-masing keluarga atau masyarakat dunia pada umumnya. Kepercayaan adalah prasyarat untuk membangun persahabatan dan hubungan terapeutik. Dengan mengadopsi pendekatan ini, itu akan muncul bahwa kepercayaan adalah penting untuk eksistensi dan komunikasi. Dipercaya menyebabkan rasa nilai,
(41)
harga diri dan penerimaan oleh orang lain. Kemampuan untuk mengekspresikan keyakinan pribadi dan nilai-nilai dalam kehidupan adalah kebutuhan mendasar untuk mengekspresikan keyakinan pribadi dan nilai-nilai. Kebutuhan ini dipupuk dalam masyarakat modern. Ketidakmampuan untuk mengekspresikan keyakinan pribadi dan nilai-nilai dapat menyebabkan frustasi dan akhrinya permusuhan (McSherry, 2006).
Taylor (1997 dalam Kozier et al, 2004) menyatakan bahwa kepercayaan kepada Tuhan merupakan hal yang sangat penting ditanamkan dalam diri. Dengan adanya kepercayaan menyadarkan kepada kita bahwa segala sesuatu yang ada baik alam semesta maupun isinya adalah bersumber dari Tuhan. Seseorang yang tidak memiliki kepercayaan akan merasa ragu dana bimbang. Orang yang percaya akan memiliki kepasrahan dalam dirinya sehingga orang tersebut memiliki kepastian dalam hidupnya.
g. Mempertahankan praktek-praktek kesejahteraan spiritual
Seperti kemajuan hidup kita, praktik kesejahteraan spiritual tertentu dapat dikembangkan dan dibentuk. Praktek ini dapat berasal dari dalam kerangka agama seperti kebutuhan untuk doa sehari-hari atau menghadiri kebaktian gereja, masjid atau kuil. Namun seseorang individu mungkin telah tumbuh secara rohani melalui perjalanan waktu di daerah pedalaman atau dengan mengambil keterlibatan dalam olahraga. Selam periode sakit atau rawat inap, akan ada kebutuhan untuk memastikan praktek tersebut terus bila memungkinkan (McSherry, 2006).
(42)
h. Keyakinan atau keimanan
Fowler (1981 dalam Kozier et al, 2004) menyatakan bahwa keimanan adalah kepercayaan atau komitmen kepada sesuatu atau seseorang. Keimanan dapat ada baik pada orang yang beragama maupun orang yang tidak beragama. Keimanan memberikan makna hidup, memberikan kekuatan pada saat individu mengalami kesulitan dalam kehidupannya. Untuk klien yang sedang sakit, keimanan terhadap Tuhan, Allah, atau lainnya dalam diri klien sendiri, dalam setiap anggota tim kesehatan, atau pada keduanya, dapat memberikan kekuatan dan harapan.
2.1.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas
Menurut Craven et al (1996 dalam Yani, 2008) menyatakan bahwa faktor penting yang dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah: a. Pertimbangan tahap perkembangan
Berdasarkan hasil penelitian Craven et al (1996) terhadap anak-anak dengan empat agama yang berbeda ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama dan kepribadian anak.
b. Keluarga
Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritualitas anak. Yang penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya tentang Tuhan, tetapi apa yang anak pelajari mengenai Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari perilaku orang tua mereka. Olah karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman pertama anak dalam mempersepsikan
(43)
kehidupan di dunia, pandangan anak pada umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam berhubungan dengan orang tua dan saudaranya. c. Latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama dan termasuk nilai moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan. Perlu diperhatikan apa pun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual adalah hal unik bagi tiap individu.
d. Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup, baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang. Sebaliknya juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual kejadian atau pengalaman tersebut.
e. Krisis dan perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian, khususnya pada pasien dengan penyakit terminal atau dengan prognosis yang buruk. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual yang bersifat fisik dan emosional.
(44)
f. Terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Klien yang dirawat merasa terisolasi dalam ruangan yang asing baginya dan merasa tidak aman. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain tidak dapat menghadiri secara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman dekat yang biasa memberikan dukungan setiap saat diinginkan. Terpisahnya klien dari ikatan spiritual dapat beresiko terjadinya perubahan fungsi spiritualnya. g. Isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukkan kebesarannya walaupun ada juga agama yang menolak intervensi pengobatan. Prosedur medik sering kali dapat dipengaruhi oleh pengajaran agama.
h. Asuhan keperawatan yang sesuai
Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, perawat diharapkan untuk peka terhadap kebutuhan spiritual pasien, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan perawat justru menghindar untuk memberikan asuhan spiritual. Alasan tersebut antara lain karena perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya, kurang menganggap penting kebutuhan spiritual, tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual dalam keperawatan atau merasa bahwa pemenuhan spiritual pasien bukan menjadi tugasnya tetapi tanggung jawab pemuka agama.
