TINDAKAN REFLEKTIF GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DI SD NEGERI REJOWINANGUN 1 KOTA GEDE YOGYAKARTA.

(1)

TINDAKAN REFLEKTIF GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DI SD NEGERI REJOWINANGUN 1 KOTA GEDE YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Yulia Maya Puspita NIM 12108241122

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

ii


(3)

(4)

(5)

v

MOTTO

“Belajarlah untuk Mengajar, dan Mengajarlah untuk Belajar“ (Penulis)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah SWT dan dengan mengucap syukur alhamdulillah atas karunia Allah SWT serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Ayah dan Ibu tercinta, Bapak Jumar dan Ibu Sri Haryanti yang senantiasa ada dalam lantunan doa.

2. Agama dan segenap rakyat Indonesia

3. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.


(7)

vii

TINDAKAN REFLEKTIF GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DI SD NEGERI REJOWINANGUN 1 KOTA GEDE YOGYAKARTA

Oleh

Yulia Maya Puspita NIM 12108241122

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tindakan reflektif guru bersertifikat pendidik di sd negeri rejowinangun 1 kota gede yogyakarta. fokus penelitian yang diajukan adalah kompetensi profesional dalam aspek mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif di SD Negeri Rejowinangun 1.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah guru bersertifikat pendidik. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru bersertifikat pendidik, rekan sejawat, dan kepala sekolah. Adapun objek penelitian ini adalah tindakan reflektif guru bersertifikat pendidik. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif Miles & Huberman (reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan). Uji keabsahan menggunakan triangulasi teknik dan sumber.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru bersertifikat pendidik melakukan refleksi tertulis pada pembelajaran setiap satu semester sekali. Guru menggunakan hasil refleksi sebagai pertimbangan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Tidak semua guru bersertifikat pendidik pernah melakukan penelitian tindakan kelas. Guru bersertifikat pendidik meningkatkan kemampuan dengan belajar dari buku panduan, seminar, internet, dan informasi dari rekan sejawatnya.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi berjudul “Penerapan Kompetensi Profesional Guru di SD Negeri Rejowinangun 1 Kota Gede Yogyakarta” dengan lancar. Sholawat serta salam tidak lupa tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya.

Keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang

terhormat Bapak / Ibu di bawah ini:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, selaku yang menerima saya sebagai mahasiswa yang telah lulus seleksi masuk perguruan tinggi negeri untuk belajar di UNY.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah mendukung kelancaran penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak AM. Yusuf, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.


(9)

ix

5. Ibu Sri Haryanti, Bapak Jumar, Bapak Mahfudz Hidayat, dan Mas Imbang yang selalu menyemangati dan mendukung penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Susmiyanto selaku kepala SD Negeri Rejowinangun 1 yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SD Negeri Rejowinangun 1.

7. Segenap warga SD Negeri Rejowinangun 1 yang bersedia menjadi subjek penelitian.

8. Kepada sahabatku Wahni Hidayah, Devi Kurnia dan Teman-teman “D Javu” yang telah memberi warna dan kisah dalam perkuliahan selama 8 semester. 9. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebut satu persatu yang selalu

membantu dalam penyusunan proposal skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca sekalian, dan telah siap untuk diujikan. Kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk perbaikan seterusnya. Terima kasih. Akhir kata.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 17 Oktober 2016


(10)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 7

C.Pembatasan Masalah ... 8

D.Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

G.Definisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Hakekat Guru ... 11

1. Pengertian Guru ... 11

2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru ... 13

3. Guru Profesional ... 15

B.Kompetensi Profesional Guru ... 16

1. Definisi Kompetensi.. ... 16


(11)

xi

C.Tindakan Reflektif Guru ... 20

D.Hasil Penelitian yang Relevan ... 26

E. Kerangka Pikir ... 27

F. Pertanyaan Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A.Pendekatan Penelitian ... 29

B.Subjek dan Objek Penelitian ... 29

C.Sumber Data Penelitian ... 30

D.Setting Penelitian ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

1. Wawancara ... 30

2. Observasi ... 31

3. Dokumentasi ... 32

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 32

1. Pedoman Wawancara ... 33

2. Pedoman Lembar Observasi ... 34

G.Pemeriksaan Keabsahan Data ... 35

1. Triangulasi Sumber ... 36

2. Triangulasi Teknik ... 36

H.Teknik Analisis Data ... 37

1. Reduksi Data (Data Reduction) ... 37

2. Penyajian Data (Data Display) ...37

3. Penarikan Simpulan (Conclusion Drawing/Verification) ... 38

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...39

1. Lokasi Penelitian ...39

2. Data Guru dan Karyawan...40

B. Deskripsi Subjek dan Objek Penelitian ...41

1. Deskripsi Subjek Penelitian ...41

2. Deskripsi Objek Penelitian ...42


(12)

xii

1. Refleksi teradap Kinerja Sendiri ...43

2. Pemanfaatan Hasil Refleksi dalam Rangka Peningkatan Keprofesionalan ... 48

3. Melakukan Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Keprofesional ... 49

4. Mengikuti Kemajuan Zaman dengan Belajar dari Berbagai Sumber ... 50

D. Pembaasan Hasil Penelitian ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ...63


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Aspek-aspek Kompetensi Profesional Guru

Menurut Permendiknas Nomor 16 tahun 2007... 20 Tabel 2. Kisi-kisi Wawancara untuk Guru Bersertifikat

Pendidik, Rekan Sejawat, dan Kepala Sekolah... 34 Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi untuk Guru

Bersertifikat Pendidik ... 35 Tabel 4. Data Guru di SD Negeri Rejowinangun 1 ... 40


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1. Tabel Jadwal Kegiatan Penelitian... 58 Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Wawancara Penerapan Kompetensi

Profesional Guru kepada Guru Bersertifikat Pendidik... 59 Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Wawancara Penerapan Kompetensi

Profesional Guru kepada Rekan Sejawat Guru Bersertifikat Pendidik... 61 Lampiran 4. Daftar Pertanyaan Wawancara Penerapan Kompetensi

Profesional Guru kepada Kepala Sekolah... 64 Lampiran 5. Lembar Observasi Aktivitas Guru... 77 Lampiran 6. Hasil Wawancara Penerapan Kompetensi Profesionalisme

dengan Guru Bersertifikat Pendidik... 78 Lampiran 7. Hasil Wawancara Penerapan Kompetensi Profsionalisme

dengan Rekan Sejawat Guru Bersertifikat Pendidik... 82 Lampiran 8. Hasil Wawancara Penerapan Kompetensi Profsionalisme

dengan Kepala sekolah... 86 Lampiran 9. Reduksi Data, Display Data, dan Simpulan Hasil

Wawancara terhadap Guru Bersertifikat Pendidik... 88 Lampiran 10. Reduksi Data, Display Data, dan Simpulan Hasil

Wawancara terhadap Rekan Sejawat Guru Bersertifikat Pendidik... 93 Lampiran 11. Reduksi Data, Display Data, dan Simpulan Hasil

Wawancara terhadap Kepala Sekolah... 98 Lampiran 12. Triangulasi Sumber dari Guru Bersertifikat Pendidik, Rekan

Sejawat, dan Kepala Sekolah... 102 Lampiran 13. Hasil Observasi di Kelas Guru Bersertifikat Pendidik... 109 Lampiran 14. Reduksi Hasil Observasi, Display Data, dan Kesimpulan

Observasi Pembelajaran di Kelas Guru Bersertifikat Pendidik... 110


(15)

xv

Lampiran 15. Tabel Triangulasi Data... 112

Lampiran 16. Dokumentasi Foto... 113

Lampiran 17. RPP Guru... 114

Lampiran 18. Dokumen PTK Guru... 119

Lampiran 19. Izin Penelitian... 120

Lampiran 20. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian... 122

Lampiran 21. Form Refleksi Guru... 123


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan yang berkualitas merupakan dambaan dari semua warga negara. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan di sebuah negara yaitu kualitas pendidik atau guru. Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru hendaknya seseorang yang profesional agar dapat terbentuk generasi yang berkualitas

Menurut Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 tentang guru, dan UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru dan dosen harus memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S-1/D-4, menguasai kompetensi, bersertifikat pendidik, seat jasmani dan rohani, da memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tempatnya bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Jadi menurut undang- undang, guru yang belum memiliki sertifikat pendidik belum bisa disebut sebagai guru profesional.

Menurut Sudarwan Danim (2015: 113) untuk dapat menjadi tenaga profesional, guru harus memiliki persyaratan khusus yaitu harus memiliki kualifikasi akademik minimal S1/D4, kompetensi sebagai landasan


(17)

2

pembelajaran, sehat jasmani rohani, dan kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik dibuktikan dengan ijazah. Sedangkan keahlian dibuktikan dengan sertifikat guru yang diperoleh setelah dinyatakan lulus mengikuti Uji Kompetensi.

Untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik, guru hendaknya menguasai empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 ayat 10 disebutkan “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, atau perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya”. Secara garis besar dapat dikatakan kompetensi adalah peleburan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Kompetensi yang dimaksudkan meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional.

