20 nomer empat dalam kompetensi profesional menurut Permendiknas
Nomor 16 tahun 2007 dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini: Tabel 1. Aspek-Aspek Kompetensi Profesional Menurut Permendiknas
Nomor 16 Tahun 2007
No. Kompetensi Profesional
Indikator 1.
Mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan
dengan melakukan tindakan reflektif
1. Melakukan refleksi
terhadap kinerja. 2.
Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka
peningkatan keprofesionalan.
3. Melakukan penelitian
tindakan kelas untuk peningkatan
keprofesionalan. 4.
Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar
dari berbagai sumber.
C. Tindakan Reflektif Guru
Salah satu aspek kompetensi profesional menurut Permendiknas nomor 16 tahun 2007 yaitu guru hendaknya melakukan tindakan reflektif secara
berkelanjutan. Menurut Permendiknas nomor 16 tahun 2007 aspek kompetensi
profesional yang
ke-empat yaitu
mengembangkan
21 keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
Aspek ini meliputi 1 melakukan refleksi terhadap kinerja, 2 memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan, 3 melakukan
penelitian tindakan kelas, 4 mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.
Tindakan reflektif menurut Harmer 2007: 410 adalah terus berkaca pada apa yang sudah dilakukan. Guru hendaknya terus berfikir apa yang
sudah diajarkan, bagaimana tanggapan siswa, dan mengapa semua itu terjadi. Hal serupa juga dinyatakan oleh Richards Lockhart 1996 bahwa
cara atau pendekatan yang dilakukan oleh guru dimana ia mengeksplorasi apa yang dilakukan dan mengapa melakukannya merupakan bagian dari tindakan
reflektif dalam pengajaran. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tindakan reflektif
adalah tindakan guru yang selalu bercermin terhadap apa yang sudah dilakukan untuk mencari solusi dari masalah yang ditemukan. Guru
hendaknya melihat kembali apakah yang dilakukan sudah sesuai dengan teori dalam pengajaran dan apakah sudah sesuai dengan karakteristik dari peserta
didik. Refleksi terhadap kinerja hendaknya dilakukan oleh guru secara
berkesinambungan. Wallace 1991 menyebutkan bahwa proses reflektif merupakan proses yang terus berjalan kontinyu dalam merefleksikan
received knowledge
dan
experiential knowledge
dalam konteks tindakan profesional.
Received knowledge
adalah pengetahuan tentang berbagai
22 konsep, data, dan teori yang relevan dengan bidang yang diajarkan.
Sedangkan
previous experiential knowledge
adalah pengetahuan yang diperoleh selama mengajar. Jadi dalam merefleksikan kinerjanya, guru
berpedoman pada dua hal yaitu teori terbaru yang relevan dengan bidang yang diajarkan dan pengetahuan yang diperoleh selama mengajar terkait
karakteristik siswa, budaya sekolah, dll. Hasil refleksi yang dilakukan oleh guru dapat dimanfaatkan terutama
untuk perbaikan kualitas diri. Menurut Richards Lockhart 1996: 2 dengan melakukan refleksi dalam menjalani profesinya guru akan mendapatkan
keuntungan. Beberapa diantaranya adalah: 1 dapat membantu mencapai pemahaman yang lebih baik tentang berbagai asumsi tentang mengajar dan
pemahaman tentang pelaksanaannya, 2 dapat memperkaya pemahaman konsep tentang mengajar dan proses belajar mengajar, 3 menjadi dasar
untuk
self-evaluation
yang merupakan
komponen penting
dalam pengembangan profesionalitas.
Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa manfaat dalam melakukan tindakan reflektif bagi guru beragam. Guru yang melakukan
tindakan reflektif akan menelaah kembali dan berusaha menyelesaikan permasalahan yang terjadi di dalam kelas. Tindakan reflektif oleh guru juga
dapat meningkatkan komitmen untuk terus melakukan peningkatan. Salah satu bentuk tindakan reflektif guru lainnya adalah melakukan
Penelitian Tindakan Kelas PTK. McNiff dalam Suharsimi Arikunto, dkk. 2012: 102 memandang bahwa PTK merupakan suatu bentuk penelitian
23 reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum,
pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar, dan lain sebagainya. Guru melakukan tindakan reflektif
atau timbal balik dari interaksinya dengan peserta didik ketika mengajar. Menurut Hamzah B. Uno, dkk 2011: 41
, “penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui
refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dan hasil belajar
peserta didik meningkat.” Senada dengan pendapat tersebut, Suharsimi
Arikunto 2012: 3 mengatakan bahwa PTK merupakan pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran dalam kelas.