(45)
2.1.4. Peran Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pasien
Perawat yang bekerja di garis terdepan harus mampu memenuhi semua kebutuhan klien termasuk juga kebutuhan spiritual klien. Berbagai cara perawat untuk memenuhi kebutuhan klien mulai dari pemenuhan makna dan tujuan spiritual sampai dengan memfasilitasi klien untuk mengekspresikan agama dan keyakinannya. Dalam memenuhi kebutuhan spiritual tersebut perawat memperhatikan tahap perkembangannya, sehingga asuhan yang diberikan dapat terpenuhi sebagaimana mestinya (Hamid, 2008).
Layanan bimbingan spiritual bagi pasien semakin diakui memiliki peran dan manfaat yang efektif bagi penyembuhan. Bahkan di tangan para perawat Rumah sakit yang profesional, perawatan spiritual khususnya bimbingan spiritual memberikan kontribusi bagi proses penyembuhan pasien. Dari proses komunikasi yang dibangun oleh para perawat rumah sakit yang profesional, para pasien bisa memulihkan kondisi psikologisnya. Pendekatan terapi keagamaan khusunya pemenuhan kebutuhan spiritual dalam bidang kedokteran bukan untuk tujuan mengubah keyakinan pasien terhadap agamanya melainkan untuk membangkitkan kekuatan spiritual dalam menghadapi penderitaan penyakit atau gangguan pada kesehatannya (Sholeh, 2005).
Terapi keagamaan yang diberikan berupa bimbingan tentang konsep sehat sakit dari sudut pandang agama, bimbingan untuk berdzikir dan berdoa. Dengan beragama yang benar, hidup menjadi lebih ikhlas atau pasrah terhadap segala sesuatu yang diberikan oleh Tuhan, sehingga akan terjadi
(46)
keseimbangan. Semua protektor yang ada di dalam tubuh manusia bekerja dengan ketaatan beribadah, lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan pandai bersyukur sehingga tercipta suatu keseimbangan dari neurotransmiter yang ada di dalam otak (Hawari, 2007).
Memfasilitasi kebutuhan pasien terhadap pelaksanaan keagamaan, perawat perlu mengkaji terlebih dahulu mengenai kebutuhan spiritual pasien. Misalnya mengetahui masalah-masalah atau kendala pasien dalam melaksanakan ibadah kemudian berusaha membantu mencari solusi atas masalah-masalah atau kendala yang dihadapi pasien. Seorang perawat disarankan untuk tidak langsung memberikan bantuan pada pasien tanpa mengkaji kebutuhan spiritual pasien terlebih dahulu. Kemudian perawat dapat memberikan pilihan pada pasien dalam melakukan peribadatan untuk memberikan kemandirian pada pasien dalam mengambil keputusan. Misalnya dengan menawarkan bantuan atau pasien ingin melakukan peribadatan secara personal atau memberikan privasi untuk berdoa. Selanjutnya perawat memfasilitasi pasien untuk melakukan pilihannya (Sholeh, 2005).
Pada pasien dalam keadaan terminal, perawat memfasilitasi untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien, misalnya menanyakan siapa-siapa yang ingin didatangkan untuk bertemu dengan klien dan didiskusikan dengan keluarganya (teman-teman dekat atau anggota keluarga lain). Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan dengan sakitnya. Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima kunjungan-kunjungan teman-teman terdekatnya, yaitu dengan memberikan atau membantu klien untuk
(47)
membersihkan diri dan merapikan diri. Meminta saudara atau teman-temannya untuk sering mengunjungi dan mengajak orang lain dan membawa buku-buku bacaan bagi klien apabila klien mampu membacanya (Hamid, 2008).
Bantuan memenuhi kebutuhan spiritual misalnya dengan menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan rencana-rencana klien selanjutnya menjelang kematian. Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka agama dalam hal untuk memenuhi kebutuhan spiritual. Disini tokoh agama dapat menuntun pasien untuk mencapai ketenangan sehingga dapat mencapai good death dan perawat membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan spiritual sebatas kemampuannya (Sholeh, 2005).
McSherry (2004) menyatakan bahwa tidak semua pasien akan hadir dengan kebutuhan rohani atau mengangkat semua permasalahan yang eksistensial atau spiritual sebagai akibat dari penyakit mereka. Olah karena itu, kita dapat membuat asumsi dalam perawatan kesehatan bahwa semua pasien atau pengguna jasa akan hadir dengan kebutuhan rohani, atau bahwa mereka akan ingin membahas hal-hal yang bersifat spiritual dengan profesional perawatan kesehatan serta pentingnya memiliki beberapa mekanisme untuk memastikan kebutuhan rohani pasien akan ditangani secara efektif dan bertemu praktek keperawatan kesehatan.
Narayanasamy (2004) menyatakan bahwa perawat dan pemberi pelayanan kesehatan lainnya tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual
(48)
pasien mereka, karena berbagai alasan. Salah satunya disebabkan banyak perawat tidak memahami secara utuh apa yang dimaksud dengan spiritualitas.
2.2. Kecemasan
2.2.1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah keadaan emosi yang tidak memiliki objek yang spesifik dan kondisi ini dialami secara subjektif (Stuart, 2001). Kecemasan sebagai respon emosi tanpa objek yang spesifik secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati et al, 2005).