Dari pendapat di atas dapat diambil simpulan bahwa seorang guru yang profesional harus memiliki ijazah minimal S1/D4 dan menguasai empat kompetensi dasar yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional yang dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Hal tersebut sudah menjadi realitas mengingat perkembangan zaman yang semakin pesat, sehingga pendidikan yang bermutu hendaknya diwujudkan agar memenuhi tuntutan zaman, salah satu caranya adalah dengan meningkatkan profesionalitas pendidik/ guru.

Empat kompetensi utama harus dimiliki oleh guru untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Keempat


(18)

3

kompetensi di atas sangat penting bagi guru karena keempatnya menjadi panutan guru dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor. Empat kompetensi yang sudah disebutkan di atas hendaknya selalu dikembangkan oleh guru sesuai dengan kemajuan zaman, agar pendidikan dan pengajaran yang dilakukan oleh guru semakin baik dan dapat meningkatkan mutu pendidikan di negeri ini.

Menurut Syaiful Sagala (2009: 11-12) tugas guru banyak terkait dengan profesinya di sekolah, seperti mengajar dan membimbing muridnya di sekolah, memberikan penilaian hasil belajar, mempersiapkan administrasi pembelajaran yang diperlukan, dan kegiatan lain yang berkaitan dengan pembelajaran. Sedangkan tugas di luar sekolah seperti tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan di luar sekolah. Guru harus senantiasa mengembangkan kemampuannya agar dapat mengemban tugasnya dengan baik. Guru juga wajib bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan amalannya dalam rangka membina dan membimbing anak didiknya.

Penelitian ini terfokus pada kompetensi nomor empat yaitu kompetensi profesional. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia No. 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, kompetensi profesionalisme meliputi lima bagian yaitu, (1) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, (2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu, (3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, (4) mengembangkan keprofesionalan


(19)

4

secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Pemerintah berupaya memetakan kompetensi guru yaitu dengan menyelenggarakan Uji Kompetensi Guru (UKG) secara online di seluruh Indonesia. Ujian ini dilakukan serempak di seluruh Indonesia dan bertujuan untuk mengetahui penguasaan guru terhadap kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Program ini dimulai pada tahun 2012. Salah satu tujuan dari UKG yaitu sebagai dasar pertimbangan pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan profesi guru dalam bentuk pengembangan keprofesian berkelanjutan. UKG ini wajib diikuti oleh guru PNS maupun yang non PNS, baik yang bersertifikat ataupun tidak. Menurut E. Mulyasa (2011: 48) UKG merupakan prosedur yang digunakan oleh pemerintah untuk memberikan jaminan tertulis bahwa perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pendidikan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Kompas tanggal 13 Oktober 2015 menjelaskan bahwa hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) menjadi dasar pemberian pelatihan lanjutan sesuai kebutuhan guru. Nilai rata-rata yang harus dicapai guru 8,0. Pada 2012-2013, nilai rata-rata hasil UKG hanya 4,7. Kondisi ini menunjukkan bahwa penguasaan guru terhadap kompetensi pedagogik dan profesional masih sangat rendah. Kondisi ini sangat memprihatinkan, mengingat pemerintah telah membuat banyak program untuk meningkatkan kualitas guru antara lain program sertifikasi, workshop, seminar, pelatihan, sosialisasi, dan pembinaan.


(20)

5

Peneliti melakukan observasi di SD N Rejowinangun 1. SD Negeri Rejowinangun 1 merupakan salah satu sekolah favorit dengan akreditasi A. Jumlah guru di SD Negeri Rejowinangun 1 sebanyak 26 orang. Jumlah itu meliputi 16 orang guru kelas, 4 orang guru agama (guru agama Islam dan Kristen), 2 orang guru olah raga, 2 orang guru tari, dan 2 orang guru komputer. Dari 26 orang guru di SD Negeri Rejowinangun 1,terdapat 8 orang belum PNS yaitu 2 orang guru kelas, 2 orang guru agama kristen, 2 orang guru tari, dan 2 orang guru komputer. Setelah wawancara dengan kepala sekolah, diketahui 14 guru di SD N Rejowinangun 1 sudah sertifikasi. Hasil observasi menunjukkan masih rendahnya penguasaan kompetensi guru di SD N Rejowinangun 1. Berikut ini hal-hal yang menjadi indikator rendahnya kompetensi guru di SD N Rejowinangun :

1. Guru belum memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran

Sebagian besar guru mengajar dengan cara yang konvensional, yaitu dengan menyampaikan materi secara lisan melalui metode ceramah dan tanya jawab. Guru belum menggunakan media elektronik dalam pembelajaran misalnya menggunakan LCD dan proyektor. Ketika ditanya, sebagian besar guru tidak mau direpotkan dengan penyiapan alat-alat tersebut. SD N Rejowinangun 1 belum mempunyai proyektor di kelas-kelas, sehingga mengharuskan guru yang hendak menggunakan harus mengambil dan menyiapkannya dahulu. Persiapan untuk LCD dan


(21)

6

proyektor lumayan menyita waktu, hal ini menyebabkan sedikit sekali guru yang menggunakannya.

2. Guru belum menggunakan media dalam pembelajaran

Media merupakan sarana yang penting agar tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai. Guru-guru di SD N Rejowinangun 1 sebagian besar belum menggunakan media dalam pembelajaran. Guru lebih sering menyampaikan pembelajaran dengan metode ceramah dan pemberian tugas. Padahal penggunaan media penting untuk membuat kongkrit hal-hal yang abstrak dalam pembelajaran. Beberapa guru muda menggunakan media ketika akan diadakan supervisi dari kepala sekolah. 3. Guru belum berupaya mengembangkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

pada mata pelajaran yang ada di SD

Guru-guru di SD N Rejowinangun 1 masih menemui kesulitan untuk mengembangkan PTK, padahal PTK merupakan bagian dari pengembangan profesi guru dan sebagai kebutuhan bagi para guru untuk meningkatkan kualitas dalam proses pembelajaran.

Hasil observasi di atas menunjukkan belum baiknya penguasaan kompetensi guru di SD Negeri Rejowinangun 1, khususnya kompetensi profesional yang meliputi (1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, (2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu, (3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, (4) Mengembangkan keprofesionalan secara


(22)

7

berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, (5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Analisis terhadap penguasaan kompetensi profesional guru di SD Negeri Rejowinangun 1 menunjukkan bahwa guru-guru belum maksimal dalam menjalankan kompetensi profesional, khususnya dalam mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Apakah guru-guru yang sudah bersertifikat dapat menjadi contoh bagi guru-guru yang belum bersertifikat dalam hal melakukan tindakan reflektif? Berangkat dari pemikiran tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “TINDAKAN REFLEKTIF GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DI SD NEGERI REJOWINANGUN 1

KOTA GEDE YOGYAKARTA”

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang timbul antara lain:

1. Guru-guru di SD Negeri Rejowinangun 1 belum berusaha mengembangkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

2. Hanya sebagian kecil guru yang memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran

3. Guru belum memanfaatkan media dalam pembelajaran

4. Guru bersertifikat pendidik belum maksimal menerapkan kompetensi profesional


(23)

8

C. Pembatasan Masalah

Melihat luasnya masalah dalam profesionalitas guru, maka penelitian ini dibatasi dalam hal melakukan tindakan reflektif di SD Negeri Rejowinangun 1, Kota Gede Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut,”bagaimana tindakan reflektif guru bersertifikat pendidik di SD Negeri Rejowinangun 1?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah, “mendeskripsikan tindakan reflektif guru bersertifikat pendidik yang sudah bersertifikasi di SD Negeri Rejowinangun 1”

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain: 1. Secara teoritis

a. Secara teoritis diharapkan agar guru menguasai kompetensi profesional dengan baik agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara maksimal agar tercapai cita-cita bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.


(24)

9 2. Secara Praktis

a. Bagi Guru

1) Guru yang sudah mendapat sertifikasi lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran karena sebagai contoh bagi guru yang belum bersertifikat.

2) Hendaknya guru yang telah memiliki sertifikasi memberi motivasi kepada guru yang belum bersertifikat pada pembuatan PTK. b. Bagi Sekolah

1) Pemanfaatan lebih dominan bagi guru yang terlatih sesuai dengan kompetensi yang telah dikuasai.

2) Guru yang telah memiliki kompetensi dapat meningkatkan proses KBM dan prestasi sekolah, agar sekolah lebih maju.

c. Bagi Dinas Pendidikan

1) Guru yang belum bersertifikasi hendaknya dimotivasi untuk mengikuti sertifikasi yang lebih tinggi agar kompetensinya lebih baik.

2) Sekolah-sekolah yang ada pada lingkungan dinas, hendaknya sebagai tolok ukur bagi dinas yang lain, karena kompetensi guru sudah menjadi realitas, termasuk di Kodya Yogyakarta.