Dari pendapat di atas, dapat kita simpulkan beberapa hal pokok mengenai PTK, diantaranya adalah:
a Penelitian tindakan kelas merupakan sebuah refleksi guru terhadap
kegiatan pembelajaran b
Tujuan dari PTK adalah untuk memperbaiki kinerja guru c
PTK juga bertujuan untuk memperbaiki jalannya pembelajaran d
PTK dibuat agar hasil belajar peserta didik dapat meningkat PTK merupakan penelitian yang sangat penting bagi guru. Dengan
dibuatnya penelitian ini, guru dapat merefleksi hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran. Dampak positif dari dibuatnya PTK salah satunya adalah guru
dapat menemukan pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini terjadi karena gurulah yang paling mengerti keadaan
24 peserta didik di kelasnya. Pembuatan PTK oleh guru perlu untuk
dilaksanakan secara berlanjut, karena dengan melaksanakan PTK, guru akan merasa lebih mantap dalam berpartisipasi dalam berbagai kegiatan inovatif.
Aspek kompetensi prefesional yang terakhir yaitu mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber. Pada era teknologi seperti
sekarang ini, penyebaran informasi sudah tidak terbatas. Informasi yang berkembang tidak hanya didominasi kaum cerdik pandai semata. Informasi
dari belahan dunia manapun dapat diakses secara cepat oleh orang-orang di seluruh dunia menggunakan internet,
smartphone
, televisi, dan lain-lain. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga mempengaruhi
dunia pendidikan. Guru dapat menggunakan layanan internet secara mudah. Berkembangnya media cetak dan media digital juga membantu guru
memperoleh informasi yang berhubungan dengan keilmuan secara cepat dan mudah.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat memunculkan sebuah zaman yang disebut era globalisasi. Suparlan 2005:
138 menuturkan: Dengan maraknya penggunaan teknologi informasi ini terjadilah apa
yang dikenal dengan era globalisasi. Segala sesuatu serba mendunia, dengan karakteristik adanya arus informasi yang semakin cepat,
tantangan yang semakin besar, adanya kompetisi dan persaingan bebas antar negara. Oleh karena itu, lembaga pendidikan sekolah harus dapat
menghasilkan lulusan yang bermutu tinggi, tidak hanya berstandar lokal maupun nasional, tetapi harus memenuhi standar internasioanal. Selaras
dengan perkembangan yang terjadi sebagai akibat dari era globalisasi maka penyelenggaraan pendidikan sekolah pada umumnya dan
kemampuan guru pada khususnya juga mengalami perkembangan dan perubahan
25 Sekolah dan guru-guru di era globalisasi hendaknya dapat
mengembangkan kemampuan, khususnya dalam menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran bertuan agar
peserta didik lebih memahami apa yang diajarkan. Selain menggunakan teknologi sebagai sarana komunikasi, guru
hendaknya memanfaatkan teknologi sebagai sarana pengembangan diri. Pengembangan diri yang dimaksudkan disini adalah guru dapat mengikuti
perkembangan keilmuan yang sangat dinamis. Informasi tentang keilmuan atau perkembangan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta
didik dapat didapat secara mudah melalui internet, internet dapat diakses secara mudah dan cepat melalui ponsel pintar
smartphone
. Tidak hanya itu, guru dapat menggunakan media sosial dalam aplikasi
smartphone
untuk berbagi informasi tentang pendidikan dengan komunitas sesama guru. Guru
dengan mudah bertukar informasi tentang pengalaman mengajar dan membuat penelitian dalam forum guru secara mudah.
Dahulu, buku teks dipandang sebagai sumber belajar yang inti. Namun seiring perkembangan teknologi, berbagai buku dan materi pembelajaran
dapat dilihat secara cepat dan mudah melalui internet. Dengan adanya perkembangan teknologi seperti internet, smartphone, TV, radio dll
diharapkan dapat menambah wawasan guru. Guru yang berwawasan luas tidak akan membatasi peserta didiknya untuk belajar dari sumber apapun
selama yang mereka pelajari merupakan hal-hal positif.
26
National Academy of Education
2009: 23 menyebutkan bahwa dewasa ini para guru dituntut untuk dapat menggunakan teknologi agar
memudahkan peserta didik dalam mengakses informasi dan sumber-sumber belajar lainnya, mengembangkan keterampilan dan mengekspresikan ide.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik simpulan bahwa guru hendaknya mengikuti perkembangan zaman dengan belajar dari berbagai
sumber. Sumber yang dapat dipelajari berupa internet, media cetak, media digital, dan lingkungan sekitarnya.
D. Hasil Penelitian yang Relevan