2.2.2. Penyebab Kecemasan
Suliswati et al (2005) menyatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu :
a. Faktor predisposisi
Terdiri dari peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik, konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
(49)
secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan. Frustasi akan menimbulkan ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.
Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani kecemasan akan mempengaruhi individu dalam berespons terhadap konflik yang dialami karena mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiapine dapat menekan neurotransmitter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan. b. Faktor presipitasi
Terdiri dari ancaman terhadap integritas fisik meliputi sumber internal meliputi kegagalan mekanisme fisiologi sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal. Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polusi lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal. Ancaman terhadap harga diri terdiri dari sumber internal meliputi kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru, berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri. Sumber eksternal
(50)
meliputi kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
2.2.3. Tanda dan Gejala Kecemasan
Hawari (2001) menyatakan bahwa tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukkan oleh seseorang bervariasi, tergantung dari berat atau tingkatan yang dirasakan oleh individu tersebut. Keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang saat mengalami kecemasan secara umum adalah sebagai berikut:
a. Perasaan cemas meliputi cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan mudah tersinggung.
b. Ketegangan meliputi merasa tegang, lesu, tidak dapat beristirahat dengan tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar dan gelisah.
c. Ketakutan pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas dan pada kerumunan orang banyak. d. Gangguan tidur meliputi sulit untuk tidur, terbangun pada malam hari,
tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, mimpi buruk dan mimpi yang menakutkan.
e. Gangguan kecerdasan meliputi kesulitan berkonsentrasi, daya ingat menurun dan daya ingat buruk.
f. Perasaan depresi meliputi hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, terbangun pada saat dini hari dan perasaan berubah-ubah sepanjang hari.
(51)
g. Gejala somatik atau fisik pada otot meliputi sakit dan nyeri di otot, kaku, kedutan otot dan suara tidak stabil.
h. Gejala somatik atau fisik pada sensorik meliputi tinnitus (telinga berdenging), penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas dan perasaan ditusuk-tusuk.
i. Gejala kardiovaskuler meliputi takikardi, berdebar-debar, nyeri di dada, denyut nadi kuat, lemas seperti mau pingsan, detak jantung menghilang atau berhenti sebentar.
j. Gejala respiratori meliputi rasa tertekan atau sesak di dada, rasa tercekik, sering menarik napas, napas pendek.
k. Gejala gastrointestinal meliputi sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, kembung, mual, muntah, buang air besar konsistensinya lembek, konstipasi dan kehilangan berat badan.
l. Gejala urogenital meliputi sering buang air kecil, tidak dapat menahan buang air kecil, gangguan menstruasi, darah haid berlebihan, darah haid sedikit, masa haid lama, masa haid pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, ejakulasi dini, ereksi melemah, impotensi.
m.Gejala autonom meliputi mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, kepala pusing kepala terasa berat, kepala terasa sakit.
n. Tingkah laku meliputi gelisah, tidak tenang, jari gemetar, dahi berkerut, wajah tegang, otot tegang atau mengeras, nafas pendek dan cepat, wajah merah.
(52)
2.2.4. Respon Kecemasan
Menurut Stuart (2001) pada orang yang cemas akan muncul beberapa respon yaitu:
a. Respon fisiologis
Terdiri dari sistem kardiovaskular meliputi palpitasi, tekanan darah meningkat, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun. Pada sistem pernafasan meliputi nafas cepat dan pendek, nafas dangkal. Pada sistem gastrointestinal meliputi nafsu makan menurun, mual dan diare. Pada sistem neuromuskular meliputi tremor, gugup, gelisah, insomnia dan pusing. Pada traktus urinarius meliputi sering berkemih. Pada sistem integumen meliputi gatal, wajah kemerahan.
b. Respon perilaku
Terdiri dari gelisah, tremor, ketegangan fisik, reaksi terkejut, gugup, bicara cepat, menghindar, kurang kooordinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal dan melarikan diri dari masalah.
c. Respon kognitif
Terdiri dari perhatian terganggu, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, hambatan berfikir, kesadaran diri meningkat, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu mengambil keputusan, menurunnya lapangan persepsi dan kreatifitas, bingung, takut, kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual dan takut cedera atau kematian.
(53)
d. Respon afektif
Terdiri dari mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, ketakutan, waspada, gugup, mati rasa, rasa bersalah dan malu. Menurut Stuart (2001) rentang respon individu terhadap cemas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif. Rentang respon yang paling adaptif adalah antisipasi dimana individu siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul sedangkan rentang yang paling maladaptif adalah panik dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga mengalami ganguan fisik dan psikososial.
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik 2.2.5. Tingkat Kecemasan
Peplau (1963 dalam Stuart 2001) mengidentifikasi kecemasan dalam empat tingkatan dan menggambarkan efek dari tiap tingkatan.
a. Cemas ringan
Cemas ringan merupakan cemas yang normal yang berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya seperti melihat, mendengar dan gerakan menggenggam lebih kuat. Kecemasan tingkat ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
(54)
b. Cemas sedang
Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Kecemasan ini mempersempit lapang presepsi individu seperti penglihatan, pendengaran dan gerakan menggenggam berkurang.
c. Cemas berat
Cemas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
d. Cemas berat sekali/panik
Panik berhubungan dengan ketakutan. Individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Hal itu dikarenakan individu tersebut mengalami kehilangan kendali, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Individu yang mengalami panik juga tidak dapat berkomunikasi secara efektif. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan bahkan kematian.