G. Definisi Operasional

1. Tindakan reflektif adalah tindakan guru untuk mempertimbangkan kembali apa yang sudah dilakukan


(25)

10

2. Guru adalah seseorang yang berwenang dan beranggung jawab untuk membimbing peserta didik.


(26)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Guru

1. Pengertian Guru

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Dalam paradigma Jawa, guru mempunyai makna “digugu lan ditiru” artinya mereka selalu dicontoh dan dipanuti. Dalam bahasa arab disebut mu’allim dan dalam bahasa Inggris disebut teacher. Menurut Nurfuadi (2012: 54) guru adalah seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.

Guru mengajarkan sesuatu kepada orang lain, dengan kata lain guru menambah pengetahuan orang lain. Menurut Suparlan (2008: 12) pengertian guru semakin meluas yaitu mencakup aspek keilmuan yang bersifat kecerdasan spiritual (spiritual intellegence), kecerdasan intelektual (intelectual intellegence), dan kecerdasan kinestetik jasmaniah (bodily kinesthetic) sebagaimana dijelaskan oleh pakar psikologi terkenal Howard Gardner. Dengan demikian, guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik pengetahuan, sikap, maupun kinestetik.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, guru dipandang hanya menjadi bagian yang kecil dari istilah “pendidik”.


(27)

12

Dinyatakan dalam pasal 39 (2) pengertian tentang pendidik yaitu pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi

Dalam hal ini, ketentuan umum butir 5 menyatakan pengertian pendidik. Pengertian pendidik yaitu tenaga kependidikan yang berkulifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

Menurut penjabaran di atas, pengertian guru menjadi lebih sempit karena merupakan bagian dari pendidik. Guru dimata masyarakat dipandang sebagai orang yang melaksanakan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, surau, di rumah atau sebagainya. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang mendidik anak-anak mereka agar menjadi berkepribadian mulia.

Dengan demikian, pendapat di atas oleh peneliti disimpulkan bahwa guru adalah orang yang tugasnya memberikan pengajaran baik di lembaga pendidikan formal maupun di lembaga non formal dan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta membentuk budi pekerti


(28)

13

2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Guru mempunyai banyak tugas dan kewajiban, baik yang terikat di sekolah maupun yang berupa pengabdian. Menurut Moh. Uzer Usman (2011: 6-7) terdapat tiga jenis tugas guru yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.

Guru merupakan sebuah profesi. Untuk menjadi guru seseorang harus mempunyai keahlian khusus di dunia kependidikan. Walaupun kenyataannya banyak guru yang latar belakangnya bukan dari dunia kependidikan.

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada peserta didik.

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Guru harus dapat menarik simpati peserta didiknya untuk belajar. Selain itu, guru harus dapat memotivasi peserta didik untuk belajar. Selain hal tersebut, guru juga harus memberi nasihat-nasihat kebaikan kepada peserta didik.

Guru merupakan posisi yang penting dimata masyarakat. Masyarakat menganggap guru adalah orang yang memberi pengetahuan. Guru sering dilibatkan dalam acara-acara penting di tengah masyarakat. Guru bertugas mencerdaskan kehidupan bangsa.


(29)

14

Menurut Moh. Uzer Usman (2011: 7) tugas dan peran guru tidak terbatas di dalam masyarakat, bahkan pada hakikatnya guru merupakan komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Keberadaan guru sangat penting bagi bangsa yang sedang membangun, karena pendidikan merupakan aset emas dalam terwujudnya bangsa yang sejahtera.

Selain tugas, guru juga memiliki tanggung jawab yang harus dipenuhi. Guru bertanggung jawab untuk mencerdaskan peserta didik. Guru juga berusaha untuk membimbing dan membina peserta didik agar dimasa mendatang dapat menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara. Guru hendaknya bertanggung jawab terhadap ucapan dan perbuatannya, karena apa yang diucapkan akan menjadi contoh bagi anak-anak didiknya.

Menurut Wens Tanlain (dalam Nurfuadi 2012: 68) tanggung jawab guru adalah sebagai berikut:

(a) mematuhi nilai-nilai dan norma kemanusiaan (b) memikul tugas mendidik dengan bebas, berani, gembira (tugas tidak menjadi beban baginya) (c) sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya dan akibat yang timbul (kata hati) (d) menghargai orang lain, termasuk anak didik (e) takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru hendaknya bertanggung jawab atas semua sikap, tingkah laku, dan perbuatannya dalam ranga membina watak peserta didik. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab guru adalah membentuk watak


(30)

15

peserta didik agar menjadi manusia yang taqwa dan taat terhadap norma-norma kehidupan.

3. Guru Profesional

Kata profesional berasal dari kata profesi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dsb) tertentu. Sedangkan profesional diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya. Menurut Ornstein dan levine (dalam Soetjipto, dkk. 2009: 15-16) pengertian profesi yaitu:

(a) melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat (b) memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar jangkauan khalayak ramai (tidak semua orang dapat melakukannya) (c) enggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek (d) memerlukan pelatihan yang khusus dengan waktu yang panjang (e) terkendali berdasarkan lisensi baku atau mempunyai persyaratan masuk (untuk menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau ada persyaratan khusus yang ditentukan untuk dapat mendudukinya) (f) otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu (g) menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan berdasarkan layanan yang diberikan (h) mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien (i) menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya (j) mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri (k) mempunyai asosiasi profesi atau kelompok untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya (l) mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan (m) empunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan kepercayaan diri setiap anggotanya (n) mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil simpulan bahwa orang dikatakan profesional apabila seseorang bekerja pada bidang


(31)

16

pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus untuk menjalankannya dan merupakan pekerjaan sepanjang hayat.

Guru merupakan pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus. Guru khusus dipersiapkan untuk mengajar dan pendidik. Hal tersebut didukung oleh Nurfuadi (2012: 9) yang mengatakan bahwa para ahli pendidikan memasukkan guru sebagai pekerjaan profesional, yaitu pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak mendapatkan pekerjaan lain.

Menurut Agus F. Tamyong (dalam Moh. Uzer Usman 2011: 15) guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Yang dimaksud terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal tetapi juga hendaknya menguasai berbagai strategi atau teknik di dalam kegiatan belajar mengajar serta menguasai landasan-landasan kependidikan. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian dalam bidang keguruan serta dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.

B. Kompetensi Profesional Guru

1. Definisi Kompetensi

Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Inggris, competence yang berarti kecakapan atau kemampuan.


(32)

17

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kompetensi merupakan kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan suatu hal. Jadi kata kompetensi secara harfiah dapat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh seseorang.

Pusat kurikulum Depdiknas (dalam Nurfuadi 2011: 71) mengatakan kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus. Jadi kompetensi menggambarkan kemampuan bertindak yang dilandasi ilmu pengetahuan yang hasil dari tindakan itu bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan seseorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat diwujudkan dalam hasil kerja nyata yang dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.

Guru profesional hendaknya menguasai kompetensi yang disyaratkan secara matang. UUSPN No. 20 tahun 2003 dalam pasal 10 dijelaskan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru meliputi: 1) kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran dan peserta didik, 2) kompetensi kepribadian yang mantap berakhlak mulia, arif, dan berwibawa, 3) kompetensi sosial yaitu kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, 4) kompetensi profesional yaitu kemampuan menguasai materi


(33)

18

pelajaran secara luas dan mendalam diperoleh melalui pendidikan profesi.

Menurut Jejen Musfah (2011: 27) Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki oleh guru mencapai tujuan dalam pembelajaran. Ketercapaian tujuan dalam pembelajaran merupakan tanggung jawab dari guru. Guru bertanggung jawab mengajar, mendidik, dan membina akhlak peserta didik agar menjadi pribadi yang cerdas dan mandiri. Hal tersebut juga didukung oleh Moh. Uzer Usman (2011: 14) yang mengatakan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab. Dari pendapat tersebut dapat diambil simpulan bahwa kompetensi merupakan kewenangan dan kemampuan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya.

2. Definisi Kompetensi Profesional Guru

Menurut Agus Wibowo dan Hamrin (2012: 118) kompetensi profesional adalah penguasaan guru terhadap materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Pendapat tersebut didukung oleh pendapat Buchari Alma (dalam Agus Wibowo dan Hamrin 2012: 118) yang menyatakan bahwa kemampuan profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, serta metode dan teknik mengajar yang sesuai dan dipahami oleh murid, mudah untuk ditangkap, tidak menimbulkan kesulitan dan keraguan. Menurut Badan Standar Nasional


(34)

19

Pendidikan (dalan Jejen Musfah 2011: 54) kompetensi profesional adalah:

Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (1) konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar, (2) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, (3) hubungan konsep antara mata pelajaran terkait, (4) penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari, (5) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan guru untuk menguasai materi ajar secara luas dan mendalam dan menguasai metode dan teknik mengajar yang dapat dipahami oleh murid serta mengembangkan materi studi yang diajarkan dalam bentuk penelitian.

Menurut Permendiknas Nomor 16 tahun 2007, kompetensi profesional guru Kelas SD/MI meliputi: (1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, (2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu, (3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, (4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, (5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil butir nomer empat dari kompetensi profesional yaitu mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Penjelasan dari butir


(35)

20

nomer empat dalam kompetensi profesional menurut Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini:

Tabel 1. Aspek-Aspek Kompetensi Profesional Menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007

No. Kompetensi Profesional Indikator

1. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif

1. Melakukan refleksi terhadap kinerja. 2. Memanfaatkan hasil

refleksi dalam rangka peningkatan

keprofesionalan. 3. Melakukan penelitian

tindakan kelas untuk peningkatan

keprofesionalan. 4. Mengikuti kemajuan

zaman dengan belajar dari berbagai sumber.