(55)
2.3. Kanker
2.3.1. Pengertian Kanker
Kanker merupakan proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari deoxyribo nucleat acid (DNA) selular. Sel abnormal ini membentuk klon dan mulai berproliferasi secara abnormal kemudian dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasif dan terjadi perubahan pada sel-sel di sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan-jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh-pembuluh-pembuluh-pembuluh darah tersebut sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase pada bagian tubuh yang lain (Smeltzer & Bare, 2002).
2.3.2. Penyebab Kanker a. Umur
Kebanyakan kanker menyerang di atas usia 45 tahun. Bukan berarti kanker bisa kebal di bawah usia 45 tahun, maka semakin berumur kita harus memperbaiki faktor-faktor yang bisa merugikan kesehatan tubuh.
b. Kebiasaan buruk
Merokok dapat meningkatkan resiko kanker paru, konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan kanker.
c. Lokasi geografis
Negara-negara industri memiliki tingkat resiko terkena kanker tertentu yang lebih tinggi dibandingkan Negara berkembang. Namun, diyakini bahwa faktor lingkungan seperti gaya hidup, budaya, diet, air dan kualitas
(56)
udara memainkan peranan dalam penyebab kanker sehubungan dengan geografis.
d. Diet
Asupan tinggi lemak dikaitkan dengan kanker payudara, usus besar, ovarium, ginjal, paru-paru dan endometrium. Asupan serat yang rendah dikaitkan dengan tingkat resiko terkena kanker usus besar yang lebih tinggi. e. Kurangnya olahraga
Waktu yang sebagian besar dihabiskan di atas tempat duduk dihubungkan dengan peningkatan resiko terkena berbagai macam kanker. f. Tingginya kadar estrogen
Dapat meningkatnya resiko terkena kanker reproduksi seperti payudara dan endometrium.
g. Genetika
Kebanyakan orang berpikir bahwa genetika adalah faktor resiko utama penyebab kanker, tetapi riwayat keluarga dan DNA hanyalah salah satu faktor.
h. Penghasilan
Pendapatan rendah dikaitkan dengan tingkat resiko yang lebih tinggi terkena kanker lambung, kanker paru-paru (pada laki-laki), kanker serviks (pada wanita), kanker mulut, faring, laring, esofagus sedangkan pendapatan yang lebih tinggi dikaitkan dengan resiko yang lebih tinggi pada kanker kulit, kanker payudara, kanker prostat.
(57)
i. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang lebih rendah terkait dengan resiko terkena kanker yang lebih tinggi dan cenderung kurang memiliki akses pada informasi pencegahan kanker (Rahmad, 2012).
2.3.3. Kebutuhan Spiritual Pasien Kanker
Menurut Rando (1984 dalam Yani 2008) keyakinan beragama dapat membantu menyokong pasien dalam menghadapi krisis kehidupan termasuk kematian melalui berbagai hal berikut:
a. Membantu mengeidentifikasi rasa takut dan ansietas tidak saja dengan mengungkapkan kedukaan, tetapi juga melalui rasa syukur terhadap karunia dan pengalaman yang telah diberikan Tuhan.
b. Menekankan kepada peristiwa kehidupan dan pengalaman kemanusiaan yang membuat kehidupan tampak lebih mudah dipahami.
c. Membantu pasien mengalihkan pikiran dan perasaan pada tindakan yang konstruktif.
d. Memungkinkan pasien untuk mengalihkan peristiwa kehidupan yang tragis ke arah kekuatan yang memberi harapan dan cinta.
e. Mengarahkan pada kepekaan spiritual dan aspirasi yang tinggi sehingga mudah menemukan hikmah yang terkandung dalam penderitaan.
f. Mengurangi rasa bersalah dan berduka dalam menghadapi saat-saat akhir kehidupan.
g. Mengalihkan perhatian dari kematian, tidak untuk mengingkari, tetapi dengan menempatkannya dalam perspektif yang lebih luas.
(58)
2.4. Landasan Teoritis
2.4.1. Keperawatan Holistik
Dossey (2005) menyatakan bahwa model yang paling komprehensif yang tersedia untuk memandu perawatan kesehatan utama adalah biopsycho sosial- spiritual model. Dalam model holistik, semua penyakit yang memiliki komponen psikosomatik dan biologis, faktor psikologis, sosial dan spiritual selalu berkontribusi untuk gejala-gejala penyakit pasien. Dimensi spiritual dalam model biopsycho-sosial-spiritual menggabungkan spiritualitas dalam konteks yang luas, nilai-nilai, makna dan tujuan dalam hidup. Ini mencerminkan sifat manusia yang peduli, mencintai, kejujuran, kebijaksanaan dan imajinasi. Konsep semangat menyiratkan suatu kualitas transendensi, sebuah kekuatan membimbing atau sesuatu di luar diri dan melampaui individu perawat atau klien. Ini mungkin mencerminkan keyakinan akan adanya kekuatan yang lebih tinggi. Bagi sebagian orang, semangat dapat menunjukkan perasaan sepenuhnya mistis atau kualitas dinamis yang mengalir dari kesatuan. Hal ini sulit didefenisikan, namun merupakan sebuah kekuatan vital secara mendalam yang dirasakan oleh individu. Roh manusia dapat membuat perbedaan antara hidup dan mati serta kesehatan dan penyakit.
Gambar 2.4 The Bio-Psycho-Social-Spiritual Model Biologi
Psikologi Sosiologi
(59)
Setiap komponen dari model bio-psiko-sosial- spiritual saling tergantung dan saling terkait. Hal ini diperlukan untuk mengatasi semua komponen untuk mencapai hasil terapi yang optimal. Terlepas dari penyakit yang terlibat, teknologi yang dikembangkan atau terapi yang digunakan, model bio-psiko-sosial-spiritual menyediakan peta jalan utama keseluruhan dalam merawat pasien secara keseluruhan.
Dua tantangan utama dalam keperawatan telah muncul di abad kedua puluh satu. Yang pertama adalah untuk mengintegrasikan konsep teknologi, pikiran dan jiwa ke dalam praktek keperawatan, yang kedua adalah untuk mengintegrasikan model untuk keperawatan kesehatan yang memandu penyembuhan diri dan orang lain. Keperawatan holistik adalah acara yang paling lengkap untuk konsep dan praktek keperawatan profesional
2.4.2 Elemen Spiritual
a. Keterhubungan dengan sumber suci atau Tuhan
Sumber suci mungkin dijelaskan sebagai orang, kehadiran atau sebagai sebuah misteri yang melampaui kata-kata. Ketidakcukupan bahasa sangat jelas ketika kita mencoba untuk mendiskusikan atau menggambarkan apa yang ada di dalam dan diantara kita, namun di luar dan kekuatan yang lebih besar dari kita. Pikiran rasional kita tidak bisa memahami Tuhan dan setiap deskripsi atau kata-kata yang digunakan untuk berbicara tentang sumber suci masih kurang. Tuhan jauh dari konsep apa pun yang dipikirkan manusia. Kata-kata dan deskripsi, bagaimanapun, alat-alat dari pikiran
(60)
rasional yang bsia mengarahkan kita kepada Tuhan. Konsep Tuhan yang dikembangkan oleh pikiran rasional mungkin bersifat pribadi atau kelompok.
Menghubungkan dengan sumber suci bisa melibatkan hal-hal seperti doa, ritual, rekonsiliasi dan ketenangan. Ajaran dari tradisi keagamaan menawarkan berbagai perspektif mereka sendiri dan pedoman bagaimana cara berhubungan dengan sumber suci. Memahami bagaimana orang mencari dan merasakan hubungan dengan sumber suci dan hambatan yang mungkin mereka hadapiu adalah penting dalam memberikan perawatan spiritual (Dossey, 2005).
b. Keterhubungan dengan alam
Spiritualitas sering diungkapkan pada pengalaman melalui rasa keterhubungan dengan alam, lingkungan dan alam semesta. Hewan, burung, ikan dan makhluk lainnya di bumi yang memberikan makna dan suka cita bagi orang-orang dari segala usia. Kesadaran semua bentuk kehidupan di bumi dan tempat mereka dalam keteraturan alam, merupakan sumber hubungan dan apresiasi spiritual. Burung-burung atau lebah dengan bunga-bunga semua menggambarkan keajaiban dari berbagai bentuk kehidupan yang sangat memberikan pengalaman spiritual. Kesadaran dari keterhubungan dengan bumi dan alam semesta. Individu bukan penenun dari jaringan kehidupan, melainkan masing-masing untai dalam jaringan tersebut. Apa yang mereka lakukan untuk jaringan mereka lakukan untuk diri mereka sendiri. Dengan demikian, apa yang terjadi pada bumi dan lingkungan mempengaruhi mereka dan sebaliknya. Pilihan dan tindakan mereka dalam
(61)
segala hal mempengaruhi alam. Memahami keterkaitan antara roh dan materi dasar untuk beberapa tradisi dan dikenal di beberapa tingkat dalam semua tradisi spiritual, khususnya dikalangan mistikus.