C. Tindakan Reflektif Guru

Salah satu aspek kompetensi profesional menurut Permendiknas nomor 16 tahun 2007 yaitu guru hendaknya melakukan tindakan reflektif secara berkelanjutan. Menurut Permendiknas nomor 16 tahun 2007 aspek kompetensi profesional yang ke-empat yaitu mengembangkan


(36)

21

keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Aspek ini meliputi (1) melakukan refleksi terhadap kinerja, (2) memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan, (3) melakukan penelitian tindakan kelas, (4) mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.

Tindakan reflektif menurut Harmer (2007: 410) adalah terus berkaca pada apa yang sudah dilakukan. Guru hendaknya terus berfikir apa yang sudah diajarkan, bagaimana tanggapan siswa, dan mengapa semua itu terjadi.

Hal serupa juga dinyatakan oleh Richards & Lockhart (1996) bahwa cara atau pendekatan yang dilakukan oleh guru dimana ia mengeksplorasi apa yang dilakukan dan mengapa melakukannya merupakan bagian dari tindakan reflektif dalam pengajaran.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tindakan reflektif adalah tindakan guru yang selalu bercermin terhadap apa yang sudah dilakukan untuk mencari solusi dari masalah yang ditemukan. Guru hendaknya melihat kembali apakah yang dilakukan sudah sesuai dengan teori dalam pengajaran dan apakah sudah sesuai dengan karakteristik dari peserta didik.

Refleksi terhadap kinerja hendaknya dilakukan oleh guru secara berkesinambungan. Wallace (1991) menyebutkan bahwa proses reflektif merupakan proses yang terus berjalan (kontinyu) dalam merefleksikan received knowledge dan experiential knowledge dalam konteks tindakan profesional. Received knowledge adalah pengetahuan tentang berbagai


(37)

22

konsep, data, dan teori yang relevan dengan bidang yang diajarkan. Sedangkan previous experiential knowledge adalah pengetahuan yang diperoleh selama mengajar. Jadi dalam merefleksikan kinerjanya, guru berpedoman pada dua hal yaitu teori terbaru yang relevan dengan bidang yang diajarkan dan pengetahuan yang diperoleh selama mengajar terkait karakteristik siswa, budaya sekolah, dll.

Hasil refleksi yang dilakukan oleh guru dapat dimanfaatkan terutama untuk perbaikan kualitas diri. Menurut Richards & Lockhart (1996: 2) dengan melakukan refleksi dalam menjalani profesinya guru akan mendapatkan keuntungan. Beberapa diantaranya adalah: (1) dapat membantu mencapai pemahaman yang lebih baik tentang berbagai asumsi tentang mengajar dan pemahaman tentang pelaksanaannya, (2) dapat memperkaya pemahaman konsep tentang mengajar dan proses belajar mengajar, (3) menjadi dasar untuk self-evaluation yang merupakan komponen penting dalam pengembangan profesionalitas.

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa manfaat dalam melakukan tindakan reflektif bagi guru beragam. Guru yang melakukan tindakan reflektif akan menelaah kembali dan berusaha menyelesaikan permasalahan yang terjadi di dalam kelas. Tindakan reflektif oleh guru juga dapat meningkatkan komitmen untuk terus melakukan peningkatan.

Salah satu bentuk tindakan reflektif guru lainnya adalah melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). McNiff (dalam Suharsimi Arikunto, dkk. 2012: 102) memandang bahwa PTK merupakan suatu bentuk penelitian


(38)

23

reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar, dan lain sebagainya. Guru melakukan tindakan reflektif atau timbal balik dari interaksinya dengan peserta didik ketika mengajar.

Menurut Hamzah B. Uno, dkk (2011: 41), “penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dan hasil belajar peserta didik meningkat.” Senada dengan pendapat tersebut, Suharsimi Arikunto (2012: 3) mengatakan bahwa PTK merupakan pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran dalam kelas.

Dari pendapat di atas, dapat kita simpulkan beberapa hal pokok mengenai PTK, diantaranya adalah:

a) Penelitian tindakan kelas merupakan sebuah refleksi guru terhadap kegiatan pembelajaran

b) Tujuan dari PTK adalah untuk memperbaiki kinerja guru c) PTK juga bertujuan untuk memperbaiki jalannya pembelajaran d) PTK dibuat agar hasil belajar peserta didik dapat meningkat

PTK merupakan penelitian yang sangat penting bagi guru. Dengan dibuatnya penelitian ini, guru dapat merefleksi hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran. Dampak positif dari dibuatnya PTK salah satunya adalah guru dapat menemukan pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini terjadi karena gurulah yang paling mengerti keadaan


(39)

24

peserta didik di kelasnya. Pembuatan PTK oleh guru perlu untuk dilaksanakan secara berlanjut, karena dengan melaksanakan PTK, guru akan merasa lebih mantap dalam berpartisipasi dalam berbagai kegiatan inovatif.

Aspek kompetensi prefesional yang terakhir yaitu mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber. Pada era teknologi seperti sekarang ini, penyebaran informasi sudah tidak terbatas. Informasi yang berkembang tidak hanya didominasi kaum cerdik pandai semata. Informasi dari belahan dunia manapun dapat diakses secara cepat oleh orang-orang di seluruh dunia menggunakan internet, smartphone, televisi, dan lain-lain.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga mempengaruhi dunia pendidikan. Guru dapat menggunakan layanan internet secara mudah. Berkembangnya media cetak dan media digital juga membantu guru memperoleh informasi yang berhubungan dengan keilmuan secara cepat dan mudah.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat memunculkan sebuah zaman yang disebut era globalisasi. Suparlan (2005: 138) menuturkan:

Dengan maraknya penggunaan teknologi informasi ini terjadilah apa yang dikenal dengan era globalisasi. Segala sesuatu serba mendunia, dengan karakteristik adanya arus informasi yang semakin cepat, tantangan yang semakin besar, adanya kompetisi dan persaingan bebas antar negara. Oleh karena itu, lembaga pendidikan sekolah harus dapat menghasilkan lulusan yang bermutu tinggi, tidak hanya berstandar lokal maupun nasional, tetapi harus memenuhi standar internasioanal. Selaras dengan perkembangan yang terjadi sebagai akibat dari era globalisasi maka penyelenggaraan pendidikan sekolah pada umumnya dan kemampuan guru pada khususnya juga mengalami perkembangan dan perubahan


(40)

25

Sekolah dan guru-guru di era globalisasi hendaknya dapat mengembangkan kemampuan, khususnya dalam menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran bertuan agar peserta didik lebih memahami apa yang diajarkan.

Selain menggunakan teknologi sebagai sarana komunikasi, guru hendaknya memanfaatkan teknologi sebagai sarana pengembangan diri. Pengembangan diri yang dimaksudkan disini adalah guru dapat mengikuti perkembangan keilmuan yang sangat dinamis. Informasi tentang keilmuan atau perkembangan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik dapat didapat secara mudah melalui internet, internet dapat diakses secara mudah dan cepat melalui ponsel pintar (smartphone). Tidak hanya itu, guru dapat menggunakan media sosial dalam aplikasi smartphone untuk berbagi informasi tentang pendidikan dengan komunitas sesama guru. Guru dengan mudah bertukar informasi tentang pengalaman mengajar dan membuat penelitian dalam forum guru secara mudah.

Dahulu, buku teks dipandang sebagai sumber belajar yang inti. Namun seiring perkembangan teknologi, berbagai buku dan materi pembelajaran dapat dilihat secara cepat dan mudah melalui internet. Dengan adanya perkembangan teknologi seperti internet, smartphone, TV, radio dll diharapkan dapat menambah wawasan guru. Guru yang berwawasan luas tidak akan membatasi peserta didiknya untuk belajar dari sumber apapun selama yang mereka pelajari merupakan hal-hal positif.


(41)

26

National Academy of Education (2009: 23) menyebutkan bahwa dewasa ini para guru dituntut untuk dapat menggunakan teknologi agar memudahkan peserta didik dalam mengakses informasi dan sumber-sumber belajar lainnya, mengembangkan keterampilan dan mengekspresikan ide.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik simpulan bahwa guru hendaknya mengikuti perkembangan zaman dengan belajar dari berbagai sumber. Sumber yang dapat dipelajari berupa internet, media cetak, media digital, dan lingkungan sekitarnya.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Peri Prasongko (2010) dengan judul “Kompetensi Profesional dan Kualifikasi Akademik Guru Taman Kanak -Kanak (TK) di Kecamatan Purbalingga”. Hasil penelitian menunjukkan masih banyak guru yang kualifikasi akademiknya tidak sesuai yaitu pendidikan minimum D4/S1 dalam pendidikan anak usia dini. Ada perbedaan penguasaan kompetensi profesional guru TK antara yang sesuai dan yang tidak sesuai kualifikasi akademiknya.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Purnomo (2012) dengan judul “Perbedaan Kompetensi Profesional guru SD yang Telah Bersertifikasi dengan Kompetensi Profesional Guru SD yang Belum Bersertifikasi se-Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi profesional guru SD yang telah bersertifikat lebih tinggi dibandingkan kompetensi guru SD yang belum


(42)

27

bersertifikat pendidik. Penelitian ini memfokuskan pada penerapan kompetensi profesional pada guru yang sudah bersertifikasi pendidik.

E. Kerangka Pikir

Guru profesional hendaknya memiliki kualifikasi akademik dan kemampuan penguasaan kompetensi yang memadahi. Kompetensi yang hendaknya dikuasai adalah kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional.

Penelitian ini memilih fokus pada tindakan reflektif guru bersertifikat pendidik yang meliputi aspek (1) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, (2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu, (3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik hendaknya menguasai aspek-aspek kompetensi profesional guru. Hal tersebut dapat dilihat dari pemahaman guru terhadap kompetensi profesional yang mereka terapkan. Penerapan berkaitan dengan hal apa saja yang mereka perbuat sebagai wujud dari aspek-aspek yang mereka amalkan.


(43)

28

F. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka dapat diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana guru bersertifikat pendidik melakukan refleksi terhadap kinerjanya?

2. Bagaimana guru bersertifikat pendidik memanfaatkan hasil reflektif dalam rangka meningkatkan keprofesionalannya?

3. Bagaimana guru bersertifikat pendidik melakukan penelitian tindakan kelas untuk memanfaatkan keprofesionalannya?

4. Bagaimana guru bersertifikat pendidik mengikuti kemajuan zaman melalui pemanfaatan berbagai sumber belajar?


(44)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif karena menyajikan data berupa kata-kata. Menurut Lexy J. Moleong (2007: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Apabila melihat permasalahan yang diteliti, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian di mana pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadaan dan kejadian sekarang, melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya (Sukardi, 2007: 157). Dengan demikian, dapat diketahui bahwa penelitian deskriptif menggambarkan fakta, subjek dan objek penelitian secara sistematis dan tepat.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah dua guru yang sudah bersertifikat pendidik. Sedangkan objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindakan reflektif guru yang sudah bersertifikat pendidik. Adapun aspek tersebut meliputi melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri, memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan, melakukan


(45)

30

penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan, mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru kelas yang sudah bersertifikat pendidik, kepala sekolah, rekan sejawat.

D. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Rejowinangun 1 Kota Gede Yogyakarta. Peneliti memilih lokasi ini karena sekolah dasar ini memiliki sistem paralel (A, B, C) pada masing-masing kelas. Di sekolah ini juga banyak terdapat guru kelas yang sudah bersertifikat pendidik.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan hal yang penting dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, jadi semacam percakapan yang digunakan untuk memperoleh informasi (Nasution, 2011: 113). Menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah (2011: 130) Wawancara adalah suatu teknik untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semiterstruktur. Wawancara semiterstruktur sudah termasuk dalam kategori in-dept interview. Jadi, dalam melaksanakan wawancara peneliti


(46)

31

menggunakan pedoman wawancara tentang apa yang akan ditanyakan kepada narasumber, dan pelaksanaannya lebih bebas jika dibandingkan dengan wawancara terstruktur (Sugiyono, 2012: 320). Pada wawancara jenis ini, peneliti lebih leluasa untuk menanyakan informasi sesuai dengan kebutuhan diluar pertanyaan yang sudah disusun. Wawancara pada penelitian ini akan dilakukan pada guru kelas bersertifikat dan kepala sekolah terkait dengan kemampuan guru kelas bersertifikat dalam memahami aspek-aspek kompetensi profesional.

2. Observasi

Djam’an Satori dan Aan Komariah (2011: 105), observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian.

Selanjutnya menurut Sugiyono (2010: 204) dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant observation (observasi non partisipan). Selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi non partisipan karena peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Sedangkan dari segi


(47)

32

instrumentasi yang digunakan, peneliti menggunakan observasi terstruktur karena observasi telah dirancang secara sistematis.

3. Dokumentasi

Menurut Djam’an Satori dan Aan Komariyah (2011: 149) studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan pengumpulan dokumen RPP, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dibuat oleh guru-guru yang sudah bersertifikat pendidik seta foto-foto ketika diadakan pembelajaran di kelas.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah yang melakukan penelitian itu sendiri yaitu peneliti. Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan orang yang membuka kunci, menelaah dan mengeksplorasi ruang secara cermat, tertib dan leluasa, dan bahkan ada yang menyebutnya key instrument (Djam’an Satori dan Aan Komariyah, 2011: 61) Peneliti sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analitis data, menafsirkan data dan membuat simpulan atas temuannya (Sugiono, 2007: 222)


(48)

33

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat bantu sebagai berikut: 1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk menuntun peneliti ketika melakukan wawancara. Tujuan dari pedoman wawancara adalah agar wawancara yang dilakukan sesuai dengan materi penelitian atau tidak akan menyimpang dari tujuan penelitian, sehingga wawancara dapat berjalan dengan efektif.

Wawancara biasanya dilakukan dengan bantuan alat perekam. Alat perekam digunakan untuk merekam ketika wawancara berlangsung, sehingga dapat membantu peneliti untuk merangkum jawaban narasumber. Alat perekam yang digunakan adalah handphone yang memiliki aplikasi untuk merekam suara.


(49)

34

Tabel 2. Kisi-Kisi Wawancara untuk Guru Bersertifikat Pendidik, Rekan Sejawat, dan Kepala Sekolah

No. Kompetensi

Profesional Indikator

Jumlah butir soal

Nomor soal

1. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif

1. Melakukan refleksi terhadap kinerja

2. Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan 3. Melakukan

penelitian

tindakan kelas untuk

peningkatan keprofesionalan 4. Mengikuti

kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber 6 5 5 4 1, 2,3,4,5,6 7,8,9,10,11 12,13,14,15,16 17,18,19,20

2. Lembar Observasi

Observasi dilakukan terhadap penerapan kompetensi profesional guru yaitu mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif seusai pembelajaran. Adapun lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi pelaksanaan pembelajaran yang berpedoman pada format lembar observasi menurut Pusat Pengembangan PPL dan PKL UNY (2014: 84).


(50)

35

Tabel 3. Kisi-Kisi Lembar Observasi untuk Guru Bersertifikat Pendidik

No. Indikator Aspek yang diamati

1. Melakukan refleksi terhadap kinerja

Observasi dilakukan pada guru saat mengajar di kelas, yang meliputi:

a. Guru melakukan apersepsi dan motivasi b. Guru menguasai materi yang diajarkan c. Guru menerapkan strategi pembelajaran

yang mendidik

d. Guru menerapkan pendekatan saintifik e. Guru melaksanakan penilaian autentik f. Guru memanfaatkan sumber

belajar/media dalam pembelajaran g. Guru memicu keterlibatan peserta didik

dalam pembelajaran

h. Guru menggunakan bahasa yang tepat dalam pembelajaran

i. Guru mengakhiri pembelajaran dengan efektif

2. Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan

Perbaikan yang dilakukan oleh guru pada saat mengajar di kelas

3. Melakukan

penelitian tindakan

kelas untuk

peningkatan keprofesionalan

Dokumentasi

4. Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber

Dokumentasi

G. Pemeriksaan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualititatif meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas) , dan confirmability (objektifitas) (Sugiyono, 2012: 364). Dalam penelitian ini untuk menguji keabsahan data, peneliti menggunakan uji kredibilitas.


(51)

36

Menurut Sugiyono (2012: 365) uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative, dan member check. Dalam pengujian kredibilitas penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi.

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2010: 369). Dalam menguji kredibilitas data, peneliti menggunakan triangulasi.Triangulasi yang digunakan peneliti adalah triangulasi teknik dan sumber.

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2012: 370). Data penelitian diperoleh dari guru yang sudah bersertifikasi, kepala sekolah, dan rekan sejawat yaitu sesama guru lainnya. Data dari sumber-sumber tersebut dideskripsikan, dikategorisasikan, mana yang memiliki pandangan sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2012: 371) Dalam penelitian ini, peneliti


(52)

37

mengungkapkan data tentang penerapan kompetensi profesional guru bersertifikat pendidik dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2007: 337) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dan mencari tema dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya jika diperlukan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Dengan menyajikan data maka akan mempermudah memahami informasi, serta merencanakan kerja selanjutnya setelah memahami informasi tersebut.