Banyak orang mengalami rasa hubungan dengan sumber suci melalui alam, terlepas dari latar belakang agama mereka. Orang sering mengekspresikan perasaan tertentu kedekatan dengan diri spiritual mereka saat berjalan di pantai, duduk didekat pohon kesukaan mereka, melihat matahari terbenam, mendengarkan air yang mengalir, melihat api, merawat tanaman dan sebaliknya mengalami tatanan alam. Alam bisa menjadi sumber kekuatan, inspirasi dan kenyamanan yang semuanya adalah atribut dari spiritualitas (Dossey, 2005).
c. Keterhubungan dengan orang lain
Spiritualitas diketahui dan dialami dengan adanya hubungan, dengan kenyamanan, dukungan, konflik dan perselisihan yang menandai hubungan tersebut. Orang-orang mengekspresikan dan mengalami spiritualitas melalui apresiasi ikatan yang sama dengan seluruh umat manusia dan hubungan khusus mereka dengan orang lain. Spiritualitas dibentuk dan dipelihara dalam pengalaman seseorang dalam masyarakat dimulai dengan keluarga. Masyarakat, baik formal maupun informal dimana orang menjalani kehidupan mereka memberikan konteks untuk mengekspresikan rasa spiritual. Masyarakat memberikan kesempatan untuk berbagi perjalanan spiritual.
Orang sering berbicara tentang spiritualitas dalam hal hubungan mereka, baik harmonis dan tidak harmonis. Pembentukan, bekerja,
(62)
memelihara dan perbaikan hubungan adalah bagian penting dari spiritualitas seseorang. Berada dengan orang lain dengan cara mencintai dan mendukung adalah sebuah ekspresi dari spiritualitas, seperti berjuang dengan hubungan yang menyakitkan dan sulit dengan keluarga, teman dan kenalan. Hubungan yang memerlukan penyembuhan adalah hal yang penting untuk spiritualitas seperti halnya orang-orang yang memberikan dukungan dan kenyamanan.
Keterhubungan spiritual dengan orang lain baik dalam hal memberi dan menerima. Keterbukaan untuk menerima cinta, hidup dan sumber suci adalah sikap spiritual. Memang, kehadiran yang sejati bahwa seseorang berbagi dengan yang lain, dengan kejujuran yang tersirat penuh kasih dan keintiman adalah manifestasi dari spiritualitas. Spiritualitas dapat terlihat dalam kehidupan sehari-hari dan saat-saat khusus bersama dengan orang lain saat suka cita, kesedihan, ritual, seksualitas, doa, bermain, semangat, kemarahan, perdamaaian dan kepedulian (Dossey, 2005).
d. Keterbukaan dengan diri sendiri
Spiritualitas menanamkan kesadaran yang terus menerus tentang pentingnya menjadi diri sendiri. Kemampuan untuk berada dalam kesadaran yang mengalir dari jiwa adalah elemen penting dari keterkaitan dengan diri. Kesadaran untuk membuka pengalaman hidup di saat ini, hadir untuk tubuh jiwa pikiran mereka sendiri dan memungkinkan mereka untuk menerima semua aspek dari diri mereka sendiri tanpa penghakiman (Dossey, 2005).
(63)
2.5. Kerangka Konsep Teoritis
Barbara Montgomeey Dossey, 2005
Highfield dan Cason (1983)1, Stallwood dan Stool (2006)2, Frankl (1987)3,
Burnard (1988)4, Narayanasamy dan Owens ( 2001)5, Shelly dan Fish (1988)6,
Colliton (1981)7, Galek et al(2005)8,Yong et al (2008)9.
2.6. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konseptual pada penelitian ini menggambarkan hubungan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pasien kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan. Pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada penelitian ini menjadi variabel bebas (independen) sedangkan tingkat kecemasan
Kebutuhan Spiritualitas 1. Harapan 1, 2, 3,8,9
2. Arti dan tujuan 1, 2, 3, 5, 6, 7,8,9 3. Pengampunan 2, 6
4. Keyakinan dan nilai-nilai 3 5. Hubungan yang harmonis 1, 2, 3, 4,
6,8,9
6. Kepercayaan terhadap Tuhan 2 7. Kreativitas 1
Kecemasan
Tanda dan gejala kecemasan
Biologi
Spiritual Manusia Psikologi
(64)
pasien kanker menjadi variabel terikat (dependen). Untuk variabel independen terdiri dari delapan sub variabel yaitu harapan, arti dan tujuan, pengampunan, keyakinan dan nilai-nilai, hubungan yang harmonis, kepercayaan terhadap Tuhan, kreativitas dan kebutuhan spiritualitas yang diberikan perawat kepada pasien yang akan dihubungkan dengan variabel dependen yaitu tingkat kecemasan. Adapun kerangka konsep penelitian ini digambarkan sebagai berikut
Skema1. Kerangka Konsep Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan
Kebutuhan Spiritualitas 1. Harapan
2. Arti dan tujuan 3. Pengampunan
4. Keyakinan dan nilai-nilai 5. Hubungan yang harmonis 6. Kepercayaan terhadap Tuhan 7. Kreativitas
8. Kebutuhan spiritualitas yang diberikan perawat kepada pasien
Tingkat Kecemasan Tanda dan gejala kecemasan
(65)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, dengan studi pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pasien kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan. Pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat bersamaan pada data variabel independen dan dependen.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Rawat Inap RSUP. H. Adam Malik Medan. Adapun alasan peneliti memilih RSUP. H. Adam Malik Medan sebagai lokasi penelitian karena Rumah sakit tersebut sudah mengadopsi paham keagamaan sejak 4 Maret 2013 sehingga memungkinkan dan memudahkan proses penelitian terutama dalam pengambilan dan menentukan responden. Peneliti juga telah praktek sebelumnya di RSUP. H. Adam Malik Medan sehingga memudahkan peneliti untuk mengambil data awal.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014.