(53)

38

3. Penarikan Simpulan (Conclusion Drawing/Verification)

Penarikan simpulan merupakan langkah ketiga dalam teknik analisis data penelitian kualitatif menurut Miles dan Huberman. Simpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang mendukung pada pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila simpulan yang dikemukakan dalam tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka simpulan yang dikemukakan merupakan simpulan yang kredibel. Simpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas (Sugiono, 2012: 343)


(54)

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

SD Negeri Rejowinangun 1 terletak di Jl. Ki Penjawi No.12 Kotagede Yogyakarta. Lokasi sekolah ini cukup strategis karena berada di tepi jalan utama. Meskipun di tepi jalan, dan dekat dengan pemukiman penduduk, pembelajaran di sekolah tersebut cukup kondusif dan tidak terganggu dengan suara atau sesuatu yang bisa mengganggu pembelajaran. SD Negeri Rejowinangun memiliki lapangan yang biasa digunakan untuk kegiatan upacara bendera, olah raga, dan pramuka. Namun, untuk kegiatan yang membutuhkan tempat yang luas seperti pramuka, mereka masih sering menggunakan lapangan dekat sekolah. Masyarakat sekitar mendukung kegiatan di sekolah, salah satunya dengan ikut berjualan di area sekolah.

SD Negeri Rejowinangun 1 Yogyakarta merupakan SD gabungan dari SD Kotagede 6 dan SD Rejowinangun 1 pada tahun 2010. Pada tanggal 18 September 2014 kedua SD tersebut digabung dengan SD Rejowinangun 2 menjadi SD N Rejowinangun 1. Hal tersebut berdasarkan Surat Keputusan Walikota No. 386 Tahun 2014 bertempat di jalan Ki Penjawi No. 12 Kotagede Yogyakarta. Sehingga SD Negeri Rejowinangun 1 memiliki kelas paralel yaitu kelas A,B, dan C.


(55)

40

2. Data Guru di SD Rejowinangun 1

Guru di SD N Rejowinangun 1 adalah lulusan dari PTN maupun PTS. Sebagian besar guru juga sudah memiliki Nomor Induk Pegawai (NIP) sehingga mereka sudah resmi jadi pengajar di sekolah tersebut. Data guru di SD Negeri Rejowinangun 1 ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 4. Data guru di SD Negeri Rejowinangun 1

No Nama NIP NUPTK

Mapel yang Diampu Sertifikat Pendidik yang Dimiliki Status Pegawai Gol

Pendidikan terakir yang dimiliki Jenjang Prodi 1 Drs. Susmiyanto 19640324 198709 1 002 6656 7426

4320 0012 PKn Guru Kelas PNS IV/ a S 1

Ilmu Pendidikan 2 Badronah, S.Pd I 19561024 198403 2 006 4356 7346

3630 0003 Guru PAI P A I PNS IV/ a S 1

Pendidikan Agama Islam 3 Y. Dyah

Sulistyowati, S.Pd 19570705 197803 2 008 4037 3563

830 0003 Guru Kelas Guru Kelas PNS IV/ a S 1 PGSD

4 Edy

Issudiyanto, S.Pd I 19580419 197912 1 001 1751 7366

3920 0002 Guru Kelas Guru Kelas PNS IV/ a S 1

Pendidikan Agama Islam 5 Sudarmanto, S.Pd SD 19580810 197912 1 006 9142 7366

382 0003 Guru Kelas Guru Kelas PNS IV/ a S 1 PGSD 6 Bernadetta

Suratini, S.Pd SD 19580811 197803 2 009 6143 7366

3830 0003 Guru Kelas Guru Kelas PNS IV/ a S 1 PGSD 7 Wusriyatmini,

S.Pd SD

19590628 197912 2

008

5960 7376

3830 0002 Guru Kelas Guru Kelas PNS IV/ a S 1 PGSD 8 Siti Muslimah,

S.Pd SD

19600403 197911 2

001

9735 7386

3930 0002 Guru Kelas Guru Kelas PNS IV/ a S 1 PGSD 9 Sri Wahyuni,

S.Pd SD

19600725 198201 2

005

5057 7386

4030 0003 Guru Kelas Guru Kelas PNS IV/ a S 1 PGSD 10 Kartim Hadi

Kuswanto, A.Ma.Pd 19620114 198508 1 001 8346 7406

4220 0003 Guru Kelas Guru Kelas PNS IV/ a D 2 PGSD 11 Ida Lis Fandari,

S.Pd

19620304 198201 2

002

6636 7406

4030 0002 Guru Kelas Guru Kelas PNS IV/ a S 1 PGSD 12 Bambang

Antoro, S.Pd SD 19620405 198506 1 001 9737 7406

4320 0002 Guru Kelas Guru Kelas PNS IV/ a S 1 PGSD 13 Sudiati, S.Pd Jas 19630918 198403 2 007 6250 7416 4230 0003 Guru

Penjas Penjas PNS IV/ a S 1 Penjas Orkes

14

Drs. Subarga

19640527 198903 1

008 6859 7426

4420 0002 Guru Kelas Guru Kelas PNS IV/ a S 1

Psikologi Pendidikan

dan Bimbingan 15 Mahyuddin

Saimima, S.Pd I

19560509 198304 1

001

2841 7346

3520 0002 Guru PAI P A I PNS III/ d S 1

Pendidikan Agama Islam


(56)

41 16 Siti Nurzahroh,

S.Pd

19710115 200604 2

010

3447 7496

5030 0040 Guru Kelas Guru Kelas PNS III/ c S 1

Pendidikan dan Sastra Indonesia 17 Tri Agustini,

S.Ag 19710829 200312 2 001 8161 7496 5130 0053

Guru P A

Katolik P A Katolik PNS III/ a S 1

Kateketik Pastoral 18 Yuliah Dwi Islamiyati, S.Pd 19730712 201406 2 004 2539 7516

4930 0003 Guru Kelas - CPNS III/ a S 1

Pendidikan Bahasa

Inggris 19

Sri Sekar Rini, S.Pd

19761014 201406 2

006

7346 7546

5530 0003 Guru Kelas Seni Budaya CPNS III/ a S 1 Pendidikan Seni Tari 20 Pardiyah 19660310 200604 2 005 4642 7446 4730 0012 Guru

Penjas - PNS II/ c D 2 Orkes

21 Suharoyo Setiawan, S.Th

19680405 200801 1

009

9737 7466

4920 0002 Guru Kelas Guru Kelas PNS II/ b S 1 Theologia 22 Desi Ambarsari,

A.Ma.Pd

19871207 201001 2

009

3539 7656

6722 0003 Guru Kelas - PNS II/ b D 2 PGSD

23 Anna Yulianti Cahyono, SE

NITB. 2770

3037 7566

5730 0013 Guru Kelas Guru Kelas NABAN - S 1

Ekonomi Pembangunan 24 Supriyati, S.Th NITB.

2822

2251 7506 5230 0013

Guru P A

Kristen P A Kristen NABAN - S1 / S2

25 Ribut Wahyuningsih, A.Md

- - Guru TIK - GTT - D 3 Manajemen

Informasi 26 Arif Khamidah,

S.Psi - - Guru TIK - GTT - S 1

B. Deskripsi Subjek dan Objek Penelitian

1. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 2 guru bersertifikat pendidik. Guru bersertifikat pendidik yaitu Id yang merupakan wali kelas IB dan Ws yang merupakan wali kelas IIB. Keduanya merupakan sumber informasi mengenai keteraturan melakukan refleksi terhadap kinerjanya, pemanfaatan hasil refleksi, pembuatan PTK, dan keterbukaan dalam mengikuti kemajuan zaman. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara pada kepala sekolah dan rekan sejawat guru bersertifikat pendidik sebagai sumber data. Dari keempatnya, 2 guru sudah bersertifikat


(57)

42

pendidik dan 2 lainnya belum. Mereka adalah Sw wali kelas IIIB, Yl wali kelas IVC, Pt wali kelas VB, dan Ss wali kelas IIA.

Untuk menambah data wawancara terhadap ketiga subjek penelian, peneliti juga melakukan observasi di kelas IB dan IIIC. Observasi dilakukan tiga kali di masing-masing kelas.

Selain itu, untuk mendapatkan data yang lebih valid, peneliti melakukan observasi terhadap lingkungan sekolah, proses pembelajaran, dan budaya sekolah. Peneliti juga melakukan study dokumentasi berupa gambar kegiatan siswa, RPP, dan dokumen PTK untuk mengetahui penerapan kompetensi profesional di SD Negeri Rejowinangun 1.

2. Deskripsi Objek Penelitian

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindakan reflektif guru yang sudah bersertifikat pendidik. Kompetensi Profesional yang diteliti yaitu aspek mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Adapun aspek tersebut meliputi melakukan refleksi terhadap kinerja, memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan, melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan, mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.

C. Deskripsi Hasil Penelitian

Adapun deskripsi hasil penelitian ini adalah tindakan reflektif guru bersertifikat pendidik yang meliputi refleksi terhadap kinerjanya, pemanfaatan hasil refleksi dalam rangka meningkatkan keprofesionalannya,


(58)

43

melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan keprofesionalan, mengikuti kemajuan zaman melalui pemanfaatan berbagai sumber belajar.

1. Refleksi terhadap kinerja

Guru bersertifikat pendidik melakukan refleksi terhadap kinerjanya secara tertulis hanya saat ada supervisi dari kepala sekolah, yaitu satu semester satu kali. Sekolah menyediakan lembar refleksi yang berisi komentar guru tentang pelajaran yang sudah disajikan. Kepala sekolah membagikan lembar refleksi setelah guru selesai mengajar di kelas.

Supervisi kelas diadakan secara bergilir sesuai jadwal yang disepakati oleh kepala sekolah dan guru. Dalam kegiatan tersebut, kepala sekolah mengamati jalannya pembelajaran oleh guru dan siswa. Saat akhir pembelajaran kepala sekolah menyerahkan form lembar refleksi untuk diisi oleh guru. Lembar itu berisi pertanyaan tentang bagian mana dari pembelajaran yang telah dilakukan yang dianggap berhasil oleh guru, dan bagian mana yang perlu diadakan perbaikan oleh guru.

Guru bersertifikat pendidik melakukan refleksi terhadap kinerjanya dalam mengajar setiap hari seusai pembelajaran. Refleksi dilakukan dengan dua hal, yaitu menanyakan kepada peserta didik kegiatan pembelajaran mana yang paling mereka sukai dan merefleksi diri sendiri dalam mengajar. Hal tersebut dapat teramati saat diadakan observasi di kelas Id dan Ws dan juga saat diadakan wawancara seusai pembelajaran.

Selain dari diri mereka sendiri, guru juga mempertimbangkan refleksi dari siswa, yang ditanyakan setiap akhir pembelajaran. Setelah


(59)

44

mengajar, Id dan Ws selalu menanyakan kepada siswa “dari pembelajaran hari ini, kegiatan mana yang kalian sukai? pelajaran mana yang belum dimengerti?”. Observasi dilakukan di kelas Id saat dilakukan pembelajaran dengan tema permainan. Saat akhir pembelajaran guru menanyakan “Anak- anak dari pembelajaran hari ini, kegiatan mana yang alian sukai?” , kemudian siswa-siswa menjawab “mencari bacaan di perpustakaan Bu.” , “melipat kertas Bu.” Dalam beberapa kali pengamatan guru memang tidak menuliskan hasil refleksinya. Guru hanya menuliskan ketercapaian materi pembelajaran dalam jurnal harian.

Rekan sejawat sesama guru kebanyakan tidak mengetahui hasil refleksi dari teman-teman mereka. Seperti yang dikemukakan oleh Sw bahwa rekan sejawatnya sesama guru bersertifikat pendidik belum pernah membahas hasil refleksi terhadap pembelajaran mereka dalam forum. Pt juga mengungkapkan bahwa dia mengetahui refleksi dan inovasi rekan-rekannya dari hasil bertanya secara pribadi kepada seniornya sesama guru. Dari ulasan data di atas, dapat disimpulkan bahwa guru bersertifikat pendidik melakukan refleksi tertulis setiap satu semester satu kali saat ada supervisi dari kepala sekolah. Sedangkan refleksi keseharian mereka dalam mengajar tidak dituliskan.


(60)

45

2. Pemanfaatan Hasil Refleksi dalam Rangka Peningkatan

Keprofesionalan

Guru bersertifikat pendidik (Id dan Ws) menggunakan hasil refleksi untuk memperbaiki pembelajaran. Saat pembelajaran mereka mencari kekurangan saat mereka mengajar dan memperbaiki pada pembelajaran berikutnya.

Id menggunakan LCD dan proyektor untuk membantu menyampaikan materi kepada siswa. Id menampilkan video tentang permainan. Setelah itu, Id mengajak siswa untuk mencari bacaan di perpustakaan sesuai tema yang sedang dibahas. Ws mengidentifikasi siswa yang belum memahami materi, lalu guru memberikan tugas tambahan agar siswa lebih mengerti apa yang disampaikan. Ws meminta siswa untuk membuat rangkuman bacaan yang mereka baca di perpustakaan secara singkat. Ada tiga siswa yang belum bisa menyelesaikannya, Ws meminta mereka untuk menyelesaikannya di rumah dan memberi tugas untuk menulis tentang pekerjaan orang tua mereka untuk disampaikan pada pembelajaran berikutnya.

Guru bersertifikat pendidik memanfaatkan hasil refleksi untuk memperbaiki pembelajarannya, namun sangat sedikit informasi yang diketahui rekan sejawat mereka.

Hasil refleksi yang mereka lakukan dimanfaatkan oleh diri sendiri dan orang lain yaitu teman sejawat dengan cara bertukar informasi. Sw mengungkapkan bahwa dirinya tidak pernah tau refleksi yang dilakukan


(61)

46

oleh rekan sejawatnya karena tidak pernah dibahas dan disampaikan dalam forum. Yl juga mengungkapkan dirinya mengetahui pemanfaatan hasil refleksi karena bertanya secara pribadi terhadap guru bersertifikat pendidik.

Dari hasil observasi diketahui bahwa guru menggunakan LCD dan proyektor dalam mengajar untuk mempermudah penyampaian materi terhadap anak didiknya. Guru juga sudah menyesuaikan pembelajaran dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Rekan sejawat guru bersertifikat pendidik mengungkapkan bahwa mereka mengetahui tindak lanjut dari hasil refleksi yang dilakukan oleh rekannya dengan bertanya secara pribadi, karena tidak disampaikan dalam forum. Ada guru yang senang dengan metode bermain, ada yang memikat peserta didiknya dengan cerita-cerita motivasi, ada pula yang membuat variasi mengajar menggunakan musik. Setiap guru mempunyai ciri khas tersendiri dalam mengkreasikan media, metode, dan teknik dalam mengajar. Tindak lanjut dari hasil refleksi dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru.

Dari uraian data di atas dapat diambil kesimpulan hasil refleksi yang dilakukan oleh guru-guru bersertifikat pendidik digunakan oleh mereka untuk mengetahui kelebihan atau kelemahan dalam mengajar, memperbaiki proses pembelajaran di kelas, dan mengetahui kebutuhan yang sesuai dengan karakter siswa, rekan sejawatnya belum dapat


(62)

47

memanfaatkan refleksi yang mereka lakukan karena sangat sedikit informasi yang disampaikan dalam rapat umum.

3. Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan

keprofesionalan

Sebagian besar guru bersertifikat pendidik kebanyakan sudah pernah melakukan PTK. Guru-guru melakukan PTK dengan beberapa alasan, diantaranya yaitu sebagai syarat kenaikan jabatan dan sebagai syarat memperoleh gelar S1. Ketika ada guru yang melakukan PTK kepala sekolah memberi fasilitas dan ijin untuk mendukung kegiatan tersebut.

Terdapat guru bersertifikat pendidik yang belum pernah melakukan PTK. Ws mengungkapkan bahwa beliau mendapatkan sertifikat pendidik tidak melalui proses PLPG. Ws sudah lolos seleksi sertifikasi menggunakan sistem poin, maka dari itu beliau tidak harus melalui PLPG. Dari wawancara dengan Ws juga diperoleh data bahwa dirinya mendapatkan profesi PNS setelah menyelesaikan S1 jadi tidak seperti beberapa rekan sejawatnya yang harus menyelesaikan gelar S1 setelah menjadi PNS dan diwajibkan membuat PTK untuk persyaratan lulus. Ws juga mengungkapkan bahwa dirinya adalah guru senior, jadi tidak terlalu berambisi membuat PTK untuk kenaikan jabatan. Berbeda dengan Ws, Id pertama kali membuat PTK karena persyaratan memperoleh gelar S1. Selain itu beliau juga beberapa kali membuat PTK sebagai syarat kenaikan jabatan, terakhir PTK dilakukan pada tahun 2008.


(63)

48

Rekan sejawat guru bersertifikat pendidik menyebutkan bahwa guru yang bersertifikat pendidik ada yang sudah pernah melakukan PTK dan sebagian ada juga yang belum pernah. Menurut penuturan Yl, guru-guru yang sudah lolos sertifikasi dengan sistem poin memang tidak diharuskan mengikuti PLPG, maka dari itu masih ada guru bersertifikat pendidik yang belum pernah melakukan PTK.

Guru-guru yang pernah melakukan PTK mengungkapkan bahwa judul PTK yang mereka buat berasal dari refleksi terhadap permasalahan yang terjadi di kelas. Tujuan mereka membuat PTK, selain sebagai syarat lulus PLPG atau memperoleh gelar S1, juga agar mereka dapat memperbaiki pembelajaran di kelasnya.

Dari ulasan data di atas dapat diketahui bahwa sebagian guru bersertifikat pendidik pernah melakukan PTK dan sebagian lainnya belum pernah. Guru bersertifikat pendidik yang sudah pernah melakukan PTK alasannya yaitu sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana, persyaratan sertifikasi, atau untuk kenaikan jabatan.

4. Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.

Guru bersertifikat pendidik mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari sumber cetak maupun digital. Sumber cetak dapat berupa buku pelajaran, surat kabar, dan juga dokumen administrasi seperti RPP dan kurikulum. Sedangkan sumber digital dapat berupa CD dan internet. Guru bersertifikat pendidik mengikuti kemajuan zaman dan belajar karena


(64)

49

kebijakan dan banyak persyaratan yang menuntut guru untuk senantiasa berkembang.