(66)
3.3.1. Populasi
Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh pasien dengan penyakit kanker yang dirawat di Ruang Rawat Inap RSUP. H. Adam Malik Medan. Alasan peneliti memilih pasien kanker sebagai populasi karena kanker termasuk penyakit kronis yang masalah kesehatan spiritualitasnya harus lebih diperhatikan dan kecemasan merupakan masalah umum bagi orang-orang yang menjalani pengobatan kanker
3.3.2. Sampel
. Populasi pasien kanker yang dirawat di Ruang Rawat Inap RSUP. H. Adam Malik Medan pada bulan Nopember 2013 sebanyak 105 orang.
Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian (Nursalam, 2003). Lameshow et al (2003) menyatakan bahwa untuk menentukan sampel penelitian menggunakan rumus besar sampel estimasi proporsi yaitu: n = Z 2 1-α/2
d2
*P*(1-P)
Keterangan
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan Z21-α/2
P = Harga proporsi di populasi 5%
= Standar defiasi normal dengan tingkat kepercayaan 95 %
d = Derajat presisi yang diinginkan pada penelitian ini adalah sebesar 10 %
(67)
Dengan perhitungan: n = (1,96)2
(0,1)
*0,5*(1-0,5)
= 3,8416 *0,5*0,5
2
0,01 = 0,9604 0,01 = 96
Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 96 orang pasien kanker yang dirawat di Ruang Rawat Inap RSUP. H. Adam Malik Medan. Adapun teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling. Teknik pengambilan sampel dengan
purposive sampling dilakukan hanya atas dasar pertimbangan peneliti, yang menganggap karakteristik-karakteristik tertentu yang dimiliki sampel sesuai dengan tujuan penelitian (Nursalam, 2003). Kriteria inklusi responden pada penelitian ini adalah bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan menandatangani surat pernyataan bersedia menjadi responden, pasien sudah menderita kanker lebih dari 6 bulan, pasien yang di rawat di Ruang Rawat Inap RSUP. H. Adam Malik Medan lebih dari 3 hari, usia responden lebih dari 18 tahun, kesadaran compos mentis, bisa berbahasa Indonesia.
(68)
3.4. Metode Pengumpulan Data
Pada awal penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan peneliti pada instansi pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara) kemudian permohonan izin yang diperoleh dikirimkan ke tempat penelitian yaitu RSUP. H. Adam Malik Medan. Setelah mendapat izin dari RSUP. H. Adam Malik Medan, peneliti melaksanakan pengumpulan data.
Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian serta pengisian kuesioner. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan sebagai responden dalam penelitian ini. Setelah itu responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti selama 30 menit. Responden diberi kesempatan untuk bertanya selama pengisian kuesioner bila ada yang tidak dimengerti sehubungan dengan pernyataan yang ada dalam kuesioner.
Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu menggunakan self reported dengan cara peneliti menanyakan langsung kuesioner pemenuhan kebutuhan spiritualitas dan tingkat kecemasan pasien kanker berupa tanda dan gejala kecemasan yang berisi pernyataan kepada responden, kemudian mengisi lembar kuesioner sesuai dengan jawaban responden. Untuk kuesioner pemenuhan kebutuhan spiritualitas disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka. Untuk kuesioner tingkat kecemasan dimodifikasi peneliti dari instrumen hamilton anxiety rating scale (HARS).
(69)
Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2005). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauhmana data terkumpul dan tidak menyimpang dari gambaran tentang yang dikumpulkan (Arikunto, 2006). Uji validitas instrumen ini dilakukan setelah ujian proposal penelitian dengan menggunakan metode content validity yaitu instrumen dibuat mengacu pada isi yang dilakukan kepada orang yang ahli, dan mengukur korelasi antar item variabel dengan menggunakan rumus teknik korelasi Pearson Product Moment Correlation Coeficient (r) dengan nilai koefisien korelasi >0,361 dikatakan valid (Ghozali, 2005).
Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu instrumen cukup dapat dipercaya dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data. Uji reliabilitas ini menggunakan koefisien Cronbach Alpha dengan komputerisasi. Apabila nilai Cronbach Alpha > 0,60 maka alat ukur tersebut reliabel (Gozhali, 2005). Pada instrumen penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan setelah ujian proposal penelitian.
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan kepada 20 orang pasien kanker di Ruang Rawat Inap Rindu A RSUP. H. Adam Malik Medan dengan alasan memiliki karakteristik yang relatif sama dengan responden penelitian. Responden untuk uji validitas dan reliabilitas berbeda dengan responden untuk penelitian. Untuk uji validitas instrumen pemenuhan kebutuhan
(70)
spiritualitas pasien kanker, pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang diberikan perawat dan tingkat kecemasan pasien kanker dilakukan satu kali karena semua instrumen valid. Setelah dilakukan uji validitas dilakukan uji reliabilitas dan didapatkan hasil bahwa semua instrumen reliabel. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.1, tabel 3.2 dan tabel 3.3.
Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=20)
No Pernyataan Nilai Corrected Item-Total
Keterangan Cronbach's Alpha Keterangan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Pernyataan 1 Pernyataan 2 Pernyataan 3 Pernyataan 4 Pernyataan 5 Pernyataan 6 Pernyataan 7 Pernyataan 8 Pernyataan 9 Pernyataan 10 Pernyataan 11 Pernyataan 12 Pernyataan 13 Pernyataan 14 Pernyataan 15 Pernyataan 16 Pernyataan 17 Pernyataan 18 Pernyataan 19 Pernyataan 20 ,791 ,993 ,791 ,993 ,929 ,992 ,992 ,992 ,993 ,992 ,993 ,993 ,993 ,993 ,993 ,992 ,797 ,694 ,791 ,712 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 ,974 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
(71)
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas yang Diberikan Perawat Pada Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=20)
No Pernyataan Nilai Corrected Item-Total
Keterangan Cronbach's Alpha Keterangan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Pernyataan 1 Pernyataan 2 Pernyataan 3 Pernyataan 4 Pernyataan 5 Pernyataan 6 Pernyataan 7 Pernyataan 8 Pernyataan 9 Pernyataan 10 Pernyataan 11 Pernyataan 12 ,858 ,979 ,858 ,979 ,926 ,973 ,858 ,764 ,644 ,976 ,979 ,979 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid ,959 ,959 ,959 ,959 ,959 ,959 ,959 ,959 ,959 ,959 ,959 ,959 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Tingkat Kecemasan Pada Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=20)
No Pernyataan Nilai Corrected Item-Total
Keterangan Cronbach's Alpha Keterangan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15 Pernyataan 1 Pernyataan 2 Pernyataan 3 Pernyataan 4 Pernyataan 5 Pernyataan 6 Pernyataan 7 Pernyataan 8 Pernyataan 9 Pernyataan 10 Pernyataan 11 Pernyataan 12 Pernyataan 13 Pernyataan 14 Pernyataan 15 ,864 ,940 ,798 ,838 ,623 ,800 ,940 ,798 ,919 ,939 ,838 ,940 ,798 ,762 ,680 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid ,971 ,971 ,971 ,971 ,971 ,971 ,971 ,971 ,971 ,971 ,971 ,971 ,971 ,971 ,971 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
(72)
3.5. Variabel dan Defenisi Operasional
Tabel 3.4. Kerangka Operasional Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas dengan Tingkat Kecemasan Pasien
No Variabel Defenisi Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur Jenis Variabel
1 Variabel Independen: Pemenuhan kebutuhan spiritualitas Upaya-upaya yang dilakukan pasien dan perawat untuk memenuhi kebutuhan spiritualitas pasien. Adapun kebutuhan spiritualitas meliputi: 1. Harapan yaitu bentuk dasar dari kepercayaan terhadap Tuhan agar sesuatu yang diinginkan dapat tercapai dan dapat melangsungkan kehidupan dengan baik 2. Arti dan tujuan
yaitu kebutuhan pasien untuk mendekatkan Kuesioner sebanyak 32 pernyataan terdiri dari: Kuesioner harapan, arti dan tujuan, pengampunan, keyakinan dan nilai-nilai, hubungan yang harmonis, kepercayaan dan kreativitas sebanyak 20 pernyataan. Dengan pilihan jawaban: 1.Tidak setuju 2. Ragu-ragu 3. Setuju 4. Sangat setuju Pemenuhan kebutuhan spiritualitas baik: 96-128 (67-100) % Pemenuhan kebutuhan spiritualitas cukup: 64-95 (34 -66) %
Pemenuhan kebutuhan spiritualitas kurang: 32-63 (0-33) % Skala ordinal/ Skala interval
(73)
diri dengan Tuhan agar dapat menemukan makna baik dan buruk dalam menjalani kehidupan 3. Pengampunan yaitu kebutuhan pasien agar dimaafkan dan memaafkan oleh Tuhan dan lingkungan sekitarnya 4. Keyakinan dan
nilai-nilai yaitu kepercayaan pasien terhadap pandangan yang dapat dijadikan sebagai pedoman hidup serta memberikan kekuatan pada saat pasien mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupannya
5. Hubungan yang harmonis yaitu kebutuhan pasien akan keinginan dicintai, disayangi, diperdulikan dan didoakan Kuesioner pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang diberikan perawat kepada pasien kanker sebanyak 12 pernyataan. Dengan pilihan jawaban: 1.Tidak pernah dilakukan 2.Jarang dilakukan 3.Sering dilakukan 4.Selalu dilakukan
(1)
BIODATA EXPERT CONTENT VALIDITY
1. Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep
Staf Dosen Departemen Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
2. Siti Zahara Nasution, SKp, MNS
Staf Dosen Departemen Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
3. Saodah Hanim, S.Kep, Ns
Wakil Kepala Instalasi Ruang Rawat Inap Rindu B RSUP. H. Adam Malik Medan.
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)