Id belajar dari buku panduan pelajaran dan internet, sedangkan Ws belajar dari buku, seminar-seminar yang diikuti, dan juga internet. Mereka belajar dengan alasan ingin memperbaiki kinerja dan juga karena tuntutan. Id mengatakan bahwa kriteria Penilaian Kinerja Guru (PKG) sekarang lebih ketat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Pt mengungkapkan guru-guru senior lebih senang belajar dari media cetak, sedangkan guru muda cenderung lebih senang belajar dari internet. Rekan sejawat guru bersertifikat pendidik mendukung rekannya dengan saling berbagi informasi dan memberi dukungan secara lisan. Menurut mereka, guru-guru terus belajar karena tuntutan dan untuk menambah wawasan.

Dari ulasan di atas, dapat disimpulkan bahwa guru selalu berusaha mengikuti perkembangan zaman dan belajar dari berbagai sumber. Sumber yang dipelajari yaitu sumber cetak, digital, dan rekan sejawatnya.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru bersertifikat pendidik melakukan refleksi tertulis setiap satu semester satu kali saat ada supervisi dari kepala sekolah. Tindakan reflektif diperlukan untuk meningkatkan keprofesionalannya. Agus F. Tamyong (dalam Moh. Uzer Usman 2011: 15) yang menyatakan bahwa guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di


(65)

50

bidangnya. Pengalaman dan pengetahuan guru akan terus bertambah apabila terus melakukan refleksi.

Refleksi yang dilakukan oleh guru-guru bersertifikat pendidik digunakan oleh mereka untuk mengetahui kelebihan atau kelemahan dalam mengajar, memperbaiki proses pembelajaran di kelas, dan mengetahui kebutuhan yang sesuai dengan karakter siswa. Refleksi digunakan guru untuk menemukan cara yang tepat untuk mengajar. Buchari Alma (dalam Agus Wibowo dan Hamrin 2012: 118) yang menyatakan bahwa kemampuan profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, serta metode dan teknik mengajar yang sesuai dan dipahami oleh murid, mudah untuk ditangkap, tidak menimbulkan kesulitan dan keraguan.

Guru bersertifikat pendidik melakukan refleksi untuk memperbaiki kualitas diri dalam mengajar. Menurut Richards & Lockhart (1996: 2) dengan melakukan refleksi dalam menjalani profesinya guru akan mendapatkan keuntungan. Beberapa diantaranya adalah: (1) dapat membantu mencapai pemahaman yang lebih baik tentang berbagai asumsi tentang mengajar dan pemahaman tentang pelaksanaannya, (2) dapat memperkaya pemahaman konsep tentang mengajar dan proses belajar mengajar, (3) menjadi dasar untuk self-evaluation yang merupakan komponen penting dalam pengembangan profesionalitas.


(1)

122


(2)

123 Lampiran 21. Lembar Refleksi Guru


(3)

124 Lampiran 22. Catatan Lapangan

1. Senin, 9 Mei 2016, Pukul 07.00-08.00

Peneliti memasukkan surat ijin penelitian. Peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah terkait judul penelitian. Kepala sekolah memberi rekomendasi kepada peneliti guru bersertifikat pendidik yang kiranya bisa dijadikan subjek penelitian. Guru tersebut adalah Id dan Sw. Kepala sekolah juga merekomendasikan rekan sejawat yang dapat dijadikan sumber data. Kepala sekolah bercerita tentang jumlah guru di rejowinangun 1 yaitu 26 orang. Dari jumlah tersebut, 14 orang sudah bersertifikat pendidik. Guru- guru di SD tersebut didominasi oleh guru-guru berusia tua.

2. Selasa, 10 Mei 2016, Pukul 07.30-11.00

Peneliti bertemu dengan waka kurikulum dan dipersilahkan untuk melakukan obsevasi pada lingkungan sekolah. SD N Rejowinangun memiliki lingkungan yang kondusif untuk belajar. Guru-guru di SD tersebut ramah. Peneliti bertemu dengan Id dan Sw untuk menyampaikan maksud menjadikan mereka sebagai subjek penelitian dan mencocokkan jadwal wawancara dan observasi. Peneliti juga bertemu dengan rekan sejawat guru bersertifikat pendidik dan melakukan hal yang serupa. Id dan Sw agak sulit menentukan jadwal untuk observasi karena mereka mengaku sedang menerapkan latihan soal untuk siswa-siswinya sebagai persiapan menghadapi ulangan.


(4)

125 3. Rabu, 11 Mei 2016, Pukul 07.30-12.00

Peneliti melakukan wawancara terhadap kepala sekolah. Kepala sekolah menceritakan bahwa Id dan Sw merupakan guru senior. Id sudah beberapa kali melakukan PTK, sedangkan Sw belum pernah melakukan PTK. Kepala sekolah mengungkapkan bahwa guru hanya melakukan refleksi kinerja saat mengajar pada saat diadakan supervisi dari kepala sekolah. Kepala sekolah terbuka dengan peneliti, beliau mengungkapkan bahwa kebanyakan yang guru lakukan adalah karena adanya kebijakan dari pemerintah. Guru-guru tidak terlalu berambisi untuk mengejar kenaikan jabatan (membuat PTK) kemungkinan dipengaruhi faktor usia.

4. Kamis, 12 Mei 2016, Pukul 07.00-11.30

Peneliti melakukan observasi di kelas Id. Id mengajarkan pembelajaran tematik dengan tema kegemaran. Pengelolaan kelas Id baik, sehingga kondisi pembelajaran kondusif. Dalam mengajar Id menggunakan media berupa gambar dan LCD untuk menampilkan video. Peserta didik terlihat antusias dengan pembelajaran yang diberikan. Seusai pembelajaran, Id merefleksi dengan menanyai peserta didik bagian mana yang paling mereka sukai dan berapa siswa yang sudah memenuhi batas tuntas. Setelah pembelajaran peneliti mewawancarai Id. Id menjawab wawancara dengan terbuka. Id mengungkapkan bahwa video digunakan unntuk menarik minat siswa dalam pembelajaran. Pada pembelajaran sebelumnya Id hanya menggunakan gambar, tetapi kurang efektif.


(5)

126 5. Jumat, 13 Mei 2016, Pukul 07.00-11.00

Peneliti melakukan observasi pada pembelajaran yang Sw lakukan. Sw mengajarkan pembelajaran tematik dengan tema permainan. Sw menggunakan metode ceramah. Pada akhir pembelajaran guru mengecek ketuntasan peserta didik, ada sekitar 12 siswa yang belum tuntas. Guru memberi tugas tambahan dengan mencari cerita yang sesuai dengan tema permainan.

6. Jumat, 13 Mei 2016, Pukul 07.00-11.00

Peneliti melakukan wawancara dengan rekan sejawat guru bersertifikat pendidik. Wawancara dilakukan dengan nara sumber Ws dan Yl. Keduanya menjawab pertanyaan dengan terbuka, namun tidak banyak yang mereka ketahui tentang pemanfaatan hasil refleksi karena tidak pernah dibahas dalam forum.

7. Kamis, 19 Mei 2016, Pukul 07.00-11.00

Wawancara dilakukan dengan Pt. Pt merupakan guru muda. Di SD N Rejowinangun 1, guru-guru muda selalu mendapatkan guru pamong. Id adalah guru pamong Pt. Pt mengungkapkan Id selalu melakukan refleksi dan sering membuat inovasi pembelajaran. Id juga mempunyai jurnal harian. Namun setelah peneliti lihat, jurnal harian Id bukan berisi tentang refleksi. Jurnal harian Id berisi tentang apa materi yang diajarkan pada hari itu. Pada hari itu peneliti juga melakukan observasi di kelas Id. Masih dengan tema kegemaran, Id menggunakan LCD untuk menampilkan video pembelajaran.


(6)

127 8. Jumat, 20 Mei 2016

Wawancara dilakukan dengan nara sumber Ss. Seperti Ws dan Yl, Ss kesulitan menjawab waktu ditanya tentang pemanfaatan hasil refleksi. Hasil refleksi yang dilakukan guru bersertifikat pendidik tidak pernah di bahas dalam forum. Ss banyak memberikan informasi tentang guru bersertifikat pendidik mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber antara lain internet, media cetak, media elektronik, dan sesama guru mendukung jika ada rekannya membuat inovasi dari apa yang dipelajarinya dari internet.

9. Senin, 23 Mei 2016

Peneliti melakukan observasi pembelajaran di kelas Ws. Ws masih mengajarkan tema permainan. Dalam pembelajaran tersebut Ws mengajak peserta didik untuk menceritakan permainan yang mereka senangi. Setelah itu, Ws menampilkan video film kartun tentang permainan, di akhir pembelajaran Ws bertanya tentang apa yang peserta didik senangi dari pembelajaran hari itu. Semua siswa mendapatkan nilai di atas batas tuntas.

10.Selasa, 24 Mei 2016

Observasi pembelajaran dilakukan di kelas Ws. Ws memberikan ulangan tentang tema permaianan yang sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya.

11.Rabu, 25 Mei 2016

Peneliti meminjam dokumen RPP dan PTK. Namun peneliti hanya diberikan sampel, RPP dan PTK yang pernah dilakukan oleh guru bersertifikat pendidik.